Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Ayu Rai Sawitri
"Pola pekarangan masyarakat desa Pakraman di Bali, didasari atas konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut mengatur ruang pekarangan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan sang pencipta (Parahyangan), manusia (Pawongan) dan lingkungan (Palemahan). Penelitian ekologi pekarangan dilakukan di desa Pakraman, Buleleng Bali bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman serta menggali informasi mengenai potensi pemanfaatan spesies tanaman pekarangan.
Penelitian ini mencakup keanekaragaman, persepsi dan pengetahuan pemanfaatan spesies tanaman pekarangan pada tiga lokasi altitude (h) yaitu daerah altitude rendah (h≤500 m dpl), altitude menengah (500
Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 304 spesies dari 229 genus dan termasuk dalam 95 famili. Kekayaan spesies di daerah rendah sebanyak 227 spesies, menengah 202 spesies dan tinggi 156 spesies. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies (H?) Shannon-Wiener pada 3 kategori altitude menunjukkan penurunan keanekaragaman seriring dengan peningkatan ketinggian. Hasil analisis dengan Local User's Value Index (LUVI) diperoleh 9 kategori guna dari keseluruhan lokasi penelitian yaitu bahan makanan, hiasan atau ornamen, ritual, peneduh atau perindang, obat-obatan, penulak bala (mitos), sumber penghasilan, menyama braya (sosial) dan pewarna, namun ditemukan perbedaan persepsi fungsi pekarangan bagi masyarakat pada tiap daerah ketinggian. Spesies tanaman dengan nilai kepentingan budaya (ICS-Index of Cultural Significance tertinggi adalah nyuh biasa (Cocos nucifera) sebesar 156 dengan 14 jumlah pemanfaatan.

Balinese homegarden at Pakraman villagers in Bali, is based on the concept of Tri Hita Karana (THK). The concept of managing the yard space to create a harmonious relationship with the creator (Parahyangan), human (Pawongan) and the environment (Palemahan). Ecological research conducted in the village Pakraman homegarden, Buleleng Bali aims to find and explore the richness and diversity of plants spescies and also to get information about the potential use of plants species.
This study includes diversity, perceptions and knowledge utilization homegarden plant species in three locations height (h) that is a low area (h ≤500 m asl), medium (500 < h <1000 m above sea level) and high (h ≥1000 m asl) to further grouped by extents (a) is a small yard (a ≤300 m2), medium (300
The results showed the number of species found as many as 304 species from 229 genera and included in 95 families. Lower species richness in the area as much as 227 species, 202 species of medium height and 156 species. Results of calculation of the index of species diversity (H ') Shannon-Wiener at 3 height categories showed a decline diversity with increased height. Results of the analysis by the Local User's Value Index (LUVI) gained 9 categories in order of overall research sites are foodstuffs, ornaments, ritual, shade, drugs, penulak bala (myth), source of income, menyama braya (social) and dyes, but found differences in the perception of the homegarden functions for society at every altitude. Plant species named nyuh biasa (Cocos nucifera) has highest Index of Cultural Significance (ICS) value of 156 in 14 types of utilization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farhan Affan Muhammad
"Bali merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terkenal dengan perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang unik, adalah tempat di mana tradisi, geografi, dan agama berjalin dalam keseimbangan yang terus dipertahankan dari zaman dahulu hingga saat ini. Sebagai tempat tinggal mayoritas umat Hindu di Indonesia, Bali ditandai dengan praktik Hinduisme yang dinamis, di mana ritual dan upacara agama adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Salah satu upacara tersebut adalah Ritual Melasti, sebuah prosesi agama yang signifikan melambangkan penyucian spiritual yang dilakukan di dekat area pantai atau sumber air besar, salah satunya di desa Baktiseraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik pendukung dan alam, serta pola pergerakan partisipatif pendukung yang terbentuk saat prosesi ritual Melasti berlangsung di Dusun Galiran. Data yang dikumpulkan berupa data wawancara dan observasi yang mencakup rute pergerakan ritual Melasti, sebaran pemuka agama dan budaya, masyarakat pendatang, masyarakat lokal, dan turis, serta studi literatur yang kemudian di analisis secara spasial deskriptif untuk di analisa pola pergerakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pendukung memiliki peranan yang berbeda dan penting dalam proses ritual melasti. Karakteristik fisik seperti kemiringan lereng dan ketinggian menjelaskan mengenai jarak yang ditempuh dan lokasi terjauh. Selain itu, pola pergerakan yang ditemui terbagi menjadi gerak profan, sakral, dan thirtha amertha.

Bali is a province in Indonesia, renowned for its unique blend of natural beauty and cultural richness. It is a place where tradition, geography, and religion intertwine in a balance that has been maintained from ancient times to the present. As home to the majority of Hindus in Indonesia, Bali is characterized by its dynamic practice of Hinduism, where religious rituals and ceremonies are an integral part of everyday life. One such ceremony is the Melasti Ceremony, a significant religious procession symbolizing spiritual purification, which is performed near coastal areas or large water bodies, including Baktiseraga village. This research aims to explain the supporting characteristics and nature, as well as the participatory movement pattern formed during the Melasti Ritual procession in Galiran hamlet. The collected data consists of interview and observation data that includes the Melasti Ritual movement route, the distribution of religious and cultural leaders, incoming communities, local communities, and tourists, as well as literature studies, which are then analyzed descriptively spatially to analyze the movement pattern. The results of the study show that supporting characteristics play different and important roles in the Melasti ritual process. Physical characteristics such as slope and altitude explain the distance traveled and the farthest location. In addition, the observed movement patterns are divided into profane, sacred, and thirtha amertha movements."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Cista Sevarathi
"Wilayah Pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusia menyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi dan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan lahan di wilayah pesisir. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7, dan 9. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan perubahan garis pantai tahun 2002-2012 dan 2012-2022 dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk menganalisis citra data untuk menentukan perubahan garis pantai. Hasil analisis tersebut akan mendapatkan perubahan garis pantai, perubahan jarak garis pantai, serta lokasi wilayah abrasi dan akresi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hampir di seluruh wilayah pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali mengalami perubahan garis pantai, perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia, pada periode tahun 2002-2012 luas abrasi sebesar 29,1 ha dan luas wilayah akresi sebesar 0,28 ha, dan pada periode tahun 2012- 2022 luas abrasi sebesar 9,13 ha dan akresi sebesar 24,21 ha. Perubahan garis pantai memiliki hubungan terhadap perubahan penggunaan lahan, pemukiman dan perkebunan campuran merupakan penggunaan lahan yang mengalami abrasi dan akresi paling luas selama periode 2002-2012 dan 2012-2022.

The East Coast region of Buleleng Regency, Bali, is prone to abrasion and accretion. Abrasion and accretion are natural phenomena that work in balance. Humans are a factor causing this phenomenon to change its balance so that it can cause harm to humans themselves. This study aimed to analyze the effect of shoreline changes caused by abrasion and accretion on changes in land use areas in coastal areas. This study uses Landsat 7 and 9 imageries. This analysis compared shoreline changes in 2002-2012 and 2012-2022 with the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method to analyze image data to determine shoreline changes. The results of this analysis will get shoreline changes, changes in shoreline distance, and the location of abrasion and accretion areas. This study concluded that almost the entire coastal area of East Buleleng Regency, Bali experienced changes in the coastline. Natural factors and human factors influenced these changes. In 2002-2012, the area of abrasion was 29.1 ha, and the size of accretion was 0. 28 ha, and in the 2012-2022 period, the scope of abrasion was 9.13 ha, and accretion was 24.21 ha. Changes in the coastline relate to changes in land use. Settlements and mixed plantations are land uses that experienced the most extensive abrasion and accretion during the 2002-2012 and 2012-2022 periods."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Kabupaten Bangli merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Bali banyak memiliki keunikan budaya yang diwadahi oleh desa asli tradisional atau yang sering juga disebut dengan Desa Bali Aga maupun Desa Pegunungan sepeni Desa Pekraman Pengotan. Keunikan yang dimaksud salah satu diantaranya adalah perang papah. Perang papah merupakan permainan tradisional yang sering juga disebut dengan tari persembahan yaitu para pemainnya saling memukul satu sama lain dengan menggunakan batang dari daun pisang. Tradisi ini diadakan di Pura Bale Agung Pengotan. Jadwal penyelenggaraan tradisi perang papah ini pada purnama sasih keenam sesuai dengan penanggalan Bali atau sekitar bulan Desember tahun Masehi. Oleh karena perang papah diwadahi upacara tradisional keagamaan maka, pesan yang dikandung oleh tradisi tersebut diantaranya mengenai kehidupan keagamaan dan spiritual, kemudian hubungan antar manusia dengan manusia yang diwujudkan dalam kebersamaan. Juga tradisi ini akan membemuk jiwa kesatria kemudian penghormatan terhadap leluhur dan para dewa yang beristana di Bukit Airawang (Gunung Abang) yang disimbolkan melalui Pura Tuluk Biyu,pengendalian sosial dan resolusi konflik."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Putera Indrawan
"Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Banjar, danKecamatan Buleleng berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah pesisir di ke-empat kecamatan tersebut rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi danakresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusiamenyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasidan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan tanah di wilayah pesisir.
Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan kurun waktu 3 periode, yaitu periode 1990 dan 1997, periode 1997 dan 2007, dan periode 2007 dan 2017. Metode penelitian dengan menghitung perubahan panjang, perubahan lebar pantai, dan luas abrasi dan akresi. Selanjutnya hasilnya dihubungkan dengan perubahan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan garis pantai terjadi di sepanjang wilayah penelitian. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu abrasi yang menghancurkan bangunan di Desa Gerokgak.

Gerokgak, Seririt, Banjar, and Buleleng coastal areas are located in the west of Buleleng Regency, Bali. These area are prone to abrasion and accretion. Abrasion and accresion is a natural phenomenon thats occur balanced. Human behavior is a factor that may cause harm to humans if it disrupts the balance. The purpose of theresearch were to analyze influece of coastline change that caused by abrasion andaccretion toward land use wide at coastal area.
The research used Landsat 5, 7, and 8 images with 3 periods which were 1990 and 1997, 1997 and 2007, and the last period was 2007 and 2017. The data were processed by calculating the change ofthe coastlines length and width, and measuring the abrasion and accretion. The result then was combined with the land use change at coastal area. The result showed that coastline change happened along the coastal areas in research area. It evidence with one of abrasion area destroyed a building at Gerokgak Village.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Axel Gilbert Logan
"Dalam keberlangsungan budidaya rumput laut, terdapat dua faktor penting yang dapat memengaruhi keberhasilannya, yaitu pemilihan lokasi dan kondisi musim. Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran dipilih dalam penelitian karena kawasan ini merupakan bagian dari kecamatan dengan garis pantai terpanjang se-Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Buleleng sendiri merupakan kawasan dengan nilai produktivitas perikanan tertinggi se-Provinsi Bali, namun sayang rumput laut belum menyumbang angka yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran dari kualitas air di Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran, dan mengkaji kesesuaian perairannya terhadap aktivitas budidaya rumput laut dalam dua kondisi curah hujan, yaitu bulan basah dan bulan kering. Dalam penelitian ini, algoritma Laili et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai materi padatan tersuspensi (MPT), algoritma Wouthuyzen (2008) digunakan untuk estimasi nilai salinitas, algoritma Arief et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai suhu permukaan laut (SPL), dan algoritma El-Battay et al. (2014) digunakan untuk estimasi nilai konsentrasi oksigen terlarut. Dalam proses klasifikasi kesesuaian, penelitian ini menggunakan pendekatan faktor pembatas guna mengetahui parameter yang berperan sebagai pembatas dari aktivitas budidaya rumput laut di lokasi penelitian. Penelitian ini terdiri atas dua analisis yaitu analisis spasial dan analisis deskriptif yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebaran kualitas air pada bulan kering dan basah cenderung rendah di kawasan pesisir dan tinggi di kawasan mendekati perairan lepas. Selain itu, ditemukan juga bahwa nilai rata-rata sebaran materi padatan tersuspensi (MPT) pada bulan kering lebih rendah dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran salinitas pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran suhu permukaan laut (SPL) pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, dan nilai rata-rata sebaran oksigen terlarut pada bulan kering lebih rendah dari bulan basah. Pada bulan kering, luas kawasan sesuai di Perairan Desa Sumberkima dan Pemuteran yaitu 407 ha, dan pada bulan basah yaitu 1.628 ha. Di mana ditemukan bahwa luasan kesesuaian di wilayah penelitian pada bulan basah lebih besar dari pada bulan kering.

In the sustainability of seaweed cultivation, there are two important factors that can influence its success, which are location selection and weather conditions. Desa Sumberkima and Desa Pemuteran in Gerokgak sub-district was chosen in the study because this area is located in the sub-district that has the longest coastline in Buleleng Regency, and Buleleng Regency itself is an area that has the highest fishery productivity value in the entire Bali Province, but unfortunately seaweed has not contributed a significant figure. This study aims to map the distribution of water quality in Desa Sumberkima and Desa Pemuteran, and examine the suitability of its waters for seaweed cultivation activities in two condition of rainfall, which are the wet month and the dry month. In this study, the algorithm of Laili et al. (2015) was used to estimate the total of suspended solid matter (TSS), the algorithm of Wouthuyzen (2008) was used to estimate the value of salinity, the algorithm of Arief et al. (2015) was used to estimate sea surface temperature (SST) values, and the algorithm of El-Battay et al. (2014) was used to estimate the value of dissolved oxygen concentrations. In the suitability classification process, this study used a limiting factor approach to determine the parameters that act as a barrier to seaweed cultivation activities at the study site. This study consists of two analyses, which are spatial analysis and descriptive analysis used to answer research questions. The results of the study show that the distribution of water quality in the dry and wet seasons tends to be low in coastal areas and high in areas close to open waters. In addition, it was also found that the average value of the total of suspended solids matter (TSS) in the dry season is lower than in the wet season, the average value of the distribution of salinity in the dry season is higher than in the wet season, the average value of the distribution of surface temperature sea ​​level (SST) in the dry season is higher than in the wet season, and the average value of dissolved oxygen distribution in the dry season is lower than the wet season. In the dry season, the area corresponding to the waters of the Gerokgak District is 407 ha, and in the wet season it is 1.628 ha. Where it was found that the area of ​​suitability of the waters of the research location in the wet season is greater than in the dry season."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Satu diantara identitas masyarakat desa adat Sidetapa yang masih dipertahankan saat ini adalah mitos-mitos kepercayaan. Mitos-mitos yang dimaksud yaitu 1). Mitos Rsi Markandeya, 2). Mitos Khayangan Batu Kerotok, 3). Mitos Parahyangan Kayuan, 4). Mitos Pura Petirtan, 5). Mitos Pura Rambut Unggahang (Tunggang), 6). Mitos Pura Munduk, 7). Mitos Pura Puseh. Fungsi dari mitos-mitos tersebut dijadikan jastifikasi untuk memohon perlindungan dan keselamatan. Karena selama ini tempat yang mereka tempati adalah wilayah angker (tenget). Masyarakat desa adat Sidetapa percaya bahwa mitos tersebut bukan buatan manusia melainkan Ida Penembahan sebutan lain dari Sang Hyang Widhi. Fenomena kepercayaan ini sangat penting untuk diaji dalam rangka untuk menyandingkan dalam kehidupan global dan mederenisasi serta pemurnian ajaran keagamaan besar manusia. Penelitian ini dikaji melalui konsep mitos, teori struktur dan dialektika dari Claude levis Strauss. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis mitos-mitos kepercayaan yang ada di desa adat Sidetapa, dan tujuan untuk mengetahui fungsi dari setiap mitos dan ritualnya. "
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>