Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sahala David
"Pada proses flotasi terdapat 3 sub-proses penting, yaitu penipisan interverensi dari lapisan fluida menjadi ketebalan kritis, pecahnya lapisan liquid terinterverensi dan pembentukan formasi kontak tiga fasa, serta ekspansi garis kontak tiga fasa mencapai kestabilan agregat. Kestabilan agregat menentukan keberhasilan proses separasi. Kestabilan agregat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu reagent, geometri dan ukuran partikel.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh geometri dan ukuran partikel terhadap stabilitas agregat. Eksperimental setup terdiri dari kolom flotasi dengan ukuran 9x9x26 cm dilengkapi dengan bubble generator, particle feeding system, dan video kamera berkecepatan tinggi (high speed video camera). Bubble generator berupa single nozzle berdiamater 0,3 mm yang dihubungkan ke programmable syringe pump. Particle feeding system terbuat dari pipet. Partikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel hasil tambang tembaga dengan bentuk sub-angular dengan ukuran antara 38-300 μm. Hasil rekaman high speed video camera diolah dan dianalisa dengan menggunakan image processing software. Hasil penelitian diharapkan akan menambah pemahaman pengaruh geometri dan ukuran partikel pada interaksi bubble-particle khususnya stabilitas agregat.
Hasil eksperimen menunjukkan stabilitas agrgegat bubble-partikel dan waktu induksi (waktu partikel melekat pada bubble) dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar probabilitas terbentuk agregat yang stabil dan semakin panjang waktu induki. Partikel berukuran 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm mamapu membentuk agregat stabil sehingga melekat pada gelembung. Sedangkan, partikel berukuran 150 μm dan 300 μm tidak mampu membentuk agregat stabil sehingga tidak melekat pada gelembung.

There are three sub-proces on flotation. These processes are intervening liquid film intu critical thickness, rupture of liquid film forming three phase contact line, and expansion three phase contact line forming agregate stability. Agregate stability determines flotation efficiency. Agregate stability has some important factors such as reagent and particle geometry.
This research focus on understanding effect of particle geometry to agregate stability. Experimental setup consists of 9x9x26 cm flotation coloumn made of glass, bubble generator, particle feeding system, and high speed video camera. Bubble generator made from single nozzle with 0,3 mm diameter attached to programmable syringe pump. Particle feeding system made of pipette. Particle used in this research is taken from open pit Grasberg in timika, Papua. Parcile has sub-angular size and varies between 38-300 μm. Recordings from high speed video camera analyzed using image processing software.
Experiment result shows thet agregate particle-bubble and induction time depends on particle size. The smaller particle size, the higher probability attachment, agregate stability, and iduction time. Particle with size 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm able to form stable agregate. While, particle with size 150 μm and 300 μm unable to form stable agregate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The calculation of water fogging system for process conditioning the flue gas processor by elecron beam machine.In the course of gas processing flue gas needed water fogging to get condition moisture the desired that is from 7 % becoming 12 % with temperature processed at about 65 oC..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Antonio Nathan Bulangan
"Flotasi merupakan suatu pemisahan zat atau unsur kimiawi pada partikel di dalam cairan/larutan memanfaatkan gelembung sebagai teknologi terbaharukan. Partikel yang bersifat hidrofilik karena pengaruh reagent akan berinteraksi pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan. Tidak hanya itu, agregat ini kemudian bergerak dengan vektor yang fluktuatif karena sifat gelembung yang bergolak dengan kacau. Pengaruh gelembung yang bergerak atau dinamis dari nozzle akan menghasilkan perubahan profil aliran di kisaran gelembung, sehingga agregat yang terletak, khususnya di bagian atas dan bawah gelembung akan terganggu oleh vortex di sekitar gelembung. Namun arah aliran dari fluida yang terbentuk dari vortex pada partikel dapat mengacaukan proses pelekatan partikel pada gelembung Dalam proses simulasi, nilai kecepatan aliran di bagian atas partikel berkisar antara 51.5 ? 54.2 mm/s dimana valid dengan kecepatan gelembung yang berkisar 35 ? 37 mm/s. Tidak hanya itu, arah vektor fluida yang ditunjukkan pada hasil simulasi menggunakan Computational Fluid Dynamic menunjukkan besarnya perilaku untuk partikel menggelinding (rolling), meluncur (sliding) atau bertumbuk (bouncing) ke arah samping baik kiri maupun kanan. Selain itu, bentuk partikel juga dapat merubah profil medan aliran kisaran gelembung sehingga pergerakan gelembung akan membentuk profil yang diakibatkan adanya partikel yang melekat pada gelembung.

Flotation is a separation of a substance or chemical elements in the particles in fluid / solution utilizing the bubble as renewable technologies. Particles hydrophilic due to the influence of reagent will interact on air bubbles and will carried to the surface of the solution. Not only that, the aggregate is then moved by the vector fluctuating due to the volatile nature of the chaotic bubbles. The influence of bubbles moving or dynamic of the nozzle will produce a change in the flow profile in the range of bubbles, so that the aggregate located, especially at the top and bottom of the bubble will be disturbed by the vortex around the bubble. But the direction of flow of the fluid formed of the vortex in the particle can disrupt the process of attachment of particles on the bubble in the simulation process, the value of the flow velocity at the top of the particles ranging between 51.5 - 54.2 mm / s where the bubbles are valid at speeds ranging from 35-37 mm / s. Not only that, the direction vector fluid shown in the simulation results using Computational Fluid Dynamic shows the behavior of the particles rolling (rolling), sliding (sliding) or fight (bounces) in the direction of either left or right side. In addition, particle shape as well can alter the flow field profile so that the range of movement of the bubbles will bubble forming a profile that caused the particles are attached to the bubble."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sahala David
"Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah kekayaan bahan tambang. Untuk mengolah mineral tambang dilakukan proses separasi. Proses separasi dilakukan dengan menggunakan gelembung. Proses ini sering disebut dengan proses flotasi. Untuk mengetahui proses flotasi diperlukan penelitian karakterisktik gelembung melingkupi besar gelembung, time history, frekuensi, kecepatan terminal, dan trajectory gelembung. Penambahan reagent berupa reagent jenis collector. Variasi yang diberikan adalah variasi reagent dan flow rate. Hasil menunjukkan bahwa besar gelembung bervariasi mulai dari 1,5 mm – 1,8 mm, kecepatan gelembung mulai dari 26 cm/dtk – 36 cm/dtk. Penambahan reagent menyebabkan penurunan terminal velocity.

Indonesia knows as a rich country full of natural resources. One of them is mining. In mineral processing, usefull material separated from unsefull material using separation process. Bubble is used in separation process. This process known as flotation process. Bubble‘s characteristic is investigated to know about better flotation process. Bubble‘s characteristic involves bubble size, time history, frequency, terminal velocity and bubble trajectory. Collector reagent type used in this research. Variation applied in this research is reagent and flow rate. Result show bubble size varies start from 1,5 mm – 1,8 mm, bubble velocity start from 26 cm/s – 36 cm/s. Reagent addition cause bubble terminal velocity decrease."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto
"ABSTRAK
Efisiensi kerja sebuah ejector dipengaruhi oleh geometri perancangannya, dimana salah satunya adalah pemilihan diameter driving nozzle (d). Diameter driving nozzle biasanya digunakan sebagai perbandingan dengan diameter mixing chamber (D). Hasil kerja yang optimal bagi jet pump, nilai d yang diizinkan berkisar antara 0,14D sampai dengan 0,9D.
Pada penulisan ini akan dibahas mengenai perbandingan efisiensi air siphon untuk harga perbandingan d/D sebesar 0,27 dan 0,33 dengan air sebagai fluida suction. Pengambilan data dalam percobaan dilakukan dengan tekanan masuk pada nosel (Pj) divariasikan antara 0.4 Kg/cm2 hingga 3 kg/cm2 dengan setiap kenaikan sebesar 0,2 kg/cm2.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa efisiensi air siphon dengan d/D =
0,27 menunjukkan hasil yang lebih baik daripada air siphon dengan d/D = 0,33 pada kondisi operasi yang sama.

"
2000
S37216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimaseta Rachmanda
"Biodiesel merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang berpotensi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Biodiesel dibuat dengan minyak kelapa sawit dengan menggunakan reaktor berpengaduk dan katalis basa melalui reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi memiliki hambatan perpindahan massa akibat perbedaan viskositas antara alkohol dan minyak kelapa sawit di awal reaksi, sehingga membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama.
Reaktor jet column digunakan untuk mengatasi permasalahan perpindahan massa dengan memanfaatkan pencampuran antara fluida turbulen dan non-turbulen yang menghasilkan fenomena entrainment. Reaksi menggunakan nozzle rectangular dan sirkular. Yield biodiesel dengan menggunakan circular nozzle adalah 94.91 dan 92.00 untuk rectangular nozzle. Waktu mulainya asimptotik yield untuk reaksi transesterifikasi dengan reaktor jet column adalah 60 menit. Rasio mol yang lebih dari 6:1 tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam peningkatan yield.

Biodiesel is a potential renewable energy resource which can be used to reduce dependencies on fossil fuel. Biodiesel produced by transesterification reaction in a stirred tank with base catalyst. Transesterification has an issue on mass transfer resistance due to significant viscosity difference, which resulted longer reaction time. Jet
Column reactor used to reduce mass transfer resistance by utilizing turbulent mixing of turbulent and non turbulent fluid which resulted entrainment, a small scale mixing phenomena. Transesterification reaction used rectangular and circular nozzle. Circular nozzle yields 94.91 of biodiesel while rectangular nozzle yields 92.00 of biodiesel. Asymptotic reaction time for transesterification in a jet column reactor is 60 minutes. While molar ratios more than 6 1 aren rsquo t resulting significant effect on biodiesel yield.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Muchlis
"Air siphon merupakan alat pemindah fluida yang memanfaatkan energi dari udara bertekanan sebagai tenaga penggerak untuk mengangkat fluida cair dari sebuah bak dan memindahkannya ke tempat lain. Kelebihan air siphon dibandingkan dengan alat pemindah fluida lain adalah tidak memiliki komponen yang bergerak atau berotasi dan tidak membutuhkan proses pelumasan.
Penelitian ini menggunakan air siphon berspacing nozzle (s) 0 mm dan 5 mm dengan memanfaatkan fluida air sebagai suction fluid. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah menghitung nilai effisiensi air siphon dan menganalisis perbedaan nilai effisiensi akibat perbedaan spacing nozzle jet.
Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat pendukung seperti kompresor sebagai penghasil udara bertekanan, orifis sebagai pengukur debit udara bertekanan, 3 buah manomeler U sebagai pengukur beda tekanan, stop watch sebagai pengukur waktu dan gelas ukur sebagai penentu volume suction fluid. Tekanan pada nozzle jet divariasikan 1/5 kg/cm2, dari 2/5 kg/cm2 hingga 3 kg/cm2. Jenis fluida isi di dalam manometer adalah kerosene dan raksa. Volume suction fluid pada gelas ukur adalah 2 liter.
Idealnya sebuah air siphon dapat mencapai nilai effsiensi maksimum mendekati 30%. Namun berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian dan kemudian diolah, make pada tekanan udara 3 kg/cm2, nilai effisiensi untuk air siphon berspacing nozzie 5 mm adalah 12,843% dan untuk air siphon berspacing nozzle 0 mm adalah 13,061%.

Air siphon is a fluid displacement device that utilizes energy of pressurized gas as driven power to move fluid from one place to another. The advantages of air siphon compared to other fluid displacement devices are have no moving or rotating part and need no lubrication.
This research uses 2 air siphons with nozzle jet spacing 5 mm and 0 mm, and utilizes water as suction fluid. The purpose of this research is to calculate the efficiency number of air siphon and to analyze the difference of efficiency number due to the difference of nozzle jet spacing.
Some supporting devices are needed to make this research operate properly, such as gas compressor to generate pressurized gas, orifice to measure flow rate of pressurized gas, manometer, stop watch and measuring glass. Gas pressure in nozzle jet varies from 2/5 kg/cm2 to 3 kg/cm2. Fluids that are used in manometer are kerosene and mercury. Volume of suction fluid in measuring glass is 2-liter water.
In reality, air siphon can achieve maximum efficiency number up to 30%. Based on data from research, at gas pressure 3 kg/cm2, the efficiency number is 12.843% for air siphon with nozzle jet spacing 5 mm and 13.061% for air siphon with nozzle jet spacing 0 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widarto Kusumo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S35987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto
"Doktrin Single Economic Entity (SEE) bukan konsep yang asing dalam dunia bisnis dan akuntansi. Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mempelopori penerapan doktrin ini dalam penanganan perkara pelanggaran hukum persaingan usaha. Berdasarkan doktrin ini, satu kelompok pelaku usaha yang terdiri dari beberapa pelaku usaha yang merupakan subyek hukum mandiri, dapat dimintakan pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan pelaku usaha yang merupakan angota SEE, bahkan jika induk perusahaan berdomisili di luar yurisdiksi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Di Indonesia, penerapan doktrin SEE telah dilakukan pada dua kasus hukum persaingan usaha, yaitu kasus Temasek dan Astro. Penerapan doktrin ini membawa perdebatan terutama berkaitan dengan landasan yuridisnya karena doktrin SEE tidak secara ekplisit tertuang dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Praktek Persaingan Tidak Sehat (UU nomor 5 tahun 1999). Untuk mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai konsep doktrin SEE, landasan yuridis, mekanisme penerapan, dan kendala yang dihadapi, kami tertarik untuk melakukan penulisan terkait tema dimaksud.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, penerapan doktrin SEE di Indonesia bukan sama sekali tidak memiliki landasan yuridis. Walaupun doktrin tersebut tidak tertuang dalam batang tubuh dan penjelasan UU nomor 5 tahun 1999, penerapan doktrin SEE sejalan dengan Memory van Toleighting UU dimaksud yang memasukkan "frasa satu kelompok pelaku usaha" untuk mengantisipasi pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang merupakan anggota sebuah perusahaan grup. Selain itu, doktrin SEE sejalan dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 347/BL/2014 yang mewajibkan emiten dan perusahaan publik yang memiliki pengendalian atas anak perusahaan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi (menjadi satu kesatuan). Selain itu, untuk memperdalam pembahasan, dilakukan juga studi komparasi atas penerapan doktrin SEE di Malaysia dan Afrika Selatan. Lebih lanjut, untuk mengatasi perdebatan dalam penerapan doktrin SEE dimaksud, sebaiknya substansi doktrin SEE dimasukkan dalam perubahan RUU nomor 5 tahun 1999.

Single Economic Entity doctrine (SEE) is not a new concept in the world of business and accounting. United States and the EU has pioneered in practicing this doctrine to handle the infringements of competition law. According to the doctrine, a group of undertaking consisting of several businesses that are legal person, should be accountable for the actions of businesses which are members of SEE, even if the parent company is domiciled outside the jurisdiction of the businesses commiting infringements. In Indonesia, the application of the doctrine of SEE have been performed on two competition law cases, namely the case of Temasek and Astro. The practice of the doctrine drives a debate, mainly concerned with the juridical foundation since the SEE doctrine is not explicitly stated in the Act No. 5 of 1999 on Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Competition (Act No. 5 of 1999). To achieve a comprehensive understanding around the concept of SEE doctrine, juridical bases, implementation mechanisms, and encountered obstacles, we are interested to write such theme.
Based on the analyses, the practice of the SEE doctrine in Indonesia is not in the absence of legal bases. While the doctrine is not stated in the article and explanation of Act No. 5 of 1999, the practice of the of SEE doctrine is in line with the Memory van Toleighting of the act referred that include "phrase one group of businesses" to anticipate offenses committed by a company, member of a group company. In addition, the SEE doctrine is in line with the Financial Services Authority regulation number 347 / BL / 2014 requiring listed companies and public interest entities that posses control over the subsidiaries to prepare consolidated financial statements (as single economic unit). For further analyses, we also conducted comparison between the practice of Malaysia and South Africa. Furthermore, to address the argue, the substance of SEE doctrine should be included in the amandment draft of the Act number 5 of 1999.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
T43768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Fajri
"Prinsip Eddy-current sudah banyak digunakan pada beberapa aplikasi industri, seperti uji nondestruktif dan karakterisasi, sistem transmisi, dan proses separasi. Mekanisme Halbach array pun sudah banyak aplikasinya, terutama pada industri Hyperloop. Hal ini bukan tanpa alasan, Halbach array mampu menciptakan fluks magnet yang lebih besar pada satu sisinya sehingga mampu dimanfaatkan pada mekanisme magnetic levitation. Dalam konteks separasi bahan non-ferrous, seperti aluminium dan tembaga, banyak dari penelitian tersebut berkutat pada bentuk separator dengan konfigurasi magnet vertikal atau biasa disebut vertical drum Eddy-current separator. Penelitian ini berfokus pada desain dan manufaktur separator berbasis Eddy-current untuk pemisahan salah satu material non-ferrous (aluminium) yang terkandung dalam multi-material multilayer plastics packaging (MMPP) dengan konfigurasi horizontal yang bahkan belum pernah ada sebelumnya. Penulis menganalisis performa dari separator MMPP ini berdasarkan komparasi success rate yang dihasilkan dari konfigurasi magnet Halbach single-stack dan magnet Halbach double-stack dengan parameter berupa displacement resultant atau resultan perpindahan spesimen yang terlontar ke zona separasi mesin. Penelitian ini menemukan bahwa performa dari magnet Halbach single-stack dan double-stack tidak berbeda secara signifikan karena persentase success rate kedua konfigurasi magnet tersebut sangat mirip (magnet Halbach single-stack sebesar 90% dan magnet Halbach double-stack sebesar 96,67%).

The Eddy-current principle finds extensive application across various industries, including non-destructive testing and characterization, transmission systems and separation process. Additionally, the Halbach array mechanism, particularly in the context of the Hyperloop industry, leverages its ability to create a stronger magnetic flux on one side, enabling magnetic levitation mechanisms. In the context of non-ferrous material separation, such as aluminium and copper, many of previous research studies focus on the vertical drum Eddy-current separator. Notably, recent research focuses on designing and manufacturing Eddy-current-based separators for non-ferrous material separation within multi-material multilayer plastics packaging (MMPP). This novel approach employs a previously unexplored horizontal configuration. The study compares the performance of single-stack and double-stack Halbach magnets, revealing that their success rate are remarkably similar (90% for single-stack and 96,67% for double-stack magnets)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>