Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Isman Pratama
"Studi ini menjelaskan ciri-ciri Masjid Kerajaan di Indonesia dari abad ke-16 hingga awal abad ke-20 Masehi melalui kajian arsitektural dan arkeologis terhadap komponen bangunannya. Masjid Kerajaan adalah sebuah konsep yang bermakna bangunan tempat ibadah sultan shalat berjamaah bersama rakyatnya yang berlokasi di ibukota kerajaan Islam yang merupakan representasi sultan dan sekaligus menjadi identitas kerajaan yang bercorak Islam di masa lalu.
Melalui kajian arsitektural dan arkeologis, beberapa masjid kerajaan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara, dikaji dengan memperhatikan konteks ruang (spatial) dengan pusat pemerintahan (istana), alun-alun, pasar, makam dan bangunan lainnya. Disamping itu, dikaji juga aspek relasi kuasa masjid dengan kraton sebagai pusat kuasa, untuk mengungkapkan representasi kuasa di dalam masjid, dengan memperhatikan gaya bangunan dan ritual.
Hasil yang diperoleh memperlihatkan masjid-masjid kerajaan di Indonesia memiliki ciri-ciri khusus yang ditampilkan (display) dalam bangunannya dan praktik ritual lokalnya yang berbeda dengan masjid non kerajaan dan masjid di luar Indonesia sebagai suatu strategi dan resistensi terhadap relasi kuasa Islam global di masa lalu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2120
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahayatunnisa
"Judgment of Taste yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu menjelaskan bahwa melalui kajian selera dapat diungkap makna dan faktor-faktor yang mendorong terbentuknya suatu praktik sosial termasuk terhadap sebuah material culture. Masjid kerajaan merupakan salah satu bentuk bangunan peninggalan bercorak Islam yang pada dasarnya tidak memiliki aturan khusus atau panduan dalam pendiriannya. Dalam konteks masjid kerajaan, penguasa memiliki peran penting dalam menentukan bentuk bangunan yang menjadi representasi kewibawaan dan kekuasaannya. Oleh karenanya, ingin diungkap melalui pendekatan selera Pierre Bourdieu dengan analisis arkeologi bagaimana masjid-masjid kerajaan dijadikan sebagai representasi selera penguasa. Metode yang digunakan berupa penelitian kualitatif dengan tahap-tahap yakni pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan interpretasi data. Kajian ini menggunakan analisis arkeologi yang terdiri dari analisis morfologi, gaya dan kontekstual. Hasil yang diperoleh adalah bahwa masjid-masjid Kesultanan Langkat memiliki bentuk arsitektur dan ornamen yang beragam sebagai bentuk representasi selera penguasa. Selera penguasa tersebut didorong oleh ruang sosial atau arena, habitus dan berbagai modal, baik modal sosial, budaya, simbolik maupun ekonomi. Hasil kajian ini juga mengungkap perbedaan antara bentuk masjid pusat pemerintahan dengan masjid-masjid yang ada di daerah bagian (kejuruan) dan dipimpin oleh raja kecil. Selera sultan yang pada awalnya direpresentasikan pada masjid pusat pemerintahan, pada pembangunan berikutnya juga diikuti pula oleh masjid-masjid yang berada di kejuruan sehingga menjadi identitas masjid-masjid di bawah kekuasaan Kesultanan Langkat.

Judgment of Taste proposed by Pierre Bourdieu explains that through the study of taste can be revealed the meaning and factors that encourage the formation of a social practice including a material culture. The royal mosque is one form of Islamic heritage building which basically has no specific rules or guidelines for its establishment. In the context of the royal mosque, the ruler has an important role in determining the shape of the building which represents his authority and power. Therefore, it wants to be revealed through Pierre Bourdieu's taste approach with archaeological analysis how royal mosques are used as a representation of the ruler's taste. The method used is qualitative research with the stages of data collection, data processing, data analysis and data interpretation. This study uses archaeological analysis consisting of morphological, stylistic and contextual analysis. The results obtained are that the mosques of the Langkat Sultanate have diverse architectural forms and ornaments as a form of representation of the tastes of the ruler. The ruler's taste is driven by social space or arena, habitus and various capitals, both social, cultural, symbolic and economic capitals. The results of this study also reveal the difference between the form of the mosque at the center of government and the mosques in the provinces (kejuruan) and led by small kings. The sultan's taste, which was initially represented in the central government mosque, was also followed by the mosques in the vocational area so that it became the identity of the mosques under the rule of the Sultanate of Langkat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Muthiara
"Artikel ini membahas penelitian tentang ornamen yang terdapat pada masjid kuno di Kerinci pada abad ke 18 sampai awal abad ke 20 berdasarkan kajian identitas budaya. Di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci terdapat bangunan-bangunan masjid kuno. Masjid kuno tersebut yaitu Masjid Kuno Lempur Mudik, Masjid Kuno Lempur Tengah, Masjid Keramat Pulau Tengah dan Masjid Agung Pondok Tinggi yang menjadi bukti identitas budaya masyarakat pada masa sekarang. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi lapangan dan studi literatur, kemudian dilakukan pengolahan data dilakukan dengan membandingkan komponen ornamen yang terdapat pada masjid-masjid kuno Kerinci serta ornamen masjid Kerinci dengan ornamen masjid di Minangkabau sezaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ornamen sebagai sebuah material culture digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu indikator pembeda identitas pada masa lalu, ditemukan kembali pada bangunan keagamaan masyarakat Kerinci. Kemudian, dijadikan sebagai reaksi resistensi terhadap masuknya kebudayaan asing ke wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis komparatif dan studi representasi identitas budaya Stuart Hall dalam interpretasi. Hasil penelitian pada ornamen masjid kuno di Kerinci menunjukkan, 1) ornamen masjid kuno Kerinci menjelaskan status sebuah masjid di tengah-tengah masyarakat; 2) ornamen masjid kuno Kerinci merepsesentasikan sistem hirarki; 3) ornamen masjid kuno Kerinci menunjukkan terjadinya resistensi terhadap kebudayaan asing yang kemudian hasil dari resistensi tersebut direpresentasikan menjadi sebuah identitas yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.

This paper discusses research on ornaments of ancient mosques in Kerinci in the 18th to early 20th century based on the study of cultural identity. There are ancient mosque buildings in Sungai Penuh City and Kerinci Regency. The ancient mosques are the Lempur Mudik Mosque, the Lempur Tengah Mosque, the Keramat Pulau Tengah Mosque and the Agung Pondok Tinggi Mosque, which are evidence of the cultural identity of the community today. The research method is data collection by conducting field observations and literature studies. Then data processing is carried out by comparing the ornament components found in the ancient Kerinci and Kerinci mosque ornaments with mosque ornaments in Minangkabau contemporaries. This research aims to discover how ornament as a material culture used by the community as one of the indicators of distinguishing identity in the past was rediscovered in the religious buildings of the Kerinci community. Then, it is used as a resistance reaction to the entry of foreign cultures into the region. This research uses the comparative analysis method and Stuart Hall's cultural identity representation study in interpretation. The results of the research on ancient mosque ornaments in Kerinci show, 1) Kerinci ancient mosque ornaments explain the status of a mosque amid society; 2) Kerinci ancient mosque ornaments represent a hierarchical system; 3) Kerinci ancient mosque ornaments show resistance to foreign cultures which then the results of the resistance are represented as an identity that applies amid society."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prajodi Daris Andaru
"Kekuasaan merupakan konsep yang melekat pada masyarakat feodal. Pada masyarakat feodal di Jawa abad XV-XIX kekuasaan dipegang oleh sultan. Kekuasaan dapat direpresentasikan ke dalam berbagai bentuk termasuk kebudayaan material. Representasi kuasa sultan di Jawa dapat dikaji dengan menggunakan mimbar masjid sebagai objek kajian karena mimbar masjid merupakan kebudayaan material. Kebudayaan material dapat merepresentasikan kelas sosial penggunanya. Oleh karena itu, pada paper ini akan membahas representasi kuasa yang terdapat pada 11 mimbar masjid di pulau Jawa yang berasal dari abad XV-XIX. Masjid-masjid yang dibahas merupakan masjid kerajaan dan bukan kerajaan. Melalui analisis komparatif pada masjid kerajaan dengan masjid yang bukan kerajaan maka diketahui keberadaan perbedaan dan kehadiran representasi kuasa.

In feudal society, the concept of power cannot be separated to their daily life. In 15th to 19th century, in Javanese feudal society Sultan was a figure who is on the top of the pyramid of power. His power could represent in varied forms including material culture such as minbar. It because material culture could represent the users social status. Therefore, this paper will discuss about representation of power in 11 mosque rsquo s minbar in Java island which was dated from 15th until 19th century. The selected mosque was divided into two category the royal mosque and the non royal mosque. By comparing these mosque we could find out the presence of Sultan representation through his minbar. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betsy Edith Christie
"Skripsi ini membahas bagaimana persebaran dan hubungan pemukiman etnis Cina di Kawasan Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada pemukiman dilihat bagaimana persamaan dan perbedaan karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina. Tujuan umum penelitian ini adalah merekonstruksi kebudayaan masa lalu etnis Cina di Medan. Selain itu, penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina.Penelitian ini menggunakan metode arkeologi pemukiman tingkat makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran situs-situs pemukiman etnis Cina menunjukkan pola linier di mana berkembang dari utara menuju pusat Kota Medan. Sementara itu, hubungan antarsitus berkaitan dengan faktor migrasi dan ekonomi.

This undergraduate thesis is talk about distribution and relationship chinese settlement in Medan from the end of 19th century until early 20th century. This research is look at the similarities and differences between each site. General purpose is to reconstruction the culture of chinese in the past. Besides, the special purpose is to understand the characteristics of each site. Method that had been used is the archaeology of settlement in macro scale. The result is the distribution of chinese settlement in Medan shows that the pattern is linear. Meanwhile, the relationships between each site cause of migration and economy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Muthiara
"Artikel ini membahas penelitian tentang ornamen yang terdapat pada masjid kuno di Kerinci pada abad ke 18 sampai awal abad ke 20 berdasarkan kajian identitas budaya. Di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci terdapat bangunan-bangunan masjid kuno. Masjid kuno tersebut yaitu Masjid Kuno Lempur Mudik, Masjid Kuno Lempur Tengah, Masjid Keramat Pulau Tengah dan Masjid Agung Pondok Tinggi yang menjadi bukti identitas budaya masyarakat pada masa sekarang. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi lapangan dan studi literatur, kemudian dilakukan pengolahan data dilakukan dengan membandingkan komponen ornamen yang terdapat pada masjid masjid kuno Kerinci serta ornamen masjid Kerinci dengan ornamen masjid di Minangkabau sezaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ornamen sebagai sebuah material culture digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu indikator pembeda identitas pada masa lalu, ditemukan kembali pada bangunan keagamaan masyarakat Kerinci. Kemudian, dijadikan sebagai reaksi resistensi terhadap masuknya kebudayaan asing ke wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis komparatif dan studi representasi identitas budaya Stuart Hall dalam interpretasi. Hasil penelitian pada ornamen masjid kuno di Kerinci menunjukkan, 1) ornamen masjid kuno Kerinci menjelaskan status sebuah masjid di tengah-tengah masyarakat; 2) ornamen masjid kuno Kerinci merepsesentasikan sistem hirarki; 3) ornamen masjid kuno Kerinci menunjukkan terjadinya resistensi terhadap kebudayaan asing yang kemudian hasil dari resistensi tersebut direpresentasikan menjadi sebuah identitas yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.

This paper discusses research on ornaments of ancient mosques in Kerinci in the 18th to early 20th century based on the study of cultural identity. There are ancient mosque buildings in Sungai Penuh City and Kerinci Regency. The ancient mosques are the Lempur Mudik Mosque, the Lempur Tengah Mosque, the Keramat Pulau Tengah Mosque and the Agung Pondok Tinggi Mosque, which are evidence of the cultural identity of the community today. The research method is data collection by conducting field observations and literature studies. Then data processing is carried out by comparing the ornament components found in the ancient Kerinci and Kerinci mosque ornaments with mosque ornaments in Minangkabau contemporaries. This research aims to discover how ornament as a material culture used by the community as one of the indicators of distinguishing identity in the past was rediscovered in the religious buildings of the Kerinci community. Then, it is used as a resistance reaction to the entry of foreign cultures into the region. This research uses the comparative analysis method and Stuart Hall's cultural identity representation study in interpretation. The results of the research on ancient mosque ornaments in Kerinci show, 1) Kerinci ancient mosque ornaments explain the status of a mosque amid society; 2) Kerinci ancient mosque ornaments represent a hierarchical system; 3) Kerinci ancient mosque ornaments show resistance to foreign cultures which then the results of the resistance are represented as an identity that applies amid society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ovi Ratna Dyah Kustanti
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk rumah tinggal masa kolonial Belanda pada awal abad 20 masehi yang terletak di Cihapit Bandung. Bangunan rumah tinggal yang berada di Cihapit ini merupakan hasil kebudayaan manusia yang keberadaannya sudah ada sejak awal abad 20 M 1910-1940 . Pada rumah tinggal dilihat bagaimana bentuk arsitektur bangunan pada rumah tinggal di Cihapit mengingat bangunan rumah tinggal di Indonesia berbeda-beda sesuai ciri khasnya masing-masing. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Hasil penelitian menjelaskan adanya bentuk bangunan tersendiri pada rumah tinggal masa kolonial di Cihapit.

This undergraduate thesis discusses about colonial houses from early 20th century at Cihapit Bandung. The Colonial houses at Cihapit were a heritage culture from humans that existed from early 20th century. In a colonial houses can see how the forms of architecture on colonial houses at Cihapit. The aim of this thesis is to know the form of architecture buildings in colonial houses at Cihapit. This thesis based on descriptive analytical. The result of this research to explains the identity of colonial houses at Cihapit Bandung.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevina Graciela Dris
"Kopi Priangan pernah mencapai puncak pada abad 17-18. Pada abad ke-19 komoditas kopi mengalami penurunan karena beberapa faktor, tetapi salah satu yang paling besar adalah serangan dari hama hemileia vasatrix
pada beberapa tanaman kopi arabika sehingga melumpuhkan varietas kopi arabika di Jawa. Kota Bandung memiliki perkembangan yang pesat terlihat dari infrastruktur dan pengaruh dari Eropa yang cukup pesat. Hal ini dinilai mendukung usaha kopi yang mulai bermunculan di kota Bandung sehingga melahirkan sebuah pertanyaan penelitian apa dampak perkembangan kota Bandung terhadap kemunculan usaha kopi pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo. Perkembangan kota Bandung yang pesat
dalam hal ini seperti pembangunan stasiun, munculnya Pasar Baru, dan terpaparnya kota Bandung dengan gaya hidup Eropa mendukung usaha kopi terbentuk dalam bentuk pabrik dan kedai kopi.

Priangan coffee had become the top commodities in the 17-18 centuries. In the 19th century the coffee commodity decreased due to several factors, but one of the biggest was the attack from the hemileia vastatrix pest on some arabica coffee plants, triggered the Arabica coffee commodity decreased at that time. The city of Bandung has had a fast development, seen from the infrastructure and influence from Europe which is quite fast. This is considered to support the coffee business that began to emerge in the city of Bandung, giving rise to a research
question about the impact of the development of the city of Bandung on the emergence of coffee business in the early 20th century. This study uses the historical method from Kuntowijoyo. The rapid development of the city
of Bandung in this regard, such as the construction of stations, the emergence of Pasar Baru, and the emeregence of coffee factory and coffee shop.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Glenn Dinov Harun Pangestu
"Gereja Katolik Santo Yoseph merupakan sebuah bangunan peribadatan yang terletak di Matraman, Jakarta Timur. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek arsitektural bangunan gereja ini Melalui pendekatan arkeologi, penelitian ini menganalisis struktur, desain, dan elemen-elemen arsitektural gereja untuk memahami konteks budaya dan religius yang membentuk pembangunan gereja tersebut. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara arsitektur dengan praktik ibadah dan peran gereja dalam kehidupan beragama. Metode dalam penelitian ini melibatkan analisis arkeologi yang dikemukakan oleh Sharer dan Ashmore. ata primer dan sekunder dikumpulkan dan dianalisis untuk mengungkapkan makna dan fungsi yang terkait dengan aspek arsitektur gereja Santo Yoseph Matraman. Konsep-konsep teoritis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi simbolisme arsitektur gereja, makna ritus keagamaan, dan hubungan antara ruang fisik dan praktik keagamaan. Mengungkapkan bahwa komponen-komponen arsitektur bangunan tersebut memiliki makna-makna yang relevan dengan aktivitas keagamaan, seperti simbolisme dalam fasad, denah, lantai, dan fasad bangunan. Selain itu, komponen-komponen arsitektur tersebut juga berperan penting dalam mendukung berbagai kegiatan keagamaan, termasuk perayaan Ekaristi, Prosesi Sakramen Mahakudus, dan Ziarah Maria Fatima.

Santo Yoseph Catholic Church is a worship building located in Matraman, East Jakarta. The aim of this research is to determine the architectural aspects of this church building. Using an archaeological approach, this research analyzes the structure, design and architectural elements of the church to understand the cultural and religious context that shaped the construction of the church. This research also aims to determine the relationship between architecture and worship practices and the role of churches in religious life. The method in this research involves archaeological analysis proposed by Sharer and Ashmore. Primary and secondary data were collected and analyzed to reveal the meaning and function related to the architectural aspects of the Santo Yoseph Matraman church. The theoretical concepts used in this research include the symbolism of church architecture, the meaning of religious rites, and the relationship between physical space and religious practice. Revealing that the architectural components of the building have meanings that are relevant to religious activities, such as symbolism in the facade, floor plan, and building facade. Apart from that, these architectural components also play an important role in supporting various religious activities, including the celebration of the Eucharist, the Procession of the Blessed Sacrament, and the Pilgrimage of Mary Fatima."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glenn Dinov Harun Pangestu
"Gereja Katolik Santo Yoseph merupakan sebuah bangunan peribadatan yang terletak di Matraman, Jakarta Timur. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek arsitektural bangunan gereja ini Melalui pendekatan arkeologi, penelitian ini menganalisis struktur, desain, dan elemen-elemen arsitektural gereja untuk memahami konteks budaya dan religius yang membentuk pembangunan gereja tersebut. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara arsitektur dengan praktik ibadah dan peran gereja dalam kehidupan beragama. Metode dalam penelitian ini melibatkan analisis arkeologi yang dikemukakan oleh Sharer dan Ashmore. ata primer dan sekunder dikumpulkan dan dianalisis untuk mengungkapkan makna dan fungsi yang terkait dengan aspek arsitektur gereja Santo Yoseph Matraman. Konsep-konsep teoritis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi simbolisme arsitektur gereja, makna ritus keagamaan, dan hubungan antara ruang fisik dan praktik keagamaan. Mengungkapkan bahwa komponen-komponen arsitektur bangunan tersebut memiliki makna-makna yang relevan dengan aktivitas keagamaan, seperti simbolisme dalam fasad, denah, lantai, dan fasad bangunan. Selain itu, komponen-komponen arsitektur tersebut juga berperan penting dalam mendukung berbagai kegiatan keagamaan, termasuk perayaan Ekaristi, Prosesi Sakramen Mahakudus, dan Ziarah Maria Fatima.

Santo Yoseph Catholic Church is a worship building located in Matraman, East Jakarta. The aim of this research is to determine the architectural aspects of this church building. Using an archaeological approach, this research analyzes the structure, design and architectural elements of the church to understand the cultural and religious context that shaped the construction of the church. This research also aims to determine the relationship between architecture and worship practices and the role of churches in religious life. The method in this research involves archaeological analysis proposed by Sharer and Ashmore. Primary and secondary data were collected and analyzed to reveal the meaning and function related to the architectural aspects of the Santo Yoseph Matraman church. The theoretical concepts used in this research include the symbolism of church architecture, the meaning of religious rites, and the relationship between physical space and religious practice. Revealing that the architectural components of the building have meanings that are relevant to religious activities, such as symbolism in the facade, floor plan, and building facade. Apart from that, these architectural components also play an important role in supporting various religious activities, including the celebration of the Eucharist, the Procession of the Blessed Sacrament, and the Pilgrimage of Mary Fatima."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>