Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Matdoan Rifkiah Aisyah
"ABSTRAK
Desa Kalena Rongo di Kabupaten Sumba Barat Daya adalah desa dengan higiene dan sanitasi yang buruk. Keadaan tersebut merupakan faktor risiko infeksi protozoa usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi protozoa usus dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin penduduk Desa Kalena Rongo. Desain penelitian cross-sectional dilakukan di salah satu dusun (dusun 1) yang dipilih secara acak. Data diambil pada Bulan Juni 2014 dengan mengikutsertakan semua penduduk dusun 1 sebagai subjek penelitian. Subyek dibagikan pot untuk diisi feses dan diberikan kepada peneliti keesokan harinya. Feses diberi formalin 5% dan diperiksa di laboratorium Parasitologi FKUI 3 hari kemudian. Sampel feses dibuat sediaan apus, diwarnai lugol lalu diperiksa dengan mikroskop. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan chi-square. Dari 424 sampel feses, 185 sampel (prevalensi 44%) positif protozoa yaitu B.hominis 34,4%, E.histolytica 17,7% dan G.lamblia 4,2%. Prevalensi infeksi protozoa usus berhubungan dengan jenis kelamin(p=0,01) dan kelompok usia (p=0,007). Perbedaan bermakna juga ditemukan pada kelompok usia dengan infeksi campur protozoa (p=0,024).Disimpulkanprevalensi infeksi protozoa usus pada penduduk Kalena Rongo berhubungan dengan jenis kelamin dan usia. Infeksi campur protozoa juga berhubungan dengan usia.

ABSTRACT
Kalena Rongo Village, located in South West Sumba, is a village with poor hygiene and sanitation; risk factors for intestinal protozoan infections. This study was conducted in order to know the prevalence of intestinal protozoan infections and its relation to age and sex among people in Kalena Rongo village. This cross-sectional study was conducted in June 2014. Subjects were given pot to be filled by stool and to be given to researcher on the next day. Stool samples were mixed with 5% formalin and examined in laboratory of Parasitology FMUI three days later. Stool samples were smeared, stained by lugol, and examined under the microscopes. Data were processed by SPSS version 20 and analyzed with chi-square. From 424 stool samples, 185 samples (44% prevalence) were positively infected by B. hominis 34.4%, E. histolytica 17.7%, and G.lamblia 4.2%. Prevalence of intestinal protozoan infection is related with sex (p=0.01) and age (p=0.007). Significant difference was found between age and mixed protozoan infections (p=0.024). Therefore, prevalence of intestinal protozoan infections among people of Kalena Rongo village was related with sex and age. Mixed infections also related to age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicco Primadhasta Putra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Desa Perokonda dan Desa Perobatang di Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan desa yang memiliki kondisi ketersediaan air yang berbeda. Desa Perokonda memiliki ketersediaan air yang baik, sementara Desa Perobatang hanya memiliki satu sumber air untuk seluruh desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi protozoa usus dan hubungannya dengan ketersediaan air bersih di Desa Perokonda dan Perobatang.Metode: Desain penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel feses dilakukan pada penduduk Desa Perokonda dan Desa Perobatang yang telah menyetujui formulir inform consent. Subjek diberikan pot feses yang kemudian dikembalikan kepada peneliti keesokan harinya. Pemeriksaan feses dilakukan secara mikroskopik dengan pewarnaan lugol. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji chi-square.Hasil : Dari 291 sampel feses, 58 sampel prevalensi 20 positif infeksi protozoa usus, dengan 23,4 30/128 positif infeksi di Desa Perokonda dan 17,2 28/163 positif infeksi di Desa Perobatang.Kesimpulan: Tidak ditemukan perbedaan proporsi yang bermakna antara kelompok dengan ketersediaan air bersih dan kelompok tanpa ketersediaan air bersih terhadap prevalensi infeksi protozoa usus. p value=0,185
"
"
"ABSTRACT
"
Background Perokonda and Perobatang Village, located in South West Sumba, are two village which have very different condition of improved water source. Perokonda Village has better improved water source, while Perobatang Village has only 1 water source.This cross sectional study aimed to know the prevalence of intestinal protozoan infection and its association to the availability of improved water source in those 2 villages.Methods Stool sample collection were obtained from Perobatang rsquo s and Perokonda rsquo s villagers with informed consent. The subjects were given pot for stool collection which returned to researcher on the next day. Stool samples were stained with lugol staining and examined under the microscope. Data were processed by SPSS version 20 and analyzed with chi square.Results From 291 stool samples collected, 58 samples 20 prevalence have intestinal protozoan infection, 23,4 30 128 positive infection were found in Perokonda Village and 17,2 28 163 positive infection in Perobatang Village.Conclusions There was no significant difference between the availability of improved water sources and intestinal protozoan infection in 2 village. p value 0,185 . "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Transmisi infeksi protozoa usus dapat diminimalisir melalui memperhatikan pola hidup bersih dengan baik. Pola hidup bersih terdiri dari status sanitasi dasar, kebersihan pribadi, dan kebersihan konsumsi. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati hubungan antara pola hidup bersih dan temuan protozoa usus dengan menggunakan desain penelitian potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada Juli 2014 terhadap 94 penduduk dewasa sebagai subyek penelitian di DKI Jakarta dan TPA Bantar Gebang. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, status pola hidup bersih yang baik dan pola hidup bersih yang tidak baik. Hasil penelitian didapatkan pada 53 subyek dengan status sanitasi dasar yang baik ditemukan hanya 41,5% temuan protozoa usus positif. Pada 70 subyek dengan kebersihan pribadi yang baik, hanya 48,6% temuan protozoa usus positif. Pada 56 subyek dengan kebersihan konsumsi yang baik, hanya 39,3% temuan protozoa usus positif. Pada penelitian ini, didapatkan p:0,035; 0,409;0,006, berurutan.Rasio prevalensi pada kebersihan konsumsi yang didapatkan yakni 3 (IK 95% 1,4-7,9)., Transmission of the intestinal protozoan infection can be minimized by focusing on hygienic lifestyle. Hygienic lifestyle consists of basic hygiene, personal hygiene, and food hygiene. This research was made to observe the correlation between hygiene lifestyle and the finding of intestinal protozoan, using cross sectional design. The data collection was held in July 2014 to the 94 adult people as the research subjects in Jakarta and Bantar Gebang landfill. The research subjects were divided into two groups, good hygienic lifestyle and poor hygienic lifestyle. Result of this research was known that 53 subjects as good basic hygienic, positive finding of intestinal protozoan was only 41,5%. In 70 subjects as good personal hygiene, positive finding of intestinal protozoan was only 48,6%. In 56 subjects as good food hygiene, positive finding of intestinal protozoan was only 39,3%. In this research, p: 0,035; 0,409; 0,006, respectively. Prevalence ratio of food hygiene was 3 (CI 95% 1,4-7,9).]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Farida Rachmat
"ABSTRAK
Desa Kalena Rongo merupakan daerah dengan keadaan sanitasi yang buruk dan kurangnya ketersediaan air bersih. Penelitian ini ditujukan untuk dapat mengetahui prevalensi cacingan dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin pada warga desa Kalena Rongo, Sumba Barat Daya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dan dilakukan di salah satu dusun (dusun 1) yang dipilih secara acak. Sebanyak 424 warga desa Kalena Rongo menjadi subjek penelitian dan diminta untuk mengumpulkan feses pada bulan Juni 2014. Sampel feses yang telah terkumpul diperiksa secara mikroskopis di laboratorium Parasitologi, hasil yang diperoleh diolah dengan program SPSS 20.0 for windows, dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan dari 424 warga desa Kalena Rongo yang mengumpulkan pot feses didapatkan 391 (92,2%) warga positif mengalami cacingan, dengan rincian A. lumbricoides 279 (65,8%), T. trichiura 257 (60,6%), cacing tambang 227 (53,8%), dan warga yang mengalami infeksi campuran sebanyak 264 (67,5%). Seluruh warga desa Kalena Rongo kemudian diberikan pengobatan massal antihemintik. Pada prevalensi cacingan dengan kelompok usia didapatkan adanya perbedaan bermakna (chi square p=0,002), sedangkan pada prevalensi cacingan dengan jenis kelamin tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna (chi square p=0,164). Dapat disimpulkan bahwa prevalensi cacingan pada warga desa Kalena Rongo berhubungan dengan usia, dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin

ABSTRACT
Kalena Rongo village is an area with the state of poor sanitation and lack of clean water availability. This research aimed to determine the prevalence of worm disease and its relation to age and gender of villagers in Kalena Rongo Village, Southwest Sumba. We use cross-sectional design and performed in one village (hamlet 1) randomly selected with 424 people as the subject. Subjects are asked to collect their feces in June 2014. The collected feces was then microscopicly examined in the Parasitology laboratory. The final result is processed with a computer programme SPSS 20.0 for windows and analyzed with chi-square techniques. The result of this research show that among 424 people in the Kalena Rongo village who has collected their feces container, 391 (92.2%) shows positive result on worm disease. With 279 (65.8%) people among them are infected by A. Lumbricoides, 257 (60.6%) people are infected by T. trichiura, 227 (53.8%) people are infected by hookworm, and 264 (67.5%) have mix infection. The whole population is then treated with antihelminth medication. On the prevalence of worm disease with specific age groups, there is a significant difference (chi square p= 0.002), whereas on the prevalence of worm disease with gender, there is no significant difference (chi square p=0.164). It can be concluded that the prevalence of worm disease in the population of Kalena Rongo village is related to age, and have no relation with gender"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Nizam
"ABSTRAK
Diare sering ditemukan di seluruh dunia terutama di negara tropis. Diare terjadi karena interaksi pejamu, agen, dan lingkungan; faktor pejamu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, perilaku kebersihan, dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi diare dengan tingkat pengetahuan mengenai diare dan perilaku kebersihan. Penelitian dilakukan di dusun 1, desa Kalena Rongo, Sumba Barat Daya dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2014. Desain penelitian adalah cross-sectional dan subyek adalah kepala keluarga/orang dewasa dusun 1 yang berada di rumah saat pengambilan data. Data diambil dengan mewawancarai 1 orang dewasa menggunakan kuesioner yang berisi 5 pertanyaan tentang diare dan 10 pertanyaan perilaku kebersihan. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan chi square dan fisher exact test. Dari 105 subyek, perempuan sebanyak 74 orang dan laki-laki 31 orang. Riwayat menderita diare terdapat pada 66,7% subyek. Sebanyak 91,4% subyek mempunyai pengetahuan buruk dan 100% subyek memiliki perilaku kebersihan buruk. Prevalensi diare tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan mengenai diare (Fisher, p > 0,05) dan faktor-faktor yang memengaruhinya seperti tingkat pendidikan (chi-square, p > 0,05), pekerjaan (Fisher, p > 0,05), dan jumlah anak (chi-square, p > 0,05).

ABSTRACT
Diarrhea are often found in the world, especially in tropical countries. The occurrence of diarrhea depends on host, agent, and environment; host are influenced by knowledge about diarrhea, hygiene behavior, and education. This study aimed to examine the relationship between the prevalence of diarrhea with level of knowledge about diarrhea and hygiene behavior. The study was conducted in 1st halmet, Kalena Rongo village, Southwest Sumba and the data was taken in June 2014. The method of this study is cross-sectional and the subjects are the head of household or adult in the house who was at home when the data retrieval. The data was taken by interviewing one adult using a questionnaire containing 5 questions about diarrhea and 10 questions about hygiene behavior. The data was processed using SPSS 20 version and tested by chi square and fisher exact test. From 105 subjects, female subjects are 74 people and male subjects are 31 people. The prevalence of diarrhea is 66.7%. The level of knowledge about diarrhea is poor (91.4%) and the hygiene behavior is 100% bad. The prevalence of diarrhea is not related with the level of knowledge about diarrhea (Fisher, p> 0.05) and also not related to the influencing factors such as education level (chi-square, p> 0.05), employment (Fisher, p> 0.05), and the number of children (chi-square, p> 0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Utami
"ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit endemis di Indonesia terutama bagian timur. Kurangnya pengetahuan penduduk mengenai malaria dapat meningkatkan risiko malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan penduduk mengenai malaria dan hubungannya dengan karakteristik demografi sehingga dapat menjadi dasar penyuluhan kesehatan. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional di Desa Kalena Rongo, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Subjek penelitian adalah orang dewasa yang berada di rumah saat pengambilan data tanggal 21 Juni 2014. Data diambil dengan kuesioner berisi 18 pertanyaan mengenai gejala, pengobatan dan pencegahan malaria. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi square dan fisher exact. Jumlah subjek 105 orang yang terdiri atas 29,5% laki-laki dan 70,5% perempuan. Tingkat pendidikan subjek terbanyak adalah tamat SD (39%) dan sebagian besar subjek bekerja di kebun (92,4%). Subjek yang memiliki riwayat malaria sebanyak 54,3%. Tingkat pengetahuan subjek umumnya kurang dan tingkat pengetahuan baik mengenai gejala malaria hanya 10,5%, pengobatan 3,8% dan pencegahan 1,9%. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan subjek mengenai malaria dengan jenis kelamin (fisher exact, p>0,05), tingkat pendidikan (fisher exact, p>0,05), pekerjaan (fisher exact, p>0,05), dan riwayat malaria (chi-square, p>0,05). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan subjek mengenai malaria adalah kurang dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, serta riwayat malaria.

ABSTRACT
Malaria is an endemic disease in Indonesia, especially in the eastern area. Lack of knowledge of the public about malaria may increase the risk of malaria. The purpose of this research is to know the knowledge of villagers about malaria and its relation to demographic characteristics so that the data can be used as basis of health education. The research was conducted with cross-sectional design in Kalena Rongo Village, Southwest Sumba. Subjects were adults who were in their house when the data collection held on June 21, 2014. The data were collected by a questionnaire containing 18 questions about symptoms, treatment and prevention of malaria. The data were processed with SPSS version 20 and analyzed with chi-square test and fisher exact test. Subjects were 105 people, consisted of 29.5% men and 70.5% women. Educational level of subjects mostly was elementary school (39%) and most of subjects worked on farm (92.4%). Subjects who have a history of malaria are as much as 54.3%. Subjects in general have lack of knowledge about malaria and subjects with good level of knowledge about the symptoms of malaria were 10.5%, the treatment 3.8% and the prevention 1.9%. There are no significant differences between the subjects? knowledge level about malaria with gender (fisher exact, p>0.05), educational level (fisher exact, p>0.05), occupation (fisher exact, p>0.05), and history of malaria (chi-square, p>0.05). In conclusion, subjects have lack of knowledge about malaria and the subject?s knowledge level about malaria is not related to gender, educational level, occupation, and history of malaria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Johanna Yunasan
"ABSTRAK
Infeksi protozoa usus dapat mengakibatkan terjadinya absorpsi nutrisi defisiensi vitamin dan mineral sehingga mengakibatkan penderita rentan mengalami penyakit serius Faktor higenitas sanitasi yang buruk meningkatkan risiko terjadinya infeksi parasit usus Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk membandingkan status infeksi protozoa usus antara penduduk yang tinggal di TPA dan penduduk di luar TPA Dilakukan penelitian cross sectional pada bulan Juli 2014 Penelitian ini melibatkan 55 responden penduduk yang tinggal di sekitar TPA dan 43 responden penduduk di luar TPA yang diambil berdasarkan consecutive sampling Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik didapatkan sebesar 40 responden tinggal di sekitar TPA 72 7 dan 10 penduduk yang tinggal di luar TPA 27 3 positif mengalami infeksi protozoa usus Spesies yang ditemukan pada penelitian ini adalah Blastocystis hominis Entamoeba coli dan Giardia lamblia Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p 0 00 p

ABSTRACT
Intestinal protozoan infection may alter nutrition absorption in the small intestines causing vitamin and mineral deficiency As a result people with untreated intestinal protozoan infection are prone to have serious diseases Poor personal hygiene and sanitation will increase the risk of intestinal protozoan infection Therefore a research is needed to compare intestinal protozoan infection between people living near Bantar Gebang landfill and people living outside the landfill The research was conducted on July 2014 using cross sectional method There were 55 respondents who live near Bantar Gebang landfill and 43 respondents live outside the landfill The samples were taken by consecutive sampling From the research using microscopic examination we found 72 7 respondents living near Bantar Gebang landfill and 27 3 respondents living outside the landfill were positive for protozoan intestinal infection There were three species found in this research Blastocystis hominis Giardia lamblia and Entamoeba coli Based on chi square analysis there was a significant difference of Blastocystis hominis infection between people living near Bantar Gebang and people living outside the landfill p 0 00 p"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony William Brian Iskandar
"Pendahuluan: Taeniasis, infeksi cacing pita Taenia spp., merupakan penyakit yang masih endemik di beberapa daerah di Indonesia. Data prevalensi taeniasis Taenia solium di Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur belum tersedia, sedangkan masyarakatnya diketahui memiliki ternak babi dan mempunyai kebiasaan mengonsumsi daging yang tidak matang, yang dapat meningkatkan risiko paparan terhadap larva T. solium. Uji serologi menggunakan metode ELISA diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan mikroskopis, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis taeniasis T. solium. Studi ini bertujuan mendapatkan seroprevalensi taeniasis T. solium di sebuah desa di Kabupaten Sumba Barat Daya, beserta hubungan usia dan jenis kelamin terhadap positivitas IgG anti-rES33.
Metode: Sebanyak 110 sampel plasma diperiksa menggunakan metode ELISA untuk mendeteksi kadar antibodi IgG anti-rES33, yang dinyatakan dalam satuan absorbansi densitas optik (OD). Data usia dikelompokkan ke dalam 2 kategori (anak dan dewasa) dan 4 kategori (5-10, 11-20, 21-35, dan >35 tahun). Hasil: Seroprevalensi taeniasis T. solium pada sampel Desa Karang Indah ditemukan sebesar 17,3%. Hasil IgG anti-rE33 positif ditemukan lebih tinggi secara signifikan pada kelompok anak-anak (26,4%) dibandingkan dewasa (8,8%) (p=0,014), dengan seroprevalensi tertinggi (25,6%) pada kelompok usia 5-10 tahun. Kelompok perempuan secara signifikan memiliki seroprevalensi yang lebih tinggi (23,8%) dibandingkan laki-laki (8,5%) (p=0,036).
Kesimpulan: Usia dan jenis kelamin berhubungan signifikan dengan seroprevalensi taeniasis T. solium pada sampel Desa Karang Indah. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme terkait usia dan jenis kelamin yang menyebabkan perbedaan tersebut.

Introduction: Taeniasis, a tapeworm infection caused by adult Taenia species, can be found endemic in several regions in Indonesia. Data on prevalence of Taenia solium taeniasis in Southwest Sumba Regency, East Nusa Tenggara is not available, even though most of its residents work as pig farmers and consume undercooked pork, which may increase exposure to T. solium larvae. Serologic test using ELISA method was found to be more sensitive and specific than miroscopic examination, thus useful for diagnosing T. solium taeniasis. The purpose of this study was to determine the seroprevalence of T. solium taeniasis in one of the villages in Southwest Sumba Regency, as well as its association with age and gender.
Methods: A total of 110 plasma samples were examined using ELISA method to detect the concentration of anti-rES33 IgG, expressed in optical density (OD). Subjects were divided into age groups of 2 (children and adults) and 4 categories (5-10, 11-20, 21-35, and >35 years old).
Results: Seroprevalence of T. solium taeniasis was found to be 17.3%. Seroprevalence was significantly higher among children (26.4%) compared to adults (8.8%) (p=0.014), the highest being in the 5-10 year-old category (25.6%). Seroprevalence was also higher among females (23.8%) compared to males (8.5%) (p=0.036).
Conclusion: Age and gender were significantly associated with the seroprevalence of T. solium taeniasis in the samples from Karang Indah Village. Further research is needed to determine mechanisms related to age and gender which cause this association.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Purba, Antonius Sima
"Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles serta menyerang semua orang. Berdasarkan data surveilans penyakit malaria di Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 1997 sampai dengan 2000 menunjukkan bahwa kejadian malaria di kabupaten ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Kecamatan Cempaga terletak di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah endernis malaria. Sebagian masyarakat Cempaga melakukan aktivitas di hutan sebagai sumber penghasilan keluarga, serta menginap di hutan. Petani yang menginap di hutan ini diduga berisiko menderita malaria.
Penelitian kasus kontrol ini bertujuan untuk mengetahui hubungan petani yang menginap di hutan dengan kejadian malaria di Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tahun 2002.
Dan hasil studi ini diketahui faktor petani yang menginap di hutan berhubungan dengan kejadian malaria, setelah dikontrol variabel lain OR 12,08 (95% CI 5.648 - 25.857). Sedangkan variabel kovariat yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan memasang kelambu waktu tidur malam OR 2.507 (95% CI 1.239 - 5.073), jarak rumah dari hutan OR 2.507 (95% CI 1.239 - 5.073) dan kebiasaan berpakaian keluar rumah malam hari OR 2.285 (95% CI 1,089 - 4.794).
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar puskesmas di Kecamalan Cempaga dan puskesmas lain di Kabupaten Kotawaringin Timur yang memiliki persamaan keadaan lingkungan dengan Kecamatan Cempaga melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang pemberantasan malaria. Penyuluhan ini diprioritaskan kepada petani yang menginap di hutan. Dalam penyuluhan tersebut disarankan agar tidak rnenginap di hutan, jika harus menginap agar memasang kelambu waktu tidur malam.
Daftar pustaka : 3l (1950 -2002)

The Association between Settling in the Forest and the Occurrence of Malaria in Sub-district Cempaga, District Kotawaringin Timur, Central Kalimantan in 2002Malaria is caused by Plasmodium and transmitted through Anopheles mosquito. The disease may attack every body. Based on surveillance data on malaria in district Kotawaringin Timur, in 1997 -2000, the disease incidence was not changed considerably. Sub-district Cempaga lies in the district of Kotawaringin Timur which is an endemic area for malaria. Some residents in the sub-district need to stay several nights in the forest to do their works as farmers. The farmers settling in the forest were suspected to beat higher risk of suffering from malaria.
The objective of this case control study was to know the association between settling in the forest and the occurrence of malaria in sub-district Cempaga, district Kotawaringin Timur, Central Kalimantan in the year of 2002.
The findings showed that settling in the forest, after being adjusted by other variables, was significantly associated with the occurrence of malaria (OR= 12.08; 95% CI: 5,648 - 25,857). Other variables associated with the occurrence of malaria were habit of using bed-nets (OR=2,507; 95% CI: 1 .239 - 5.073), distance from home (OR=2.507; 95% Cl: 1.239 - 5.073) and habit of using clothes when staying outside (OR= 2.285; 95% Cl: 1.089 - 4.794).
Based on the results, we recommended the community health center (CHS) in sub-district Cempaga dan other CHS's in district Kotawaringin Timur having the similar environment to conduct public health education and promotion about malaria control. The education and promotion intervention should be a priority for farmers settling in the forest. They are suggested to avoid staying in the forest. Should they settle in the forest, using bed-nets for sleeping is highly recommended.
Reference: 31 (1950 - 2002)"
2001
T10748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>