Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ngatman
"[Kasus TB paru di Indonesia masih tinggi, dan salah satu propinsi itu adalah DKI Jakarta.Kasus TB paru di DKI Jakarta masih perlu mendapatkan perhatian salah satunya pendekatan Progran CEPAT LKNU ini. Adanya program CEPAT LKNU ini, peneliti ingin melihat bagaimana pencapaian target dari komponen kegiatan yang telah ditetapkan oleh LKNU. Pencapaian hasil yang belum sesuai dengan target yang
ditentukan perlu adanya pendekatan yang lebih komprehensif. Sumber daya manusia yang menjalankan program perlu mendapat perhatian baik dari pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki. Keterlibatan pihak terkait juga menjadi kunci untuk mendukung terbentuknya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam program CEPAT LKNU ini.;Pulmonary TB cases in Indonesia is still high, and one of the province is the city Jakarta. Pulmonary TB cases in Jakarta still need to get the attention of one of them approach this program as CEPAT LKNU. CEPAT LKNU program, the researchers wanted to see how the achievement of the targets of the components of activities that have been set by LKNU. The achievement of results not in accordance with the specified target is need for a more comprehensive approach. Human resources run the program require attention both from the knowledge and skills possessed. The involvement of stakeholders is also a key to support the establishment of community participation and empowerment in this CEPAT LKNU program, Pulmonary TB cases in Indonesia is still high, and one of the province is the city
Jakarta. Pulmonary TB cases in Jakarta still need to get the attention of one of them
approach this program as CEPAT LKNU. CEPAT LKNU program, the researchers
wanted to see how the achievement of the targets of the components of activities that
have been set by LKNU. The achievement of results not in accordance with the
specified target is need for a more comprehensive approach. Human resources run the
program require attention both from the knowledge and skills possessed. The
involvement of stakeholders is also a key to support the establishment of community
participation and empowerment in this CEPAT LKNU program]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitorini
"Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di dunia serta muncul ke permukaan sebagai penyebab utama kematian. Saat ini TB telah menjadi ancaman global, World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta kasus baru dan 3 juta kematian karena TB setiap tahunnya. Pada tahun 1990 dilaporkan. hampir 3,8 juta kasus TB di dunia dan 49%nya terdapat di Asia Selatan dan Timur, diperkirakan pula bahwa 1,7 miliar penduduk pada tahun 1990 (sekitar 1/3 penduduk dunia) terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis).
Menurut WHO pada tahun 1998 Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Diperkirakan pada tahun 2000 ditemukan 1.856.000 kasus baru di India (WHO Report 2002), 1.365.000 kasus baru di China dan 595.000 kasus baru di Indonesia.dikutip dari The World Health Organization dalam Annual report on global TB control 2003 juga menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden countries terhadap TB. Indonesia masih tetap peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang jumlah kasus TB di dunia. Estimasi prevalens TB di Indonesia tahun 2003 adalah 295 per 100.000. Indonesia kemudian melakukan survei prevalens TB tahun 2004, mencakup 30 provinsi yang memberikan estimasi prevalens TB berdasarkan pemeriksaan mikroskopik BTA positif sebesar 104 per 100.000. Prevalens TB di Jawa Bali sebesar 59 per 100.000 jauh lebih rendah dibanding luar Jawa Bali 174 per 100.000."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirdani
"Pemerintah telah menyediakan paduan obat yang efektif untuk membunuh kuman tuberkulosis dalam waktu yang relatif singkat, sekitar enam bulan secara cuma-cuma dengan penerapan Pengawas Menelan Obat (PMO) atau strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Di Kabupaten Pandeglang penemuan kasus meningkat dari tahun 1999 sampai tahun 2000, namun angka konversi masih rendah dimana angka konversi tahun 1999 baru 48% dan tahun 2000 adalah 54,5%. Ketidakteraturan minum obat merupakan salah satu penyebab kegagalan program penanggulangan TB Paru.
Semenjak tahun 1995 Program Penanggulangan TB Paru strategi DOTS yang salah satu komponennya PMO di Kabupaten Pandeglang sudah diterapkan. Namun hubungan keberadaan PMO dengan keteraturan minum obat penderita TB Paru terutama fase intensif belum diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keberadaan PMO dengan keteraturan minum obat fase intensif penderita TB Paru di Puskesmas Kabupaten Pandeglang tahun 2000. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1 : 2. Jumlah sampel keseluruhan adalah 213 prang, yang terdiri dari 71 kasus dan 142 kontrol. Sampel adalah penderita TB Paru yang berumur 15 tahun atau lebih yang mendapat terapi strategi DOTS kategori 1 atau kategori 3 yang berobat ke puskesmas sejak 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000 dan telah menyelesaikan pengobatan fase intensif.
Kasus adalah sampel yang tidak teratur minum obat dihitung dari tanggal mulai minum obat sampai tanggal selesai minum obat fase intensif dimana penderita minum obat kurang dari 60 hari atau lebih dari 70 hari termasuk penderita putus obat, sedangkan kontrol adalah sampel yang minum obat teratur selama 60 - 70 hari pada fase intensif.
Hasil penelitian, variabel yang berhubungan dengan keteraturan minum obat secara bermakna adalah keberadan PMO di mana penderita tanpa PMO berisiko tidak teratur minum obat 2,13 kali dibanding ada PMO, penderita yang merasakan efek samping obat berisiko 3,93 kali tidak teratur dibanding penderita tanpa efek samping, dan penderita tidak mengerti penyuluhan berisiko 4,27 kali tidak teratur dibanding penderita mengerti penyuluhan secara bersama-sama, sedangkan yang tidak bermakna adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis kategori obat dan frekuensi penyuluhan.
Disimpulkan bahwa tidak ada PMO (OR:2,13 ; 95%CI:1,00-4,53), ada efek samping obat (OR:3,93 ; 95%CI:2,00-6,82), dan tidak mengerti penyuluhan (OR:4,27 ;95%CI:2,05-8,93) bersama-sama berhubungan secara bermakna dengan ketidakteraturan minum obat (p<0,05) di Puskesmas Kabupaten Pandeglang tahun 2000.
Disarankan keberadaan PMO masih sangat diperlukan. Disamping itu perlu penyuluhan yang sederhana sesuai bahasa dan tingkat pendidikan penderita yang sebagian besar rendah agar bisa dimengerti serta perlu waktu khusus untuk konseling. Selain itu perlu penanganan yang serius terhadap efek samping yang dirasakan penderita untuk meningkatkan keteraturan minum obat penderita TB Paru.

The Relationship between Treatment Observer with the Regulate Took Medicine, Intensive Phase for Lung Tuberculosis Sufferer in Community Health Center, Pandeglang Distric, 2000The Government has provided the effective drug manual to kill bacteria of tuberculosis within a short time, nearly six months given to them free of charged by using application of Treatment Observer as Directly Observed Treatment Short course (DOTS) strategy. In Pandeglang district the case findings increased from 1999 to 2000, however, the conversion rate were still low, where the conversion rate in 1999 were just 48% and in 2000 were 54,5%. Irregular of drug swallow was as one of the failures of The Lung Tuberculosis Programs.
Since 1995 the program on overcame the Lung Tuberculosis used DOTS strategy which one of the components was Application of the Treatment Observer, it has been applied in Pandeglang District. However, the availability of it in giving the revision of obedience took the medicine for sufferers of Lung Tuberculosis especially to intensive phase have unknown yet.
The Objective of study knew the relationship between the availability of the Treatment Observer with regulate took the medicine for Lung Tuberculosis intensive phase in Community Health Center, Pandeglang District in 2000. The Design of study is case-control with the comparison that the cases amount and control 1:2. Total sample were 213, which total cases 71 and total control 142. The sample were the Lung Tuberculosis sufferers whose 15 years old or greater that obtained the therapy DOTS strategy, category one or three that took treatment to Community Health Center since January 1st - December 31st, 2000 and finished the treatment of intensive phase. Case was the sample who irregular took medicine, it calculated from the date of starting took the medicine from 60 days or more than 70 days, it was including the dropped out sufferer, while the control was the sample who took medicine regularly during 60-70 days on intensive phase.
The result of this research, the variable that related to regulate in taking medicine significantly were the availability of treatment observer which wasn't the treatment observer have 2.13 times risk for irregular took medicine than was the treatment observer, side effect of medicine which was side effect of the drug have 3.93 times risk for irregular took medicine than wasn't side effect of the drug, and illumination which didn't know the illumination have 4.27 times risk for irregular took medicine than knew the illumination, while that insignificantly were age, sex, education, kind of drug category and the frequency of illumination.
The conclusion, that there wasn't the treatment observer (OR:2.13 ; 95%CI: 1.00-4.53), there was side effect of the drug (OR:3.93 ; 95%CI: 2.00-6.82), and didn't know the illumination (OR:4.27 ; 95%CI:2.05-8.93). They were together connecting significantly to irregular took the medicine (P<0.05) in Community Health Center, Pandeglang District, 2000.
Considering, it's suggested that the availability of treatment observer is still needed. It also needs simply illumination that appropriates to language and education level of the sufferers who mostly lower education can easily understand the message. Besides those mentioned above, it needed management seriously to the side effect that felt by the sufferers to increase there regulate to take the medicine.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nina Aspasia Harli
"Latar belakang dan tujuan: Tuberkulosis (TB) sampai saat ini merupakan tantangan dan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di dunia. Insidens TB paru di kota Bekasi tahun 2014 adalah 1359/2.510.951 penduduk dan 3099 total kasus selama tahun 2014. Defisiensi mikronutrien seperti retinol dapat terjadi akibat hilangnya nafsu makan, gangguan absorbsi usus halus yang menyebabkan keadaan imununosupresi sehingga meningkatkan risiko infeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar retinol serum dengan derajat bacterial TB paru kasus baru di tingkat pelayanan primer.
Metode: Penelitian mempergunakan desain potong lintang dengan 135 sampel yang diambil dengan cara cluster consecutive sampling di puskesmas wilayah kota Bekasi pada penderita TB paru kasus baru yang belum mendapatkan terapi obat anti tuberkulosis (OAT).
Hasil: Karakteristik subjek TB paru kasus baru di puskesmas menurut usia dengan nilai tengah 35,5 tahun (IQR 18-65), laki-laki 62,3%, perokok 44,9%, IMT gizi kurang 56,5%, hipoalbumin 17,4%, kadar retinol serum defisien 40,6%. Lesi kavitas 30,4?% dan derajat bacterial load mayoritas scanty dan +1 dengan persentase berturut-turut 10,1% dan 39,1%. Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin, IMT, lesi kavitas dengan bacterial load dengan nilai p=0,003, p=0,014, p=0,011 namun tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar retinol serum dengan bacterial load.
Kesimpulan: Kadar retinol serum tidak berhubungan dengan derajat bacterial load pasien TB paru kasus baru di wilayah kerja kota Bekasi serta terdapat hubungan bermakna antara IMT, kadar albumin dan lesi radiologis dengan bacterial load.

Background: Tuberculosis (TB) remains a threat for community health across the globe including Indonesia. The incidence of pulmonary TB in Bekasi, Indonesia in 2014 is 1,395/2,510,951 people and there were 3.099 cases in 2014. Micronutrient deficiency such as retinol can be caused by loss of appetite and disorder in intestinal absorption which could lead to immunosuppressive condition that increased the risk of TB. This study aims to find the correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load in new case of pulmonary TB at a community health center.
Methods: This cross-sectional study involved 135 subjects collected through cluster consecutive sampling in a primary health care in Bekasi, Indonesia. The study included new pulmonary TB cases which had no history of taking any anti-TB drugs.
Results: The median age of the subjects was 35.5 years old (IQR 18-65) and most of subjects were males (62.3%), smokers (44.9%), had low body mass index (BMI) (56.5%), had hypoalbuminemia (17.4%), serum retinol deficient (40.6%), presented with cavity lesion (30.4%) and presented with scanty and +1 semi-quantitative bacterial load (10.1% and 39.1%, respectively). There was no significant correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load. However, there were significant correlations between serum albumin level, BMI and presence of cavity lesion and semi-quantitative bacterial load (p=0.003, p=0.014, and p=0.011, respectively).
Conclusion: There was no correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load in new cases of pulmonary TB patients. There were significant correlations between serum albumin level, BMI and presence of cavity lesion and semi-quantitative bacterial load.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andjar Brawono
"Spondilltis tuberkulosa merupakan salah satu kasus penyakit tertua dalam sejarah dengan ditemukan dokumentasi kasusnya pada mummi di Mesir dan Peru'-2. Sir Percival Pott (1799) mendeskrispsikan penyakit ini dalam monografnya yang klasik dan sejak saat itu spondilitis tuberkulosa dikenal juga sebagai penyaldt Pott (Port's disease).
Tuberkulosis merupakan masalah besar bagi negara-negara berkembang karena insidensnya cukup tinggi dengan morbiditas yang serius. Indonesia adalah kontributor pasien tuberkulosis nomer 3 di dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus bare tuberkulosis per tahun, sebagian besar berada dalarn usia produktif (15-54 tahun), dengan tingkat sosioekonomi dan pendidikan yang rendah.
Spondilitis tuberkulosa merupakan fokus sekunder dari infeksi tuberkulosis dengan penyebaran sebagian besar seeara hematogen melalui pembululi darah arteri epifiseal atau melalui plexus vena Batson. Telah ditemukan spondilitis tuberkulosa setelah.instilasi BCG (bacillus Calmelle Guerin) intravesical pada karsirtoma buli-buli. Juga telah dilaporkan kasus osteomyelitis tuberkulosa sebagai komplikasi dari vaksinasi BCG . Fokus primer infeksi cenderung berbeda pada kelompok umur yang berbeda. Banerjee melaporkan pada 499 pasien dengan spondilitis tuberkulosa, radiologis memperlihatkan 31% fokus primer adalah paru-paru dan dan kelompok tersebut 78% adalah anak-anak, sedangkan 69% sisanya memperlihatkan foto rantgen paru yang normal dan sebagian besar adalah dewasa.
Pada usia dewasa, diskus intervertebralis avaskular sehingga Iebih resisten terhadap infeksi dan kalaupun terjadi adalah sekunder dari korpus vertebra.. Pada anakanak karena diskus intervertebralis masih bersifat vaskular, infeksi diskus dapat terjadi primer. Penyempitan diskus intervertebralis terjadi akibat destruksi tulang pada kedua sisi diskus sehingga diskus mengalami herniasi ke dalam korpus vertebra yang telah rusak.
Kompresi struktur neurologis terjadi akibat penekanan oleh proses ekstrinsik maupun intrinsik. Proses ekstrinsik pada fase aktif diakibatkan: oleh akumulasi cairan aldbat edema, abses kaseosa, jaringan granulasi, sequester tulang atau diskus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Pito Supeni
"Tujuan Penelitian: Penelitian ini mengukur rata-rata kinerja petugas dengan melakukan pengamatan terhadap penampilan kerja petugas pengelola program TB Paru di Puskesmas, dan kemudian melihat hubungannya dengan faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi. Pengumpulan data selain dengan pengamatan juga dilakukan wawancara untuk mengetahui faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi.
Metode Penelitian: Desain studi crossectional. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan menggunakan checklist dan wawancara menggunakan kuesioner.
Hasil Penelitian: Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata kinerja petugas pengelola TB Paru mencapai skor 45,54. Dalam faktor individu penghasilan berhubungan bermakna dengan kinerja petugas demikian juga kemampuan berhubungan bermakna dengan kinerja petugas. Sedangkan dalam faktor psikologis motivasi dan persepsi peran keduanya berhubungan bermakna dengan kinerja petugas. Adapun faktor organisasi, sumberdaya dan struktur organisasi berhubungan dengan kinerja petugas. Analisa multivariat menghasilkan model dimana kemampuan, sumberdaya, motivasi, struktur, penghasilan dan interaksi sumberdaya dan motivasi berhubungan dengan kinerja petugas secara bersama-sama. Model yang dihasilkan bermakna dengan nilai p pada uji F kurang dari 0,05 dan R square sebesar 0,782.
Rekomendasi : Melihat rata-rata kinerja yang baru mencapai 45,54 maka masih perlu ditingkatkan lagi. Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan, sumberdaya, motivasi dan penghasilan. Perlu dilakukan peningkatan kemampuan teknis petugas Kabupaten, pedoman supervisi dan advokasi kepada pengambilan keputusan di daerah.

Objectives: This research has objectives to measured provider?s performance by making observation to such on lung tuberculoses program at health center and then examines correlations between the individual, the psychology and the organization factors.
Method: Study design in this research is crossectional study. Collecting the data has been done by observation which the checklist used and interview which questionnaire used.
Result: This research show that the averages score of performance as much as 45.541. On the individual factor, level of income variables correlations significantly performance, so do with the level of competency show significant correlations. Furthermore motivation and perception (Psychology factors) correlation significantly to the provider's performance. Within the organization factor, variable of resources and organizational structure are significantly correlated. The multivariate analysis showed variables of competency, resources, motivation and income together explain the performance significantly with p value on the F test less of 0,05 and adjusted R Square of 0.773.
Recommendation: Considering low provider's performance it is suggested that specific intervention should bee done on improving provider's competency, providing adequate resources, improving motivation level, and providing attractive incentive for the providers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Hardiani Noorhizmah
"Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kegawatdaruratan global, World Health Organization melaporkan terdapat 8,6 juta kasus baru dan 1,3 juta kematian ditahun 2012. Saat ini, Indonesia merupakan negara peringkat kelima dengan beban TB terbesar. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan klien TB dengan tingkat kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Desain deskriptif korelasional dengan pendekatan penelitian cross sectional didapatkan 43 klien TB yang berobat di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki pengetahuan tinggi (65.1%) dan responden yang patuh minum OAT (67.4%). Hasil uji chi square menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT (p=0,033 α=0,05). Promosi kesehatan terkait TB masih perlu ditingkatkan dalam pelayanan keperawatan komunitas.

Tuberculosis (TB) is a global emergency problem. World Health Organization reported there were 8.6 million new cases and 1.3 million deaths in 2012. Currently, Indonesia is the fifth largest TB burden country. This study was conducted to determine the relationship of the level of knowledge of the TB clients with the level of Anti Tuberculosis Drugs (ATD) consumption adherence. Descriptive correlational design with cross-sectional research approach obtained 43 TB clients who had treatment in the public health center of Makasar District, East Jakarta. The results showed of the respondents had high knowledge (65.1%) and respondents adhere to drink ATD (65.7%). The results of the chi square test showed a significant association between the level of knowledge and the level of ATD consumption adherence (p = 0.033 α = 0.05). TB-related health promotion needs to be improved in the nursing community service.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Rakhmania
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyebar melalui udara. Jakarta Timur menjadi kota dengan jumlah kasus TB semua tipe tertinggi selama 6 berturut-turut dari tahun 2016-2021. Kejadian TB dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor-faktor risiko TB yaitu faktor lingkungan (jumlah rumah sehat dan kepadatan penduduk), faktor individu (jenis kelamin), dan faktor pelayanan kesehatan (angka keberhasilan pengobatan TB) dengan prevalence rate tuberkulosis di setiap kecamatan (10 kecamatan) di Kota Jakarta Timur pada tahun 2021 dengan desain studi ekologi. Hasil penelitian analisis tren kasus tuberkulosis menurut jenis kelamin, diketahui bahwa kasus tuberkulosis lebih lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Terdapat 3 kecamatan yang telah mencapai target global angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 90% yaitu Kecamatan Cakung (91%), Ciracas (91%), dan Duren Sawit (90%). Kecamatan Cakung dapat menjadi salah satu contoh berjalannya program pengobatan TB yang sudah efektif karena memiliki angka keberhasilan pengobatan TB (success rate TB) tertinggi (91%) dengan prevalence rate tuberkulosis terendah (129,80 per 100.000 penduduk). Hasil uji korelasi menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah rumah sehat dengan prevalence rate tuberkulosis pada 7 dari 10 kecamatan yaitu Cakung (p=0,009; r=-0,713), Ciracas (p=0,033; r=-0,615), Duren Sawit (p=0,005; r=0,748), Jatinegara (p=0,048; r=-0,580), Kramat Jati (p=0,013; r=0,692), Makasar (p=0,020; r=-0,657), dan Matraman (p=0,045; r=0,587). Selain itu, hubungan yang signifikan juga didapatkan antara kepadatan penduduk dengan prevalence rate tuberkulosis pada 7 dari 10 kecamatan yaitu Cakung (p=0,009; r=0,713), Ciracas (p=0,033; r=0,615), Duren Sawit (p=0,005; r=0,748), Jatinegara (p=0,048; r=0,580), Kramat Jati (p=0,013; r=0,692), Makasar (p=0,020; r=0,657), dan Matraman (p=0,045; r=0,587). Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kegiatan edukasi terkait rumah sehat dan edukasi terkait tuberkulosis kepada kelompok masyarakat, serta mengoptimalkan gerakan penanggulangan tuberkulosis dan penataan tata kota pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis and spread through the air. East Jakarta has been the city with the highest number of TB cases of all types for 6 consecutive years from 2016-2021. The incidence of TB can be influenced by several risk factors. The purpose of this study was to analyze the relationship of TB risk factors, namely environmental factors (number of healthy houses and population density), individual factors (gender), and health service factors (success rate TB) with the prevalence rate of tuberculosis in each sub-district (10 sub-districts) in East Jakarta City in 2021 with an ecological study design. The results of the study analyzed the trend of tuberculosis cases by gender, it was found that tuberculosis cases were more prevalent among men than women. There are 3 sub-districts that have reached the global target of 90% success rate TB, namely Cakung (91%), Ciracas (91%), and Duren Sawit (90%). Cakung sub-district can be an example of an effective TB treatment program because it has the highest success rate TB (91%) with the lowest TB prevalence rate (129.80 per 100,000 population). Correlation test results showed a significant relationship between the number of healthy houses and TB prevalence rate in 7 out of 10 sub-districts, namely Cakung (p=0.009; r=-0.713), Ciracas (p=0.033; r=-0.615), Duren Sawit (p=0.005; r=0.748), Jatinegara (p=0.048; r=-0.580), Kramat Jati (p=0.013; r=0.692), Makasar (p=0.020; r=-0.657), and Matraman (p=0.045; r=0.587). In addition, a significant relationship was also found between population density and tuberculosis prevalence rate in 7 out of 10 sub-districts, namely Cakung (p=0.009; r=0.713), Ciracas (p=0.033; r=0.615), Duren Sawit (p=0.005; r=0.748), Jatinegara (p=0.048; r=0.580), Kramat Jati (p=0.013; r=0.692), Makasar (p=0.020; r=0.657), and Matraman (p=0.045; r=0.587). Therefore, it is recommended to increase educational activities related to healthy homes and tuberculosis-related education to community groups, as well as optimize the tuberculosis prevention movement and urban planning in areas with high population density."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rinaldy Panusunan
"Latar belakang dan tujuan: Petugas kesehatan adalah populasi yang rentan terhadap infeksi Tuberkulosis (TB). Salah satu penilaian dalam kontrol infeksi TB adalah melakukan evaluasi pada petugas kesehatan, terutama yang kontak dengan pasien TB. Interferon gamma release assays (IGRA) adalah suatu alat untuk pemeriksaan infeksi TB laten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan angka proporsi infeksi TB laten pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang dilakukan pada 95 subjek dengan cara concecutive sampling. Subjek akan dilakukan anamnesis, foto toraks dan Xpert MTB/RIF untuk menyingkirkan diagnosis TB aktif dan TB MDR.
Hasil: Hasil IGRA positif didapatkan pada 37 subjek (38,9%) dan negatif pada 58 subjek (61,1%). Tidak ditemukan kasus TB aktif atau TB MDR. Didapatkan hubungan yang signifikan antara hasil pemeriksaan IGRA dengan lokasi kerja (P = 0,004).
Kesimpulan: Proporsi infeksi TB laten pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan dengan pemeriksaan IGRA adalah 38,9%.

Background: Healthcare workers (HCW) are group of population that are prone to tuberculosis (TB) infection. One of the tuberculosis infection control measure is the evaluation of HCW, especially those who have contact with TB patient. Interferon gamma release assays (IGRA) is a method for diagnosing latent TB infection (LTBI). The aim of this trial is to determine the proportion of LTBI in HCW in Persahabatan Hospital, a high burden TB hospital in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted among 95 HCW in Persahabatan Hospital who have contact with TB patient. Sample was recruited by consecutive sampling. The participants were subject to history taking, chest X ray and Xpert MTB/RIF to exclude the diagnosis of active TB infection or multi drug resistant (MDR) TB.
Results: Positive IGRA was found in 37 HCW (38,9%) and negative IGRA was found in 58 HCW (61,1%). There were no active TB and MDR TB in HCW. There was a significant association between IGRA result and the work place (P = 0,004).
Conclusion: Proportion of LTBI in HCW in Persahabatan Hospital by using IGRA was 38,9%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Putri
"Tuberkulosis masih menjadi penyakit yang memakan korban jiwa pada masyarakat. Pengetahuan penyakit tuberkulosis penting bagi keluarga untuk melakukan pencegahan. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa pengetahuan tuberkulosis masih rendah. Rendahnya pengetahuan tuberkulosis menjadikan keluarga rentan terserang. Keluarga sebagai kelompok terkecil dalam masyarakat memiliki peran dalam menjaga kesehatan yang disebut tugas kesehatan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tuberkulosis dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam melakukan pencegahan. Penelitian menggunakan desain deskriptif cross sectional dengan teknik purposive sampling dengan responden sejumlah 111 keluarga pada enam provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tuberkulosis dan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam pencegahan TB (p = 0,002; α = 0,05). Pengembangan program edukasi  tuberkulosi berbasis keluarga di Indonesia perlu untuk meningkatkan pengetahuan meningkat sehingga keluarga dapat melakukan pencegahan tuberkulosis dengan melaksanakan tugas kesehatan.

Tuberculosis is still a disease that takes lives in the community. Knowledge of tuberculosis is important for families to take precautions. Previous research shows that tuberculosis knowledge is still low. Low tuberculosis knowledge makes families vulnerable to the disease. The family as the smallest group in society has a role in maintaining health, called the family health task. This study aims to determine the relationship between tuberculosis knowledge and the implementation of family health tasks in
tuberculosis prevention. The study used a cross sectional descriptive design with a purposive sampling technique with 111 family respondents in six provinces in Indonesia. The results showed there was a significant relationship between the level of tuberculosis knowledge and the implementation of family health tasks in tuberculosis prevention (p = 0,002; α = 0.05). The development of a family-based tuberculosis education program in Indonesia needed to increase the knowledge so that families can carry out tuberculosis prevention by out health tasks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>