Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157550 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Irfan Abdurahman
"Tesis ini membahas pemaknaan pemilih santri terhadap simbol agama Islam pada kampanye pemilu presiden 2014. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi transendent. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa makna memilih santri yang berdasarkan pada simbol agama Islam dibagi kedalam dua kategori yaitu; pemilih santri konservatif dan pemilih santri sekuler. Ulama menjadi simbol yang signifikan terhadap pemilih santri dalam interaksi selama kampanye politik berlangsung. Sedangkan simbol agama Islam secara umum dimaknai sebagai bentuk politisasi untuk meraih dukungan publik. Adapun makna lain yang muncul adalah simbol agama Islam sebagai identitas, menunjukkan kualitas, syiar Islam, dan sebagai tanda positif.

This thesis discusses the meaning of santri voters on Islamic symbols in presidential election campaign 2014. This study uses a constructivist paradigm with qualitative approach and methods of phenomenology transendent. Based on the results, this study found that the interpretation of santri on their choice that based on Islamic symbols divided into two categories; santri conservative voter and santri secular voter. Ulama become a significant symbol for the santri in interaction during a political campaign. While the Islamic symbol generally interpreted as a form of politicization to gain public support. The other meaning that emerges is a religious symbol of Islam as an identity, show quality, Islamic syiar, and as a positive sign."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T42929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Jasmin
"Upacara Gawai pada awalnya adalah tradisi lokal Orang Dayak Mualang. Gawai dilakukan sebagai wujud syukur atas panen terhadap penguasa alam semesta yang disebut petara. Dalam upacara gawai terdapat unsur-unsur religius. Selama Gawai berlangsung, dilakukan pula pemujaan-pemujaan dengan memberikan sesaji kepada para dewa yang mereka anggap sebagai penguasa dunia. Dalam Gawai berbagai mantra dan doa serta berbagai aspek magis berasal dari kepercayaan asli orang Mualang. Kenyataan ini menegaskan bahwa gawai sebagai pesta yang mengungkapkan kebahagiaan manusia sekaligus ritual keagamaan orang Mualang. Dengan melakukan gawai orang Mualang mempraktekkan kepercayaan tradisional atau agama lokal. Sedangkan orang Mualang sudah memeluk agama Katolik. Namun pada perkembangannya kemudian, ketika sebagian besar Orang Dayak sudah memeluk agama Katolik, ternyata tradisi ini tetap bertahan. Orang Dayak yang telah menjadi Katolik, tetap melakukan Gawai.
Gawai yang kini dilakukan adalah Gawai yang telah mengalami penyesuaian. Di dalam Gawai sekarang, terdapat unsur-unsur tradisi lokal dan juga tradisi agama yang bercampur. Penelitian ini membahas mengenai sinkretisme agama dan tradisi lokal, yaitu percampuran antara tradisi lokal dan tradisi agama di dalam gawai. Untuk memahami percampuran antara dua tradisi keyakinan saya juga meminjam istilah little tradition and great tradition (Redfield, 1971). Konsep ini menyatakan bahwa akan selalu terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita religius dari agama dengan tata nilai budaya lokal. Yang dimaksudkan sebagai great tradition adalah Katolik sementara little tradition adalah agama adat Mualang. Agama Katolik dikelompokkan sebagai great tradition karena merupakan sebuah tradisi yang bersifat universal, disebarluaskan ke seluruh dunia dan memiliki tradisi yang berlaku secara universal pula. Sementara little tradition di sini adalah tradisi dari agama adat Orang Mualang. Pertemuan antara budaya lokal (little tradition) dan budaya (agama) besar (great tradition) menghasilkan suatu kreasi baru yakni keyakinan baru. Keyakinan baru tersebut merupakan hasil perpaduan antara yang lokal dan universal.
Dialog antara dua keyakinan yakni agama Katolik dan agama lokal (gawai) menghasil suatu kepercayaan yang baru. Namun demikian peroses dialog tersebut tidak menimbulkan suat konflik dan tidak saling menyalahkan satu sama lain. Bagi agama Katolik maupun agama lokal tetap saling menghargai dan menghormati serta berjalan bersama-sama. Keterbukaan dan sikap toleransi dari pihak Katolik terhadap kepercayaan lokal membuat gawai bertahan sampai sekarang.
Gawai has been considered as one of the greatest ceremonies in the life of Dayak Mualang. Gawai is celebrated as a sign of thanksgiving to their god, called Petara. The ceremony of Gawai contains religious elements. During gawai, people worship Petara by offering gifts, doing rites of mantra of the original belief of Dayak Mualang, and saying prayers. This fact confirms that the ceremony of gawai expresses of human happiness and religious rituals as well. By doing gawai, people of Dayak Mualang practice their traditional beliefs or local tradition, whereas the people of Dayak Mualang themselves are already being Catholic. However, on the subsequent development the ceremony of gawai still exists even though most of the people of Dayak Mualang has become Catholic. In other words, the people of Dayak Mualang have become Catholic and keep their tradition which is doing gawai.
The ceremony of current gawai has undergone adjustment. The current gawai contains both elements of local tradition and the mixture of religious tradition (syncretism). This research investigates about syncretism and religious tradition of Dayak Mualang in gawai. To understand the mixture of two different beliefs, researcher borrows the terms of little tradition and great tradition proposed by Redfield (1971). These concepts indicate that there is a dialogue between the local religion and local culture. In this context, little tradition refers to the local religion of Dayak Mualang and Catholic religion is classified as great tradition. Encountering between the local culture (little tradition) and religion (great tradition) produces a new creation which is a new belief.
The dialogue between Catholic religion and local religion (gawai) generates a new belief. However, the process of that dialogue does not cause conflicts nor blames each other. Either the Catholic religion or local culture respects each other. Openness and tolerance of the Catholic religion to the local beliefs make gawai still exists.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D1181
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mumi
"Agama Islam masuk ke Pulau Lombok diperkirakan pada abad ke-16. Dugaan ini diperkuat dengan adanya peninggalan Mesjid Kano Bayan Beleq yang terletak di Dustin Karang Baja, Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat. Keberadaan dan fungsi mesjid tua ini masih tetap dipertahankan seperti semula.
Mesjid Kuno Bayan Beleq bukan hanya merupakan bangunan peninggalan sejarah dalam syiar agama Islam, tetapi juga menjadi identitas kekhasan Islam Wetu Telu yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan asli Sasak, agama Hindu yang dibawa dari Bali, dan agama Islam yang datangnya kemudian.
Penelitian di Desa Bayan didasarkan atas pertimbangan bahwa saksi sejarah yakni mesjid kuno yang masih berfungsi dalam berbagai kegiatan keagamaam Islam Wetu Telu. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan studi pustaka.
Perjalanan yang cukup panjang dalam proses syiar agama Islam dimulai dengan kedatangan Pangeran Prapen, putera Sunan Giri dari Jawa. Mulanya orang Sasak mengenal agama baru ini sebagai agama kerajaan yang kemudian mengharuskan rakyat taklukannnya untuk memeluk agama Islam. SeIanjutnya, datanglah Pangeran Pengging atau lebih dikenal dengan Pangeran Mangkubumi yang juga menyiarkan agama Islam dengan beberapa penyimpangan. Ia menetap di Bayan dan menyebarkan agama Islam Wetu TeIu. Orang Bayan sendiri percaya pada mitologi tentang kebenaran Islam Wetu Telu.
Selanjutnya, masuknya pengaruh asing yang dibawa oleh Belanda membuat antipati dari golongan yang ingin mempertahankanadat Sasak dan membentuk gerakan Dawi Anjani, sehingga agama Islam Wetu Telu kelak menolak segala bentuk pembaharuan.
Namun, syiar agama Islam terus berupaya untuk menyempurnakan ibadah umatnya di negeri Putri Mandalika hingga saat ini. Tak dapat dipungkiri Pula bahwa keberadaan Islam Wetu Telu masih bertahan. Hal ini dapat diamati dengan masih berfungsinya mesjid kuno untuk shalat para kyai dan peringatan-peringatan hari-hari besar Islam yang berbaur dengan adat Sasak. Keberadaan Islam Wetu Telu ini justru menjadi aset pariwisata Pulau Lombok yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 62
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Puja Kesuma
"Menurut hasil data Badan Pusat Statistik bahwa presentase pemlih pemula pemilu 2014, hanya mencakup 20 persen dari seluuh pemilih. Namun, kasus mengenai pemilih pemula menjadi orientasi studi yang menarik. Hal ini disebabkan karena pengalaman dan pengetahuan yang minim tentang proses politik yang mereka miliki itu sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai sumber yang tidak resmi (kampanye hitam). Hal ini memunculkan pertanyaan penulis sejauh mana kampanye hitam mempengaruhi pemilih pemula dalam pemilu 2014. dari hasil wawancara dua informan dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber informasi mengenai kandidat yang diperoleh masih memiliki tingkat ketidakbenaran informasi yang sangat tinggi. hal ini kemudian memberikan dampak pada beralihnya pilihan terhadap kandidat, dari kandidat yang mereka pilih berdasakan hati nurani menjadi kandidat yang dikonstrusikan media.

According to the Central Bureau of Statistics, only 20 percent of voters in 2014 election are first-time voters. It is interesting to explore this case further. Due to lack of experience and knowledge of the political process, they were easily influenced by various unofficial sources (Black Campaigns). This circumtance intrigued the author to understand how Black Campaigns influenced first voters. From two interviews it can be concluded that Black Campaigns produced inaccurate information. In the end, it has an impact in voters’ decision, from choice based on heart into choice made by media construction. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agnestesia Putri Aryani
"Selama ini, kematian dianggap sebagai akhir dari pemenuhan utilitas yang ingin dicapai selama hidup. Meskipun demikian, teori yang dipaparkan oleh Azzi dan Ehrenberg (1975) justru menyatakan adanya kepercayaan akan kehidupan setelah kematian mau tidak mau membuat manusia harus mempertimbangkan utilitas yang ingin dicapai kelak. Sedekah dan partisipasi dalam kegiatan keagamaan, dianggap sebagai investasi yang dapat memberikan jaminan terhadap pencapaian utilitas pada kehidupan setelah kematian. Penelitian ini menemukan adanya hubungan substitusi antara sedekah dan partisipasi serta pengaruh positif dari tingkat keimanan seseorang terhadap sedekah dan partisipasi tersebut. Selain itu, ditemukan pula bahwa peningkatan usia akan meningkatkan sedekah dan partisipasi yang dilakukan seseorang.

People tend to think that death is the end of their pursuit to maximization of utility. Instead, Azzi and Ehrenberg?s theory of lifecycle consumption (1975) said that afterlife belief give another perspective for us, to considering about the afterlife utility. Religious giving and participation in a religious activity, considered as investment for a guarantee of a better afterlife utility. This study find a substitute relation between religious giving and participation. Also, the religious giving and participation have a positive and significant impact for every additional age and increasing in belief.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaefuddin Ahrom Al-Ayubbi
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena pemakaian media sosial khususnya twitter yang digunakan oleh kelompok radikal dalam menyebarkan ajarannya yang membenturkan antara agama dengan kebhinekaan. Penulis berusaha melakukan analisis terhadap aktivitas akun twitter @AlissaWahid yang melakukan kontra narasi terhadap ajaran radikal yang berada di twitter dengan pesan islam damai, islam rahmatan lil alamin, islam yang menghargai perbedaan. Alhasil, setiap pesan yang di posting di twitter mendapatkan respon dari follower akun @AlissaWahid. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan analisis Konten. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam 'In-Depth Interview' dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan menjelaskan perilaku ataupun aktivitas Alissa Wahid dalam menyebarkan pesan islam yang damai dan menghargai kebhinekaan. Selain itu penulis juga ingin mengetahui apakah konten dan pesan yang di upload didalam akun twitternya mampu membentuk sikap kebhinekaan generasi milenial.

This research is supported by the phenomenon of the use of social media especially twitter used by radical groups in spreading the gospel banging between religions with diversity. Writers strove do the analysis afterwards on the activities of twitter accounts @ alissawahid who performs counter narrative of the teaching of radical that they are located in twitter with islamic messages robbers are not at peace, islam rahmatan lil alamin, of mass religious devotion which celebrate diversity. As a result, every message on posts on twitter get a response from follower account @AlissaWahid. This study using a qualitative approach which is a descriptive by adopting content analysis. Data collection through observation, in depth interviews in-depth interview and documentation. The purpose of this research is to look around and explain alissa wahid behavior or activity to spread islamic messages of peace and unity in diversity. In addition a writer too needs to know if content and a message uploaded in account twitter capable of forming attitude unity in diversity milenial generation.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Modern humanity possess the real possibility of destroying all human life - whether through nuclear or ecological catastrophe. These unique negative realities were possible,however, only because of the correspondingly unique accomplishments of modern or global civilization...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Athik Hidayatul Ummah
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang bagaimana pengolahan atau pemrosesan informasi
(dalam hal ini pesan-pesan kampanye) yang dilakukan oleh pemilih yang
melakukan split-ticket voting, yaitu memilih kandidat dari partai yang berbeda
pada pemilihan Legislatif dan pemilihan Presiden tahun 2014. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan analisis fenomenologis interpretatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemilih melakukan pemrosesan pesan
kampanye yang sederhana. Pemilih tidak membanding-bandingkan dan
memikirkan ideologi partai, kekuatan partai dan lembaga pemerintahan, serta
kekuatan isu. Pemilih dalam penelitian ini masuk dalam kategori unintentional,
yaitu pemilih yang tidak sengaja melakukan split-ticket voting dan tidak memiliki
motivasi khusus atau kepentingan tertentu. Selanjutnya, teori-teori split-ticket
voting perlu diuji kembali di Indonesia dalam konteks akademis dan metodologis.
Sementara dalam konteks praksis, para kandidat maupun partai politik perlu
memikirkan strategi khusus menghadapi pemilih unintentional di Indonesia.

ABSTRACT
This study discusses how information processing (in this case the campaign
messages) by split-ticket voter. They vote the candidates form the different parties
in legislative and presidential election in 2014. This study is a qualitative research
and uses interpretative phenomenological analysis. This study results that voters
do a simple campaign message processing. Voters are not comparing and thinking
about ideological moderation, party strength and institutional roles, and issues
ownership. Voters in this study are unintentional, are accidentally split-ticket
voting and they don?t have specially motivation. Theories of split-ticket voting
needs to be re-examined in the context of academic and methodological in
Indonesia. While in the context of praxis, candidates and political parties need to
think about specific strategies to face unintentional voters in Indonesia., This study discusses how information processing (in this case the campaign
messages) by split-ticket voter. They vote the candidates form the different parties
in legislative and presidential election in 2014. This study is a qualitative research
and uses interpretative phenomenological analysis. This study results that voters
do a simple campaign message processing. Voters are not comparing and thinking
about ideological moderation, party strength and institutional roles, and issues
ownership. Voters in this study are unintentional, are accidentally split-ticket
voting and they don’t have specially motivation. Theories of split-ticket voting
needs to be re-examined in the context of academic and methodological in
Indonesia. While in the context of praxis, candidates and political parties need to
think about specific strategies to face unintentional voters in Indonesia.]"
2016
T45302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrudin Ahmad
Palu: Yayasan Kajian Al-Qur'an Siranindi (YKQS), 2009
291.1 SYA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Susetya
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2019
181.16 WAW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>