Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tubagus Ardhani Reswara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan pada media sosial dalam terkait berwirausaha dikalangan generasi muda. Young On Top sebagai salah satu instansi yang peduli terhadap generasi muda dengan segala aktifitas dan informasi yang disampaikan lewat berbagai media, khususnya media sosial, ingin membuat generasi muda menjadi individu yang lebih baik dari segi karakter, kedisiplinan, dan cita-cita.
Untuk menjadi pemimpin atau pengusaha yang sukses, tidak hanya diperlukan kecerdasan dan modal dana semata, namun juga karakter dan mentalitas yang mampu menyokong. Penggunaan media sosial saat ini sangat masif, sehingga arus informasi yang ada dapat dioptimalkan kembali untuk diketahui pesan yang terkandung didalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Young On Top menggunakan berbagai media, khususnya media sosial dalam menyampaikan pesan serta bertukar informasi kepada masyarakat luas. Penggunaan mesia sosial dianggap sejauh ini yang paling efektif dikarenakan generasi muda saat ini lebih banyak menggunakan media sosial dalam aktifitas komunikasi sehari-hari.

This research conducted to analyze how the messages on social media regarding entrepreneurship on young generation. Young On Top as one of the many institute which care for the young generation, with all of the activities and informations shared on the medias, especially on the social media, wanted to create a better young generation. By upgrading the character, discipline, and goals.
To become an extraordinary and successful leader or entrepreneur, intelligence and fund are not the only thing that needed, but also needs a great character and mentality to support it. As for these days, social media had been massively developt. Therefore the informations that contains a lot of messages must be optimalized.
Result of the research shows that the Young On Top using various media, especially social media in communicating and deliver the messages and purposes to the society. So far, the utilization of social media is the most effective. Seeing that nowadays the society becoming networked, and the young generation are the most utilized segment with social media for daily activities and communications.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Khairunisa
"Tulisan ini menganalisis elemen storytelling Lambert pada konten Instagram Kebun Kumara sebagai kewirausahaan sosial. Elemen storytelling Lambert terdiri dari point of view, a dramatic question, emotional content, economy, pacing, the gift of your voice, dan an accompanying soundtrack. Penulis melakukan pengamatan dan analisis pada 3 konten Instagram Kebun Kumara. Hasil analisis menunjukkan hampir seluruh elemen storytelling Lambert telah digunakan Kebun Kumara kecuali elemen an accompanying soundtrack karena konten berbentuk foto bukan video. Jadi, tidak ada elemen berupa musik pendukung yang ditemukan dalam analisis ini. Penggunaan elemen storytelling Lambert mendorong koneksi emosional antara Kebun Kumara dengan khalayaknya; yaitu dengan menanamkan nilai-nilai, emosi, dan pertimbangan estetika. Kebun Kumara selalu berupaya meyakinkan khalayak mengenai apa yang dianggap benar dengan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari pengalaman berguru dengan alam. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu melakukan perbandingan kewirausahaan sosial yang menggunakan storytelling pada konten Instagram. Sedangkan untuk Kebun Kumara, diharapkan untuk mampu menggunakan bahasa yang lebih muda dipahami oleh seluruh khalayak sehingga pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik.

This study will dive into analysing storytelling elements using Lambert’s theory in the case of social media, Instagram, using Kebun Kumara content as a sociopreneur. Those storytelling elements consist of point of view, a dramatic question, emotional content, economy, pacing, the gift of your voice, dan an accompanying soundtrack. The writer observed and analysed 3 contents of Kebun Kumara’s communication through Instagram posts. As a result, the analysis shows Kebun Kumara is using almost every Lambert’s storytelling elements in their content, except the element of accompanying soundtrack due to heavy use of photos, not videos. In conclusion, there is an absence of background music in supporting the content. While Lambert’s storytelling element encourages in building emotional connection between Kebun Kumara and their audience through implementing values, emotion, and aesthetic appeal. Kebun Kumara always strives to convince their audience about learning from mother nature as the proper way to understand the values of life. A suggestion in conducting the next research, is to compare with other social entrepreneurs who use storytelling as a way of communication through Instagram content. Meanwhile, we expect Kebun Kumara to simplify their choice of words in order to be easily understood by various segments of the audience so the message could be delivered seamlessly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Oemar Madri Bafadhal
"Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, banyak beredar pesan disinformasi yang isinya bersinggungan antara isu sosial, politik, dan SARA. Salah satu isu yang ramai tersebar adalah migrasi 10 juta penduduk Cina ke Indonesia dan Jakarta Bersyariah. Isu ini kemudian berkembang menjadi wacana publik. Presiden Joko Widodo beserta jajaran kementerian telah berulang kali mengklarifikasi isu tersebut. Namun, masih ada orang yang menganggap bahwa informasi ini benar. Artikel ini mencoba memberikan penjelasan atas fenomena ini dari lensa Encoding/Decoding dan Komunitas Interpretif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap lima informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa khalayak menggunakan posisi budaya, sejarah kehidupan, dan komunitas interaktif yang terdiri dari komunitas sosial dan komunitas interpretif sebagai strategi untuk menginterpretasi suatu pesan. Interaksi dengan komunitas interpretif dan komunitas sosial mereka yang terbatas juga menguatkan pemaknaan mereka terhadap isu ini. Hal ini menandakan bahwa teks dalam komunitas virtual tidak lagi dipandang sebagai perpanjangan pesan atau penambahan informasi, namun ditujukan untuk memelihara suatu komunitas di masyarkat dalam waktu yang relatif sementara.

Around the campaign season of Jakarta Governor 2017 election, several disinformation messages related to social issues, politics, and ethnicity are circulating among communities. One of the most widespread rumor is about the migration of 10 million Chinese citizens to Indonesia and Jakarta Shariah law. This issue then developed into public discourse. President Joko Widodo, as well as well any other related to that disinformation, has repeatedly clarified the issue. However, some group in society assume that this information is correct. This research attempts to provide an explanation for this phenomenon using Encode Decode and Interpretive Communities as conceptual lens. Data collection was done by using in depth interview technique on five informants.
The result of this research shows that audiences use cultural positions, life histories, and interactive communities consisting of social communities and interpretive communities as a strategy to interpreting a message. Interaction with their interpretive communities and their limited social community could also strengthen their meaning on this issue. The result of this research also implies that the act of sharing disinformation text is not purely for projecting information but an act of maintaining society in time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T47557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang, Shintadewi
"Cyberbullying adalah fenomena yang terjadi setelah kemunculan internet yang diikuti dengan media sosial dalam kehidupan manusia sehari-hari. Cyberbullying adalah tindakan yang sama dengan bully tradisional, bedanya adalah cyberbullying tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui internet dan media elektronik. Dalam jurnal ini secara spesifik membahas cyberbullying terhadap selebriti dengan studi kasus Young Lex, melalui media sosial twitter, yang dinyatakan sebagai media sosial dengan konten negatif terbanyak. Dalam proses bullying nya, Young Lex berperan sebagai receiver karena bullying dimulai oleh masyarakat, yang berperan sebagai sender. Metode yang digunakan adalah observasi konten pada twitter. Hasil penelitian menunjukan bahwa cyberbullying dilakukan masyarakat yang tidak menyukai identitas Young Lex, karena tutur kata dan perilakunya yang sebagian besar tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Masyarakat ini dapat disebut sebagai haters Young Lex.
Cyberbullying is a phenomenon that occurs after the presence of the internet followed by social media in everyday human life. Cyberbullying is the same action as traditional bullying, the difference is cyberbullying does not done directly but through the internet and electronic media. This journal specifically discusses cyberbullying of celebrities with Young Lex as the study case, through twitter, which stated as media social with most negative contents in Indonesia. In the bullying process Young Lex plays more as a receiver, because bullying is started by the community, which acts as a sender. The method is content observation and literature reviews. The results showed that cyberbullying was carried out by people who didn`t like the identity of Young Lex because of his words and behaviour were not incompatible with the prevailing norms in Indonesia. This society can also be referred to as his haters."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Ilyas
"Pemilihan media merupakan salah satu strategi yang sangat penting dalam melakukan pemasaran politik bagi seorang kandidat politik. Pemasaran politik melalui media khususnya media sosial, telah banyak dilakukan oleh-oleh tokoh politik mengingat fiturnya yang sangat lengkap untuk mengembangkan pesan dan jangkauannya yang sangat luas. Hal inilah yang diterapkan pada kampanye politik Jokowi JK pada pilpres 2014 lalu. Pesan merupakan salah satu elemen penting dari sebuah kampanye politik. Berdasarkan teori elaborasi kemungkinan (elaboration likelihood model), Terdapat dua rute yang digunakan ketika khalayak memproses pesan yaitu rute pusat dan rute pinggiran. Rute pusat berfokus pada isi dan substansi dari pesan sementara rute pinggiran berfokus pada elemen dan unsur pendukung dari pesan tersebut. Penting untuk membagi pesan politik berdasarkan jenis rute mana yang digunakan oleh khalayak sasaran. Pada penerapannya, tim Jokowi JK telah merancang pesan yang berbeda berdasarkan jenis rute yang digunakan khalayak dalam memproses informasi. Di Twitter, isi pesan lebih berfokus pada isinya (rute pusat), sementara pada media kampanye facebook pesan dikemas dengan cenderung mengutaman unsur pendukung seperti penggunaan selebriti dan video. Namun, tidak ada pembagian rata dan terkadang keduanya masih tercampur. Seharusnya pihak PR Politik dapat dengan baik mengorganisir jenis pesan mana yang cocok bagi setiap media social yang digunakan.

Choosing media is one of the most important strategy in political marketing especially in promoting a political candidate. Political Marketing through media especially social media, has been done frequently in globalization era knowing its advantages and big coverage. So does Jokowi JK in last presidential election in 2014. Message is the key element in political campaign. Based on Elaboration Likelihood Model, there are two main routes used by public for processing information; central route and peripheral route. Public in central route will focusing themselves on the substantial information on the message itself while public in peripheral routes tend to focusing message on the supporting elements and the channel of the message. It will be really important to divide these political messages based on those two main routes so the message will be effectively accepted by its publics. Practically, Jokowi JK team has already construct their political messages based on these two routes. In their twitter, their message tends to brought substantial message and important information while in their facebook page they tend to focused in human interest and light issues with the supports of another element such as celebrity endorsement, video, and poster. But, there is no specific differentiation between these two social media usage and would be much better if they start dividing the message based on the media and the publics so the message will be effectively disseminated."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Nuraini
"Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan pemrosesan informasi pesan kesehatan pada isu rabies di media sosial, khususnya Twitter dengan relevansi isu kesehatan sebagai variabel moderator. Topik ini penting untuk dikaji mengingat beberapa studi terdahulu belum membahas isu rabies dalam pemrosesan informasi, dan belum menguji bagaimana relevansi isu kesehatan berperan sebagai moderator. Penelitian ini mengadaptasi dua model yaitu Elaboration Likelihood Model (ELM) yang menjelaskan pemrosesan informasi, dan Health Belief Model (HBM) yang menjelaskan variabel kepercayaan kesehatan yang membentuk sikap individu, untuk mengkaji hubungan antara Kualitas Argumen Pesan, Kredibilitas Sumber Pesan, Persepsi Keparahan, dan Persepsi Kerentanan terhadap Sikap Terhadap Rabies. Studi dilakukan dengan metode survei terhadap pengguna Twitter yang pernah melihat setidaknya satu pesan rabies di Twitter sebelum penelitian dimulai. Temuan menunjukkan hubungan yang signifikan pada variabel Kredibilitas Sumber Pesan serta Persepsi Keparahan terhadap Sikap Terhadap Rabies, sedangkan Kualitas Argumen Pesan serta Persepsi Kerentanan tidak berhubungan signifikan dengan Sikap Terhadap Rabies. Lebih lanjut, Relevansi Isu Kesehatan tidak berperan signifikan sebagai moderator antara variabel independen dengan variabel dependen. Temuan penelitian ini berkontribusi memperluas literatur dan studi terkait pemrosesan informasi kesehatan di media sosial, serta memberikan saran kepada otoritas kesehatan di Indonesia dalam menyusun strategi komunikasi persuasi dan edukasi kesehatan kepada khalayak, khususnya di media sosial.

This research examines factors related to the processing of health message information on the issue of rabies on social media, especially Twitter, with the relevance of the health issue as a moderator variable. This topic is important to study considering that several previous studies have not discussed the issue of rabies in information processing and have not tested how the relevance of health issues acts as a moderator. This research adapts two models, namely the Elaboration Likelihood Model (ELM) which explains information processing, and the Health Belief Model (HBM) which explains health belief variables that shape individual attitudes, to examine the relationship between Message Argument Quality, Message Source Credibility, Perceived Severity, and Perception of Susceptibility on Attitudes Toward Rabies. The study was conducted using a survey method of Twitter users who had seen at least one rabies message on Twitter before the research began. The findings show a significant relationship between the variables Credibility of the Message Source and Perceived Severity on Attitudes Towards Rabies, while the Quality of Message Arguments and Perceived Susceptibility are not significantly related to Attitudes Towards Rabies. Furthermore, the relevance of health issues does not play a significant role as a moderator between the independent variable and the dependent variable. The findings of this research contribute to expanding literature and studies related to processing health information on social media, as well as providing advice to health authorities in Indonesia in developing communication strategies for persuasion and health education to the public, especially on social media."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yhosephine Astari
"Berbagai penelitian sebelumnya telah banyak membahas pengaruh media terhadap intensi berwirausaha. Namun belum banyak yang membahas secara spesifik, peran media sosial dalam mendorong intensi tersebut terutama pada kalangan Generasi Milenial dan Z. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran sosial media terutama dalam merepresentasikan kewirausahaan dengan memperlihatkan keahlian dan legitimasi sosial, serta hubungannya dengan intensi berwirausaha. Selain itu, variabel theory of planned behavior (attitude, subjective norms dan entrepreneurial self-efficacy) turut diikutsertakan sebagai variabel mediasi. Penelitian ini dilakukan pada 222 responden Milenial dan Z di Indonesia, dengan metode partial least square equation modelling. Seperti pada penelitian sebelumnya, penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan tidak langsung terkait representasi media sosial dengan intensi berwirausaha, terutama dimediasi dengan sikap dan persetujuan lingkungan sosial individu terhadap kewirausahaan. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini memberikan beberapa implikasi manajerial dalam mendorong intensi berwirausaha melalui media sosial, terutama dengan meningkatkan sikap individu terhadap kewirausahaan.

Several previous studies have discussed the effect of the representation of entrepreneurship in the media towards entrepreneurial intention. However, there are not many studies specifically discuss the effect of social media in encouraging this intention, especially among Millennials and Generation Z. This study is conducted to analyze the role of social media, especially in representing entrepreneurship through demonstrating skills and social legitimacy and its relationship to entrepreneurial intention. Besides that, this study also involves the theory of planned behavior variables namely attitude, subjective norms, and entrepreneurial self-efficacy as mediating variables. This study is conducted among 222 Millennials and Generation Z participants in Indonesia, using the partial least square equation modeling method. Similar to the previous study, it is found that there is an indirect relationship of entrepreneurship representation in social media on entrepreneurial intention, specifically mediated by an individual’s attitude and subjective norms towards entrepreneurship. On this matter, the study offers several managerial implications on encouraging entrepreneurial intention in social media, mainly to promote individual’s attitude toward entrepreneurship. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Nur Karensa
"Sharenting, atau pembagian konten anak di media sosial oleh orang tua, memunculkan pertanyaan tentang perlindungan hak privasi anak. Orang tua, sebagai pemegang kontrol media sosial, menentukan batas privasi anak. Penelitian ini mengeksplorasi literasi media sosial orang tua terhadap privasi anak di Instagram, dengan berfokus pada dimensi konten dan kompetensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma post-positivist. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan tiga orang tua yang secara rutin melakukan praktik sharenting di Instagram dan memiliki anak di bawah usia 7 tahun. Terdapat beragam dalam literasi media sosial orang tua mengenai privasi anak aktivitas sharenting di Instagram. Hal ini tampak dari keberagaman penggunaan media sosial dan pengaturan privasi pada akun Instagram mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa para informan menggunakan media sosial sebagai galeri digital, sumber hiburan dan inspirasi, serta tempat untuk membandingkan pola pengasuhan anak mereka dengan para influencer. Meskipun menyadari risiko privasi, mereka menetapkan batasan, seperti pengecualian bagian tubuh dan penghindaran mengunggah lokasi yang rutin dikunjungi, dan menghindari kesan berlebihan dalam unggahan konten anak.

The activity of parents sharing content about their children on social media, known as “sharenting,” raises new questions about how children's privacy rights are protected. Parents set and control the boundaries of their children’s privacy in social media. This research explores parents' social media literacy regarding child privacy on Instagram, focusing on content dimensions and competencies. The study adopts a qualitative approach and a post-positivist paradigm. Data collection is conducted through interviews with three parents regularly practicing sharenting on Instagram and having children under the age of 7. Parents have different levels of understanding about privacy when sharing information about their children on Instagram. The research found that parents use social media like a digital gallery, for fun and ideas, and to compare how they raise their kids with influencers. Even though they know about privacy risks, they set limits, like not showing certain body parts or revealing regular locations, to keep from sharing too much about their kids."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sarah Andiani
"ABSTRAK
Dengan banyaknya merek kosmetik, persaingan antara masing-masing merek pun tak terhindarkan. Tidak sedikit dari merek kosmetik yang berlomba-lomba untuk mengeluarkan beragam produk dan menarik perhatian konsumennya melalui beragam cara. Kini beauty vlogger yang hadir sebagai social media influencer dijadikan sebagai referensi dalam mencari informasi mengenai berbagai merek kosmetik, salah satunya pada produk Maybelline Fit Me. Melalui video review yang diunggah ke dalam YouTube, beauty vlogger menyampaikan pengetahuan dan pendapatnya mengenai produk kosmetik yang kemudian membantu pembentukan persepsi konsumen dari produk tersebut. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivis dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh pesan beauty vlogger sebagai social media influencer terhadap pembentukan persepsi konsumen atas produk Maybelline Fit Me. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online kepada 100 responden. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari beauty vlogger sebagai social media influencer yang cukup kuat dalam pembentukan persepsi atas produk Maybelline Fit Me.

ABSTRACT<>br>
With so many cosmetic brands, the competition between each brand was inevitable. Most of the cosmetic brands are competing to exclude a variety of products and attract the attention of consumers through various ways. Now beauty vlogger known as a social media influencer serve as a reference in finding information about various brands of cosmetic, and one of them is is Maybelline Fit Me products. Through a video review uploaded onto YouTube, beauty vlogger conveys their knowledge and opinions on cosmetic products that then can help shape consumer perceptions of the product. The paradigm used in this research is positivist with quantitative approach. This quantitative study was conducted to analyze the influence of beauty vlogger messages as social media influencers on the formation of consumer perceptions of Maybelline Fit Me products. Data collection was done by using an online questionnaire to 100 respondents. The result in this study indicate the influence of beauty vlogger as a social media influencer is strong enough in the formation of perceptions of Maybelline Fit Me products. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>