Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Purwohandoyo
"Penelitian ini membahas mengenai perbandingan biaya pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” antara sistem swakelola dengan sistem outsourcing. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan cara pengamatan, telaah dokumen langsung, dan perhitungan biaya menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). Dari hasil penelitian diketahui bahwa alur proses pengelolaan limbah medis sudah berjalan baik dan pengelolaan limbah medis padat secara outsourcing lebih murah dibanding swakelola. Untuk mengurangi limbah medis padat, masih dapat dilakukan upaya minimisasi limbah.

This study discusses The comparative cost analyse of solid medical waste management in the "Dharmais" Cancer Hospital between self-managed system with outsourcing system. This research is a quantitative and descriptive study was done by observation, document review, and the calculation of the cost of using Activity Based Costing (ABC). The survey results revealed that the flow of medical waste management process has been running good and solid medical waste management outsourcing system is cheaper than self-managed. To reduce solid medical waste, they can do waste minimization efforts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Supriadi
"Pelayanan rumah sakit menghasilkan limbah medis padat yang harusdikelola dengan baik dan komprehensif sejak limbah dihasilkan hingga dikelola ditempat pembuangan akhir. Berdasarkan pengamatan, masih ada petugaskebersihan di Rumah Sakit Haji Jakarta yang tertusuk jarum saat melakukanpengolahan limbah medis yang berarti pengelolaan limbah masih belum optimaldilakukan dan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan bagi petugas danlingkungan sekitar.Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem pengelolaan limbah medispadat sesuai dengan Keputusan Kemenkes 1204 tahun 2004. Metode penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif dengan disain studi kasus. Pendekatankualitatif dilakukan untuk menganalisis sistem pengelolaan limbah medis diRumah Sakit Haji Jakarta yang terdiri dari input, proses, output dan rekomendasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada faktor input poduksi limbah medistergolong besar sebesar 128 kg/hari. Pada faktor proses mulai dari pewadahan,tercampur antara limbah medis dan non medis serta benda tajam jarum suntik ,pengangkutan belum menggunakan trolly khusus dan penyimpanan limbah medisbelum memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2014. Oleh karenaitu pemilahan pewadahan limbah medis yang dimulai dari sumbernya, perilakupetugas dan penyediaan sarana limbah medis menjadi faktor penentu didalampengelolaan limbah medis sehingga diharapkan dampak resiko kecelakaan kerjadan lingkungan sekitar dapat dikurangi dan bahkan dihindari zero accident.

Hospital services produce solid medical waste that must be managed properly andcomprehensively since the waste is produced until it is managed in a landfill.Based on the observation, there is still a janitor at Haji Hospital Jakarta whopunctured needle while doing medical waste treatment which mean wastemanagement still not optimal done and have potential to cause health impact forofficer and environment.This research discusses solid waste medical management system based onregulation of Ministry of Health No. 1204 2004. The research method usedqualitative approach with case study design. A qualitative approach wasundertaken to analyze the medical waste management system at Haji JakartaHospital consisting of inputs, processes, outputs and recommendations.The resultsshowed that in the input factor of medical waste production is large amounted to128 kg day. In process factors starting from containers, mixed between medicaland non medical waste and sharp objects syringes , transportation has not beenusing special trolly and medical waste storage has not been eligible according toregulation of Ministry of Health No. 1204 2004. Therefore, the sorting ofmedical waste starting from the source, the behavior of the officer and theprovision of medical waste becomes the determining factor in the management ofmedical waste, so that it is expected that the impact of occupational accident riskand the surrounding environment can be reduced and avoided zero accident."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Rosidati
"Saat ini di Indonesia banyak ditemukan penyakit degeneratitf Termasuk ke daiam penyakit degenexatif atau tidak menular (PTM) ini adalah kanker. Penyakit kanker saat ini menjadi penyebab kematian keenam di Indonesia berdasarkan data dari SUl'VCi Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002. (Depkes, 2003) Di Asia sendiri, sepuluh besar jenis kanker yang umumnya ditcmukan adalah paru-paru, payudara, hati, colorectal, servix, perut, kelenjar getah bening, nasopharinx, leukemia, dan ovary.(www.kesreQro.info, 2006).
Berbagai upaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit kanker yang telah dilakukan selama ini belum mencapai hasil yang maksimal. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan kanker di Indonesia, adalah sistem peneatatan dan registrasi bclum memadai (Bustan, 2000).
Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) sebagai rumah sakit pusat kanker, tenlu diharapkan mampu menj adi panutan dalarn dalam upaya pengobatan dan penanggulangan penyakit kanker. Selain itu, RSKD juga diharapkan mampu menjadi pusat penclitian khususnya bagi penyakit kankcr. Untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan ini, maka berbagai data yang dihasilkan dalam pelaksanaan pelayanan keschatan di rumah sakit perlu dicatat dan dikelola dengan baik sehingga mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat.
Sistem informasi kanker ini dirancang dengan tujuan imtuk menghasilkan prototype aplikasi komputer dan basis data yang mampu menampung berbagai informasi rekam medis dan mampu menghasilkan indikator kanker bagi Rumah Sakit Kanker Dharrnais. Penelitian ini dilakukan dalam rangkaian proses kegiatan pengumpulan data terhadap sistem yang sedang betjalan untuk dapat mendapatkan gambaran sistem yang sedang bexjalan, mengidentiiikasi mamlah dan mencari solusi terhadap masalah yang ditemukan. Pendekatan sistem digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan.
Pemecahan masalah dengan pendekatan sistem ini melalui beberapa tahapan yang disebut dengan sistem development We cycle. Data yang digunakan dalam sistem informasi kanker ini adalah data sensus hanan dari unit pendaftaran, unit rawat jalan, unit rawat inap, unit penunjang medis, serta data kodc pcnyakit. Data sensus ini merupakan data rutin yang harus dikumpulkan oleh tiap-tiap unit paling lambat pada hari berikutnya. Kode penyakit dilakukan jika pasien sudah selesai rnendapatkan pelayanan maupun sudah selesai menjalani proses rawat inap.
Keterlambatan dan ketidakakuratan data yang tetjadi selama ini masih menjadi kenclala utama dalam sistem informasi rekam medis di RSKD. Untuk itu, sistem informasi kanker ini juga dirancang untuk menanggulangi pemtasalahan tersebut. Data sensus harian dapat langsung dientry ke dalam aplikasi sistem infomtasi kanker.
Selanjutnya proses perhitungan dan pembuatan laporan juga langsung dilakukan di dalam aplikasi tcrscbut. Sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam perhittmgan maupun rekapitulasi data yang selama ini dilakukan secara manual. Informasi yang dapat dihasilkan dari aplilcasi sistem informasi kanker ini adalah indikator kanker, indikator pelayanan rumah sakit, laporan rawat jalan, rawat inap, penunjang medis. Indikator kanker diperlukan untuk rnengetahui perkembangan penyakit kanker yang terjadi di RSKD.
Sementara indikator pelayanan rumah sakit dan berbagai bentuk laporan unit medis dan pcnunjang medis dapat menjadi indikator mutu pelayanan rumah sakit. Sistem informasi kanker ini dibangun dengan memperhatikan kebutuhan informasi masa datang. Pengcmbangan jangka panjang dapat dilakukan cukup dengan penambahan atau penyesuain dengan kebutuhan yang diperlukan di masa depan tanpa harus membongkar keseluruhan sistem yang ada.

Nowadays in Indonesia there are lots of degenerative diseases. One of degenerative disease or non communicable diseases is cancer. Based on Household Health Survey 2002, cancer is one of the death cause number six in Indonesia (Depkes, 2003). In Asia, the top ten cancers are lung cancer, breast cancer, liver cancer, colorectal, servix cancer, abdomical cancer, lymph cancer, nasopharing cancer, leukemia, and ovary cancer (www.kespro.info, 2006).
Many activities to decrease the cancer prevalence are done, but the result is still under the expectation. One of the problems of that is in the cancer record and registration, need to be improved (Bustan, 2000).
Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) as the central hospital for cancer is expected to be a model for curative and control the cancer diseases. Moreover, RSKD is expected also to be a research centre for cancer diseases. To support those objectives, data that has been collected during service activities in RSKD should be recorded and maintained, so that it can give good information.
Cancer information system was developed with the objectives re to have a prototype computer application and data base that can store all the medical record information; and cancer indicators for Rumah Sakit Kanker Dharmais. The research was done with the set of process data collecting to the system that is operating in the RSKD to have a description about the system, identification of problems and solution to those problems. The system approach methodology is used to solve the problems.
Problem solving using that methodology is through several steps, that is called system development life cycle. Data used in the cancer infomation system are daily census data from registration unit, out-patient unit, in-patient unit, medical support unit, and disease code data, Census data is a routine data should be submitted by each unit by the next day at the latest. Disease code should do if patient is complete get the service or done for hospitalization.
Delayed and inaccurate of data is the maj or on medical record information system in RSKD. In regards to that, the cancer information system is designed with those concems. Daily census data is directly entry to the application cancer infonnation system.
Atfer that, calculation process and report can be done in that application, so it can reduce miscalculation and recapitulation of data, which is done manually right now. The information from the application cancer information system is cancer indicators, hospital service indicators, out-patient report, in-patient report and medical support report. The cancer indicators are needed to know the movement of cancer diseases in RSKD.
Meanwhile the hospital sewice indicator and all the report form medical unit and medical support unit can be the indicator for quality of hospital services. Cancer information system is developed with give attention to the infomiation need for the future. Future developing of the system can be done by adding or adapting with the need in the fl.ltl.1I`C without destroys the whole system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Febrina
"Rumah Sakit berpotensi untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Hal ini dapat dihindari dengan melakukan pengelolaan sampah rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran hasil dari pelaksanaan sistem pengelolaan sampah padat di Rumah Sakit X tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif observasional.
Hasil dari penelitian Rumah Sakit X memperoleh skor sebesar 60 %. Penilaian proses pengelolaan limbah dilakukan berdasarkan Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004. Secara keseluruhan Rumah Sakit X belum memenuhi skor minimum sebesar 80% untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit tipe B.

Hospital has potential to pollute the environment, cause injury and disease infection. This could be avoided by carrying out the waste management of the hospital. The objective of this study was to get description of the implementation of solid waste management system at hospital X on 2011. The method of this study was cross sectional design. The analysis method was observasional descriptive.
The result of this study's hospital X got score of 60%. Assessment of the process of the waste management was carried out was based on the Assessment of the environmental examination (the Sanitation Inspection) the Hospital from the Decision Health Minister of Republic of Indonesia the number 1204/Menkes/SK/X/2004. On the whole the X Hospital did not yet fill the minimal score of 80% for the solid waste management of the B type hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Budhy Suwono
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keuntungan dan kerugian layanan hemodialisis bila dijalankan dengan sistem outsourcing dan bila dijalankan dengan sistem KSO,
mengetahui biaya satuan rata-rata hemodialisis rawat jalan dengan sistem outsourcing yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit Puri Cinere, mengetahui biaya satuan rata-rata tindakan hemodialisis rawat jalan dengan sistem KSO yang akan menjadi alternatif pilihan, mengetahui sistem mana yang lebih menguntungkan bagi Rumah Sakit Puri Cinere antara sistem outsourcing dan KSO, mengetahui kebijakan Rumah Sakit Puri Cinere terhadap layanan hemodialisis yang berlangsung saat ini. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan partial economic
evaluation. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung biaya satuan yang menjadi dasar dalam penetapan tarif tindakan hemodialisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai dasar pemilihan sistem
outsourcing yang sedang berjalan saat ini dan rencana selanjutnya setelah masa kontrak outsourcing telah berakhir. Hasil penelitian menunjukkan biaya investasi gedung merupakan biaya yang paling tinggi dalam biaya investasi dan biaya investasi alat non medis merupakan biaya yang paling rendah dalam biaya investasi. Biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem Outsourcing
tahun 2013 lebih tinggi daripada biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem KSO. Biaya satuan aktual tindakan hemodialisis dengan sistem outsourcing lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Biaya satuan normatifnya juga lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Pada tindakan hemodialisis dengan sistem KSO biaya satuan aktual dan biaya satuan normatif lebih rendah daripada tarif yang berlaku di RS Puri Cinere. CRR dengan sistem outsourcing lebih rendah (109,06%) dibanding dengan CRR sistem KSO (121,63%), yang artinya sistem KSO lebih memberikan benefit dibandingkan sistem outsourcing. Kebijakan rumah sakit terhadap
layanan hemodialisis setelah habis masa kontrak dengan pihak outsourcing tergantung negosiasi antara kedua belah pihak, jika diperpanjang maka persentase bagi hasil harus dievaluasi, jika tidak bisa dievaluasi maka kontrak tidak diperpanjang lagi. Dengan demikian KSO dapat menjadi alternatif pilihan.

This Study is to compare the advantage and disadvantage hemodialysis service in outsourcing system and join operational system, to determine outpatient average cost unit in outsourcing sistem undergo at Puri Cinere Hospital, to determine average outpatient cost unit in join operational system to become alternative choice, to determine which system give more advantage to Puri Cinere Hospital between outsourcing system and join operational system, to determine hospital policy to undergo hemodialysis service. This study uses a case study with
partial economic evaluation approach. A quantitative approach is done by calculating cost unit that become the basic of determining of hemodialysis tariff. A qualitative approach is done by deep interview to gain information about the basic choice undergo outsourcing system and futher plan after the end of the outsourcing period. The result showed that building investment is the highest cost in investment cost, and non medic investment is the lowest cost in investment cost. Total cost of hemodialysis in outsourcing system in 2013 is higher than join operational system. The actual cost and the normative cost unit of hemodialysis service with outsourcing system is lower than Puri Cinere Hospital hemodialysis service tariff. The same condition
happen in Join Operational system. Cost Recovery Rate (CRR) in outsourcing system is lower (109.06%) than CRR in Join Operational System (121.63%), The Illustration above shows that the Join Operational System give more advantage compare to outsourcing system. Hospital policy to hemodialysis service after the end of the period with outsourcing depends on negotiation between two sides, and must be evaluated especially in terms of cost sharing. The result of this negotiation could become a basic to take a further decision."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T53862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Budhy Suwono
"ABSTRAK
Perbandingan Layanan Hemodialisis Rawat Jalan Antara Sistem Outsourcing Dan Sistem KSO Ditinjau Dari Segi Biaya Dan Kebijakan Di rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 merupakan gambaran layanan hemodialisis rawat jalan di Rumah Sakit Puri Cinere.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keuntungan dan kerugian layanan hemodialisis bila dijalankan dengan sistem outsourcing dan bila dijalankan dengan sistem KSO, mengetahui biaya satuan rata-rata hemodialisis rawat jalan dengan sistem outsourcing yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit Puri Cinere, mengetahui biaya satuan rata-rata tindakan hemodialisis rawat jalan dengan sistem KSO yang akan menjadi alternatif pilihan, mengetahui sistem mana yang lebih menguntungkan bagi Rumah Sakit Puri Cinere antara sistem outsourcing dan KSO, mengetahui kebijakan Rumah Sakit Puri Cinere terhadap layanan hemodialisis yang berlangsung saat ini. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan partial economic evaluation. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung biaya satuan yang menjadi dasar dalam penetapan tarif tindakan hemodialisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai dasar pemilihan sistem outsourcing yang sedang berjalan saat ini dan rencana selanjutnya setelah masa kontrak outsourcing telah berakhir.
Hasil penelitian menunjukkan biaya investasi gedung merupakan biaya yang paling tinggi dalam biaya investasi dan biaya investasi alat non medis merupakan biaya yang paling rendah dalam biaya investasi. Biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem Outsourcing tahun 2013 lebih tinggi daripada biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem KSO. Biaya satuan aktual tindakan hemodialisis dengan sistem outsourcing lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Biaya satuan normatifnya juga lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Pada tindakan hemodialisis dengan sistem KSO biaya satuan aktual dan biaya satuan normatif lebih rendah daripada tarif yang berlaku di RS Puri Cinere. CRR dengan sistem outsourcing lebih rendah (109,06%) dibanding dengan CRR sistem KSO (121,63%), yang artinya sistem KSO lebih memberikan benefit dibandingkan sistem outsourcing. Kebijakan rumah sakit terhadap layanan hemodialisis setelah habis masa kontrak dengan pihak outsourcing tergantung negosiasi antara kedua belah pihak, jika diperpanjang maka persentase bagi hasil harus dievaluasi, jika tidak bisa dievaluasi maka kontrak tidak diperpanjang lagi. Dengan demikian KSO dapat menjadi alternatif pilihan.

ABSTRACT
Comparison Outpatient Hemodialysis Patient Between Outsourcing System And Join Operational System Consideration Cost Factor And Hospital Policy At Puri Cinere Hospital In 2013 is a description of comparison outpatient at Puri Cinere Hospital.
This Study is to compare the advantage and disadvantage hemodialysis service in outsourcing system and join operational system, to determine outpatient average cost unit in outsourcing sistem undergo at Puri Cinere Hospital, to determine average outpatient cost unit in join operational system to become alternative choice, to determine which system give more advantage to Puri Cinere Hospital between outsourcing system and join operational system, to determine hospital policy to undergo hemodialysis service. This study uses a case study with partial economic evaluation approach. A quantitative approach is done by calculating cost unit that become the basic of determining of hemodialysis tariff. A qualitative approach is done by deep interview to gain information about the basic choice undergo outsourcing system and futher plan after the end of the outsourcing period.
The result showed that building investment is the highest cost in investment cost, and non medic investment is the lowest cost in investment cost. Total cost of hemodialysis in outsourcing system in 2013 is higher than join operational system. The actual cost and the normative cost unit of hemodialysis service with outsourcing system is lower than Puri Cinere Hospital hemodialysis service tariff. The same condition happen in Join Operational system. Cost Recovery Rate (CRR) in outsourcing system is lower (109.06%) than CRR in Join Operational System (121.63%), The Illustration above shows that the Join Operational System give more advantage compare to outsourcing system. Hospital policy to hemodialysis service after the end of the period with outsourcing depends on negotiation between two sides, and must be evaluated especially in terms of cost sharing. The result of this negotiation could become a basic to take a further decision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelly Wulansari
"Sejak tahun 1999, RS Kanker "Dharmais" telah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA). Sistem informasi ini merupakan paket sistem informasi yang dibuat oleh Departemen Kesehatan R.I. Namun walaupun telah ada SIMKA, RSKD masih mengalami beberapa masalah dalam menangani data kepegawaiannya, antara lain adanya duplikasi data, data yang tidak akurat dan juga data yang tidak lengkap.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap pemanfaatan SIMKA di RSKD untuk mengenali penyebab masalah tersebut dan mencarai cara pemecahan masalah yang tepat. Penelitian ini dimulai dengan menentukan komponen-komponen yang berpengaruh dalam pemanfaatan SIM secara umum dan membobot derajat kepentingan komponen-komponen tersebut dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Hasil pembobotan tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi/kinerja komponen-komponen SIMKA di RSKD.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh komponen dalam pemanfaatan SIMKA di RSKD berada dalam kondisi yang lemah. Dengan hasil ini maka disarankan untuk melakukan perrbaikan terhadap seluruh komponen SIMKA itu sendiri dengan melibatkan semua pihak terkait. Dan hal yang paling mendasar adalah membangun pemahaman akan pentingnya arti SIMKA bagi rumah sakit.

Since 1999, Dharmais Cancer Hospital has been using Human Resources Management Information System called SIMKA. This system is made by Ministry of Health of Republic of Indonesia. Nevertheless, Dharmais Cancer Hospital still have some problems of taking it human resources datas in hand, such as, duplication datas, inaccurate datas and also uncompleted datas.
In accordance with that problems, this study is to aim at evaluating the utilization of SIMKA in Dharmais Cancer Hospital. This evaluation means to find the sources of those problems and also find its solution. The step of the research began with ascertaining the components of a Management Information System in general and then make the rank of those components by using Hierarchical Analytical Process Method. The result of this step will be used as the foundation in evaluating the condition of the component in accordance with the utilization of SIMKA at Dharmais Cancer Hospital.
Results show that all of the components of the utilization of SIMKA at Dharmais Cancer Hospital laid in weak conditions. With these results, the recommended solution is totally improvement of all components of SIMKA by involving all related parties in hospital. And the most importance thing is to developed the perception of how important SIMKA is to the hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Khansa
"Fasyankes, salah satunya umah sakit menghasilkan limbah baik limbah medis dan non-medis. Data WHO menyatakan sebanyak 15% limbah yang dihasilkan fasyankes adalah limbah medis yang bersifat infeksius, toksik, dan radioaktif. Jika limbah medis tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan risiko penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan. Di Indonesia, masih banyak rumah sakit yang tidak melakukan pengelolaan limbah medis sesuai dengan standar. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan limbah medis padat yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus, untuk mengetahui gambaran komprehensif dari rumah sakit dalam kegiatan pengelolaan limbah medis padat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung. Hasil penelitin menunjukkan secara umum, limbah medis yang dihasilkan di empat RSUD di wilayah Kabupaten Bogor, berupa limbah infeksius, patologis, farmasi, kimia, dan sitotoksik yang berasal dari instalasi pelayanan kesehatan rumah sakit dengan total timbulan yang dihasilkan perbulan sekitar 4000-12000 Kg di empat rumah sakit tersebut. Selain itu, rumah sakit dalam penelitian ini telah melakukan pengelolaan limbah medis padat sesuai Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P56 Tahun 2015 dengan persentase, yaitu RSUD Cileungsi sebesar 75%, RSUD Ciawi sebesar 83,78%, RSUD Leuwiliang sebesar 80,55%, dan RSUD Cibinong sebesar 86,84%. Namun, masih terdapat beberapa kegiatan yang belum memenuhi peraturan tersebut, yaitu terdapat rumah sakit yang tidak memiliki label dan simbol pada wadah limbah dan alat angkut, tidak melakukan reuse dan recycle, pengangkutan limbah medis dan non-medis tidak terpisah, tidak membersihkan alat angkut dan TPS B3 setiap hari, fasilitas di TPS B3 belum memenuhi syarat, waktu penyimpanan limbah infeksius lebih dari dua hari, dan terdapat petugas limbah yang belum mendapatkan pelatihan pengelolaan limbah medis. Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan kegiatan pengelolaan limbah medis yang dilakukan rumah sakit dan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik dan memadai.

Healthcare facilities such as hospitals produce waste, both medical waste and non-medical waste. WHO data states that 15% of the waste generated from health service facilities is medical waste which is infectious, toxic and radioactive. If medical waste is not managed correctly, it can result in the risk of spreading diseases and environment pollution. In Indonesia, there are still many hospitals that do not manage medical waste according to the standard. For this reason, this study aims to evaluate solid medical waste management in the Regional Public Hospital in Bogor Regency. This study uses a case study design, to find out comprehensive description of the hospital in solid medical waste management activities. Data collection was carried out through direct observation and interviews. The results showed that in general, medical waste generated in four regional public hospitals in the Bogor Regency are 2 infectious, pathological, pharmaceutical, chemical and cytotoxic waste that derived from various health service installations with a total amount of waste generation in that four hospitals around 4000-12000 Kg. In addition, the hospital in this study has carried out solid medical waste management in accordance with Ministry of Environment and Forestry Regulation No. P56 of 2015 with the proportion of Cileungsi Hospital is 75%, Ciawi Hospital is 83.78%, Leuwiliang Hospital is 80.55%, and Cibinong Hospital is 86.84%. However, there are still several activities that do not meet the regulatory standard, namely there are hospitals that do not have labels and symbols on medical waste containers and transportation equipment, do not apply reuse and recycle activities, transport medical and non-medical waste is not carried out separately, the transportation equipment and the hazardous waste temporary storage are not cleaned every day, the facilities at the hazardous waste temporary storage do not meet the requirements, the storage time for infectious waste is more than two days, and there are waste officers who have not received medical waste management training. For this reason, it is necessary for the hospitals to improves medical waste management activities and provide better and more adequate facilities and infrastructure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Nillafita Putri Kusuma
"Terapi Paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi gejala, namun menambah kompleksitas terapi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil pengobatan dan prevalensi DRPs yang terjadi pada pasien yang menjalani terapi paliatif di RSK 'Dharmais'. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Data pada penelitian diambil secara prospektif dari data medis pasien bulan maret sampai juni 2011. Karakteristik pasien, 33 orang (68,8%) perempuan, 15 orang (31,3%) laki-laki, dan kasus kanker padat terbesar adalah kasus kanker payudara sebanyak 15 orang (33,3%). Berdasarkan profil pengobatan, 64,6% hanya menjalani satu kali terapi paliatif. Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) manifestasi dialami olah 70,1% subyek uji dan 66,2% mengalami ROTD potensial. Lima koma tujuh persen (5,7%) mengalami interaksi dengan signifikansi moderate dan 15,0% terjadi karena pemakaian morphine, dan amitriptyline. Peningkatan risiko kejadian ROTD dipengaruhi oleh (1) usia, bertambahnya usia tidak selalu menyebabkan peningkatan ROTD manifestasi; (2) jenis kelamin, laki-laki akan lebih berisiko mengalami peningkatan ROTD manifestasi; (3) riwayat rejimen kemoterapi kuratif, meningkatkan risiko ROTD manifestasi; (4) penyakit penyerta, meningkatkan risiko ROTD manifestasi dan potensial; (5) jumlah obat; penggunaan > 5 jenis obat dapat meningkatkan risiko ROTD manifestasi dan ROTD potensial. Risiko kejadian interaksi obat dipengaruhi oleh faktor adanya penyakit penyerta dan penggunaan > 5 jenis obat.

The goal of palliative care is to increase the quality of life and to reduce the symptomps, but its often increace the complexity of patient's therapy. The aim of these research is to analyst the patient's therapy profile and the prevalence of DRPs of patient undergoing the palliative care at 'Dharmais' Hospital National Cancer Center. This reasearch is a cross sectional study. The data of the research is prospectively taken from the patients' medical records start from march to june 2011. The patient characteristic who followed the reasearch are 33 patients (68.8%) women, 15 patient (31.3%) men, and the most solid cancer case are breast cancer, 15 patients (31.3%). Based on therapy profile, 64.6% only had once palliative care. Manifest adverse reaction happen in 70.1% patient of subject and 66.2% subjects get potential adverse reaction. Five point seven percent (5.7%) of drug interaction had moderate signification, 15.0% caused by the morphine, and amitriptyline use. The risk of incident adverse reactions influenced by (1) age, increasing the age not always increase the risk of having the manifest adverse reaction, (2) sex, men will have higher risk of manifest adverse reaction, (3) history of curative chemotherapy regimen, increase the risk of manifest adverse reaction, (4) comorbidities will increase the risk of manifest and potential adverse reaction, (5) the number of drug use, using more than 5 drugs ( > 5 drugs) will increase the risk of manifest and potential adverse reaction. The risk of drug interaction will increase because of the comorbidities and the number of drugs using ( > 5 drugs).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hikmah
"ABSTRAK
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/PER/III/2008
Bab III tentang tata cara penyelenggaraan rekam medis pada pasal 5 ayat 1
menyatakan ? Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran
wajib membuat rekam medis?. Askes terhadap rekam medis, termasuk ringkasan
pelayanan (resume) pada setiap pelayanan pasien, meningkatkan peluang untuk
terjadinya kesinambungan pelayanan kesehatan yang diperlukan (WHO, 2008: Word
Health Report 2008). Rekam medis yang bermutu harus memenuhi indikator
kelengkapan isi, keakuratan, ketepatan waktu dan pemenuhan aspek hukum
(Huffman, 1994). Mutu resume medis adalah cermin mutu rekam medis serta
layanan yang diberikan oleh Rumah Sakit (Depkes,1991). Menurut statement salah
satu staf rekam medis di RS Kanker "Dharmais", pengisian resume medis masih
terdapat keterlambatan dan ketidaklengkapan oleh dokter. Berdasarkan hasil
observasi penulis pada bulan september tahun 2010, dari 144 resume medis
kelengkapan pengisian resume medis mencapai 84,7% dan keterlambatan pengisian
resume medis mencapai 81,25 %. Keterlambatan pengisian resume medis terjadi
dikarenakan padatnya aktifitas dokter dan tidak setiap hari dokter berada di RSKD
dan ketidaklengkapan pengisian resume dikarenakan dokter sering lupa mengisi
diantaranya adalah hasil pemeriksaan penunjang dan tanggal pembuatan resume.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu resume medis berdasarkan
kelengkapan, keakuratan, dan ketepatan waktu pengisian resume medis. Serta
mengetahui hubungan antara mutu resume medis dengan aspek hukum penulisan
resume medis. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dengan data
sekunder pasien jamkesmas dan pasien umum melalui penarikan sampel yang
berjumlah 110 resume medis. hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara mutu resume medis dengan dengan aspek hukum penulisan
resume medis (nilai p-value = 1,0 ). Disarankan kepada pihak rumah sakit perlu
adanya monitor secara berkala dalam pengisian resume medis, sosialisasi resume
medis ke dokter (baik baru maupun lama) tentang pentingnya mutu resume medis,
terutama ketepatan waktu pengisian resume medis mengingat ketapatan waktu
pengisian resume masih rendah dan pengisian resume medis sebaiknya dalam bentuk
komputerisasi yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab pasien.

Abstract
Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number
269/Menkes/PER/III/2008 Chapter III of the procedures of the medical records in
Article 5, paragraph 1 states "Any physician or dentist practicing medicine in the
medical record shall be made". Health insurance to the medical record, including a
summary of services (resume) in each patient care, increase the chances for the
continuation of necessary medical care (WHO, 2008: Word Health Report 2008).
Medical record must meet the quality indicators of the completeness of the content,
accuracy, timeliness and compliance with the legal aspects (Huffman, 1994). Quality
medical resume is a mirror of the quality of medical records and services provided by
the Hospital (MOH, 1991). According to the statement of one of the medical records
staff at the Cancer Hospital "Dharmais", charging medical resume there are still
delays and omissions by the physician. Based on the observation of the writer in
September of 2010, from 144 medical resumes medical resumes charging
completeness reached 84.7% and the delay in charging medical resume reaches
81.25%. Delays occurred due to the filling of medical resume activity density of
doctors and not every day a doctor was in RSKD and incompleteness due to resume
charging doctors often forget to fill them are the results of investigation and creation
date resume. This study aims to determine the quality of medical resume based on the
completeness, accuracy, and timeliness of medical resume charging. And determine
the relationship between the quality of the legal aspects of medical resume writing
medical resumes. This study uses cross sectional approach, Jamkesmas patients with
secondary data and public patients through the withdrawal sample of 110 medical
resume. results showed that there was no significant relationship between the quality
of medical resume with the legal aspects of medical resume writing (p-value = 1,0).
Suggested to the hospital is necessary to periodically monitor the charging medical
resume, medical resumes socialization to the doctor (both new and old) about the
importance of quality medical resume, especially the timeliness of medical resume
charging ketapatan considering charging time is still low, and charging resumes
medical resumes should in computerized form, signed by the physician in charge of
the patient
"
Universitas Indonesia, 2012
S43604
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>