Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Ana Wati
"Cakupan imunisasi BIAS di Kota Tangerang lebih rendah dari target nasional yang telah ditetapkan hanya sebesar 90,84%. Kelengkapan status imunisasi BIAS pada anak salah satunya dipengaruhi oleh kepatuhan ibu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan apa yang berhubungan dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasikan anak usia sekolah di Kota Tangerang dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Penelitian ini menggunakan 300 responden yang dipilih dengan metode snowballing sampling dengan tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara.
Penelitian ini menemukan hasil sebanyak 73% anak usia sekolah telah mendapatkan imunisasi ulangan lengkap dan yang mempengaruhi kepatuhan ibu adalah: tingkat pendidikan, pengetahuan, dukungan suami, dukungan petugas, dan riwayat KIPI. Hanya 40% suami yang menyatakan bahwa anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi lengkap. Dukungan suami merupakan faktor yang paling berpengaruh. Perlunya meningkatkan peran tenaga kesehatan dan kerjasama lintas sektoral dalam meningkatkan cakupan imunisasi dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama suami melalui penyuluhan tentang manfaat imunisasi.

Low immunization coverage of School-Based Immunization for School-Aged Childrenin Tangerang Regency at 2014 amounted only 90.84 % this case affecting by mother awreness.The goal of this research is to find out one of the determinant factor that is related to mother’s awareness to Complete-Booster school Immunization Status toward Children in Tangerang Regency with Cross sectional as the research design. This study used 300 respondents selected by snowballing sampling method with data collection techniques using interviews.
This study found the results amountedonly 73% had been immunized and the most influence factors associated with mother’s awareness are: level of education, knowledge, husband support, Healthy personnel support, and history of KIPI. Only 40% husband says that their children must have complete their status immunization for school age children. Husband’s Support is the most influent factor. Support Need to enhance healthy personnel and cross sector coordination in improving immunization coverage by increasing knowledge of the community, especially for the husband through counseling about the benefits of immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesylia Ananda Putri
"Cakupan imunisasi dua Puskesmas yaitu Puskesmas Cisauk dengan data cakupan imunisasi DPT/HB/hib (87%) dan Puskesmas Suradita (104%), pada tahun 2018 terdapat 7 kasus KLB difteri yang tersebar di Kelurahan Suradita, Cibogo, Cisauk dan Dangdang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan kepatuhan ibu dalam mengimunisasikan pentavalen dasar.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan dengan rancangan cross sectional di wilayah Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang pada bulan Mei-Juni 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki yang memiliki baduta usia 4-24 bulan. Penarikan sampel menggunakan multistage sampling dengan besar sampel 250 orang. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang telah teruji validitas dan reabilitas. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dan multivariate dengan regresi logistik ganda.
Hasil: Variabel yang berhubungan dengan kepatuhan adalah dukungan suami, persepsi hambatan dan keterpaparan informasi. Dukungan suami merupakan variabel yang paling dominan.

Immunization coverage (UCI) in Cisauk Subdistrict, Tangerang Regency in 2018 has reached the 100% target where the Cisauk Subdistrict area has two Primary health center there is Cisauk Health Center with DPT / HB / hib immunization coverage data (87%). and Suradita primary Health Center (104%), in 2018 there were 7 cases of diphtheria outbreaks spread in Suradita Village, Cibogo, Cisauk and Dangdang.
Methods: Observational analytic method with cross-sectional approach was used in this study. The research sample was 250 respondents who were in the Cisauk District of Tangerang Regency with a total sampling method. Data collection by interview and observation. Data analysis using univariate and bivariate.
Results: he multivariate test results from this study found that the most dominant variables related to maternal obedience were OR = 9.355 (95% CI = 3.868-22.62). It can be interpreted that the low husband's support is 9,355 times not obedient in basic pentavalent immunization
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Wibisono
"Persentase kelurahan yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) di pada tahun 2015 sudah 100%, namun demikian masih terdapat kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis determinan kepatuhan ibu dalam program imunisasi dasar lengkap di puskesmas kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas kelurahan pondok labu bulan April - Juni 2017. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan simpel random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner pada 90 responden. Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 63,3% ibu patuh pada program imunisasi. Hasil regresi logistik ganda menunjukkan persepsi manfaat sebagai determinan yang paling mempengaruhi kepatuhan ibu karena ibu yang mempersepsikan imunisasi dasar lengkap bermanfaat berpeluang 26,8 kali lebih patuh setelah dikontrol persepsi keparahan dan persepsi hambatan.

The percentage of urban village reaching Universal Child Immunization (UCI) in 2015 is 100%, but there are still cases of Immunizable Preventable Diseases (PD3I). The purpose of this study is to analyze the determinants of maternal obedience in the complete basic immunization program at Puskesmas Pondok Labu South Jakarta in 2017. The variables studied are age, education, knowledge, Perceived susceptibility, Perceived severity, Perceived benefits, Perceived barriers, family support and exposure information. This research was conducted in the working area of Puskesmas Pondok Labu Sauth Jakarta from April to June 2017. The research used cross sectional study design. Sampling was done by simple random sampling. Data collection was done through interview with questioner on 90 respondents. The results of this study found as many as 63.3% of obedient mothers in the immunization program. The result of multiple logistic regression shows the Perceived benefits as the determinant that most influence maternal compliance because the mother who perceives complete basic immunization is beneficial to have 26,8 times more compliance after controlled Perceived severity and Perceived barriers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Rizka Wardhani
"Latar belakang: Kota Depok mengalami kenaikan 110 kasus kanker serviks pada 2021-2022. Sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV). Program imunisasi HPV di Indonesia terintegrasi dengan imunisasi sekolah. Cakupan HPV nasional pada 2021 adalah 78,5% pada dosis 1 dan 60,6% pada dosis 2 dan data cakupan terakhir Kota Depok tahun 2023 adalah 85,3% (di bawah target 90%). Cakupan imunisasi bergantung pada peran orang tua sebagai pemegang keputusan imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mencari determinan status imunisasi HPV anak terutama dari aspek orang tua dan mendapatkan informasi alasan anak tidak menerima vaksin. Metode: Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik cluster random sampling. Studi ini melakukan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Cakupan imunisasi HPV pada populasi sampel 79,2%. Dua alasan terbanyak mengapa anak tidak vaksin adalah tidak mendapatkan informasi dari sekolah (41,5%) serta anak sakit atau tidak masuk sekolah (26,8%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi hambatan orang tua yang rendah (OR 3,57; 95% CI: 1,69-7,51) dan orang tua yang mendapatkan cukup dukungan informasi dari penyedia layanan (OR 2,86; 95% CI 1,14-7,22) memiliki odds yang lebih besar untuk mendapatkan imunisasi HPV. Kesimpulan: Banyaknya orang tua/wali yang tidak mendapatkan informasi dari sekolah dan anak tidak hadir saat jadwal imunisasi, menyiratkan perlu adanya evaluasi prosedur penyampaian informasi serta tindakan proaktif dalam menghubungi orang tua/wali dari anak yang melewatkan imunisasi secara berulang.

Background: Depok City experienced an increase of 110 cervical cancer cases in 2021-2022. Most cases of cervical cancer are caused by human papillomavirus (HPV) infection. The HPV immunization program in Indonesia is integrated with school immunization. The national HPV coverage in 2021 is 78.5% at dose 1 and 60.6% at dose 2 and the latest coverage data for Depok City in 2023 is 85.3% (below the 90% target). Immunization coverage depends on the role of parents as decision makers for child immunization. This study aims to find the determinants of children's HPV immunization status, especially from the parents' aspect and get information on the reasons why children do not receive the vaccine. Methods: The study design used was cross sectional with cluster random sampling technique. This study conducted univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using logistic regression. Results: HPV immunization coverage in the sample population was 79.2%. The top two reasons for not vaccinating children were lack of information from the school (41.5%) and sickness or absence from school (26.8%). Bivariate analysis showed that low perceived parental barriers (OR 3.57; 95% CI: 1.69-7.51) and parents who received enough information support from providers (OR 2.86; 95% CI 1.14-7.22) had greater odds of HPV immunization. Conclusions: The high number of uninformed parents/guardians from schools and missed immunizations implies the need to evaluate information delivery procedures and proactively contact parents/guardians of recurrent missed immunizations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Perikani
"ABSTRACT
Anak usia 1-5 tahun atau biasa disebut Balita Bawah Lima Tahun memiliki sistem imun yang rendah dan cukup rentan terhadap serangan penyakit, oleh karena itu anak memerlukan serangkaian imunisasi untuk membangun kekebalan dasar pada tubuhnya. Adanya KLB Difteri dapat meningkatkan resiko balita mengalami kecacatan, kesakitan dan kematian. Pengetahuan ibu berperan penting dalam memenuhi kelengkapan imunisasi difteri sebagai tindakan pencegahan penyakit difteri, hal ini kaitannya dengan kepatuhan ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan imunisasi difteri anak usia 1-5 tahun. Desain penelitian cross sectional menggunakan metode convinience sampling. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun, jumlah sampel penelitian sebanyak 95 responden. Hasil analisa data menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan imunisasi difteri anak usia 1-5 tahun p le; p = 0.001, =0.5. Tenaga kesehatan keperawatan dapat meningkatkan upaya preventif dan promosi kesehatan tentang imunisasi dan difteri agar kepatuhan terhadap imunisasi difteri dapat ditingkatkan.

ABSTRACT
Children aged 1 5 years or commonly called Toddlers Under Five Years have a low immune system and are quite susceptible to disease attacks, therefore children need a series of immunizations to build basic immunity in the body. The presence of Diphtheria Outbreak may increase the risk of todlers experiencing disability, illness and death. Mother 39 s knowledge plays an important role in fulfilling the completeness of diphtheria immunization as a preventive measure of diphtheria disease, this is related to mother 39 s compliance. The purpose of this study was to identify the relationship between mother 39 s knowledge level and compliance diphtheria immunization in children 1 5 years old. The research design used cross sectional with convinience sampling method. Sample in this research is a mother have children aged 1 5 years old, the number of research samples were 95 respondents. The result of data analysis showed that there was a correlation between mother 39 s knowledge level and diphtheria immunization of children 1 5 years old p le p 0.001, 0.5 Nursing health can improve preventive and health promotion about immunization and diphtheria, so that adherence to diphtheria immunization can be improved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Sandra
"Imunisasi merupakan strategi efektif dalam menurunkan kematian oleh penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Peningkatan cakupan imunisasi sering dipakai sebagai indikator pelayanan kesehatan. Cakupan imunisasi di Indonesia belum merata, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara beberapa daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan apa yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12 bulan di Indonesia dengan desain penelitian adalah cros sectional (potong lintang).
Dari hasil analisis penelitian ini menunjukkan penolong persalinan berhubungan dengan status imunisasi dasar pada anak usia 12 bulan di Indonesia dengan OR 1,68 (95% CI 1,221-2,315). Meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi. Di samping itu tenaga nonkesehatan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keahliannya untuk bersama-sama dengan tenaga kesehatan dalam upaya pencapaian imunisasi.

Immunization is an effective strategy in reducing the death of diseases which can be prevented by immunization. The increase of immunization scope is generally used as an indicator of health services. The immunization scope in Indonesia is not spread evenly yet. there are some significant differences among regions.
The goal of this research is to find out what the determinant factor that is related to Complete-Basic Immunization Status toward Children in Age of 12 months in Indonesia with Cross sectional as the research design.
The result of research analysis show that a child-bird helper is related to Complete-Basic Immunization Status Toward Children in Age of 12 months in Indonesia with OR 1,68 (95% CI 1,221-2,315) increase the role of healthy personnel in increasing the scope of immunization. In the other hand, non-healthy personnel are needed to be upgraded in the case of knowledge and skill to reach the effective immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yaneli
"Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Mencukupi kebutuhan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Akibat defisiensi energi pada balita bisa menyebabkan berbagai macam masalah gizi seperti stunting, wasting, maupun underweight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi balita usia 24 bulan di Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Total sampel sebanyak 100 anak. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), dan jumlah konsumsi susu memiliki hubungan yang signifikan terhadap asupan energi. Analisi multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi adalah Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), setelah dikontrol oleh Minimum Meal Frequency (MMF), jumlah konsumsi susu, tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu. Anak yang MDD nya tidak tercapai berpeluang 6,8 kali memiliki asupan energi yang kurang. Faktor dominan lainnya yang berhubungan dengan asupan energi pada balita adalah Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), setelah dikontrol oleh pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Anak yang MAD nya tidak tercapai berpeluang 10,6 kali memiliki asupan energi yang kurang.

Early childhood is characterized by rapid growth (growth spurt). Meeting adequate energy needs is very important for children. Due to energy deficiency in toodlers, it can cause various kinds of nutritional problems such as stunting, wasting, and underweight. This study aims to determine the dominant factors associated with the energy intake of children aged 24 months in Tangerang in 2019. This research uses quantitative methods. The type of research used is descriptive with cross sectional approach. The total sample is 100 children. Data analysis is used chi square test and multiple logistic regression. The results of the bivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), and the amount of milk consumption had a significant relationship to energy intake. Multivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), after being controlled by Minimum Meal Frequency (MMF), mother’s education level, maternal occupation, family income, and total milk consumption. Children whose MDD is not achieved are 6,8 times likely to have less energy intake. Another dominant factor related to energy intake in children is the Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), after being controlled by maternal education and maternal occupation. Children whose MAD is not achieved are 10,6 times more likely to have less energy intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Gusmi Ratih
"

ABSTRAK

Nama : Irma Gusmi Ratih
Program Studi : Epidemiologi
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Measles Rubella
(MR) Dengan Status Imunisasi MR Pada Anak Usia 9 – 59 Bulan Saat
Kampanye Imunisasi MR Di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Dan Jawa
Barat Tahun 2017
Pembimbing : Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc
Latar Belakang. Kampanye Imunisasi MR Tahun 2017 di Pulau Jawa berakhir dengan
hasil belum optimalnya cakupan imunisasi MR, dimana cakupan imunisasi MR di
Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat lebih rendah dibandingkan 3 provinsi
yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan
status imunisasi MR pada anak usia 9-59 bulan saat Kampanye Imunisasi MR. Metode.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain studi cross sectional.
Sebanyak 3.099 responden yaitu ibu dari anak berusia 9-59 bulan di 3 provinsi yaitu
Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat menjadi populasi studi. Hasil. Analisis
multivariat dengan regresi logistik didapatkan POR hubungan pengetahuan ibu tentang
penyakit campak dengan status imunisasi MR sebesar 1,345 (95% CI 1,098 – 1,647)
setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan ibu tentang penyakit rubella; POR
hubungan pengetahuan ibu tentang penyakit rubella dengan status imunisasi MR
sebesar 2,578 (95% CI 1,495 – 4,446) dengan berinteraksi dengan variabel kepercayaan
dan dikontrol oleh variabel akses informasi; POR hubungan pengetahuan ibu tentang
imunisasi dengan status imunisasi MR sebesar 2,190 (95% CI 1,167 – 4,111) dengan
berinteraksi dengan variabel pendidikan ibu, dan sebesar 0,420 (95% CI 0,226 – 0,780)
dengan berinteraksi dengan variabel dukungan masyarakat, dan dikontrol oleh variabel
akses informasi, dukungan tenaga kesehatan, dan tempat pelayanan imunisasi.
Kesimpulan. Pengetahuan ibu tentang imunisasi MR yang meliputi pengetahuan
tentang penyakit campak, penyakit rubella, maupun pengetahuan tentang imunisasi itu
sendiri sangat berdampak dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi.
Kata Kunci: Kampanye MR, Pengetahuan Ibu


ABSTRACT

Name : Irma Gusmi Ratih
Study Program : Epidemiology
Title : Relationship Between Mother's Knowledge About Measles
Rubella Immunization (MR) With MR Immunization Status in
Children Aged 9-59 Months in MR Campaign at Banten, DKI
Jakarta, and West Java Province at 2017
Counsellor : Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc
Background. MR Campaign at 2017 in Java Island ends with the results of not yet
optimalized MR immunization coverage, which MR immunization coverage in Banten,
DKI Jakarta and West Java Provinces is lower than 3 other provinces. This study aims
to determine the relationship of knowledge of mothers with MR immunization status in
children aged 9-59 months during the MR Campaign. Method. This study uses
secondary data with a cross sectional study design. A total of 3,099 respondents which
were mothers from children aged 9-59 months in 3 provinces becoming the study
population. Results. Multivariate analysis with logistic regression found the POR
relationship between mother’s knowledge of measles with MR immunization status of
1,345 (95% CI 1,098 - 1,647) after being controlled by knowledge of mothers about
rubella disease; POR relationship between mother's knowledge about rubella with MR
immunization status of 2,578 (95% CI 1,495 - 4,446) by interacting with believ and
controlled by the information access; POR relationship between maternal knowledge
about immunization and MR immunization status of 2.190 (95% CI 1.167 - 4.111) by
interacting with mother’s education, and by 0.420 (95% CI 0.226 - 0.780) by interacting
with community support, and controlled by information access, support from health
workers, and immunization service place. Conclusion. The mother's knowledge about
MR immunization, which includes knowledge of measles, rubella disease, and
knowledge about immunization itself is very influential in efforts to increase
immunization coverage.
Keywords: MR Campaign, Mother’s Knowledge

"
2019
T52799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
"Pajanan timbal di dunia masih diperkirakan sebesar 0,6% dari beban penyakit global dan beban tertinggi pada kawasan negara berkembang. Salah satu sumber pencemaran timbal yang menjadi perhatian saat ini adalah peleburan aki bekas. Sistem saraf merupakan target utama toksisitas timbal dan mengakibatkan penurunan IQ (Intelegence Quotient). Anak-anak merupakan populasi rentan salah satunya dikarenakan masih dalam tahap perkembangan otak. Kadar timbal dalam darah merupakan indikator yang paling baik untuk menunjukkan current exposure.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kadar timbal dalam darah terhadap tingkat kecerdasan (majemuk) siswa sekolah dasar dengan menggunakan studi cross sectional. Kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan verbal dan kecerdasan logis-matematis dijadikan sebagai outcome. Pengambilan sampel darah dilakukan pada dua sekolah di lokasi yang berbeda yaitu 60 siswa MI Baitussaa?adah di Kabupaten Tangerang dan 69 siswa SDN Bulutengger di Kabupaten Lamongan. Rata-rata kadar timbal dalam darah anak di Kabupaten Tangerang adalah 39,18 μg/dl dimana 100% melebihi batas normal (CDC 1997) sedangkan rata-rata kadar timbal dalam darah anak di Kabupaten Lamongan adalah 11,76 μg/dl dimana 59,4% melebihi batas normal. Kadar timbal dalam darah berhubungan signifikan dengan tingkat kecerdasan majemuk (nilai p=0,008; OR=3,45; CI 95%=1,35-8,83). Variabel lainnya yang berhubungan signifikan yaitu wilayah tinggal (nilai p=0,001; OR=5,28; CI 95%=2,49-11,22), pendidikan orang tua (nilai p=0,002; OR=3,03; CI 95%=1,48-6,21) dan ketidakhadiran karena sakit (nilai p=0,002; OR=3,11; CI 95%=1,51-6,41). Dalam analisis multivariat, kadar timbal dalam darah berhubungan dengan tingkat kecerdasan (majemuk) pada anakanak setelah dikontrol variabel pendidikan orang tua.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pajanan timbal karena peleburan aki bekas sudah membahayakan. Oleh karena itu, industri yang melibatkan bahan timbal dalam proses produksinya harus diberhentikan atau dipindahkan menjauh dari masyarakat.

Lead exposures in the world was estimated at 0.6% of the global disease burden and the highest burden in developing countries. One of lead exposure sources concern now is battery recycling. The nervous system is the main target of lead toxicity and can decrease IQ points. Children are the vulnerable population because of their brain are still developing. Blood lead levels are the best indicator to show the current exposure.
The objective of this study to determine the relationship between blood lead levels with multiple intelligence level of elementary school students by using a cross sectional study. Multiple intelligences level consisting of verbal and logical-mathematical intelligence used as the outcome. Blood sampling conducted at two schools in different locations that is 60 students MI Baitussaa'adah in Tangerang Regency and 69 students SDN Bulutengger in Lamongan Regency. Blood lead levels averages in Tangerang Regency is 39,18 μg/dl which 100% exceed threshold limit values (≥10 μg/dl) and blood lead levels in Lamongan Regency is 11,76 μg/dl which 59,4% exceed threshold limit values.
Results of this study is blood lead levels significantly associated with multiple intelligences level (p value= 0.008; OR = 3.45; 95% CI = 1.35 to 8.83). Other variables associated significantly with multiple intelligences levels such as living area (p = 0.001; OR = 5.28; 95% CI = 2.49 to 11.22), parental education (p = 0.002; OR = 3.03; 95% CI = 1.47 to 6.21) and the frequency of absence caused by illness (p = 0.002; OR = 3.11; 95% CI = 1.51 to 6.41). In multivariate analysis, blood lead levels associated with multiple intelligences levels in children after being controlled by parental education variable.
This study suggested lead exposure by battery recycling is endanger. Therefore, the industry involving lead substances should be stopped or moved far away from the community.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzkia Muftia Khairul Islam
"Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk memantau status gizi dan pertumbuhan anak, namun kadang-kadang tidak dapat dilakukan secara langsung pada kondisi tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model prediksi tinggi badan pada anak usia 6-9 tahun berdasarkan tinggi lutut dan panjang depa. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 03 Pondok Cina pada bulan Maret-Mei tahun 2015 dengan jumlah responden sebanyak 61 anak laki-laki dan 82 anak perempuan. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan mengukur variabel bebas berupa tinggi lutut, panjang depa, usia dan jenis kelamin, serta variabel terikat berupa tinggi badan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara usia dengan tinggi badan (r = 0,622), dan korelasi yang sangat kuat/sempurna antara tinggi lutut dengan tinggi badan (r = 0,949), panjang depa dengan tinggi badan (r = 0,884). Model prediksi tinggi badan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah tinggi badan (cm) = 31,354 + [2,417 x tinggi lutut (cm)] dan tinggi badan (cm) = 26,2 + [0,695 x panjang depa (cm)] + [0,123 x usia (bulan)]. Tinggi lutut dan panjang depa merupakan prediktor tinggi badan yang baik, namun model prediksi berdasarkan tinggi lutut memiliki akurasi yang lebih baik dan mudah digunakan jika dibandingkan dengan model prediksi berdasarkan panjang depa.

Measuring stature was usually carried out to monitor nutrition and growth in children, but sometimes can?t be done directly on certain conditions. The purpose of this study was to develop prediction models of children stature aged 6-9 years based on knee height and arm span. This study was held in Pondok Cina 03 Public Elementary School in March until May 2015 with total respondents 61 boys and 82 girls. The design of this study was cross-sectional with independent variabel: knee height, arm span, age, and gender, and stature as the dependent variabel.
The result of this study showed that there were a strong correlation between age and stature (r = 0.622), and a perfect correlation between knee height and stature (r = 0.949), and arm span with stature (r = 0.884). Prediction models of stature which obtained in this study was: Stature (cm) = 31.354 + [2.417 x knee height (cm)] and Stature (cm) = 26.2 + [0.695 x arm span (cm)] + [0.123 x age (month)]. Knee height and arm span are good predictors, however the prediction model based on knee height is more accurate and easier to use than prediction model based on arm span."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S58832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>