Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119533 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Budiman
"Transformator Distribusi tegangan menengah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem penyaluran tenaga listrik dari Perusahaan listrik ke pelanggan yang berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah. Dalam sebuah Gardu Distribusi tegangan menengah 20 kV, transformator merupakan material / peralatan yang membutuhkan investasi cukup besar dibandingkan peralatan lain di dalam gardu tersebut sehingga transformator distribusi diharapkan dapat menyalurkan energi listrik secara terus-menerus sesuai masa guna yang ditetapkan.
Salah satu cara untuk menentukan perkiraan pembebanan dan kondisi sebuah transformator distribusi yaitu dengan mengetahui batasan temperatur yang dapat diterima oleh sebuah transformator itu sendiri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan pada thesis ini faktor yang akan dikaji adalah faktor temperatur ambient.
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data secara langsung di beberapa gardu distrubusi PT.PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya & tangerang dengan menggunakan alat pengukur suhu ruang, thermovision dan tang ampere sebagai pengukur temperatur dan beban pada transformator serta dengan cara perhitungan sebagai perbandingan dan dasar dalam menentukan kondisi transformator distribusi.
Penelitian ini menunjukan pengaruh temperature ambient yang cukup signifikan terhadap kenaikan temperatur oil transformator baik mengunakan alat ukur maupun dengan perhitungan, dimana saat temperatur ambient 30°C & 45°C pada beban 80% akan menghasilkan temperatur oil sebesar 66,2°C & 81,2°C.

Medium voltage Distribution transformer is an integral part of the electrical power supply system from electrical company to customers that have a fuction to lowering or deacreasing medium voltage to low voltage. In a medium voltage distribution substation 20 kV, the transformer is a material / equipment that requiring substantial investment compared to other equipment in the substation, therefore the distribution transformer is expected to distribute electrical energy continuously according to the specified period.
One way to estimate distribution transformer loading and condition is knowing the limits of acceptable temperature by a transformer it self that influenced by several factors, and in this study the factors that will be examined is ambient temperature factor.
This research was done by taking data directly in several distribution substations PT.PLN(Persero) Distribusi Jakarta Raya & Tangerang using room temperature gauges, thermovision and ampere pliers as measuring the temperature and the load on the transformer and also the calculation method as a basis of comparison and in determining the conditions of distribution transformer.
This study shows the influence of the ambient temperature significantly to the rise in temperature of the oil transformer by using the measuring instrument and the calculation, when the current ambient temperature 30 ° C and 45 ° C at 80% load will produces oil temperature 66.2 ° C and 81.2 ° C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Satrio Utomo
"Baterai merupakan alat penyimpan energi dalam bentuk muatan listrik. Baterai kini menjadi perhatian karena memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan teknologi energi terbarukan. Pada skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada baterai, terutama baterai lead acid dengan cara mengatur ambient temperature dari 25°C, 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C yang dihubungkan ke beban resistif murni berupa lampu pijar 120 watt dan 240 watt. Jenis baterai yang digunakan memiliki rating 12 V, 45 Ah dengan merk Global. Tegangan baterai akan dirubah terlebih dahulu dengan menggunakan inverter agar dapat mensuplai lampu pijar. Besarnya tegangan dan arus akan dicatat dengan menggunakan alat ukur berupa voltmeter dan amperemeter yang akan dicatat pada setiap menitnya. Selanjutnya, data yang diperoleh akan direpresentasikan dalam bentuk grafik untuk melihat perubahan yang terjadi akibat perubahan ambient temperature.
Dari hasil penelitian, ambient temperature mempengaruhi penurunan level tegangan, waktu baterai dalam mensuplai beban, dan energi yang disuplai baterai selama pembebanan berlangsung. Semakin tinggi ambient temperature, maka laju penurunan tegangannya akan semakin cepat. Pada beban 120 watt, baterai dapat mensuplai beban selama 193 menit dan energi yang dapat dikirim oleh baterai mencapai 476,3 Wh. Sedangkan pada beban 240 watt, baterai hanya mampu mensuplai beban selama 76 menit dan energi yang dapat dikirim oleh baterai mencapai 353,77 Wh.

Battery is energy storage device in the form of electric charge. Nowadays, battery has an important role for the development of renewable energy technologies. In this thesis, writer conducted research on battery, especially to lead acid battery by regulating the ambient temperature of 25°C, 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C which is connected to purely resistive load such as incandescent bulbs of 120 watt and 240 watt. The type of battery that used has rating 12 V, 45 Ah by Global. Battery will be converted into AC voltage by using inverter in order to supply the load. The magnitude of voltage and current will be recorded by using a measuring instrument such as voltmeter and amperemeter every minute. Furthermore, the data obtained will be represented in the form of graph to see the changes that occur due to change of ambient temperature.
From the research, the ambient temperature affect the drop voltage level, battery time to supply the load, and the energy supplied during the load. The higher temperature, the rate decrease in the voltage will be faster. At 120 watt, the battery can supply the load for 193 minutes and the energy that can be delivered reaches 476,3 Wh. While the load of 240 watt, the battery is only able to supply the load for 76 minutes and the energy that can be delivered reaches 353,77 Wh.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Afifah
"Transformator merupakan komponen utama dalam sistem distribusi tenaga listrik ke konsumen, jika terjadi kerusakan pada transformator maka penyaluran tenaga listrik menuju konsumen akan terhenti sehingga SAIDI dan SAIFI dari PLN akan meningkat. Tingginya suhu pada transformator dapat menyebabkan degradasi pada isolasi transformator. Ketika suhu pada kumparan naik sampai batas 110 C maka akan terjadi degradasi pada isolator dan sisa umur dari transformator akan berkurang. Kerusakan transformator dapat menyebabkan gangguan pada sistem tenaga listrik dan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sebelum transformator mengalami kerusakan harus dilakukan penggantian secara efisien hingga transformator benar-benar dikategorikan tidak efisien lagi untuk digunakan, hal ini dapat dilakukan dengan mengganti transformator yang akan mengalami kerusakan. Prediksi rentang waktu transformator beroperasi secara efisien dan normal sebelum terjadi kerusakan dapat dilakukan dengan menggunakan pemodelan termal. Standar pemodelan termal yang digunakan merupakan standar yang dikeluarkan oleh IEEE (IEEE std C57.91-1995). Parameter utama yang digunakan dalam memprediksi umur ini adalah Hot Spot Temperature (HST). Nilai perolehan HST dihitung menggunakan software MATLAB dengan standar perhitungan Annex G yang sesuai dengan standar IEEE. Dengan memperoleh HST usia pakai transformator dapat ditentukan. Penelitian ini melihat pengaruh dari pembebanan, suhu hot-spot, dan suhu ruang terhadap umur pakai transformator. Semakin nilai dari ketiga faktor tersebut maka semakin cepat transformator akan rusak, dengan persen pengurangan umur transformator yang akan meningkat secara eksponensial. Pemberian nilai pembebanan, suhu hot-spot, dan suhu ruang tertinggi pada penelitian ini memberikan persentase pengurangan umur sebesar 0.0888332, 0.0193394, dan 0.020753 secara berurutan.

Transformer is one of the main components in distribution system of electrical power system towards the consumers, thereby any damage to the transformers will hinder the distribution of electricity towards the consumers, and in turn will make the SAIDI and SAIFI levels go up. High temperature in transformers can cause degradation in the insulation of transformers which in turn will cause failure in transformers. When the temperature in winding reaches or goes beyond the limit of 110 C, a degradation in insulation will start happening and the remaining life of transformers will decrease. Damage in transformers will cause disturbance in electrical power system and result in a major economic loss. Before damages occur, transformers need to be changed up until it is deemed to be no longer efficient, this can be done by replacing the transformer that is about to be damaged. To predict when a transformer is about to break, a calculation is made based on thermal modelling according to IEEE Std C57.91-1995 with its most prominent variable being Hot Spot Temperature (HST). HST is obtained by MATLAB programming using Annex G of IEEE Std. C57.91-1995. By obtaining HST thus the remaining lifetime of transformers can be predicted. This research analysed the effect of loading, hot-spot temperature, and ambient temperature on the remaining lifetime of a transformer. The higher those three factors are, the quicker the transformer will break, with loss of life percentage increasing exponentially. The highest loading, hot spot temperature, and ambient temperature given in this research gives percent loss of life 0.0888332, 0.0193394, 0.020753 respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Epi Ria Kristina
"Bensin bertimbal sudah dihapuskan di Indonesia sejak Tahun 2006, namun kualitas udara di Indonesia masih menunjukkan kadar timbal yang tinggi. Pajanan timbal yang terus-menerus ada dan anak-anak yang terus-menerus terpajan, pada akhirnya berpotensi menjadi ancaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko pajanan timbal udara ambien, dan efek kesehatan pada siswa sekolah dasar (SD) di Kelurahan Muncul, Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Public Health Assessment dengan menggabungkan metode analisis risiko kesehatan lingkungan dan Type-1 Health Study. Konsentrasi timbal udara ambien menggunakan data hasil pemantauan Pusarpedal Tahun 2011–2013. Data karakteristik siswa SD dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Evaluasi efek kesehatan mengacu pada efek kritis dari pajanan timbal secara inhalasi, yaitu gangguan pernafasan, anemia, gangguan mental emosional dan hiperaktif, penurunan IQ, dan gangguan saraf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi timbal udara ambien yaitu 0,185 μg/m3 pada Tahun 2011, 0,052 μg/m3 pada Tahun 2012, dan 0,123 μg/m3 pada Tahun 2013. Besaran risiko pajanan timbal pada siswa SD di Kelurahan Muncul kurang dari 1 yang berarti belum berisiko. Proporsi penyakit yang paling sering dialami siswa SD yaitu gangguan pernafasan (44%), dan demam disertai gangguan pernafasan (26,2%). Proporsi efek kesehatan lain yang ditemui antara lain mengarah kepada tanda dan gejala gangguan saraf (7,1%), mengarah kepada tanda dan gejala gangguan mental emosional dan hiperaktif (56%), mengarah kepada tanda dan gejala anemia (67,9%), serta tanda dan gejala indikasi susah mengikuti pelajaran/terkait IQ (54,8%). Perlu dilakukan penelitian lanjutan, selain itu pemerintah juga perlu meninjau kegiatan penghasil timbal dengan melibatkan lintas sektor dan melakukan kajian baku mutu timbal udara ambien.

Leaded gasoline has been prohibited in Indonesia since year 2006; however the ambient air quality is still indicating high level of lead. Regarding this, continuous lead exposure has become potential threat for children. The purpose of this study was to describe the risk level of exposure to ambient air lead and its effect to the health of elementary school students in Kelurahan Muncul, Kota Tangerang Selatan. The study method used was public health assessment with the combination of environmental health risk analysis and type 1 health study. The concentration of ambient air lead was obtained from observational data of Pusarpedal year 2011-2013. The characteristic of subjects was collected from interview data using questionnaire. Furthermore, the health effect measurement referred to the critical effect of inhaled lead exposure, namely respiratory distress, anemia, mental emotional and hyperactive disorders, IQ decline and neurological disorders. This study found the average number of ambient air lead concentration in 2011, 2012 and 2013 which was 0.185 ug/m3, 0.052 ug/m3 and 0.123 ug/m3 respectively. The risk level of exposure to ambient air lead among subjects was found less than one showing no risk. Nearly half of them were suffered from respiratory distress (44%) and fever accompanied respiratory distress (26.2%). Besides those, other health effects found among subjects were leaded to the symptoms and signs of anemia (67.9%), mental emotional and hyperactive disorders (56%), learning difficulties at school and IQ-related problem (54.8%) and also the symptoms and signs of neurological disorders (7.1%). These study findings emerge the need of government‟s action to review the lead-producing activity with the involvement of other sectors. Also, the findings suggested further research about ambient air quality lead."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Setia Nugraha
"Indonesia merupakan Negara Maritim yang memiliki potensi besar dalam perikanan tangkap. Terbukti dalam data statistik perikanan tangkap Indonesia meningkat setiap tahunnya sebesar 2,73% sesuatu yang dapat menjadi acuan untuk mengembangkan sektor perikanan. Namun faktanya walaupun daya tangkap nelayan tinggi tapi daya jual ikan nelayan masih kurang memuaskan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah proses paska penangkapan ikan yang kurang baik yang menyebabkan kualitas ikan tangkap menurun. Proses paska penangkapan ikan yang vital adalah penanganan kesegaran dan kualitas ikan dengan cara mendinginkan ikan hasil tangkapan.
Dewasa ini teknologi terbarukan dalam sistem pendingin bermunculan, salah satunya adalah ice slurry. Ice slurry adalah fasa yang terletak antara fasa liquid dan fasa es, ice slurry awalnya banyak digunakan sebagai second refrigerant untuk sistem pendingin bangunan, namun seiring dengan waktu ice slurry berfungsi juga untuk mendinginkan ikan. Ice slurry memiliki kelebihan dalam mendinginkan ikan, selain memiliki luas permukaan kontak dengan ikan yang lebih besar dari balok es dan butiran es juga dapat dibuat dari suspensi salah satunya air laut.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin membandingkan efek dari variasi salinitas terhadap pembentukan dan besarnya fraksi es yang dihasilkan serta pengaruh temperatur lingkungan terhadap pembentukan fraksi es tersebut. Pengujian dilakukan pada scraper blade ice slurry generator. Hasil dari pengujian tersebut bahwa fraksi es banyak terbentuk pada salinitas tinggi dan temperatur lingkungan yang rendah. Untuk tiap salinitas yang sama dengan variasi temperatur lingkungan, maka selisih fraksi es yang dihasilkan oleh setiap salinitas pada variasi temperatur lingkungan adalah selisih terbesar terletak pada temperatur lingkungan yang tinggi.

Indonesia is a maritime country has great potential in fisheries. Proven in Indonesia's fishery statistics increased annually by 2.73% something that can be a reference for developing the fisheries sector. However, despite the fact that high power fishing gear but the marketability of fish still unsatisfactory. One of the factors that cause this is the post-fishing leading to poor quality of the fish catch decline. The process of post-vital fishing is handling the freshness and quality of fish by the fish cooling.
Today renewable technologies emerging in the cooling system, one of which is ice slurry. Ice slurry is a phase that is located between the liquid phase and the phase of ice, ice slurry was initially widely used as a second refrigerant for the building cooling system, but over time the ice slurry also serves to cool the fish. Ice slurry has advantages in a cool fish, in addition to having a surface area in contact with the larger fish from the blocks of ice and hail can also be made from one suspension seawater.
The purpose of this study was to compare effects of salinity variations on the formation and size of the resulting ice fractions and effect of ambient temperature on the formation of the ice fraction. Test performed on the scraper blade ice slurry generator. The results from these tests that the high fraction of ice formed on high salinity and low ambient temperature. For each salinity equal to ambient temperatur variations, the difference in the fraction of ice produced by each salinity on variation of ambient temperature is the biggest difference lies in the high ambient temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book constitutes the refereed proceedings of the third International Joint Conference an Ambient Intelligence, AmI 2012, held in Pisa, Italy, in November 2012. The 18 revised full papers and 5 short papers presented were carefully reviewed and selected from 47 (full papers) respectively 14 (short papers) submissions. From a scientific point of view, the papers make a multidisciplinary approach covering fields like computer science, human computer interaction, electrical engineering, industrial design, behavioral sciences, aimed at enriching physical environments with a network of distributed devices, such as sensors, actuators, and computational resources, in order to support users in their everyday activities. "
Berlin: Springer, 2012
e20406714
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raid Mukhtar
"Transformator Arus merupakan peralatan penting dalam penyaluran tenaga listrik atau CT pengukuran/instrument dalam kondisi pemakaian normal, arus sekundernya sama dengan arus primer. Transformator arus didisain pada temperatur 20°C sedangkan temperatur diindonesia adalah 30°C pada saat bekerja. Dalam penelitian ini, salah satu kerusakan atau kegagalan isolasi pada belitan transformator adalah pengoperasian beban dan pengaruh temperatur, yang menyebabkan nilai isolasi menurun.
Pada penelitian ini meneliti pengaruh pembebanan CT dengan beban resistor, kapasitor dan induktor untuk mengetahui kesalahan arus dan pengaruh temperatur menggunakan pemanas atau lampu pijar 200 W. Kesalahan arus adalah kesalahan pengukuran CT karena perbedaan rasio pengenal CT dengan rasio sebenarnya.
Hasil penelitian ini diperoleh arus primer sebesar 5 persen pada masing-masing CT dengan membandingkan standar IEC 61869-2. pada beban resistif CT 6 atau fort kelas 0,5 rasio 50/5A dengan kesalahan arus 0,06 pada temperatur 25°C sedangkan pada temperatur 40°C kesalahan arus 0,148 dan pada temperatur 50°C kesalahan arus 0,248 , sehingga dapat disimpulkan kesalahan arus dapat dipengaruhi oleh pembebanan dan kenaikan temperatur 40°C sampai 50°C.

Current transformer is an important measurement divice in the distribution or current transformers measurement use normally condition of secondary current same primary current. Current transformer designed is 20°C while temperatur in indonesian is 30°C at operations. In this study, one this one the breakdown or failures of insulation in the transformer winding of hotspot temperatur and loading operations change that cause the insulation value to drop.
In this study examined the effect of load current transformer with resistor, capacitor and inductor which can affect the error ratio and temperature influence on CT by heating or lightbulb 200 W. The ratio error current is the difference the rated ratio CT with actual ratio.
The results this study obtained a nominal primary current of 5 percent on each CT rsquo s in standard IEC61869 2 resistive loading at CT 6 or Fort class 0,5 and ratio 50 5A with a ratio error of 0.06 by comparing with both standard and test current transformer standard ie IEC 61869 2 with temperature 25°C and resulting temperature 40°C error ratio of 0.148 , temperature 400C error ratio of 0.28 , the result is CT error can be affected by loading and temperature rise 40°C and 50°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viterbo, Joss
"Decentralized reasoning in ambient intelligence proposes a decentralized reasoning approach for performing rule-based reasoning about context data targeting AmI systems. For this purpose, the authors define a context model assuming context data distributed over two sides, the user side, represented by the users and their mobile devices, and the ambient side, represented by the fixed computational infrastructure and ambient services. They formalize the cooperative reasoning operation in which two entities cooperate to perform decentralized rule-based reasoning and define a complete process to perform this operation.
"
London: Springer, 2012
e20407913
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Navianti
"Meningkatnya perkembangan Industri di Indonesia mengakibatkan terjadinya pencemaran Lingkungan di sekitamya. Adanya berita media massa tentang pencemaran lingkungan di sekitftr PT Pupuk Sriwijaya yang menycbabkan teijadinya penyakit infeksi saluran pemapasan pada penduduk di pemukiman sekitar industri tersebul.
Tujuan penelitian adalah untuk mcngetahui hubungan pemajanan ammonia dan PM", serta faktor risiko yang mempengaruhinya dengan kejadian gejala pcnyakit saluran pemapasan pada bayi dan balita di pemukiman sekitar PT pupuk Sriwijaya palembang tahun 2001.
Subyek pcnelitian adalah ibu-ibu yang memiliki bayi dan baiita (0 bulan-59 bulan). Didapatkan sebanyak 125 keluarga yang mcmiliki bayi dan balita secara random sampling yang tersebax dalam 3 kclurahan. Jenis penelitian bersifat deskriptif anaiitik dengan rancangan penelitian Cross-secrional.
Hasil penentuan kadar ammonia antara 246.75 pg/m3-1499 gym), sedangkan kadar P1\/110 antara 202.60 pg/m3-1281 ng/mi. Terdapat hubungan yang signifikan (p < 0.05) pemajanan ammonia dcngan kejadian gejala penyakit saluran pcmapasan pada bayi dan balita di pemukiman sekitar industri PT Pupuk Sriwidjaja. Ada hubungan dosis respons antara pemajanan ammonia dengan kejadian gejala penyakit saluran pemapasan pada bayi dan balita di pemukiman sckitar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Pemajanan PM|o Yang tinggi pada bayi dan balita di pemukiman sekitar PT Pupuk Sriwidjaja akan meningkatkan risiko menderita gejala penyakit saluran pemapasan Dari model akhir didapat nilai OR = 1.1124 (95%CI=l.014-l.221), artinya setiap peningkatan 1 unit kadar PM 10 meningkatkan riaiko bayi dan balita rnenderita gejala penyakit saluran pemapasan sebcsar I 1.24%
Kesimpulan menunjukkan bahwa bayi dan balita yang terpajan dengan ammonia 2 652.50 pg/ma' mempunyai risiko menderita gcjala penyakit saluran pemapasan sebesar 9.508 kali dibandingkan dengan bayi dan balita yang terpajan ammonia < 652.50 pg,/ms setelah ciikontrol oleh variabcl variabel PMN, kepadatan hunian, perokok dalam rumah dan interaksi antara ammonia dengan PMN.
Saran kepada pihak PT Pupuk Sriwidjaja unmk tems memantad alat alat pengendaiian emisi gas maupun debu urea dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas alat alat pengendalinya, sehingga dapat mengurangi pencemaran di sekitar industri tersebut.

Due to increasing industry expansion in Indonesia it alfect the environmental pollution around the industry. There was mass media regarding environmental pollution around PUSRI which result of acute respiratory infection symptoms of the local community around that lndustry.
The purpose of -this study is to find out the relationship between expo: ure ammonia and PMN , as well as risk factor which influence with the condition acute respiratory infection symptoms at babies and children living around at PT Pupuk Sriwidjaja in 2001.
Subyect of this study are mothers who has babies and children ranging from 0 to 59 months. We found out that around l25 families who has babies and children as sampling random from 3. The methode of this study is descriptive analytic with cross sectional study designed.
The result of concentrate ammonia between 246.75 ug/m3-1499 ug/m3. And actual PMN, consentrate between 202.60 ug/m3-128| pg/rn3.There is significant relationship (p<0_05) between exposure ammonia and PM", with condition acute respiratory infection symptoms at babies and children living around at PT Pupuk Sriwidjaja Palembang There are linked dose respons between exposure ammonia with acute respiratory infection symptoms at babies and children living around at P'I` pupuk Sriwidjaja.
High exposure of PM", at the babies and children around PT Pusn area will raise from the risk acute respiratory infection symptoms. From the last model, it found out the value of OR equal to 1.1124 (95%CI = l.0l4-1221), meaning every raise per l unit PM10 will be raised the risk of babies and children for l 1.24 %.
Conclusion indicates that babies and children who has exposured with ammonia 2 652.50 ug/m3 has risk factor of the acute respiratory infection symptoms 9.5! times compare with babies and children exposured by ammonia < 652.50 ug/m3, after being adjusted by variables PM io, smoker inside the house, density of population and interact between ammonia and PM iq.
Suggestion to PT Pupuk Sriwidjaja to constantly measure all the control gas emission and dust urea equipment and to raise eiiiciency and effectiveness ofthe control equipment so that it could reduce pollution around the industry.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>