Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Argi Arafat
"Benteng Karang Bolong merupakan bangunan militer peninggalan Belanda yang aktif dari periode abad ke 19 akhir hingga abad ke 20 yang belum diteliti mengenai kajian sistem pertahanan benteng Benteng Karang Bolong memiliki ruang ruang yang berada di bawah permukaan tanah sebagai sarana sistem pertahanan benteng pesisir yang keadaan lingkungannya berbukit dan terjal. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian dilanjutkan analisis khusus terhadap ruang ruang yang berada di benteng serta menjelaskan para pasukan Belanda dan persenjataannya. Penelitian ini menghasilkan penafsiran bahwa sistem pertahanan benteng Karang Bolong mengalami perubahan seiring perkembangan zaman Benteng Karang Bolong dahulu sebagai kontrol wilayah Nusakambangan dan melindungi pelabuhan Cilacap dari ancaman musuh yang hendak menguasai.

Fort Karang Bolong is an Dutch military building haritage that operate in last 19th century until 20th century that haven 39 t been studied in case of defensive system of the fort Fort Karang Bolong has several rooms that located in under the ground as a means of coastal fort defensive system that have hilly and steep conditions. This research begin with description and followed by a particular analysis of the fort karang Bolong rooms and also explaining Dutch troops and their weapons and this research will produce an explanation of fort Karang Bolong defending system that had changing by the time goes by and fort Karang Bolong is applied as controlling state of Nusakambangan and also protecting the port Cilacap from enemy threats."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S61238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartum Setiawan
"Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan sistem pemasyarakatan di Nusakambangan yang berlaku sejak tanggal 27 April 1964. Tujuan dari sistem pemasyarakatan adalah agar narapidana yang telah menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) dapat hidup mandiri dan dapat diterima oleh masyarakat. Sistem ini bukan hanya berlaku bagi narapidana criminal, tetapi juga tahanan politik di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan. Penulisan ini diawali tahun 1964. ketika sistem ini mulai diberlakukan di Indonesia. Sedangkan pembahasan diakhiri pada tahun 1985, ketika Menteri Kehakiman RI memutuskan untuk menutup lima LP dari sembilan LP di Nusakambangan dikarenakan berbagai kendala yang muncul, seperti kondisi fisik bangunan yang sudah tidak memadai untuk dijadikan sebagai Lembaga Pemasyarakatan. Pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristic, kritik, interpretasi, dan histiografi. Pencarian data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pelaksanaan sistem pemasyarakatan di pulau Nusakambangan. Penelitian ini juga membahas perbedaan pembinaan terhadap tahanan politik dan criminal. Mereka yang sedang menjalani pembinaan di pulau Nusakambangan akan terisolisasi secara geografis, tetapi juga mengisolisasi antara manusia dengan manusia yang lain. Hal ini tebukti dari penciptaan Nusakambangan sebagai suatu daerah berbahaya (danger area) yang harus dijauhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bergumul dengan sesama napi kelas berat adalah sebagai suatu tindakan terhadap penciptaan ruang-ruang kekerasan. Bahkan kekerasan akan melahirkan suatu konspirasi untuk melakukan kejahatan yang lebih besar lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks kuranta bolong, berisi uraian tentang kanda lima, kanda pat, kanda telu, dan kanda tunggal. Diuraikan juga tentang nama dewa-dewa, aksara suci, dan tempatnya masing-masing di dalam badan manusia. Bandingkan naskah LOr 9788 dan Kirtya 1440. Informasi penulisan teks dan penyalinan naskah ini tidak dijumpai dalam naskah."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.22-LT 169
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Lombok, pernah beredar beberapa jenis mata uang yaitu kepeng belong dan kepeng perak. Kepeng bolong merupakan uang logam Cina (Chinese coins) dan kepeng perak merupakan uang logam yang dikeluarkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Kepeng bolong terbuat dari logam tembaga dan seng atau timah hitam, sedangkan kepeng perak berbahan perak dan tembaga. Kepeng belong digunakan sebagai alat tukar dan alat pembayaran yang sah dalam transaksi ekonomi, seperti pinjam meminjam, gadai,jual beli, dan untuk membayar pajak. Penggunaan kepeng bolong dalam transaksi ekonomi dalam bentuk tradisional, dituangkan dalam sebuah akte yang berbahan daun lontar disebut pangeIing-eIing atau katrangan. Selain sebagai alat transaksi ekonomi, kepeng bolong juga digunakan sebagai sarana budaya dalam adat perkawinan masyarakat Sasak. Tahun 1905 pemerintah kolonial melakukan pemumian terhadap kepeng bolong dan menggantinya dengan kepeng perak Belanda. Walaupun demikian transaksi ekonomi dalam bentuk pangeling-eling tetap ada hanya mata uang yang digunakan adalah mata uang yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda."
JPSNT 20:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Axel Ivander
"Pariwisata pari manta (Mobula alfredi) merupakan pariwisata yang diminati banyak turis dan memiliki potensi ekonomi yang bagus. Namun demikian, aktivitas manusia di bidang pariwisata diperkirakan akan berpengaruh terhadap pari manta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak faktor manusia (jumlah kapal dan jumlah rekan penyelam) terhadap pari manta dan memprediksi kemunculan pari manta berdasarkan faktor lingkungan dan manusia. Pengambilan data dilakukan di Taman Nasional Komodo dengan cara penyelaman. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi Poisson, lalu model prediksi dibuat berdasarkan hasil analisis regresi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia memiliki dampak negatif terhadap pari manta. Faktor tersebut memiliki korelasi negatif dan meningkatnya faktor tersebut menyebabkan penurunan kemunculan pari manta di Taman Nasional Komodo. Model yang dibuat dapat digunakan untuk memprediksi jumlah pari manta yang muncul di situs tersebut.

Manta (Mobula alfredi) tourism is a tourism which attracts a lot of tourist and has a good economic potential. However, human activities in tourism could affect the manta rays. This research aims to know the effect of human factors (number of boats and group size) towards the manta rays and to predict the manta rays appearance based on environment and human factors. Data sampling was done in Komodo National Park by diving. Data were analyzed using Poisson regression, then a prediction model was made based on the result of the regression. The result shows a negative impact of human factors towards the manta rays. Human factor has a negative correlation and the increment of the factor will decrease the manta rays appearance in Komodo National Park. The model produced possibly can be used to predict the amount of manta rays appearance in the site.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Septiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran umum tentang sistem pertahanan benteng di Sumedang. Objek yang diteliti adalah benteng kolonial pada awal abad ke-20. Benteng di Sumedang menjadi objek penting sebagai sarana pertahanan dalam kaitannya dengan Jalan Pos, Bandung, dan pemerintah pusat Kabupaten Sumedang. Pertahanan tersebut dimotivasi oleh keberadaan Benteng Benteng Palasari, Benteng Koentji, Pintu Air Raga Diem, Bunker Pasir Raja, Bunker Pasir Kolecer, Bunker Darmaga, Bunker Darmaga, Bunker Baterai, dan Bunker Pasir Kiara.

This study aims to explain and provide a general description of the fort defense system in Sumedang. The object under study was the colonial fort at the beginning of the 20th century. The fort in= Sumedang became an important object as a means of defense in relation to Jalan Pos, Bandung, and the central government of Sumedang Regency. The defense was motivated by the presence of Benteng Palasari Fortress, Koentji Fortress, Diem Raga Gates, Sand Raja Bunkers, Kolecer Sand Bunkers, Darmaga Bunkers, Darmaga Bunkers, Battery Bunkers, and Kiara Sand Bunkers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Eko Rini
"

Radikalisasi paham terorisme tidak hanya terjadi di luar lapas (lembaga pemasyarakatan) namun juga di dalam lapas. Terorisme sebagai kejahatan ‘ideologi’ telah menjadi ancaman bagi lapas, termasuk dengan beberapa kejadian radikalisme dan terjadinya kerusuhan di dalam lapas yang dilakukan oleh narapidana teroris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa implementasi kebijakan lapas high risk terorisme di Lapas Kelas IIA pasir Putih dalam rangka mewujudkan keefektifan sistem pemasyarakatan dalam menangani narapidana teroris. Peneliti menggunakan pendekatan post positivism dengan pengumpulan data kualitatif. Peneliti menggunakan teori yang disampaikan oleh Grindle sebagai panduan terkait implementasi kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan lapas high risk terorisme dengan manajemen keamanan super maksimum sudah berjalan namun belum effective dan dalam pengimplementasian kebijakan ini, terdapat kerentanan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dapat mengakibatkan penyakit psikis dan fisik narapidana sehingga diperlukan segera pemenuhan kebutuhan organisasi baik dari pembenahan struktur organisasi, kuantitas dan kualitas petugas serta pemenuhan financial baik untuk pembenahan standar makan, sarana prasarana dan juga insentive pegawai. Konsistensi Lapas Kelas IIA Pasir Putih sebagai lapas khusus untuk narapidana beresiko tinggi kategori teroris juga perlu ditunjukan,Mengingat penerapananya yang masih 2 tahun berjalan, baik dalam substansi kebijakan dan konteks implementasi masih diperlukan usaha lebih maksimal. 


Radicalization of the terrorism occurs not only outside prison but also inside prison. Terrorism as an 'ideological' crime has become a threat to prisons, including those involving some incidents of radicalism and fighting riots in prisons by terrorist inmates. This study aims to analyze the implementation of terrorism high-risk prison in prison of Class IIA Pasir Putih in order to realize a penal system for terrorist prisoners. Researcher uses post positivism by collecting qualitative data. The researcher uses the theory presented by Grindle as a guide related to policy implementation and the factors that influence implementation. The results show that the implementation of the terrorism high risk prison policy with super maximum security management was already running but not yet effective and in this implementation, it could occur offence of human right resulting psychological and physical illnesses of prisoners so that immediate fulfillment of organizational needs was needed both from reforming organizational structures, the quantity and quality of officers as well as financial fulfillment both for improvement of food standards, infrastructure and also employee incentives. The consistency of Class IIA Pasir Putih prison as a special prison for high-risk prisoners in the terrorist category also needs to be showed. Considering that the application is still running for 2 years, both in the substance of the policy and the context of implementation, more optimal efforts are needed.

"
2020
T54776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Coral reef bleacing is a phenomenon of fading due to a variety of stress, both natural and human impact. These circumstance leads to the degeneration and loss of zooxanthellae in coral tissue The phenomenon of coral bleaching can be occurerd locally and globally. Based on the historical record, the largest coral bleching occurred in 1997-1998. Contributing factors to the coral bleaching are extreme temperature changes, metals, other pollutants (nitrates), slow water movement, light intensity and salinity. Zooxantellae (algae symbiont) is much more affected in the certain conditions, especially in the photosynthesis process. Defensive mechanisms against the pressure on zooxantellae can be defined as Npq, fluorescent pigments, oxidation enzymes and genetic variation. Changing in reproductive patterns, species composition and community structure can be happened after bleaching phenomenon. In the future, monitoring of Seawater Surface Temperature (SST), research on the types of stress and tolerant mechanisms of algae symbiont, including pigments, proteins, enzymes oxidation, genetics in both laboratory and field are needed.
"
575 OSEANA 39 (4) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Unggul Wibowo
Jakarta: Mitra Gama Widya, 2001
365 UNG n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marsekal Wirabhaya
"Benteng Willem I Ambarawa merupakan bangunan militer Belanda yang dibangun pada abad 19 yang belum diteliti mengenai bentuk dan tata ruang masa lalu berdasarkan bangunan yang masih ada. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi tata ruang benteng Willem I. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data yang dilanjutkan dengan analisis keruangan pada bangunan-bangunan benteng. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa benteng Willem I merupakan benteng garnisun dengan rancang bentuk star fort Vauban dengan bastion dari tanah sebagai pertahanan dan kamuflase. Benteng ini juga memiliki berbagai fasilitas seperti barak pasukan, rumah petinggi pasukan, rumah sakit, istal kuda, gedung pertemuan, pos penjagaan, menara air, sumur, dapur, serta penjara bawah tanah. Selain itu distribusi ruang diatur berdasarkan kepangkatan serta ras dimana prajurit berpangkat rendah terletak di area luar benteng dan prajurit berpangkat tinggi terletak di area dalam benteng.

Fort Willem I Ambarawa is a Dutch military building that was built in the 19th century that has not been studied regarding the shape and layout of the past based on extant buildings. The purpose of this study is to determine the shape and function of the Willem I fortress spatial planning. The research begins with data collection, followed by spatial analysis of fortress buildings. The results of this study indicate that the fort Willem I is a garrison fortress with the design of the Vauban star fort with bastions from the ground as defense and camouflage. This fort also has various facilities such as army barracks, high ranking officer houses, hospitals, horse stalls, meeting houses, guard posts, water towers, wells, kitchens, and underground prisons. In addition, the distribution of space is regulated based on rank and race where low-ranking soldiers are located in the outer area of the fort and high-ranking soldiers are located in the inner area of the fort."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>