Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Husnah Maryati
"Data Kematian Bayi di Kota Bogor mengalami peningkatan dari 26 menjadi 62 kasus pada tahun 2013. Posyandu merupakan salah satu salah satu wadah dalam masyarakat yang menjalankan program kesehatan dimana salah satu tujuannya adalah melaksanakan kegiatan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Permasalahan pada posyandu di Kota Bogor adalah jumlah kader aktif yang terus menurun kemudian kaderisasi untuk kader sendiri kurang maksimal, belum berfungsinya pokja dan pokjanal posyandu.
Hasil perhitungan laporan kematian bayi tahun 2013 dan 2014 mendapatkan bahwa lebih dari separuh (55% dan 52,7%) posyandu yang wilayah kerjanya mengalami kasus kematian bayi adalah posyandu yang tingkat perkembangannya pratama dan madya. Penelitian ini ingin melihat bagaimana efektivitas UKBM Posyandu melalui faktor kepemimpinan (komunikasi, kompetensi), fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian), lingkungan kerja (dukungan sistem, ketersediaan sarana penunjang dan insentif) serta karakteristik responden (klasifikasi posyandu, umur, lama menjabat dan pekerjaan).
Penelitian ini menggunakan unit analisis posyandu dan sebagai respondennya adalah ketua kader posyandu sebanyak 70 posyandu. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional metode kuantitatif. Uji yang digunakan korelasi regresi untuk melihat hubungan faktor kepemimpinan, fungsi manajemen, lingkungan kerja dan karakteristik responden terhadap efektivitas posyandu. Analisis regresi linier ganda digunakan untuk melihat faktor yang paling menentukan efektivitas posyandu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan faktor kepemimpinan, fungsi manajemen, lingkungan kerja dan karakteristik responden terhadap efektivitas posyandu. Hubungan berpola positif yang artinya semakin baik faktor kepemimpinan, fungsi manajemen, lingkungan kerja dan karakteristik responden semakin efektif posyandu. Tidak ada hubungan faktor kepemimpinan (kompetensi), karakteristik responden (klasifikasi posyandu, lama menjabat ketua posyandu) terhadap efektivitas posyandu. Peningkatan intervensi kompetensi dan pengorganisasian akan meningkatkan efektivitas posyandu dengan mengontrol variabel umur dan pekerjaan.

Data infant mortality in the city of Bogor has increased from 26 to 62 cases in 2013. IHC is one of one of the containers in a society that runs the health program where one of his goals is to carry out activities to accelerate the reduction in maternal and infant mortality. Problems on the Posyandu in Bogor is the number of active cadres who continued to decline then regeneration for their own cadres less than the maximum, not the functioning of working groups and Pokjanal Posyandu.
Report the results of the calculation of infant mortality in 2013 and 2014 found that more than half (55% and 52.7%) Posyandu whose jurisdiction experienced cases of infant mortality is Posyandu Pratama and middle level of development. This study wanted to see how the effectiveness UKBM Posyandu through leadership factors (communication, competence), the functions of management (planning, organizing, implementation and control) and working environment (support system, the availability of supporting infrastructure and incentives).
This study uses the unit of analysis is the Posyandu and as chairman of the cadre's respondents were 70 Posyandu. The design of the study using cross sectional quantitative methods. Correlation regression test used to see the relationship between leadership, management functions and working environment on the effectiveness of the Posyandu. Multiple linear regression analysis was used to look at the factors which most determine the effectiveness of the Posyandu.
The analysis shows that there is a correlation between leadership (communications), management functions (planning, organizing, implementation and control) and working environment (support system, the availability of supporting infrastructure and incentives) on the effectiveness of Posyandu. Patterned positive relationship means the better the leadership factor (communications), management functions (planning, organizing, implementation and control) and working environment (support system, the availability of supporting infrastructure and incentives) more effective Posyandu. There is no correlation between leadership (competence) on the effectiveness of Posyandu. Determinants of the efectiveness of Posyandu is organising and controlling. Improved organization and control interventions will improve the effectiveness of Posyandu.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Muhammad Lufti
"Peran kader kesehatan sebagai ujung tombak di bidang kesehatan sudah mulai menurun ditandai dengan pemanfaatan posyandu hanya sebesar 13% dan 14% kategori posyandu Purnama dan Mandiri . Sehingga dilakukan penelitian untuk analisis hubungan peran kader pada UKBM di posyandu berdasarkan 2 (dua) kriteria yakni kriteria kontekstual kelurahan dan kriteria Malcolm Baldrige, untuk mendapatkan dari sisi mana dari keduanya yang dapat mempercepat peningkatan peran kader kesehatan. Penelitian dengan 159 kader dari 32 posyandu. Uji yang digunakan dengan Chi Square untuk melihat hubungan yang ada pada 7 (tujuh) kriteria kontekstual kelurahan dan 7 (tujuh) kriteria Malcolm Baldrige. Kemudian Analisis Regresi Linier Ganda digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan beberapa variabel terkait sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep. Hasilnya, dari beberapa uji hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat kematangan masyarakat, tingkat kematangan dengan tingkat kendali masyarakat, tingkat kendali masyarakat dengan kader sebagai agent of changes, kader sebagai agent of changes dengan motif keberdayaan, motif keberdayaan dengan kepemilikan masyarakat dalam upaya pembangunan, kesemuanya memiliki hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Sedangkan variabel keterlibatan berbagai stakeholders memiliki hubungan yang signifikan atas tingkat partisipasi, peran kader sebagai agent of changes, kepemilikan masyarakat dalam upaya pembangunan, dan tingkat kematangan keberdayaan. Pada kriteria Malcolm Baldrige ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dengan rencana strategis dan desain program sesuai kebutuhan. Ada hubungan yang signifikan antara Kepemimpinan, desain program sesuai kebutuhan, manajemen pelayanan dan kapasitas SDM dengan fokus pada hasil. Peningkatan peran kader pada UKBM dalam program gizi dan KIA diperlukan pembenahan Pokja (kelompok Kerja) yang telah dibentuk untuk lebih mempertegas kembali tugas pokok dan fungsi lintas sektor terkait, sehingga dapat terlaksana dengan baik peran kader kesehatan dalam program gizi dan KIA.

The role of health as a vanguard cadre of health has begun to decline marked by posyandu utilization of only 13% and 14% posyandu Purnama and Mandiri categories. So the research on the analysis of the role of volunteers in UKBM in posyandu by 2 (two) criteria and the criteria of contextual urban Malcolm Baldrige criteria, to get from which side of the two that can accelerate the increase in the role of health cadres. Study with 159 volunteers from 32 posyandu. Test used by Chi Square to see the relationships that exist in the 7 (seven) villages contextual criteria and 7 (seven) Malcolm Baldrige criteria. Multiple Linear Regression Analysis then used to examine the relationship between the variables associated with some variables in accordance with the objectives and conceptual framework. The result, of some of the test the relationship between the level of community participation with the maturity level, the level of maturity to the level of community control, level control society as an agent of changes cadres, cadres as the motive agent of changes to the empowerment, empowerment motif with local ownership in development, all of which have a significant relationship between the two variables. While the involvement of various stakeholders variables have a significant relationship on the level of participation, the role of volunteers as agents of changes, the ownership of development efforts, and the maturity level of empowerment. In the Malcolm Baldrige criteria no significant relationship between leadership and strategic planning and program design as needed. There is a significant relationship between leadership, program design as needed, service management and capacity building with a focus on results. Enhancing the role of volunteers in UKBM nutrition and MCH programs needed revamping Working Group (working group) which has been formed to further reaffirm the basic tasks and functions across relevant sectors, so that they can perform well in the role of health cadres nutrition and MCH programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Satya Devi
"Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama yang mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat. Dilihat dari jumlah kematian ibu selama kurun waktu tiga tahun dari tahun 2012-2014 terus meningkat, diperlukan penelitian mengenai factor penentu pemanfaatan puskesmas PONED di Kabupaten Bogor. Penelitian ini mengambil lokasi di 22 puskesmas di Kabupaten Bogor yang merupakan puskesmas PONED. Variabel yang diteliti antara lain : pengetahuan mengenai puskesmas PONED, keyakinan, waktu tempuh, sarana transportasi dan perilaku petugas kesehatan. Rancangan penelitian ini dengan pendekatan cross sectional. Data yang dipergunakan data sekunder hasil pendataan puskesmas PONED di Kabupaten Bogor oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat bulan Juni -Juli 2014.
Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan, keyakinan responden, waktu tempuh dan sarana transportasi tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan puskesmas PONED, sedangkan perilaku petugas merupakan factor yang paling bermakna terhadap pemanfaatan puskesmas PONED di Kabupaten Bogor. Dari kelima variabel yang diteliti ternyata setelah diuji multivariate variabel yang paling menentukan terhadap tingginya pemanfaatan puskesmas PONED adalah perilaku petugas kesehatan di puskesmas. Factor lainnya yang mendukung pemanfaatan pelayanan adalah SDM, sarana prasarana dan juga pemantauan oleh dinas dan organisasi profesi. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut agar dapat menggali informasi tentang pemanfaatan puskesmas, disamping itu juga diperlukan sosialisasi, promosi serta perencanaan kebutuhan Puskesmas yang tepat yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan ibu di puskesmas PONED.

Public Health Center is an organizer of health care facilities and public health efforts first level individual health efforts that prioritize promotive and preventive efforts to achieve a degree of public health. Judging from the number of maternal deaths over a period of three years from 2012-2014 continued to increase, research is needed on the use of health centers PONED determinant factor in Bogor. This study took place in 22 health centers in the district of Bogor which is PONED health centers. Variables examined include: knowledge of the health center PONED, belief, travel time, transport and behavior of health workers. The design of this study with cross sectional approach. The data used secondary data collection results PONED health centers in the district of Bogor in West Java Provincial Health Office in June -July 2014.
The results showed a variable knowledge, confidence of respondents, travel time and transportation facilities are not significantly associated with the utilization of health center PONED, while the officer's behavior is the most significant factor for the utilization of health center PONED in Bogor. Of the five variables studied turned out after multivariate test variables most decisive for the high utilization of health centers is PONED behavior of health workers in health centers. Other factors that support the use of the service is human resources, infrastructure, and also monitoring by agencies and professional organizations. Further research is still needed in order to gather information about the use of community health centers, and also it is necessary dissemination, promotion and planning needs proper health centers, which in turn can improve the utilization of maternal health services in health centers PONED.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Zulfah
"Implementasi e-kesehatan di Indonesia tahun 2013 masih menemui kendala pada komponen kebijakan, infrastruktur, aplikasi, standar, tata kelola, dan pengamanan data Kemenkes, 2015. Langkah-langkah prioritas yang dilaksanakan untuk penguatan SIK di Indonesia adalah pembenahan sistem informasi non elektronik menjadi SIMPUS/SP2TP/SP3 Sedangkan untuk aliran dan integrasi data dilakukan optimalisasi pelaporan data dari kabupaten/kota melalui aplikasi komunikasi data. Pusat Data dan Informasi, 2017. Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang melaporkan data kesehatan prioritas bulanan, triwulan, dan tahunan pada tahun 2017 secara lengkap, namun belum tepat waktu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan kerangka Performance Routine Information System Management PRISM.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor input dari segi teknis, organisasi, dan perilaku, mengetahui faktor proses pelaksanaan pelaporan dan umpan balik, serta mengetahui faktor output laporan dari sistem informasi kesehatan. Subyek penelitian adalah koordinator pelaporan/SIK dan penanggung jawab program di Puskesmas.Penelitian menunjukkan kekurangan dalam kinerja sistem informasi kesehatan yakni puskesmas melakukan pencatatan ganda dengan banyak formulir yang tersedia, belum semua puskesmas menerapkan SIMPUS, masih ditemukan puskesmas yang belum memiliki SOP dan alur pelaporan/kegiatan SIK, SIMPUS error dan jaringan yang belum stabil, belum adanya penunjukkan tertulis untuk petugas pelaporan atau tim pelaporan, pengawasan dari manajemen bersifat insidentil, puskesmas belum memiliki rencana pelatihan yang terjadwal, belum ada kesadaran petugas akan pentingnya pelaporan, dan alur pelaporan yang masih terfragmentasi. Hal ini menyebabkan pelaporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Bogor mengalami keterlambatan dan menghambat pelaporan/komunikasi data prioritas kesehatan ke Pusdatin Kemenkes RI.

The implementation of e health in Indonesia in 2013 still faces constraints on policy components, infrastructure, applications, standards, governance and data security Ministry of Health, 2015. The priority step implemented for strengthening Health Information System HIS in Indonesia is the improvement of non electronic information system to SIMPUS SP2TP SP3, improve flow and data integration by optimizing data reporting from districts through data communication application. Data and Information Center 2017. Bogor city is one of the cities in West Java that report health data monthly, quarterly, and yearly complete in 2017, but not yet timely. This is a qualitative research with Performance Routine Information System Management PRISM framework approach.
The research aims to know the input factors technical, organizational and behavioral aspect, to know the process factor of reporting and feedback, and to know the output factor of health information system. The subjects of the study were the reporting coordinator HIS and the person in charge of the program at Public Health Centre PHC. The study shows that PHC has double recording and reporting with many forms available, some PHC do not implement SIMPUS, PHC do not have SOP of reporting HIS, SIMPUS error and unstable network, no statement of reporting officer or reporting team, supervision from management is incidental, PHC do not have a scheduled training plan, there is no awareness of the importance of reporting officers, and fragmented reporting flows. These are causes of reporting submitted to the Bogor City Health Office not timely and inhibit reporting communication of priority health data to Data and Information Centre of Health Ministry RI.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Fadillah
"ABSTRAK
Tesis ini mengenai kajian Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
( UKBM ) yang ada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2013.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara
mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) pada kelompok pengguna dan
pengelola UKBM. Pengembangan RW Siaga merupakan pengembangan UKBM,
RW Siaga merupakan wadah dimana UKBM berada. Pembiayaan UKBM
mendapatkan dukungan dari APBD Provinsi DKI Jakarta. SDM yang terlibat
dalam UKBM dalam segi kualitas sudah mencukupi namun dari segi kuantitas
masih kurang. Arah kebijakan penyusunan perencanaan semakin mendukung
upaya preventif dan promotif kesehatan dengan mengacu pada Indikator Kinerja
Program (outcome) dan Kegiatan (output). Dari segi manajemen pelaksanaan
UKBM dilaksanakan sesuai dengan tugas dan peran masing-masing lembaga yang
terlibat dalam UKBM, namun perlu peningkatan koordinasi antar lembaga.
Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan UKBM masih tinggi. Upaya
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat terlaksana dengan baik. Kesimpulannya
dengan Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis, namun UKBM sebagai
upaya preventif dan promotif kesehatan masih tetap dilaksanakan dengan baik.

ABSTRACT
This thesis is a study upon Public Health Efforts or known as Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) in Indonesia. Geographically it focuses on
the condition in the administration of Central Jakarta Region in 2013.
The research takes a qualitative approach by conducting in-depth interviews and
Focus Group Discussions (FGD) with UKBM users and administrators. The
development of “RW Siaga” is the expansion of UKBM. RW Siaga is the living
field form UKBM. UKBM receives it’s funding from the DKI Jakarta Provincial
Budget, or APBD. The human resource involved in UKBM is deemed adequate in
quality but insufficient in quantity.
The direction of future regulations continue to focus on promoting health, and
preventive health which refers to the Program Performance Indicator, divided into
Program (outcome) and Activity (Output). UKBM’s management system is
catered to the tasks and role of each body involved, this must be followed by
building good coordination among these bodies.
Public participation in UKBM is still very high. Partnership chances and public
empowerment is maintained and has been executed well.
In conclusion, the Jakarta Health Card or Kartu Jakarta Sehat (KJS) which has
eased public health service by providing free healthcare for residents. However, as
a program that supports preventive health and promotes health, UKBM is still
conducted well in the society."
2013
T38420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dr. Rora Asyulia
"Penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang (Cross Sectional) akan meneliti capaian program pelayanan kesehatan pada orang berisiko terkena HIV dengan pendekatan Malcolm Baldrige di Puskesmas Kota Depok. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui capaian Program pelayanan kesehatan pada orang berisiko terkena HIV dengan pendekatan Malcolm Baldrige. Populasi penelitian ini adalah seluruh Puskesmas di Kota Depok yang berjumlah 38 Puskesmas. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dan wawancara yang dibuat berdasarkan rujukan baku dari kriteria Malcolm Baldrige yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti terdahulu dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Variabel Independen ada 6 yaitu Kepemimpinan, perencanaan strategis, focus pada pelanggan, pengukuran analisis dan manajemen pengetahuan, focus pada sumber daya manusia dan manajemen proses sedangkan variabel dependen adalah capaian Standar pelayanan minimal pada pelayanan kesehatan orang berisiko terkena HIV. Analisis data menggunakan analisis data univariat melihat frekwensi distribusi hasil capaian, analisis data bivariat melihat hubungan antara 6 (enam) kriteria Malcolm Baldrige dengan hasil capaian Standar pelayanan minimal Program Pelayanan Kesehatan pada orang berisiko terkena HIV di Puskesmas Kota Depok dan analisis multivariat untuk mencari factor paling dominan mempengaruhi capaian standar pelayanan minimal HIV. Hasil penelitian Univariat mayoritas masuk kategori kurang kepemimpinan (53,07%), perencanaan strategis (46,21%) focus pada pelanggan (43,84%), pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan (44,21%), sumber daya manusia (47,85%) dan manajemen proses (47,49%) sedangkan hasil capaian Standar pelayanan minimal pada orang berisiko terkena HIV (69,86%) masuk kategori cukup. Pada analisis bivariat semua variabel independent memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap variabel dependen. Pada analisis multivariat ada korelasi yang kuat antara capaian SPM HIV (Y) dengan variabel kepemimpinan dan focus pada pelanggan (R=0,749) dan memiliki R Square 0,561 dimana variabel yang paling dominan adalah Focus pada Pelanggan (48,5%)

Quantitative research with a cross-sectional design (Cross Sectional) will examine the achievements of health service programs for people at risk of getting HIV using the Malcolm Baldrige approach at the Depok City Health Center. The purpose of this study was to determine the performance of the health service program for people at risk of getting HIV using the Malcolm Baldrige approach. The population of this study were all Community Health Centers in Depok City, totaling 38 Health Centers. The research instrument used questionnaires and interviews which were made based on standard references from Malcolm Baldrige's criteria which had been translated into Indonesian by previous researchers and adapted to the research objectives. There are 6 independent variables, namely leadership, strategic planning, focus on customers, measurement analysis and knowledge management, focus on workforce and process management, while the dependent variable is achievement of minimum service standards in health services for people at risk of getting HIV. Data analysis used univariate data analysis to look at the frequency distribution of performance results, bivariate data analysis looked at the relationship between 6 (six) Malcolm Baldrige criteria and the achievement results of the minimum service standard for the Health Service Program for people at risk of getting HIV at the Depok City Health Center and multivariate analysis to find the most common factor Dominantly affect the achievement of minimum HIV service standards. The majority of Univariate research results fall into the category of lacking leadership (53.07%), strategic planning (46.21%) focus on customers (43.84%), measurement, analysis and knowledge management (44.21%), workforce (47.85%) and process management (47.49%) while the results of the minimum service standards for people at risk of getting HIV (69.86%) are in the sufficient category. In the bivariate analysis all independent variables have a strong and positive relationship to the dependent variable. In the multivariate analysis there is a strong correlation between HIV MSS achievement and leadership and customer focus variables (R=0,749) and R square =0,561 where the most dominant variable is Customer Focus (48.5%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuningsih
"Kepesertaan JPKM masih rendah atau hanya 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia (SUSENAS 2004 dalam Depkes RI 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor dari dalam dan faktor-faktor dari luar keluarga terhadap kepesertaan masyarakat dalam JPKM sukarela di Kota Metro Tahun 2008. Populasi penelitian ini adalah seluruh Kepala KeIuarga (KK) di Kota Metro Lampung. Penelitian ini merupakan survei (non experiment) dirnana data ini dikumpuIkan seeara cross sectional. Jumlah sampel 131 IC.K yang diambil secara klaster yaitu di tiap kecamatan diambil satu kelurahan tiap kelurahan secara random ditentukan sampel menurut jumlah proporsi KK yang ada (sconpel random sampling).
Penelitian ini kemudian menemukan bahwa ada hubungan antara faktor-faktor dari dalam keluarga (Umur KK, Jenis kelamin KK, Pendidikan KK, Pengetahuan KK, Pekerjaan KK, Penghasilan KK, Juralah anggota keluarga dan Arti sakit bagi keluarga) dan faktor-faktor dari luar keluarga (Promosi JPKM, Dukungan Pernerintah, Keberadaan asuransi lain/Askin, Pola Perilaku Masyarakat dalarn Menghadapi Sakit, Lokasi pelayanan Kesehatan dengan JPKM) terhadap kepesertaan dalam JPKM. Dan i penelitian ini ditemukan hanya 14,5% yang menjadi peserta JPKM. Ini diperkuat dengan fakta pertanyaan terbuka yang menyatakan rnasyarakat mempersepsikan bahwa JPKM adalah jaminan pemeliharan kesehatan untuk orang miskin.
Analisis variabel dalam penelitian ini menernukan adanya hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan KK (faktor dari dalam keluarga) serta variabel dukungan pemerintah dan pola perilaku masyarakat dalam menghadapi sakit (faktor dari luar keluarga) dengan kepesertaan JPKM. Dan Analisis selanjutnya (multivariat) ditemukan bahwa faktor pengetahuan KK berpengaruh terhadap kepesertaan .TPKM sukarela (p-,043) Odd Ratio (OR) 3,42 yang berarti mereka (KK) yang rnengetahui JPKM sukareta mempunyai pe1uang 3-4 kali menjadi peserta.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan sangat mempengamhi kepesertaan JPKM sukarela melalui pembentukan persepsi yang benar tentang .JPKM Sebagai saran maka JPKM sukarela ini yang sebenamya merupakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai mana yang dicita-citakan dalam pembangunan kesehatan perlu didorong melalui extensifikasi sosialisasi JPKM sukarela yaitu melalui berbagai peluang, jalur dan cam yang memungkinkan. Ini sesuai dengan amanat UU no 23 Th 1992 tentang kesehatan pasal 66 ayat 1: Pemerintah mengembangkan, membina dart mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (.111134) sebagai cam yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan perneliharaan kesehatan, yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya , berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan
The study has a purpose on explore the internal and external factors on the family for the voluntarily membership of the RICA at Kota Metro, Lampung at the year of 2008. The study is a survey (non-experiment) and data is gathered by a cross sectional design. The population of the study is the Head of the Household (NH) of Kota Metro, Lampung. The sample size is 131 of HH that withdrawn by a cluster sampling method, i.e. in every sub-district there will be one neighborhood is chosen, and from every neighborhood, a random sampling method is used to get the sample proportionately with the number oh the HH in the neighborhood.
The study found that there is a relationship between the family internal and the external factors with the membership for JPKM. The internal factors are consists of the age, sex, education, knowledge, occupation, and the income of the HA member of the family, and the mean of the illness for the family. While the external factors are the .113KIvl campaign, government support, availability of Poor Family Insurance or other insurance, community behavior pattern to deal with the illness, the location of health services with WKM. The study reveal that there is only 14.5% is a member of JPKM, because mostly perception on the community say that JPKM is a health security for the poor.
Analysis found that there is a significant relationship between variables of HH's knowledge (family's internal factor), government support variable and community behavior pattern in dealing with the illness (family's external factor), and the membership of JPKM Further analysis (multivariate) found that the factor of HI-I's knowledge have the influence to the involuntary membership on JPICIVI (p value: 0.043) has the OR on 3.42, and it means that I-11-1 with a good knowledge have opportunity to become a JPKM membership 34 times in compare with HH with low knowledge.
To conclude, knowledge has a great extent in influencing the voluntary membership for JPIKM through a proper understanding of perception on JPKM It is suggested, as it hopes in the health development goals, that voluntary JPKM membership, as a form of community participation on health area, should be supported by a broadening socialization of the JPKM voluntary membership through any opportunity, channel and possibilities way. This also consistent with the statement of the U1.1 NO. 23, 1992 in relation to health, at the Chapter 66 verse 1 "The government should support and encourage the JPKM as a foundation of any application for health care that financed by a pre-finance scheme, base on a kinship mutually affair".
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Munawir
"Proses pelayanan dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta belum berjalan secara optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan terjadinya penumpukan pasien pada beberapa aktivitas tertentu serta lead time pelayanan yang terlalu bervariasi. Proses pelayanan dan penerbitan vaksinasi internasional dilakukan secara cepat mengingat jumlah kunjungan pasien vaksinasi dapat mencapai 400 kunjungan. Kegiatan tersebut dikerjakan secara monoton dan dilakukan berulang-ulang secara cepat akan berpotensi menimbulkan masalah dan mengancam keselamatan pasien apabila proses pelayanan bermasalah.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis proses pelayanan dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional di KKP Kelas I Soekarno Hatta dengan pendekatan metode lean six sigma. Jenis penelitian ini adalah operational research, dengan desain penelitian kualitatif dan bantuan statistik dasar.
Hasil penelitian digambarkan melalui value stream mapping yang memperlihatkan lead time proses pelayanan dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional selama 14 menit 56 detik dengan aktivitas VA sebesar 6 menit 22 detik (42,63%) dan aktivitas NVA sebesar 8 menit 34 detik (57,37%), proses paling lama terjadi pada langkah anamnesa dan pemeriksaan kesehatan karena menunggu panggilan dokter untuk melakukan anamnesa dan pemeriksaan kesehatan. Waste paling besar adalah waiting waste sebesar 8 menit 23 detik atau 97,85% dari total seluruh waste yang ditemukan. Berdasarkan analisis fishbone diagram ditemukan bahwa akar penyebab masalah paling banyak berasal dari kategori process.
Usulan perbaikan yang diberikan berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan berupa pembatas antar pasien pada meja anamnesa dan pemeriksaan kesehatan, komunikasi pasien geriatri, pembuatan standarisasi kerja, pembuatan visual management, membuat pelatihan dan motivasi, melakukan penelitian serupa saat peak season, menghitung beban kerja, serta menerapkan 5S.

The process of vaccination services and international certificate of vaccination publishing is not optimal enough, indicated by the accumulation of patients in certain activities and the lead time process is too varied. The process of vaccination services and international certificate of vaccination publishing is done quickly because the numbers of visitors can reach 400 patients. The activities are done monotonously and repeated quickly will cause the problems and threaten patient safety if there are problems with the service process.
The aim of this research is to get analysis result of the process of vaccination services and international certificate of vaccination publishing using lean six sigma approach. This research is operational research type which use qualitative design with basic statistic.
The result of this research were described with value stream mapping that showed the lead time of vaccination services and international certificate of vaccination publishing for 14 minutes 56 seconds with value added activities for 6 minutes 22 seconds (42,63%) and non-value activities for 8 minutes 34 seconds (57,37%), the longest process happens on historical and medical examination due to the waiting for the historical and medical examination activity. The biggest waste is waiting activities for 8 minutes 23 seconds or 97,85% of the total waste. Based on fishbone diagram analysis, it was discovered that the root cause of problem mostly comes from process category.
The improvements proposed based on the root cause problems found are divider between patient in historical and medical examination desk, geriatric patient communication, work standardization, visual management creation, training and motivation, conducted similar research in peak season visitors, workload calculation and 5S implementation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Ubai Sulistiani
"Rebranding adalah aktivitas di perusahaan atau institusi yang mempunyai tujuan untuk melakukan transformasi kedudukan brand dibenak pemilik kepentingan dan untuk menjadikan label serta personalitas pembeda dengan lembaga atau institusi lain. Upaya rebranding yang dilakukan RSUD DKI Jakarta bertujuan untuk memperbaharui posisi brand melalui perubahan nama, logo, meningkatkan kesan positif serta peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rebranding Rumah Sehat Untuk Jakarta terhadap persepsi masyarakat tentang pelayanan kesehatan poli rawat jalan di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan di 5 lokus Rumah Sehat Untuk Jakarta yaitu RSUD Pasar Rebo, RSUD Jati Padang, RSUD Mampang Prapatan, RSUD Kebayoran Lama dan RSUD Kembangan. Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna Rumah Sehat Untuk Jakarta. Untuk menentukan sampel Rumah Sehat Untuk Jakarta menggunakan teknik simple random sampling dengan teknik lottery, sampel responden dalam penelitian ini adalah pasien lama poli rawat jalan berjumlah 96 orang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh karakteristik (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan) serta rebranding terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Sehat Untuk Jakarta. Persepsi baik terhadap pelayanan kesehatan akan meningkat sebesar 11 kali ketika dilakukannya rebranding menjadi Rumah Sehat Untuk Jakarta.

Rebranding is an activity in a company or institution that has the aim of transforming the position of the brand in the minds of stakeholders and to make labels and differentiating personalities with other institutions or institutions. This study aims to determine the effect of rebranding Rumah Sehat Untuk Jakarta on public perceptions of outpatient poly health services. This research was conducted in 5 loci of Rumah Sehat Untuk Jakarta, as Pasar Rebo Hospital, Jati Padang Hospital, Mampang Prapatan Hospital, Kebayoran Lama Hospital and Kembangan Hospital. The population in this study were users of Rumah Sehat Untuk Jakarta. To determine the sample using simple random sampling technique with lottery technique, the sample respondents in this study were old patients of outpatient clinic totalling 96 people determined by accidental sampling technique. Data were analysed univariate, bivariate and multivariate. The results showed that there was an influence of characteristics (gender, education, occupation, and income) and rebranding on health services at Rumah Sakit Sehat Untuk Jakarta. Good perception of health services will increase by 11 times when rebranding to Rumah Sehat Untuk Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Sulistiowati
"Penelitian ini mencoba mengukur nilai efisiensi pengeluaran publik di sektor kesehatan kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahun 2006-2011. Selain itu juga melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi beragamnya nilai efisiensi yang diperoleh oleh masing-masing daerah.Dengan menggunakan data Susenas 2006 ndash; 2011, Podes 2008 dan 2011, Data Anggaran belanja daerah dari Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Kementrian Keuangan, Profil Kesehatan Jawa Barat 2006-2011. Pada bagian pertama dilakukan pengukuran menggunakan Fungsi Produksi Kesehatan untuk mendapatkan nilai efisiensi pengeluaran publik kesehatan dengan metode Stochastic Frontier Analysis. Pada bagian kedua estimasi dilakukan dengan metode Least Square Dummy Variable, dimana efisiensi yang telah didapat pada estimasi bagian pertama dimodelkan sebagai fungsi linear dari variabel penjelas yang relevan.Hasil menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran kesehatan publik, signifikan meningkatkan Angka Harapan Hidup. Nilai efisiensi terendah berada di Kabupaten/kota yang terletak di Jawa Barat bagian timur dan dua daerah pantai selatan. Faktor-faktor berikut berkorelasi positif terhadap efisiensi pengeluaran publik di sektor kesehatan diantaranya : pendapatan per kapita, akses air bersih dan pengeluaran kesehatan pribadi. Sedangkan jarak ke sarana kesehatan terdekat berkorelasi negatif terhadap efisiensi pengeluaran publik di sektor kesehatan di kabupaten/kota di Jawa Barat.

This study attempts to measure the efficiency of public expenditure in the health sector in the district city in West Java in the year 2006 2011. In addition, an analysis of the factors that affect the diversity of the efficiency gained by each region. Using data susenas 2006 2011, Podes 2008 and 2011, data from the local budget for the Regional Director General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, West Java Health Profile 2006 2011. In the first section was measured using the Health Production Function to get the value of the efficiency of public health spending by the method of Stochastic Frontier Analysis. In the second part of the estimation made by the method of Least Square Dummy Variable, where efficiency has been obtained in the estimation of the first part is modeled as a linear function of the relevant explanatory variables. The results showed that the increase in public health spending, a significant increase life expectancy. The value of the lowest efficiency in the district city located in the eastern part of West Java and two southern coastal areas. The following factors were positively correlated to the efficiency of public expenditure in the health sector include income per capita, access to clean water and private health expenditures. While the distance to the nearest health facility was negatively correlated to the efficiency of public expenditure in the health sector in the districts cities in West Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T47746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>