Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166683 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunawan Tri Nugroho
"[Baja Bake Hardening (BH) merupakan baja baru yang mulai digunakan pada industri otomotif karena material ini menjadi solusi dari proses pembentukan panel mobil yang mudah dan keinginan hasil akhir berupa panel yang kuat. Sifat material BH ini yaitu akan menjadi lebih kuat dengan kenaikan yield strength sebesar 30-40 MPa hanya dengan mendapatkan pre-strain / regangan awal minimal 2% dan pemanasan 170°C selama 20 menit. Dalam proses pembuatan mobil, regangan awal didapat saat proses pembentukan panel mobil atau tekanan saat spot welding dan pemanasan didapat saat oven rangka mobil di proses pengecatan. Pada penelitian ini, perubahan parameter arus dan proses pemanasan di teliti dan didapatkan bahwa kekuatan spot welding akan naik setelah mendaptkan pemanasan dan arus yang optimal pada 11kA karena lebih dari itu akan turun. Serta pada arus 8kA sebelum pemanasan tidak terbentuk nugget (cold weld) namun bisa diperbaiki
kualitas nuggetnya dengan pemanasan. Hal ini tidak terjadi pada material bukan BH. Dan secara kekerasan, mulai Base Metal-HAZ-Nugget juga mengalami kenaikan setelah oven. Secara mikrostruktur, berubah mulai dari dominasi ferrite menjadi ferrite-perlite dan pada nugget terdapat bainit walapun dalam jumlah yang kecil.;Bake Hardening Steel is a new material has been using in automotive industry because this material become solution for easy forming panel car and last product is good strength. Characteristic material will increase yield strength until 30-40MPa only by get pre strain minimum 2% and get baking on temperature 170°C at 20 minutes. In Manufacturing Cars, pre-strain get from forming process panel or
pressure during spot welding process and for baking get during oven process body car on painting process. On this research, variation welding current and baking process had been studied and get result strength of spot welding will increase after get baking process and
parameter optimal in current 11kA and if current more than 11kA, strength will decrease. Also for current parameter 8kA before baking nugget not occurred but can be improve after baking. For hardness, from base metal-HAZ-Nugget also increase after baking. And for microstructure, change from dominant ferrite become ferrite-perlite and on nugget small area had bainit., Bake Hardening Steel is a new material has been using in automotive industry
because this material become solution for easy forming panel car and last product
is good strength. Characteristic material will increase yield strength until 30-40MPa
only by get pre strain minimum 2% and get baking on temperature 170°C at 20
minutes. In Manufacturing Cars, pre-strain get from forming process panel or
pressure during spot welding process and for baking get during oven process body
car on painting process.
On this research, variation welding current and baking process had been studied
dan get result strength of spot welding will increase after get baking process and
parameter optimal in current 11kA and if current more than 11kA, strength will
decrease. Also for current parameter 8kA before baking nugget not occurred but
can be improve after baking. For hardness, from base metal-HAZ-Nugget also
increase after baking. And for microstructure, change from dominant ferrite become
ferrite-perlite and on nugget small area had bainit.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusfiat Fitriani
"[ABSTRAK
Material Bake Hardening merupakan material yang memiliki sifat mudah dideformasi sebelum diberi perlakuan panas dan sulit dideformasi setelah diberi perlakuan panas. Material ini merupakan material baru yang digunakan pada industri otomotif untuk digunakan pada kerangka mobil dan badan mobil. Material ini akan disambungkan menggunakan mesin Resistance Spot Welding. Resistance Spot Welding merupakan salah satu jenis pengelasan yang banyak digunakan di industri otomotif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari parameter kuat arus dari mesin resistance spot welding pada material bake hardening. Penyambungan material bake hardening ini dilakukan dengan menggunakan mesin resistance spot welding dengan pemberian kuat arus 8kA, 9kA, 10kA, 11kA dan 12kA. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian kekerasan, geser, pengamatan SEM, dan metalografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan optimum yaitu 5,68kN dan kekerasan optimum yaitu 237,34 VHN didapat pada sampel yang diberi kuat arus sebesar 11kA. Pemberian kuat arus diatas 11kA akan menyebabkan penurunan pada kekuatan dan kekerasan. Pola penjejakan kekerasan menunjukkan bahwa daerah nugget memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan base metal. Struktur mikro juga menunjukkan bahwa semakin ke daerah nugget, butir semakin membesar dan fasa bainite bertambah banyak.

ABSTRACT
Bake Hardening material is a material that is easily deformed before being given a heat treatment and become a hard deformed after being heat-treated. This material is a new material used in the automotive industry for car frame and car body. This material will be welded using Resistance Spot Welding machine. Resistance Spot Welding is one type of welding that is widely used in the automotive industry. This study aims to determine the effect of the current welding parameters of resistance spot welding to bake hardening material. The joining of bake hardening material is performed using resistance spot welding machine with current 8kA, 9kA, 10kA, 11kA and 12kA. Tests performed include hardness testing, shear, SEM and metallography. The results showed that the optimum tensile strength is 5,68kN and optimum Vickers hardness is 237.34 VHN samples were obtained at a current of 11kA. Giving current 11kA above will cause a decrease in tensile strength and Vickers hardness. Hardness distribution of Vickers hardness shows that nugget area has a higher hardness than the base metal. Microstructure also shows that the area to the nugget, grain growing and increasing bainite phase.
;Bake Hardening material is a material that is easily deformed before being given a heat treatment and become a hard deformed after being heat-treated. This material is a new material used in the automotive industry for car frame and car body. This material will be welded using Resistance Spot Welding machine. Resistance Spot Welding is one type of welding that is widely used in the automotive industry. This study aims to determine the effect of the current welding parameters of resistance spot welding to bake hardening material. The joining of bake hardening material is performed using resistance spot welding machine with current 8kA, 9kA, 10kA, 11kA and 12kA. Tests performed include hardness testing, shear, SEM and metallography. The results showed that the optimum tensile strength is 5,68kN and optimum Vickers hardness is 237.34 VHN samples were obtained at a current of 11kA. Giving current 11kA above will cause a decrease in tensile strength and Vickers hardness. Hardness distribution of Vickers hardness shows that nugget area has a higher hardness than the base metal. Microstructure also shows that the area to the nugget, grain growing and increasing bainite phase., Bake Hardening material is a material that is easily deformed before being given a heat treatment and become a hard deformed after being heat-treated. This material is a new material used in the automotive industry for car frame and car body. This material will be welded using Resistance Spot Welding machine. Resistance Spot Welding is one type of welding that is widely used in the automotive industry. This study aims to determine the effect of the current welding parameters of resistance spot welding to bake hardening material. The joining of bake hardening material is performed using resistance spot welding machine with current 8kA, 9kA, 10kA, 11kA and 12kA. Tests performed include hardness testing, shear, SEM and metallography. The results showed that the optimum tensile strength is 5,68kN and optimum Vickers hardness is 237.34 VHN samples were obtained at a current of 11kA. Giving current 11kA above will cause a decrease in tensile strength and Vickers hardness. Hardness distribution of Vickers hardness shows that nugget area has a higher hardness than the base metal. Microstructure also shows that the area to the nugget, grain growing and increasing bainite phase.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risly Wijanarko
"Paduan Al 7XXX Al-Zn-Mg merupakan salah satu paduan aluminium yang mampu dilaku panas dan memiliki kekuatan tinggi. Paduan Al 7xxx dapat diperkuat dengan pengerasan pengendapan. Dalam proses pengerasan pengendapan, proses laku pelarutan merupakan tahapan penting dimana fasa kedua larut ke dalam matriks agar dapat bertransformasi menjadi presipitat saat proses penuaan. Selain itu, penambahan Ti dapat memperkuat paduan dengan melakukan penghalusan butir. Penelitian kombinasi laku pelarutan dengan penghalusan butir oleh Ti masih terbatas. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diamati pengaruh temperatur laku pelarutan terhadap struktur mikro dan sifat mekanis paduan Al-5.1Zn-2Mg dengan penambahan 0.1 berat Ti hasil squeeze casting. Paduan Al-5.1Zn-2Mg-0.1Ti hasil pengecoran dihomogenisasi pada temperatur 400 C selama 4 jam. Setelah itu, laku pelarutan dilakukan dengan variasi temperatur 220, 420, dan 490 C, dilanjutkan dengan pencelupan cepat. Selanjutnya, penuaan dilakukan pada temperatur 130 C selama 48 jam. Karakterisasi meliputi pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik, dan Scanning Electron Microscope SEM Energy Dispersive Spectroscopy EDS, pengujian kekerasan Rockwell, X-Ray Diffraction XRD, dan Simultaneous Thermal Analysis STA. Penambahan 0.1 berat Ti dapat memperbulat struktur butir paduan dan menyebabkan tegangan permukaan antarmuka matriks ?-Al menurun sehingga fasa kedua lebih mudah untuk berdifusi ke dalam matriks saat laku pelarutan. Peningkatan temperatur laku pelarutan dapat meningkatkan jumlah fasa kedua yang larut ke dalam matriks. Hal ini dapat ditunjukkan melalui fraksi volume fasa kedua dari kondisi setelah homogenisasi, yaitu 7.07 menjadi 6.74, 3.50, dan 2.75 untuk temperatur laku pelarutan 220, 420, dan 490 C. Banyaknya fasa kedua yang larut berdampak pada kekerasan yang dihasilkan setelah penuaan. Nilai kekerasan penuaan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur laku pelarutan, yaitu 41.68, 52.46, dan 70.98 HRB pada temperatur laku pelarutan 220, 420, dan 490 C. Selain itu, nilai kekerasan paduan dengan 0.1 berat Ti lebih tinggi dibanding paduan tanpa Ti setelah penuaan karena jumlah fasa kedua yang larut lebih besar sehingga presipitat yang terbentuk menjadi lebih banyak.

Al 7XXX alloy is one of heat treatable aluminium alloy which has superior strength. It can be strengthened by precipitation hardening. Solution treatment in precipitation hardening sequence has an important role in which second phases will dissolve, and vacancies will be quenched in the matrix to form precipitates in the ageing process. Another strengthening can be done by the addition of Ti as grain refiner. However, there is still lack of study concerned on the combination of solution treatment with grain refining by Ti. Thus, this study is aimed to investigate the effect of solution treatment temperature on microstructure and mechanical properties of Al 5.1Zn 2Mg alloy with 0.1 wt. Ti produced by squeeze casting. As cast alloy was homogenized at 400 C for 4 h. Solution treatment was conducted at 220, 420, and 490 C, followed by rapid quenching. The alloy was subsequently aged at 130 C for 48 h. Characterization was performed by optical microscope, Scanning Electron Microscope SEM ndash Energy Dispersive Spectroscopy EDS, Rockwell hardness testing, X Ray Diffraction XRD, and Simultaneous Thermal Analysis STA. The addition of 0.1 wt. Ti resulted in rounder grains which possess lower surface tension between the Al matrix and second phase interface so that the dissolution of it will be much easier while solution treatment. Increasing solution treatment temperature leads to decreasing volume fraction of the second phases at grain boundaries. It can be known by quantitative analysis from as homogenized condition with volume fraction of 7.07 which decreased to 6.74, 3.50, and 2.75 after solution treatment at 220, 420, and 490 C, respectively. The amount of dissolved second phases will affect the final hardness after ageing process, at which the hardness was increasing with increasing solution treatment temperature. The hardness was 41.68, 52.46, and 70.98 HRB with solution treatment temperature of 220, 420, and 490 C, respectively. Besides, the hardness value of 0.1 wt. Ti added alloy was higher than that of the alloy without Ti addition. It was due to higher second phase dissolution which leads to more precipitates formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Setiawan
"Metode flame hardening digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan dari baja tuang perkakas yang akan digunakan untuk pembuatan cetakan. Dengan menggunakan variabel terkontrol Silikon dihasilkan bahwa kekerasan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kadar Silikon. Kekerasan pada bagian permukaan diakibatkan adanya pembentukan fasa martensit saat pendinginan cepat setelah proses flame hardening.
Penelitian dilakukan dengan cara menyemburkan api hasil pembakaran gas oksiasetilen pada permukaan baja tuang perkakas pada temperatur 720°C ? 800°C dengan terlebih dahulu dilakukan proses spheroidisasi anil dan tempering pada temperatur 640°C. Sedangkan jenis baja tuang perkakas yang digunakan mengacu pada baja tuang perkakas JIS SKD 11 dengan variabel terkontrol adalah Silikon. Dari hasil penelitian diketahui nilai kekerasan pada permukaan dari masing ? masing baja tuang perkakas dengan kandungan Silikon yang berbeda (0,8%, 2%, dan 3%) adalah mencapai: 58 HRC, 63 HRC, dan 65 HRC.
Hasil yang dicapai pada penelitian dengan metode flame hardening ini menunjukkan kualitas yang cukup baik sehingga metode ini sangat layak digunakan untuk aplikasi industri terutama dalam membuat cetakan.

Flame hardening method was used to improve surface hardness of tool steel that will be used to make a mould. With variable controlled of Silicon, it is resulted that the hardness will be improved along with additional amount of Silicon. The hardness in the surface area is caused by forming of martensite phase while rapid cooling after flame hardens process, and because of Chrome carbide forming.
The research was carried out by spraying the flame from mixing gas burn of Oxygen and Acetylene (Oxy-Acetylene) into the surface of tool steel at temperature 720°C ? 800°C with accompanied of spherodizing anneal, and tempering process at temperature 640°C. The type of tool steel that used in this research is referring to JIS SKD11 tool steel with Silicon as controlled variable. From the research, the hardness value in the surface for tool steel was known with the different content of Silicon (0, 8%, 2%, and 3%) up to: 58 HRC, 63 HRC, and 65 HRC.
The flame hardening method from this research shows that the quality of the result is very good. As a result, this method applicable for used in industrial world, especially to make a mould."
2008
S41758
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Nugraha
"Proses pengerasan permukaan pada dies stamping dengan metode nitriding dilakukan untuk meminimalisir efek gesekan yang ditimbulkan. Powder nitriding merupakan salah satu metode nitriding dengan biaya investasi dan proses yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan metode gas dan plasma. Pupuk urea sebagai alternatif sumber nitrogen yang memiliki konsentrasi nitrogen minimum 46% yang terdekomposisi sempurna menjadi gas amonia dan kemudian terdisosiasi menjadi nitrogen dalam bentuk mono atomik pada temperatur 500º-600ºC. Percobaan proses powder nitriding dilakukan pada baja AISI H13 yang sebelumnya telah dikeraskan didalam vacuum furnace dengan quenching gas nitrogen dengan tekanan 1.9 bar. Pada percobaan powder nitriding dilakukan variasi temperatur 500ºC, 550ºC dan 600ºC dengan waktu proses 2 jam, 4 jam dan 6 jam serta variasi konsentrasi nitrogen dalam jumlah urea 200 gram, 300 gram dan 400 gram yang kemudian dikarakterisasi dengan micro hardenss test, pengamatan struktur mikro dengan menggunakan microscope optic dan scanning electron microscope serta energy dispersive X-ray spectroscopy. Hasil pengujian sifat mekanik menunjukkan nilai uji kekerasan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan temperatur, konsentrasi nitrogen dan waktu proses. Pengamatan struktur mikro membuktikan bahwa kedalaman zona difusi dipengaruhi oleh parameter proses yang berkorelasi dengan hasil uji kekerasan. Selain itu, hasil karakterisasi energy dispersive X-ray spectroscopy pada compound layer merupakan area yang memiliki konsentrasi nitrogen paling tinggi dan kemudian konsentrasi nitrogen menurun pada zona difusi. Fasa tunggal epsilon dengan konsentrasi nitrogen paling tinggi yaitu 28,69 at% diperoleh pada parameter temperatur 600ºC pada waktu proses 6 jam dan jumlah urea 400 gram yang juga merupakan parameter optimum yang memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi dan kedalaman difusi yang paling dalam. Kesimpulan menunjukkan bahwa parmeter temperatur, waktu dan konsentrasi nitrogen memiliki keterkaitan yang berpengaruh terhadap pembentukkan presipitat nitrida yang berperan dalam peningkatan kekerasan permukaan.

The process of surface hardening on dies stamping using the nitriding method is carried out to minimize the friction effect. Powder nitriding is a nitriding method with a relatively lower investment and process cost compared to the gas and plasma methods. Urea fertilizer as an alternative source of nitrogen which has a minimum nitrogen content of 46% which is completely decomposed into ammonia gas and then dissociates into nitrogen mono-atomic at a temperature of 500º-600ºC. The powder nitriding process experiment was performed on AISI H13 steel which was previously hardened in a vacuum furnace with quenching nitrogen gas with a pressure of 1.9 bar. in the powder nitriding experiment, temperature variations were carried out at 500ºC, 550ºC and 600ºC with a processing time of 2 hours, 4 hours and 6 hours and variations in nitrogen concentration in the amount of urea 200 grams, 300 grams and 400 grams in the powder nitriding process for AISI H13 steel, characterized by micro hardenss test, observation micro structure using a microscope optic and scanning electron microscope as well as energy dispersive X-ray spectroscopy. The results of the mechanical properties examination indicated the hardness test will increase with increasing temperature, nitrogen concentration and processing time. Microstructure observations prove that the depth of the diffusion zone is influenced by process parameters which correlate with the hardness test results. In addition, the result of energy dispersive X-ray spectroscopy on the compound layer is the area that has the highest nitrogen concentration and then the nitrogen concentration decreases in the diffusion zone. The single-phase epsilon with the highest nitrogen concentration of 28.69 at% was obtained at a temperature parameter of 600ºC at 6 hours processing time and the amount of urea 400 grams which is also the optimum parameter which has the highest hardness value and the deepest diffusion depth. The conclusion shows that the parameters of temperature, time and nitrogen concentration have a relationship that affects the formation of nitride precipitates which play a role in increasing surface hardness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Lufthi Herdian
"ABSTRAK
Upaya peningkalan kinerja dan prototipe alat Flame l-Iaxdening dilakukan dengan jalan mengembangkan disain, mempexbaharui fungsi, dan menerapkan sistem kontrol proses yang lebih presisi. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi mcnuntut perencanaan dan kontrol proses yang elisien dan sistematis, yang menjadi fokus utama dalam penelitian. Dan suatu sistem kontrol proses otomatik telah berhasil dirancang bangun dengan tujuan tidal: hanya untuk meningkatkan performa produksi, tetapi juga untuk mempemmdah pengoperasian dan pengendalian proses
Hasil penelitian oleh Heri Kristiyono menunjukkan bahwa keoepatan translasi relatif benda kerja yang terkonirol dapat meningkatkan karakteristik kekemsan permukaan dari sampel produk pisau potong Hal yang sempa juga berlaku untuk sampel produk roda gigi, dirnana Iaju rotasi relatif benda kcrja terhadap pcmanas alcan sangat berpengaruh terhadap transfer panas yang tezjadi di permukaan benda kerja_
Secara signifikan, faktor ini alcan sangat mempengaruhi pembentukan dan U3,l'lSf0ITl'l3Sl strukmr austenitc dan martensite di pennukaan benda kexja sebagai tolak ukur dari kekerasan pemlukaan dari produk.
Berikut merupakan hasil yang diperoleh dari kontrol kecepatan translasi dan rotasi benda kelja yang diperoleh dengan sistem kontrol otomatik.
Pusat sistem kontrol otomatik dikendalikan oleh sebuah chip mikrokontroler yang memiliki antamwka dengan sebuah layar peraga numerik dan tombol-tomboi navigasi, yang didisain untuk menerima input parameter dari pemakai dengan suatu rancangan menu sistem sederhana. Pusat sistem juga memiliki antarmuka dengan unit kontrol ekstemal yang yang mampu mengendalikan kecepatan dan arah putaran dan motor DC, dan sensor~sensor pemantau posisi benda kerja. Mikrokomroler bekelja secara elektronik digital, memiliki program internal, dan mampu mengendalikan Selumh perangkat dalam proses yang terhubung dengan sistem.
Karakteristik produk yang diperoleh dari hasil penelitian pada produk roda gigi memperlihatkan disiribusi struktur mikro manensite halus yang merata pada tiga daerah pennukaan referensi dari benda uji dengan nilai kekerasan tertinggi yang dapat dicapai sekitar 551 I-Iv, yaitu pada daerah puncak gigi. Daerah sisi gigi dan dasar gigi menunjukkan peningkatan kekerasan yang cukup baik dari nilai kekerasan awal sekirar 220 Hv, dengan nilai kekrasan masing»masing 303 Hv dan 269 Hv.
Dirancang bangun untuk skala industri kecil, prototipe alat Flame Hardening ini telah menunjukkan kinezja yang cukup baik dalam hal kemampuan multi-proses, yaitu kemampuan melakukan proses pengerasan pemukaan produk-produk bqja seperti pisau potong (baja karbon medium) dan roda gigi mesin (baja paduan). Selain itu, prototipe juga memiliki kelinearan kecepatan translasi (0,495 - I,606 cm/detik) dan kecepatan rotasi (l,7 - 7,68 rpm), serta sensinvitas sensor pendeteksi gerak benda kerja (resolusi 4,34 mm) untuk kepresisian dimensi yang cukup baik. Hasil ini diharapkan akan dapat mengoptimalkan karakteristik dari produk pengerasan permukaan. Secara teoritis, fungsi-fimgsi tersebut masih dapat dilingkatkan dan dikembangkan lebih lanjut guna memenuhi kebutuhan produksi akan produk-produk yang memiliki bentuk dan jenis yang iebih bervariasi.

"
2001
S41541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverta Rezeki
"ABSTRAK
Pada industri manufaktur logam, barang impor tidak hanya berupa bahan dasar saja, akan tetapi juga banyak dalam bentuk barang jadi, sehingga bangsa Indonesia hanya sebagai konsumen saja. Hal ini sangat merugikan karena mengakibatkan ketergantungan terhadap barang impor. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberdayakan industri kecil sebagai usaha menghidupkan perekonomian kerakyatan. Salah satunya dengan peralatan panas dengan metode progressive flame hardening dengan menggunakan dua torch. Sehingga pada penelitian ini berusaha meneliti kinerja dari alat progressive flame hardening dengan variabe! Kecepatan translasi benda kerja serta jarak antara dua torch terhadap kekerasan permukaan pisau potong.
Pada penelitian ini kecepatan translasi benda kerja yang digunakan yaitu 7 mm/s, 8 dan 9 mm/s' dengan jarak antara dua torch 5 cm. Sedangkan untuk variabel jarak antara dua torch menggunakan jarak 3,5 cm; 5 cm; dan 7,5 cm dengan kecepatan translasi 8 mm/s. Kedua variabel diatas menggunakan posisi pemanas dari samping karena terbukti dengan pemanasan dari samping benda uji tidak mengalami peleburan pada saat pemanasan. Selain itu proses yang digunakan adalah Single pass, karena diharapkan dengan penggunaan dua torch maka masukan panas akan lebih besar sehingga temperatur pengerasan yang diinginkan dapat tercapai.
Pada kecepatan translasi benda kerja, temperatur pengerasan maksimum yang dapat dicapai pada kedalaman 7 mm adalah 597 ?C pada kecepatan translasi 8 mm/s dengan nilai kekerasan mencapai 523 VHN ( 51 HRC) dan total kedalaman pengerasan 2135206 pm (2,l mm). Demikian halnya dengan variabel jarak antara dua torch, temperatur maksimum yang dapat dicapai yaitu sebesar 597C pada jarak antara dua torch 5 cm. Sedangkan nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada jarak antara torch 7,5 cm sebesar 566 VHN (52 HRC) dengan total kedalaman pengerasan sebesar 2575,39 pm (2,6 mm).

"
2001
S41471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
"Paduan aluminium banyak dipakai pada aplikasi otomotif, karena berat jenisnya yang rendah dan ketahanan korosinya yang baik. Karena alasan ekonomis, proses pengecoran produk otomotif selalu memakai scrap dalam komposisi yang cukup besar, yang mengakibatkan fluktuasi kandungan unsur paduan, seperti antara lain Zn. Studi ini mempelajari peran Zn sebesar 1 dan 9 wt. % di dalam proses pengerasan presipitasi paduan aluminium AA319. Pengujian kekerasan dan kekuatan dilakukan untuk mengamati sifat mekanik paduan, sementara respons paduan terhadap pengerasan presipitasi diikuti melalui pengujian kekerasan. Evolusi struktur mikro diamati dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM (scanning electron microscope) yang dilengkapi dengan EDS (energy dispersive spectroscopy). Distribusi unsur terlarut dipelajari dengan X-ray mapping pada mode back scattered electron. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Zn sebesar 1 dan 9 wt. % pada paduan AA319 meningkatkan kekerasan dan kekuatan. Selain itu, juga terjadi transformasi morfologi fasa Al-Fe-Mn-Si dari bentuk huruf cina (chinese script) menjadi jarum (needle). Transformasi ini diperkirakan terjadi karena larutnya Zn di dalam matriks aluminium yang mengubah tegangan permukaan antara matriks dan inti fasa interdendritik. Penambahan Zn meningkatkan respons paduan terhadap penuaan alami, namun tidak menyebabkan perubahan signifikan pada penuaan buatan di temperatur 200 oC. Zn diketahui tersegregasi di sekitar fasa Al2Cu.

Aluminium alloys are widely used for automotive application due to its low density and high corrosion resistance. For economic reason, casting of automotive products always uses aluminium scrap as charging materials that may result in fluctuation of content of alloying element, such as Zn. This research studies the role of Zn in precipitation hardening of AA319 aluminium alloys. Hardness and tensile testing were conducted to study the mechanical properties of the alloys, while ageing response was followed by hardness measurements. Evolution of microstructures was observed by using optical microscope and SEM (scanning electron microscope) equipped with EDS (energy dispersive spectroscopy). Distribution of solute elements was detected by x-ray mapping and formation of nanoprecipitates was observed by using TEM (transmission electron microscope). Research results showed that addition of 1 and 9 wt. % Zn on AA310 alloys increases strength and hardness. Morphology transformation of Al-Fe-Mn-Si phase from chinese script into needle shape was detected, and may be due to dissolution of Zn in aluminium matrix that change the interfacial stress between the matrix and interdendritic phases. Addition of Zn also increased response of alloys to natural ageing but no significant change was detected for artificial ageing at 200 oC. Age hardening was contributed by the formation of θ? (Al2Cu) nanoprecipitates. Zn was segregated on the periphery of Al2Cu phase."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Surya Farista
"Stainless steel memiliki struktur mikro yang lengkap dan stabil dan banyak digunakan dalam industri modern seperti pembuatan kapal uap, produksi kimia dan reaktor nuklir karena ketahanan terhadap korosi dan kemampuan mekanik yang baik terhadap suhu tinggi, perlakuan panas tidak akan mempengaruhi kekerasan permukaan, perlu ditempa untuk mengurangi ukuran butir sehingga dapat mengeraskan permukaan menggunakan variasi beban 1 kg, 2 kg, 3 kg, mengkarakterisasi bahan menggunakan teknik difraksi sinar-X (XRD), dan sifat elektrokimia menggunakan teknik Linear Sweep Voltammetry (LSV), Open Circuit Potentiometry Technique (OCP) dan Cyclic Voltammetry (CV) dalam NaCl 3,5% wt. Terdapat pengecilan ukuran bulir pada sampel yang telah di beri penempaan dari 21 nm menjadi 10 nm pada 1 kg, 34 nm pada 2 kg, 10 nm pada 3 kg dan 4 nm pada 4 kg, karena penempaan juga menambah banyak nya grain menyebabkan potensi korosi semakin timggi yaitu laju korosi pada sampel dari 1,45 μm/tahun, menjadi 1,19 μm/tahun pada 1 kg, 1, 91 μm/tahun pada 2 kg dan 2,62 μm/tahun pada 3 kg dengan suhu uji 25 ̊C menggunakan larutan NaCl 3,5% wt
Stainless steel has a complete and stable microstructure and is widely used in modern industries such as steamship making, chemical production, and nuclear reactors because of its corrosion resistance and good mechanical ability to high temperature, heat treatment will not affect the surface hardness, need to be forged to reduce grain size so that it can harden the surface using variations in the load of 1 kg, 2 kg, and 3 kg, characterize material using X-ray diffraction technique, and the electrochemical properties using linear sweep voltammetry technique (LSV), open circuit potentiometry technique (OCP) and Cyclic Voltammetry (CV) in NaCl 3.5% wt. There is a reduction in grain size in the sample which has been forged from 21 nm to 10 nm at 1 kg, 34 nm at 2 kg, 10 nm at 3 kg and 4 nm at 4 kg because forging also adds much grain causing more corrosion potential lead is the corrosion rate in the sample from 1.45 μm / year, to 1.19 μm / year at 1 kg, 1, 91 μm / year at 2 kg and 2.62 μm / year at 3 kg with a test temperature of 25 ̊C using a solution of NaCl 3.5% wt"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdi Syarif
"ABSTRAK
Alat flame hardening merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan
proses flame hardening. Proses ini ditujukan untuk meningkatkan sifat mekanik
pada permukaan suatu komponen baja. Peningkatan kekerasan pada permukaan komponen dilakukan dengan membentuk struktur martensit pada permukaan bahan sehingga kekerasan permukaannya meningkat. Alat ini bekerja dengan sumber pemanas dari torch welding dengan bahan bakar oksi-asetilen, dan media pendingin air. Alat ini mampu melakukan proses untuk sampel pisau dan roda gigi dengan metode progressive dan spinning.
Pengembangan alat ini ditujukan agar alat ini merniliki muitifungsi, sehingga
dapat memproses sampel roda gigi dan pisau. Kemudahan pengoperasian alat juga menjadi salah satu fokus pengembangan, salah satu kemudahan adalah pengaturan jarak dan sudut torch. Penyempumaan rangka utama menyebabkan alat ini lebih kompak dan kokoh.
Hasil pengujian proses flame hardening menunjukan terbentuknya struktur
martensit pada permukaan sampel sehingga kekerasan permukaan roda gigi
meningkat. Pengujian ini dilakukan dengan memanaskan sampel roda gigi hingga mencapai temperatur austenisasi, setelah itu dilakukan proses quenching pada sampel sehingga terbentuknya siruktur martensit.

"
2001
S41491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>