Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septizar Tri Astika
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai konstruksi kepemimpinan Soekarno sebagai tokoh bangsa yang dibingkai dalam film Ketika Bung di Ende sebagai film yang mengangkat fase penting yang jarang diteliti dalam kehidupan Soekarno. Penelitian ini bersandar pada teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui film sebagai media massa. Framing dipilih sebagai metode untuk mengetahui realitas yang dipilih untuk ditampilkan dalam film ini. Menggunakan analisis framing dari William A. Gamson dan Andre Modgliani untuk melihat bagaimana gagasan yang mengatur cara memaknai kejadian dan apa yang menjadi permasalahan. dengan menggunakan perangkat framing (framing devices) melalui Metaphors, Catchphrases, Exemplar, Depiction dan Visual Images serta perangkat penalaran (reasoning devices) dengan menggunakan roots, appeals to principle dan consequences sebagai Framing Devices. Strategi framing tersebut digunakan untuk membentuk konstruksi yang ingin dibentuk oleh sutradara dan penulis skenario. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa sebagai dalah satu media komunikasi, film memberikan konstruksi atas kepemimpinan Soekarno sebagai pemimpin yang berjiwa bebas dan anti imperialisme; bersemangat dan gandrung pada persatuan; merangkul semua kalangan; dan ideolog religius. Jika ditarik pada konsep kepemimpinan, maka kepemimpinan Soekarno adalah constellation of traits yang demokratis, transformasional dan menganut falsafah Pancasila.

ABSTRACT
This thesis discusses Soekarno’s leadership construction as a nation figure framed in the movie “Ketika Bung di Ende” as a film that raised the important phase in Soekarno’s life which rarely examined. This study rests on the theory of Construction Reality Peter L. Berger and Thomas Luckman through movie as a mass media. Framing has been chosen as the most appropriate method to determine the reality selected for shown in this movie. Uses William A. Gamson and Andre Modgliani’s framing analysis to see how the events are governed by the ideas and its problems. By using Metaphors, Catchphrases, Exemplar, Depiction and Visual Images as well as reasoning devices with the use of roots, appeals to principle, and consequences as Framing Devices; the director and the screenwriter then form their intended construction on Soekarno’s leadership. Based on the analysis, it can be concluded that movies—one of the medium of communication, can be used to construct Soekarno as a free-spirited and anti impeialism; eager and devoted to unity; embracing all people; and religious ideologues If drawnn on the concept of leadership, Soekarno is a leader with democratic and transformational constellation of traits that still adheres to the philosophy of Pancasila. "
2015
T44595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Azura
"Artikel ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana banlieue sebagai lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi kontruksi identitas dan menjadi penyebab terkonstrukisnya identitas Dounia sebagai tokoh utama dalam Film Divines (2016) karya Houda Benyamina. Film ini menceritakan kehidupan remaja perempuan keturunan Afrika sebagai imigran di Prancis yang bertempat tinggal di sebuah banlieue. Dounia yang merupakan seorang remaja perempuan keturunan imgiran memiliki ambisi untuk meninggalkan banlieue dan memiliki kehidupan di luar banlieue yang ia impikan. Banlieue yang menjadi latar tempat di film Divines ini memperlihatkan penggambaran sebuah tempat tinggal yang jauh dari pusat kota dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai. Banlieue adalah salah satu bentuk segregrasi sosial yang diciptakan oleh pemerintah Prancis yang menyimpan berbagai permasalahan sosial di dalamnya bagi masyarakat yang menetap. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film digunakan teori kajian film dari Boggs & Petrie. Kemudian, digunakan konsep tentang identitas oleh Stuart Hall dalam tulisan ini untuk mengungkap permasalahan identitas tokoh. Hasil analisis memperlihatkan terkonstruksinya identitas Dounia dengan perubahan-perubahan antara lain, tidak mengikuti sistem pendidikan, meninggalkan nilai-nilai budaya dan ketuhanan yang melekat pada dirinya, serta melakukan tindakan kriminal. Adapun penyebab dari terkonstruksinya identitas Dounia adalah disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di banlieue. Banlieue dalam film ini hadir sebagai tempat yang sulit untuk dihuni sehingga menjadi penyebab tokoh utama berkeinginan untuk melarikan diri dan terjadinya konstruksi identitas. Dounia berfantasi akan kebebasan dan kemewahan yang dapat ia temukan di luar banlieue. Identitas Dounia terkonstruksikan dari upayanya untuk mewujudkan impian utamanya yaitu untuk memulai kehidupan baru di luar banlieue.

This article is intended to reveal how living quarters can influence identity construction and become the identity of Dounia as the main character in Film Divines (2016) by Houda Benyamina. The film tells the life of teenage girls of African descent as immigrants in France who live in banlieue. Dounia who represents teenage girls has the right to get banlieue andhave a life outside the banlieue she dreamed of. The Banlieue which is the setting for the Divines movie returns the depiction of a residence far from the city center with inadequate life situations. Banlieue is one of the forms of social segregation created by the French government that stores various kinds of social services that are available to sedentary communities. The methodology used in this research is qualitative research. To study the narrative and cinematographic aspects of the film, film scoring theory is used from Boggs & Petrie. Then, the concept of identity was used by Stuart Hall in this paper to uncover the question of character identity. The results of the analysis choose the construction of a Dounia identity with changes, among others, not following the education system, taking inherent cultural and divine values to oneself, and committing criminal acts. As a cause of the construction of world identity caused by various factors such as poverty, injustice, and many crimes that occurred in banlieue. But in this film it is present as a difficult place to inhabit so that the main character wishes to break away and change identity construction. Dounia fantasizes about freedom and luxury that can be found outside the banlieue. Dounias identity is constructed from her efforts to realize dreams that are intended to start a new life outside of the banlieue."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Huwaina Mughitha
"Penelitian ini membahas mengenai nilai-nilai etika Jawa dalam film Lemantun. Film pendek Lemantun merupakan realitas kasih sayang antara orang tua dan anak yang ditandai melalui sebuah “lemari”. Tri merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yang masih tinggal bersama ibunya di rumah. Tri sebagai tokoh utama merepresentasikan sikap-sikap dasar bagaimana seharusnya orang jawa dalam bertingkah laku. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui kutipan visual dan transkrip dialog dari film pendek Lemantun sebagai data penelitian. Langkah analisis data menggunakan konsep analisis data Miles dan Huberman (1992: 16) terdiri atas tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pada penelitian ini, acuan dasar dalam penarikan kesimpulan atau verisikasi data menggunakan persepsi etika Jawa Franz Magnis Suseno Menurut Magnis (1988:38) orang Jawa sadar bahwa ada dua kaidah normatif yaitu prinsip rukun dan prinsip hormat. Rumusuan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana nilai-nilai etika Jawa yang direpresentasikan oleh tokoh Tri pada film Lemantun? Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ternyata pada masa kini etika Jawa masih eksis seperti yang masih dilakukan oleh sosok Tri.

This research will discusses about the values of Javanese ethical ​​in the Lemantun’s movie. The short film Lemantun is a reality of love between parents and children through a "cupboard". Tri is the third child of five siblings who still stay at home with his mother. Tri as the main character who represents the basic attitudes of how Javanese people should behave. The method used is descriptive qualitative with an objective approach through visual excerpts and dialogue transcripts from the Lemantun film as research data. The data analysis using the concept of data analysis by Miles and Huberman (1992: 16) through three steps is data reduction, data presentation, and conclusions or verification. Reference conclusions or verifying data in this research is using the Javanese ethical perception of Franz Magnis Suseno. According to Magnis (1988:38) the Javanese are aware that there are two normative rules are the principle of harmony and the principle of respect. The formulation of the problem in this study is how are the Javanese ethical values ​​represented by the character Tri in the film Lemantun? The results of this study reveal reveal that in the present Javanese ethics still exist as Tri’s behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Rizqi Damayanti
"Skripsi ini membahas tentang transformasi tokoh Snow White dalam film Snow White and The Huntsman untuk memenuhi aspek-aspek sosok pahlawan yang berdasarkan pada buku Margery Hourinhan, Deconstructing The Hero (1997). Film ini menunjukkan adanya penyesuasi tokoh Snow White sebagai perempuan menjadi sosok pahlawan yang terjenderkan maskulin.Snow White sebagai perempuan ditampilkan sebagai submisif, pasif, tidak berdaya dan dalam ranah domestik sehingga berlawanan dengan kualitas maskulin sosok pahlawan.Melalui analisis lewat mise-en-scene dalam film, tokoh Snow White menunjukkan pengadopsian terhadap kualitas maskulin sosok pahlawan agar dikukuhkan menjadi pahlawan.Kemudian, simbolisme yang dalam film juga memperlihatkan adanya justifikasi penokohan Snow White dalam konstruksi jender yang patriarki.

This focus of this study is to examine transformation of Snow White character in film Snow White and the Huntsman to perform aspects of the figure of hero by Margery Hourihan in her book, Deconstructing The Hero (1997). This film demonstrates adjustment Snow White character as a woman to be the figure of hero who is gendered masculine. Snow White as a woman is portrayed as submissive, passive, powerless and in the domestic sphere, in contrast with masculine quality in the figure of hero. Through mise-en-scene analysis in film, Snow White character reveals adopting to masculine quality in the figure of hero to be affirmed as a hero. Moreover, symbolism in film display the justification of Snow White’s characterization in accordance with gender construction based on the patriarchal system."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Anindya Putri
"Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang paling berkembang di Indonesia. Kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di negara berkembang sangat rendah, terutama di Indonesia. Metode pelaksanaan proyek yang sesuai jadwal dan melibatkan banyak pekerjaan dan jumlah pekerja yang banyak harus diimbangi dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang maksimal agar risiko kecelakaan kerja dapat dihindari semaksimal mungkin. Kinerja pekerja dapat dicapai dengan baik dengan peran pemimpin proyek yang dapat mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan proyek. Namun nyatanya kepemimpinan yang diterapkan di lapangan belum berjalan efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan keselamatan meningkatkan kinerja keselamatan dalam proyek konstruksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi ahli terhadap variabel penelitian dan survey kuesioner mengenai indikator kepemimpinan dan keselamatan kerja. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semua indikator dari kepemimpinan dan keselamatan kerja telah diimplementasikan di perusahaan konstruksi swasta nasional, namun tidak semuanya memiliki signifikansi yang tinggi terhadap keselamatan kerja.

The construction sector is one of the most developed sectors in Indonesia. Awareness of the importance of Occupational Safety and Health in developing countries is very low, especially in Indonesia. Project implementation methods that are on schedule and involve a lot of work and a large number of workers must be balanced with the application of maximum occupational safety and health so that the risk of work accidents can be avoided as much as possible. Worker performance can be achieved well with the role of a project leader who can direct and influence his subordinates to achieve project goals. But in fact the leadership applied has not been effective. The purpose of this study is to find out how safety leadership improves safety performance in construction projects. The method used in this research is expert validation of the research variables and a questionnaire survey regarding indicators of leadership and work safety. The result shows that the indicators of leadership and safety performance already implemented in national private company, however not all of them have a great significance towards the safety performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Long Meilin
"Penelitian ini membahas konstruksi gender non-normatif dalam film Indonesia Kucumbu Tubuh Indahku (2018), dengan menggunakan teori performativity gender Judith Butler, sementara menganalisis hubungan sistem patriarki dan norma heteroseksual terhadap konstruksi gender di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah: film ini membangunkan tiga jenis gender, yaitu lelaki heteroseksual yang maskulin, perempuan heteroseksual yang feminin (dengan sedikit petunjuk yang tidak langsung tentang homoseksual/lesbian), lelaki homoseksual yang ekspresi gendernya cair. Perempuan dalam film Kucumbu Tubuh Indahku utamanya ada dua macam. Semacam adalah perempuan rumah tangga yang sesuai persyaratan patriarkal, yang lain adalah yang aktif dalam politik, ambisius dan penuh perhitungan, melihat meningkatkan posisi keluarga sebagai tugasnya, dan memiliki orientasi seksual yang berubah-ubah. Konstruksi gender untuk lelaki heteroseksual dalam film ini utamanya hanya satu macam, yaitu lelaki sebagai pemimpin keluarga yang sesuai persyaratan patriarkal, mengelola istri dan laki-laki muda. Konstruksi gender untuk lelaki homoseksual adalah identitas gendernya di luar biner gender, dan tidak memenuhi persyaratan norma heteroseksual, sebagai objek seksual melayani laki-laki heteroseksual yang sebagai subjek seksual, dan menginternalisasi logika budaya patriarki dan norma heteroseksual sebagai nilai- nilainya sendiri.

This article examines the construction of non-normative gender in the Indonesian film Memories of My Body (2018), using Judith Butler's theory of gender performativity, while analyzing the relationship of the patriarchal system and heterosexual norms to gender construction in Indonesia. The results of this study are: this film awakens three types of gender, namely masculine heterosexual men, feminine heterosexual women (with a few indirect hints of lesbianism), homosexual men whose gender expression is fluid. There are mainly two kinds of women in the film, some are household women who conform to patriarchal requirements, others are politically active, ambitious and calculating, see improving the family's position as their duty, and have variable sexual orientations. The gender construction for heterosexual men in this film is mainly of only one kind, namely men as family leaders who comply with patriarchal requirements, managing wives and young men. Gender construction for homosexual men is his gender identity outside of the gender binary, and not meeting the requirements of heterosexual norms, as sexual objects serving heterosexual men, and internalizing the logic of patriarchal culture and heterosexual norms as his own values. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabila Rahil Fikriyah
"Penelitian ini adalah kajian tentang jenis-jenis tindak tutur ilokusi ekspresif yang  terdapat dalam  film Belanda 'Jongens', Film 'Jongens' merupakan film yang dirilis di tahun 2014 tentang pencarian jati diri seorang atlet estafet remaja bernama Sieger serta kebingungannya dengan seksualitas dan label diri. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memaparkan tindak tutur ilokusi ekspresif apa saja yang terdapat di dalam film 'Jongens'. Kajian ini berlandaskan teori John Langshaw Austin dalam How To Do Things With Words dan John R. Searle dalam Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Terdapat total 32 tindak tutur ilokusi ekspresif yang dapat diidentifikasi dalam kajian ini dan tindak jenis ekspresif yang ditemukan adalah sarkasme, memberi sindiran, pujian, kekhawatiran, amarah, dan kekecewaan.

This research is a study of the types of expressive illocutionary speech acts through linguistic perspective contained in the Dutch film 'Jongens', the film 'Jongens' is a film released in 2014 about the search for the identity of a teenage relay athlete named Sieger and his confusion with his sexuality and self label. The purpose of this study is to describe what expressive illocutionary speech acts are in the film 'Jongens'. This study is based on the theory of John Langshaw Austin in How To Do Things With Words and John R. Searle in Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language and uses a qualitative descriptive method. There are a total of 32 examples of expressive illocutionary speech acts that can be identified in this study and the identified expressive acts are sarcasm, praise, worry, anger, and disappointment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nella Nabila
"Sergei Eisenstein (1898 - 1948) adalah seorang sutradara yang namanya sudah dikenal di Rusia maupun di dunia termasuk di Indonesia. Ia mempunyai peran penting dalam perkembangan sinematografi di Rusia, khususnya pada abad ke XX. Film Ivan Grozny adalah karya terbaiknya sepanjang masa sekaligus karya terakhirnya yang mendapatkan banyak pujian Skripsi ini difokuskan untuk menganalisis tokoh dan penokohan dalam film Ivan Grozny.

Abstract
Sergei Eisenstein (1898 - 1948) is well-known Russian director in the world and his fame spread including Indonesia. He also has an important role for Russian cinematography development, particularly in XX century. Ivan Grozny is his best work ever and his last masterpiece at all once. This graduate essay focus on analyze figure and character of Ivan Grozny"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S252
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muftia Parasati
"Artikel ini membahas makna di balik kehadiran satu-satunya tokoh laki-laki yang ada di film 8 Femmes, yaitu sang kepala keluarga bernama Marcel. Di dalam film, Marcel ditampilkan melalui fokalisasi para perempuan dan sangat jarang ditampilkan secara fisik ataupun berbicara. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan tekstual dan kajian sinema dari Boggs dan Petrie, kajian naratologi Gérard Genette, dan kajian AWK Sara Mills. Hasil analisis menunjukkan bahwa para perempuan terus menghadirkan Marcel melalui fokalisasi dan hal ini merupakan perwujudan dominasi Marcel secara implisit terhadap mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan para perempuan untuk lepas dari Marcel. Meskipun absen secara visual, sosok Marcel telah membayangi kehidupan para perempuan dan menjadi bagian dari kesenangan, kesedihan, dan kesulitan yang mereka miliki. Para tokoh perempuan yang muncul sebagai judul film dan nampak mendominasi secara naratif dan sinematografis sebenarnya terdominasi oleh Marcel, sehingga menjadikan mereka berada dalam ilusi hilangnya dominasi laki-laki.

This article discusses the meaning behind the presence of the only male character in 8 Femmes, namely the head of the family, Marcel. In the film, Marcel is shown through female focalizations and is rarely shown physically or speaking. The method utilized is a qualitative method with a textual approach and film studies from Boggs and Petrie. The narratology study of Gérard Genette and the CDA studies of Sara Mills is also used to deepen the analysis. The analysis shows that the women continuously presenting Marcel through focalization and this is a manifestation of Marcel's implicit domination over them. This was due to the women's inability to escape from Marcel. Despite being visually absent, Marcel's figure has loomed over the lives of the women and becomes their joys, sorrows and difficulties. The female characters who appear in the title of the film and seem to dominate narrative and cinematographically are actually dominated by Marcel, thus they are in the illusion of the lost male domination.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>