Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adji Swandito
"Pekerja kontraktor bahan kimia di perusahaan minyak dan gas bumi PT. XYZ merupakan populasi berisiko terhadap pajanan Benzena disebabkan oleh aktifitas dan kondisi lingkungan kerja yang memungkinkan terpajan oleh uap Benzena. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik disertai dengan analisis kemungkinan ketidaknormalan kadar darah akibat pajanan Benzena, untuk kemudian ditentukan manajemen risiko yang harus dilakukan. Penelitian merupakan studi potong lintang dilakukan terhadap seluruh pekerja kontraktor bahan kimia di PT. XYZ yang berjumlah 22 orang ditambah dengan 22 orang sebagai pembanding dipilih dari karyawan perusahaan PT. XYZ pada lokasi yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi pekerja bahan kimia di PT. XYZ berisiko terhadap pajanan Benzena nonkarsinogenik (RQ = 1,7442) dan karsinogenik (ECR = 1,76 x 10-4) pada durasi pajanan lifetime. Diketahui hubungan yang bermakna antara pajanan Benzena terhadap normalitas kadar hemoglobin (p = 0,015) dan eritrosit (p = 0,000). Risiko ketidaknormalan kadar hemoglobin dan eritrosit berturut-turut pada populasi terpajan adalah 6,92 kali (95% CI:1,28?37,29) dan 21,53 kali (95% CI:4,46?103,90) dibandingkan populasi tidak terpajan. Selain itu juga diketahui hubungan yang signifikan antara kenaikan jumlah asupan Benzena terhadap penurunan kadar haemoglobin (rs = -0,433; p = 0,044) dan eritrosit (rs = -0,474; p = 0,026).
Disimpulkan bahwa risiko kesehatan nonkarsinogenik dan karsinogenik akibat pajanan Benzena pada populasi pekerja bahan kimia di perusahaan minyak dan gas PT. XYZ akan terjadi pada durasi pajanan lifetime. Terdapat hubungan antara pajanan Benzena dengan ketidaknormalan hemoglobin dan eritrosit.

Chemical contractor worker at the oil and gas company PT. XYZ is a population at risk to Benzene exposure due to its activities and work environment condition that possibly exposed by Benzene vapour. This research is aimed to estimate noncarsinogenic and carsinogenic risk level, complemented with blood counts abnormality analysisdue to Benzene exposure, then determining risk management shall be done. The research is cross sectional study was done to all chemical contractor worker at PT. XYZ, consist of 22 person, and additional 22 person as a control was selected from employee of PT. XYZ working at the same location. The research yield that chemical worker population at PT. XYZ is at risk to the noncarsinogenic (RQ = 1.7442) and carsinogenic (ECR = 1.76 x 10-4) Benzene exposure at the lifetime exposure duration.
Its known that there is a correlation between Benzene exposure with normality of haemoglobin (p = 0.015) and erythrocytes (p = 0.000). The risk of abnormality haemoglobin and erythrocytes counts is 6.92 times (95% CI:1.28?37.29) dan 21.53 times (95% CI:4.46?103.90) respectively compare to the non exposed population. In addition, its identified that there is a significant correlation between increased Benzene intake to the haemoglobin (rs = -0.433; p = 0.044) and erythrocytes (rs = -0.474; p = 0.026) counts reduction.
In summary noncarcinogenic and carcinogenic health risk due to Benzene exposure in the population of chemical worker at the oil and gas company PT. XYZ will occure at the lifetime exposure duration. There is a correlation between Benzene exposure with abnormality of haemoglobin and erythrocytes."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44390
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annes Waren
"Latar Belakang: Pria, 48 tahun, pekerja minyak dan gas bumi, didiagnosis dengan myelofibrosis, bagian dari myeloproliferatif neoplasma. Pasien bekerja sebagai operator selama 15 tahun, dimana salah satu hazardnya adalah paparan rendah benzen. Laporan kasus ini bertujuan untuk melihat hubungan antara paparan benzene dengan myeloproliferatif neoplasma pada pekerja minyak dan gas bumi. 
Metode:  Analisis PICO digunakan untuk memformula pertanyaan klinik laporan kasus ini, populasi: pekerja, intervensi/paparan: benzen, komparasi: tidak terpapar benzen, hasil: myeloproliferatif neoplasm. Strategi pencarian literatur untuk menjawab pertanyaan klinis menggunakan data basis leektronik pada PubMed, Google Scholar dan daftar pustaka. Kriteria inklusi adalah penelitian etiologik dengan kriteria eksklusi adalah leukemia myeloid kronik dan trombositopenia esensial. Penelitian yang terpilih kemudian dilakukan penilaian kritis untuk menentukan apakah penelitian ini valid, bermakna, dan dapat diaplikasikan terhadap pasien menggunakan kriteria relevansi dari Ofxord Centre untuk kedokteran berbasis bukti pada penelitian etiologik.
Hasil: Terdapat satu peneliltian terpilih yaitu penelitian kasus kontrol dari Glass dkk, 2014 (n= 30 kasus dengan n=124 dengan matched controls), hasil dari penelitian ini paparan kumulatif benzene memiliki OR 1.57 (95% CI 0.55-2.78) terhadap myelofibrosis, paparan benzene 2-20 tahun p 0.49 dan OR 4.4 (95% CI 1.29-15). Setelah dilakukan penilaian kritis terhadap penelitian ini dengan hasil poenelitian valid, memiliki kualitas yang tinggi pada pengukuran paparan benzene pada pekerjaan individu. Meskipun terdapat limitasi berupa confounder data seperti tidak tersedianya informasi mengenai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, paparan radiasi dan atau kerentanan genetik. 
Kesimpulan: Berdasarkan analisis kasus 7 langkah diagnosis penyakit akibat kerja, dapat disimpulkan bahwa myelofibrosis dapat berhubungan dengan paparan benzen di tempat kerja.

Background: A 48-years old male, oil and gas worker was diagnosed with myelofibrosis, part of myeloproliferative neoplasm. The patient worked as an operator for 15 years, where one of the hazards was low level of benzene exposure. Hence, this case report is aimed to find the association of benzene exposure with myeloproliferative neoplasm in oil and gas worker.
Method:  The following is PICO analysis to formulate clinical question from this case report; Population: worker, intervention/exposure: benzene, comparison: not exposed to benzene, outcomes: myeloproliferative neoplasm. Literature searching strategies for answering the clinical question used electronic database in PubMed, Google Scholar, and list of references. The inclusion criteria is etiologic research study, while the exclusion criteria are chronic myeloid leukaemia and essential thrombocythemia. The selected papers were then critically appraised to determine whether the article is valid, meaningful, and applicable to the patient using relevant criteria bye the Oxford Centre for Evidence-based Medicine for etiological study.
Result: Finally, one study was selected; a case control study by Glass et al, 2014 (n=30 cases with n=124 matched controls), the outcome of this study was OR of 1.57 (95% CI 0.55-2.78) for cumulative benzene exposure, p 0.49 and OR of 4.4 (95% CI 1.29-15) for a 2-20 years benzene exposure, p 0.018. After a critical appraisal, it was found that this article was valid, the study has high quality and precise benzene exposure metrics based on exposure of individual job. However, there were potential limitations on confounders data such as not available data on smoking habit, alcohol use, radiation exposure and/or genetic susceptibility.
Conclusion: Based on the case analysis through 7 (seven) steps of occupational disease diagnosis and journal critical appraisal, it can be concluded that the myelofibrosis may be related to exposure to benzene at the workplace.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Noor Salim
"Sejak penggunaan benzena, ditemukan juga dampak kesehatan akibat pemajanan dengan bahan kimia ini. Petugas operator pada pengisian BBM adalah salah satu populasi pekerja yang memiliki tingkat resiko pajanan benzena yang tinggi, terutama melalui jalur inhalasi dalam waktu pajanan yang kontinyu. Metode yang digunakan adalah analisis risiko kesehatan lingkungan, yaitu menghitung besar risiko individu dan populasi. Pada estimasi risiko individu, seluruh karyawan belum berisiko efek nonkarsinogenik, tetapi pada pajanan 3 tahun terdapat 1 karyawan yang berisiko efek kanker dan pada pajanan lifetime seluruh karyawan berisiko efek kanker. Seluruh populasi karyawan belum berisiko efek nonkarsinogenik pada semua durasi pajanan. Populasi operator pompa BBM berisiko efek karsinogenik pada durasi pajanan lifetime. Populasi karyawan bagian administrasi belum berisiko efek karsinogenik pada semua durasi pajanan. Disarankan bekerja tidak lebih dari 3 tahun, bekerja selama maksimal 6 jam/hari atau penggunaan APD yang tepat agar terlindung dari risiko kanker.

Since the use of benzene, was also found health effects due to exposure to these chemicals. Operators in charge of fuel is one of the working population who have high levels of benzene exposure is high risk, mainly through the inhalation pathway of exposure is continuous in time. The method used is the analysis of environmental health risks, namely large calculating individual and population risk. In the individual risk estimates, the employee has not at risk noncarsinogenic effect, but at 3 years of exposure there is an employee at risk of cancer and the effects on lifetime exposure to all employees at risk of cancer effects. The entire population of non-employee has not at risk of carcinogenic effects in all the duration of exposure. The population at risk of fuel pump operators carcinogenic effect on the duration of lifetime exposure. Populations at risk yet the administrative staff of a carcinogenic effect on all the duration of exposure. Advised to work no more than 3 years, working for a maximum of 6 hours / day or the use of appropriate PPE to protect them from the risk of cancer.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Djunaedi
"Benzena merupakan bahan kimia yang masih diperlukan di berbagai industri, tetapi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pekerjanya walaupun proses terjadinya dalam jangka waktu lama, dapat berakibat fatal. Dampak ini dapat diperkecil dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena dan kesehatan pekerjanya secara teratur. Penelitian mengenai akibat pajanan benzena di lingkungan kerja masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan akibat pajanan benzena, yaitu hubungan antara kadar fenol urin dan kelainan darah di lingkungan kerja terpajan, hubungan antara lama keira di lingkungan kerja terpajan benzena dengan kadar fenol urin dan kelainan darah serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di suatu pabrik cat di Jakarta. Parameter yang dipakai pada penelitian ini adalah kadar fenol aria, parameter darah (hemoglobin, leukosit, trombosit, retikulosit, eritrosit, hernatokrit, MCV, MCH, MCHC, hitting jenis leukosit).
Penelitian ini menggunakan desain pendekatan kros seksional, menjaring data melalui waarancara terstruktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sampel urin dan darah terhadap 128 subjek penelitian yang terdiri dari 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan tinggi dan 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan rendah.
Kesimpulan dan saran: Kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan tinggi melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan (NAB 25 ppm). Peningkatan kadar fenol urin pada pekerja di lingkungan terpajan tinggi lebih besar dari lingkungan terpajan rendah (p = 0,003), serta meningkat dengan pertambahan lama kerja. Pemeriksaan darah menunjukkan kecenderungan penularan jumlah retikulosit pada pekerja di lingkungan kerja terpajan tinggi 17 x dibandingkan dengan lingkungan kerja terpajan rendah (p = 0,01, OR 16,89, CI = 1,71 - 166,73) dan terdapat hubungan antara rata-rata retikulosit dengan lama kerja. Juga terdapat hubungan bermakna antara peningkatan jumlah rata-rata leukosit (p = 0,055), peningkatan jumlah rata-rata basofil (mann Whitney p = 0,02) dan peningkatan jumlah tenaga kerja dengan limfosit atipik dengan pajanan benzena (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). Faktor risiko yang berpengaruh pada penelitian ini adalah umur di atas 40 tahun dan lama kerja.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar pemantauan lingkungan terpajan benzena dilakukan secara teratur tiap 6 bulan dengan memperhatikan sistim produksi, ventilasi dan tata letak ruang. Perlu dilakukan pemeriksaan pekerja yang akan bekerja di lingkungan kerja terpajan benzena (pra kerja), yang sedang bekerja di lingkungan terpajan benzena (berkala dan khusus) yang terdiri atas pemeriksaan kadar fenol urin dan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin, leukosit, trombosit dan retikulosit), serta diberikan penyuluhan tentang bahaya bekerja di lingkungan terpajan benzena, dan cara pemakaian masker yang baik dan tepat. Pemakaian metode kolorimetri untuk pemeriksaan kadar fenol urin. Pemeriksaan diperketat pada pekerja di atas 40 tahun dan kadar fenol urin di atas 40 mg/liter. Penatalaksanaan pajanan terhadap benzena perlu di standarisasikan.
Perlu dikembangkan kerjasama Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian & Perdagangan dan lembaga pendidikan (Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pascasarjana Universitas Indonesia atau lembaga pendidikan terkait) dalarn menetapkan parameter yang lepat untuk digunakan dalam pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena serta memantau dampak negatifnya.

Methods and Materials: Benzene is still required in many industries, but this chemical has negative impact towards workers' health, especially over long periods of exposure, it can be fatal. This hazard can be prevented by monitoring regularly, both exposure area and the workers' health. The study on this topic in Indonesia is still rare up to now.
The aims of this study are to search for benzene exposure disorders, the correlation between urine phenol level, and haematologic disorders, hazard, risk factors in the work place environment and time factor. This study was conducted at a paint factory in Jakarta. The parameters used in this study are phenol level in urine, haematologic examinations (haemoglobin, leucocyte, trombocyt, reticulocyt, erythrocyte, haematocrit, MCV. MCH, MCHC, differential count).
The design of this study was cross sectional. Data were collected by interview, physical examination; urine and blood examinations of 128 subjects consisting of 64 subjects in a high exposure area and 64 subjects in a low exposure area.
Results and Conclusion: Benzene vapor level in high exposure area is higher than the permissible threshold limit value (NAB 25 ppm). Phenol level in urine of workers in high exposure area are higher than workers in low exposure area (p = 0,003) and this increase coincided with the duration of work The results of haematological examination showed 17 x decreasing tendency of the reticulocyt count of workers in the higher exposure than workers in low exposure (p = 0,01, OR = 16,89, CI = 1,71 - 166,73) and this low reticulocyt count has significant correlations with the duration of work It also correlates significantly with increasing mean leucocyt count (p = 0,055), mean basophyl count (mann-whitney p = 0,02) and atypic lymphocyt count (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). The risk factors in this study include, more than 40 years old workers and long duration of exposure time.
Based on the results of this study, I suggest the establishment of a standard benzene exposure management and monitoring of benzene exposure area unit The monitoring should be carried out every 6 months regularly. Attention should be directed to the production system, room ventilation and workplace design. Pre-employment, and periodical examination of workers, especially for urine phenol level examination should be carried out, as well as haematologic examinations (hemoglobin, leucocyt, thrombocyt and reticulocyt). Communication, information, education on the danger of benzene exposure and the correct manner of mask usage should be the important task in this management.
This study was carried out by using colorimetric method for the examination of urine phenol. The examinations are restricted to more than 40 years old workers and more than 40 mg/liter phenol level in urine. A cooperation among Occupational Department, Health Department, Industry and Trade Department and other Institutions (Occupational Health & Safety, University of Indonesia or other relevant institutes) should draw up correct parameters and regulations for monitoring benzene vapor and hazards in work environments.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Auliaul Haq
"Benzena merupakan cairan tidak berwarna yang memiliki bau khas dan bersifat toksik yang dapat terkonsentrasi di udara ambien sebagai zat pencemar udara. Salah satu penggunaan Benzena adalah menjadi unsur pokok pada bahan bakar di mana dia berperan sebagai bahan pengikat oktan dan anti-knock dengan konsentrasi 1-5 sehingga Benzena dapat terkonsentrasi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan gas uap dari staisun pengisian bahan bakar. Penelitian ini dilakukan guna mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan Benzena di udara terhadap siswa-siswi di SMPN 16 Bandung yang dekat dengan sumber pencemar Benzena. Penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2017 dengan metode yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL. Dari penelitian didapatkan hasil konsentrasi Benzena di udara ambien memiliki rata-rata sebesar <0,316 mg/m3.

Benzene is a toxic colorless liquid which has sweet odor that can be concentrated in ambient air as pollutant. Benzene is used as constituent element in fuels which has function to bind octant and as anti knock with concentration of 1 5 , so that Benzene can be released to ambient air from vehicle exhaust gases and vapor gases from fueling stations. This study was conducted to estimate the health risk of exposure to air Benzene among the student at SMPN 16 Bandung which is located close to the source of pollutants Benzene. The study run during May June 2017 using Environmental Health Risk Analysis EHRA. The result showed that Benzene concentration in ambient air had average of <0,316 mg/m3.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Krisman J
"Kasus tumpahan minyak dan kebakaran sering terjadi di industry migas karena kegagalan safety protection layers. Tangki T-04, T-09, T-18 tangki minyak PPP PT X berpotensi mengalaminya, perlu dilakukan kajian pajanan kimia dan radiasi panas kebakaran terhadap manusia dan fasilitas di sekitarnya. Metode penelitian berupa potong lintang dengan pendekatan kuantitatif melakukan analisis pajanan kimia merkaptan dan benzene serta radiasi panas tumpahan minyak dan kebakaran. Penelitian ini mengumpulkan data dan simulasi pajanan kimia dan radiasi panas secara kuantitatif menggunakan software ALOHA. Didapatkan hasil pajanan merkaptan dan benzene di Jalan Raya Utara 1,33 ppm dan 379,68 ppm (gangguan kesehatan sementara), di Jalan Raya Selatan 0,142 ppm dan 40,72 ppm (tidak memberi dampak gangguan kesehatan), di Area Ruang Operator 2,9 ppm merkaptan (gangguan kesehatan sementara), benzene 829,79 ppm (gangguan kesehatan yang serius), di Kantor 1,18 ppm dan 338,45 ppm (gangguan kesehatan bersifat sementara). Pajanan radiasi panas di Jalan Raya Utara, Ruang Operator, Kantor dapat mengakibatkan kematian, di Jalan Raya Selatan berdampak luka bakar derajat dua. Radiasi panas juga mengakibatkan kebakaran tangki sekitar. SPL yang terpasang belum memadai sehingga kejadian darurat masih pada level risiko yang tidak dapat diterima. Direkomendasikan penambahan SPL pada tangki PT X untuk mengurangi risiko menjadi risiko yang dapat diterima

Oil spills, fires often occur in the oil and gas industry due to failure of safety protection layers. Tanks T-04, T-09, T-18 PT X's PPP oil tanks have the potential to experience this. It is necessary to study chemical exposure, fire heat radiation on humans and surrounding facilities. The research method is cross sectional with a quantitative approach to analyze chemical exposure and heat radiation from oil spills and fires. This study collects data and simulates chemical exposure, heat radiation quantitatively using ALOHA software. The results of exposure to mercaptans and benzene on the North Highway were 1.33 ppm and 379.68 ppm (temporary health problems), South Highway 0.142 ppm and 40.72 ppm (no impact on health problems), Operator Room Area 2,9 ppm mercaptans (temporary health problems), 829.79 ppm benzene (serious health problems), 1.18 ppm and 338.45 ppm in the office (temporary health problems). Heat radiation exposure on the North Highway, Operator's Room, Office can result in death, South Highway results second degree burns. Radiation heat also causes nearby tank fires. The installed SPL is inadequate, emergency event is unacceptable risk level. It is recommended to add SPL to the PT X tank to reduce the risk to an acceptable risk."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Indriati Fatonah
"Industri sepatu di Indonesia berperan penting pada perekonomian masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam proses produksinya, industri sepatu menggunakan lem mengandung pelarut organik berbahaya seperti benzena. Penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan risiko kesehatan akibat pajanan benzena dan manejemen risiko yang harus dilakukan. Tempat penelitian adalah bengkel sepatu "X" di kawasan Perkampungan Industri Kecil Pulogadung, Jakarta Timur. Pengukuran konsentrasi benzena di udara dalam empat bagian proses produksi sepatu, yaitu bagian sol, upper, open, finishing, dan satu ruang administrasi, pengukuran karakteristik antropometri terhadap dua puluh enam pekerja, yang meliputi berat badan, lama pajanan, frekuensi dan durasi pajanan, serta analisis biomarker trans,trans-muconic acid (t,t-MA) dalam urin telah dilakukan. Risiko kesehatan non karsinogenik dinyatakan dengan Risk Qoutient (RQ) yang didapatkan dengan membagi rata-rata asupan harian non kanker sepanjang hayat dengan konsentrasi referen (RfC), sementara risiko karsinogenik dinyatakan dengan Excess Cancer Risk (ECR) yang didapatkan dari perkalian antara asupan harian kanker sepanjang hayat dengan cancer clope factor (CSF) benzena.
Didapatkan bahwa konsentrasi rata-rata benzena pada bagian sol, upper, open, finishing, dan administrasi secara berurutan adalah 0,058 mg/m3, 0,008 mg/m3, 0,045 mg/m3, 0,076 mg/m3, 0,085 mg/m3, and 0,014 mg/m3. Dengan konsentrasi benzena demikian dan karakteristik antropometri serta laju asupan sepanjang hayat bagi para pekerja bengkel "X" didapatkan bahwa bagian sol, upper dan administrasi tidak terindikasi adanya risiko kesehatan non karsinogenik terhadap para pekerja (RQ 1), tetapi pada bagian open dan finishing, risiko kesehatan non karsinogenik telah terindikasi (RQ > 1). Pada perkiraan risiko karsinogenik semua pekerja memiliki ECR melebihi batas yang diperbolehkan (ECR > 1 x 10-4) yang berkisar antara 1,09 x 10-4 hingga 18 x 10-4. Analisa konsentrasi biomarker t,t-MA dalam urin menunjukkan bahwa konsentrasi t,t-MA dalam urin adalah 4.795 hingga 68.062 µg/g kreatinin atau lebih tinggi 9,6 hingga 136 kali dibanding batas konsentrasi referen. Manajemen risiko terhadap risiko kanker merekomendasikan batas aman konsentrasi benzena adalah 0,01 mg/m3.
Disimpulkan bahwa risiko kesehatan non karsinogenik hanya terjadi pada sebagian pekerja di bagian open dan finishing, sementara pada perkiraan risiko kesehatan karsinogenik seluruh pekerja telah melebihi batas yang diperbolehkan.

In Indonesia, footware industry has been contributing to the economy of lowincome community. Footware industry uses extensively adhesive glue containing hazardous organic solvent such as benzene. To estimate health risks from exposure to benzene and formulate management options, an environmental health risk assesment has been conducted in a shoes industry at Center of Small Industry (PIK) in Pulogadung, East Jakarta. Benzene concentrations were measured in indoor air af four processing room (sol, upper, open, finishing) and office room, twenty six workers were subjected to anthropometric measurement for body weight, contact rate survey for exposure time, frequency, and duration, and biomarkers analysis for urin trans, transmuconic acid (t,t-MA). Non Carcinogenic health risk is expressed as Risk Qoutient (RQ) and estimated by dividing average of lifetime daily non cancer intake by benzene reference concentration (RfC), while carcinogenic risk exppressed as Excess Cancer Risk (ECR) calculated by multiplying lifetime daily cancer intake by benzene cancer slope factor (CSF).
It was found that the mean concentration of benzene in sol, upper, open, finishing room and office room are 0.058 mg/m3, 0.008 mg/m3, 0.045 mg/m3, 0.076 mg/m3, 0.085 mg/m3, and 0.014 mg/m3, respectively. Exposing to these benzene concentration with current anthropometric and contact rate characteristics, RQ 1 was found in sol, upper and office room, whereas RQ > 1 was found in open and finishing room. On the other hand, all workers have ECR > 1 x 10-4, ranging from 1.09 x 10-4 to 18. 10-4. Meanwhile, urin t,t-MA concentration ranges from 4,795 to 68,062 µg/g creatinine, or 9.6 to 136 folds higher than the reference value of 500 µg/g creatinine. Management options for ECR > 1 x 10-4 suggests that safe concentration of benzene is 0.01 mg/m3, while the existing national threshold value is 32 mg/m3.
It is concluded while non carcinogenic risks are only suffered by workers in open and finishing unit, carcinogenic risks for all workers are unacceptable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30559
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukardi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas Pajanan Penanganan Bahan Kimia Berbahaya Beracun (B3)
Benzene dan xylene pada Divisi Industrial Chemical Specialties PT Clariant
Indonesia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pajanan Benzene dan
xylene serta untuk mengetahui upaya pengendalian yang sudah dilakukan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data
dikumpulkan dengan membagikan kuesioner terbuka dan melakukan pengukuran
langsung dengan metode personal active sampling untuk mengetahui kadar
Benzene dan xylene di tempat kerja . Hasil penelitian menyarankan bahwa
karyawan perlu meningkatkan kesadaran dalam menggunakan alat pelindung diri
pada saat bersinggungan dengan bahan kimia B3. Perusahaan perlu melakukan
review terhadap PPE management khususnya respirator. Perusahaan juga perlu
meningkatkan program preventive maintenance terhadap sarana dan prasarana
yang terkait dengan penanganan bahan kimia Benzene dan xylene.

ABSTRACT
The focus of this study is the exposure assessment of handling Dangerous Goods
benzene and xylene in Industrial Chemical Specialties Department at PT
ABCIndonesia. The purpose of this study is to analyze the exposure of benzene
and xylene also to evaluate the control programs of dangerous chemical exposure.
This study is a qualitative research with descriptive interpretive. The data were
collected by open questionnaires and environment monitoring by personal
sampling method to ensure the level of air quality. From the results, the
researcher suggests that workers need to increase awareness regarding personal
protective equipment used especially when handling dangerous goods chemicals.
Company also has to improve management of personal protective equipment
which involved all workers who contact with dangerous chemicals. Company also
has to improve preventive maintenance programs to equipments related with
handling benzene and xylene"
2016
T46248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, William
"Benzena dan toluena merupakan dua senyawa yang sering digunakan sebagai pelarut dalam industri kimia. Namun, di lain sisi dua senyawa tersebut merupakan limbah yang sangat berbahaya bila mengkontaminasi air. Bertolak dari permasalahan inilah maka penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode adsorpsi multikomponen dengan menggunakan adsorben karbon aktif untuk pengolahan air bersih. Dalam penelitian, yang merupakan bagian dari perancangan alat bioregenerator ini, larutan sampel yang diteliti adalah sistem benzena-toluena-air. Konsentrasi larutan sampel divariasikan dari 0, 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm benzena dan/atau toluena. Adsorpsi larutan dilakukan dalam gelas erienmeyer 100 ml berisi karbon aktif dengan massa 0,25 gram. Larutan sampel digoyang secara kontinu dengan autoshaker selama 48 jam dengan kecepatan 20 rpm sehingga akan terjadi penyerapan senyawa benzena dan toluena yang merata oleh karbon aktif. Konsentrasi akhir larutan diambil setelah adsorpsi mencapai kesetimbangan sebagai data penelitian. Keluaran ini dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui konsentrasi akhir benzena dan toluena. Panjang gelombang yang digunakan adalah 254 nm untuk benzena dan 266 nm untuk toluena. Selain itu dilakukan analisa BET untuk mengetahui karakteristik karbon aktif yang digunakan. Dari data yang diperoleh untuk adsorpsi komponen tunggal tadi dibuat kurva linearisasi isoterm Langmuir dan Freundlich. Dengan analisa grafik dari hasil penelitian ini ditemukan nilai parameter-parameter adsorpsi benzena-toluena, yaitu nilai konsentrasi maksimum fasa solid, qm, dan konstanta, b, dari persamaan Langmuir serta koefisien distribusi adsorpsi, KF, dan koefisien spesifik kimia, 1/n, dari persamaan Freundlich. Untuk benzena didapat nilai qm = 87,72 mg/g , b = 20,408 , KF = 16,59 dan 1/n = 0,2824. Untuk toluena didapat nilai qm = 99,010 mg/g, b = 8,928 , KF = 22,59 dan 1/n = 0,2782. Hasil yang diperoleh dari percobaan adsorpsi ini dijadikan dasar untuk melihat perilaku kompetisi antara benzena dan toluena dan mencari model adsorpsi multikomponen yang tepat oleh saudara Emilius Sudirjo."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Handoyo
"Sumber utama pencemaran perkotaan adalah transportasi. BTX (Benzene, Toluene dan Xylene) adalah merupakan agen pencemar polutan udara kegiatan transportasi yang berbahaya bagi kesehatan. Petugas pintu tol merupakan kelompok berisiko tinggi terpajan BTX.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat pajanan BTX pada petugas pintu tol kebun jeruk Jakarta barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian gardu pintu tol rata-rata konsentrasi (mean+SD) benzena sebesar 0,00167+0,000056 mg/m3, Toluena sebesar 0,00124+0.000049 mg/m3 dan Xylena sebesar 0,00147+0,000063 mg/m3 sedangkan pada kantor administrasi konsentrasi tidak terdeteksi oleh alat (Method Detection Limit). Rata-rata RQ benzene 0,007, toluene 0,00003 dan xylene 0,002 pada petugas tol lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata RQ benzene 0,002, toluene 0,00001 dan xylene 0,007 petugas administrasi.
Kesimpulan bahwa risiko nonkarsinogenik BTX semua pekerja memiliki RQ≤1. Risiko kesehatan nonkarsinogenik dan karsinogenik untuk seluruh pekerja di gerbang pintu tol kebun jeruk pada saat ini belum menunjukkan adanya risiko. Namun demikian, tindakan pencegahan tetap perlu dilakukan dalam rangka pengendalian risk agent tersebut di masa yang akan datang.

The main sources of urban pollution is transportation. BTX (Benzene, Toluene and Xylene) is an air pollutant pollutant agent transport activities that are harmful to health. Worker in toll gate is high risk groups exposed to BTX.
Design of this study is cross-sectional with Environmental Health Risk Analysis approach to determine the magnitude of health risks due to exposure to benzene, toluene and xylene in the Kebun Jeruk toll gate, west Jakarta.
The results showed that at the toll collectors average concentration (mean+SD) was : benzene 0.00167+0.000056 mg/m3, toluene 0.00124+0.000049 mg/m3 and xylene 0.00147+0,000063 mg/m3. while at the administrative office was not detected (Minimum Detection Limit). The average RQ collector workers of benzene was 0.007, toluene was 0.00004, xylene was 0.002, & At administrative officer RQ of benzene was 0.002, toluene was 0.00001, xylene was 0.0006 lower than the average of worker toll gate.
In conclusion, the risk of all workers have the RQ ≤ 1. Noncarcinogenic and carcinogenic health risks to all workers at the kebun jeruk toll gate at this point have not shown any risk yet. Nevertheless, protections is needed in order to control the risk of the agent in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>