Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indila Mayrosa
"Pada penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa ekstrak etanol daun beligo (Benincasa hispida) yang diekstrak dengan metode maserasi diketahui memiliki efek inhibisi terhadap α-glukosidase (80,42% pada fraksi etil asetat). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi daun beligo teraktif sebagai inhibitor α-glukosidase dan memisahkan komponen aktifnya. Daya inhibisi ekstrak daun beligo yang diekstrak menggunakan metode soxhlet pada fraksi etanol, air, dan etil asetat, mengalami peningkatan seiring bertambahnya konsentrasi ekstrak. Pada konsentrasi 300 ppm ekstrak daun fraksi etil asetat memiliki daya inhibisi paling besar yaitu sebesar 99,46% dan IC50 sebesar 125,18 ppm. Hasil pada fraksi etil asetat paling baik dibandingkan dengan hasil fraksi etanol (78,93% dan IC50 sebesar 169,04 ppm) dan fraksi air (63,73% dan IC50 sebesar 257,53 ppm) . Pemisahan komponen aktif dari fraksi etil asetat dengan menggunakan KLT dan kromatografi kolom dengan campuran etil asetat dan n-heksana (1:4) menghasilkan beberapa spot pada fraksi 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 9. Fraksi dengan nilai Rf yang dapat diterima adalah fraksi 3, 5, 6, 7, dan 9 (0,67; 0,74; 0,7; 0,73; 0,54; 0,3; 0,38; dan 0,44). Spektrum IR pada fraksi 5 menghasilkan peak-peak yang menandakan adanya gugus O-H, C=O, C-H, C=C dan C-O.

In previous study reported that ash gourd or beligo (Benincasa hispida) leaves obtained by maceration method are known to have inhibition effects (80,42% in ethyl acetate fraction). The purpose of this study was to obtain the most active fraction of ash gourd leaves extract as α - glucosidase inhibitors and separating the active components of these fractions. Percent inhibition Benincasa hispida fraction of ethanol extract of leaves, water, and ethyl acetate were extracted by soxhlet metode increased with increasing concentrations of the extract. At concentration of 300 ppm, the fraction of ethyl acetate from extract of the leaves have a greatest inhibitory effect is equal to 99,46%and IC50 at 125,18 ppm. Results of the ethyl acetate fraction is best compared with the results of ethanol fraction (78.93 % and IC50 is 169.04 ppm) and water fraction (63.73 % and IC50 is 257.53 ppm). Separation of chemical components of ethyl acetate fraction by TLC with eluent ratio mixture of ethyl acetate and n-hexane (1:4) generate some spots on 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th, 7th, and 9th. Fraction with Rf value that can be accepted are 3rd, 5th, and 6th fraction (0,67; 0,74; 0,7; 0,73; 0,77; 0,54; dan 0,76). IR spectrum of 5th fraction obtained from column chromatography indicated that the active component of beligo leaves extract had C=O, C-O, C=C, and O-H groups.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaifina Alyani
"Ekstrak biji Beligo (Benincasa hispida) yang diperoleh dengan metode maserasi telah diketahui memiliki efek inhibisi terhadap aktifitas α-glukosidase. Namun persen inhibisi yang diperoleh belum mencapai 50%. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi biji Beligo dengan metode ekstraksi soxhlet yang menghasilkan kadar ekstrak kasar sebesar 27,47%. Hasil pengujian daya inhibisi ekstrak biji Beligo pada berbagai fraksi yang diperoleh yaitu : fraksi etanol, etil asetat, interface (lapisan antara etil asetat dan air), n-butanol dan air terhadap aktivitas α-glukosidase menunjukkan efek inhibisi yang meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi dari masing-masing fraksi. Daya inhibisi terbesar terdapat pada ekstrak biji Beligo fraksi n-butanol dengan konsentrasi 2% adalah sebesar 89,61% dengan nilai IC50 sebesar 0,0067 g/mL. Penapisan fitokimia dari ektstrak biji Beligo fraksi n-butanol memberikan hasil positif terhadap adanya kandungan golongan senyawa flavonoid, fenolik, steroid, dan karbohidrat. Hasil KLT dari fraksi-fraksi yang diperoleh dengan kromatografi kolom terdapat spot yang terpisah, yaitu 2 komponen pada fraksi 10 dengan nilai Rf 0,67; 0,77 dan 4 komponen pada fraksi 11 dengan nilai Rf 0,39; 0,56; 0,67; 0,78. Spektrum IR pada fraksi 10 menandakan adanya gugus O-H, C=O, C-H, dan C=C. Sedangkan, pada fraksi 11 menghasilkan puncak ? puncak yang menandakan adanya gugus C=O, C-H, dan C=C.

Beligo (Benincasa hispida) seed extract acquired by maceration method has been known to have had inhibition effect of α-glucosidase. But, the percentage inhibition acquired have not reached 50%. In this study, was conducted on the Beligo seed extraction with sohxlet extraction method which producing crude extracts amounted to 27,47%. The test results of inhibition power of Beligo seed extract on various fractions are obtained, that is the fraction of ethanol, ethyl acetate, interface (layer between the ethyl acetate and water), n-butanol, and water towards activity α-glucosidase reveal that increase inhibition effect with increasing concentrations of each fraction. The greatest inhibition power on Beligo seed extract fraction of n-butanol with concentration of 2% is 89,61% and IC50 values is 0,0067 g/mL. Phytochemicals screening of Beligo seed extract fraction of n-butanol gave a positive result to the presence of the content phenolic compounds, flavonoids compounds, steroids compounds, and carbohydrates compounds. The results of TLC from the fractions was obtained by chromatography columns there is a separate spot, which is 2 component in fraction of 10 with Rf values 0,67; 0,77 and 4 components in fraction of 11 with Rf values 0,39; 0,56; 0,67; 0,78. IR spectrum on the fraction of 10 of the peak generating which indicates the existence of O-H, C=O, C-H, and C=C groups. Whereas, at the fraction 11 the existence of C = O, C-H, and C = C groups."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peby Damayanti
"Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi biji beligo (Benincasa hispida) dengan metode ekstraksi soxhlet yang menghasilkan rendemen sebesar 27,21%. Hasil pengujian daya inhibisi ekstrak biji beligo pada berbagai fraksi yang diperoleh yaitu : fraksi etanol, etil asetat, n-butanol dan air terhadap aktivitas α-glukosidase menunjukkan efek inhibisi yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi dari masing-masing fraksi. Daya inhibisi terbesar terdapat pada ekstrak biji beligo fraksi air dengan konsentrasi 62,5 ppm adalah sebesar 26,6%. Pengujian toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui sifat toksisitas ekstrak biji beligo pada fraksi yang menghasilkan inhibisi aktivitas α-glukosidase terbesar terhadap Daphnia magna dan Artemia salina. Dari pengujian toksisitas akut terhadap Daphnia magna didapatkan nilai sebesar 818,7 ppm. Dari hasil pengujian toksisitas akut terhadap Artemia salina didapatkan nilai sebesar 3698,0 ppm.

In this study, beligo (Benincasa hispida) seeds extraction was conducted with sohxlet extraction method which producing crude extracts amounted to 27,21%. The test results of inhibition power of beligo seeds extract on various fractions were obtained, which is the fraction of ethanol, ethyl acetate, n-butanol, and water towards activity α-glucosidase reveal that the inhibition effect is increasing as well as concentrations increase of each fraction. The greatest inhibition effect on beligo seeds extract fraction of water with concentration of 62,5 ppm is 26,6%. Acute toxicity testing conducted to determine the toxicity of beligo seeds extract in the fraction that produce highest α-glucosidase inhibitory activity to Daphnia magna and Artemia salina. From the measurement of acute toxicity test, the value of obtained from Daphnia magna was 818,7 ppm and obtained from Artemia salina was 3698,0 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Priasti Maulina
"Pada penelitian sebelumnya, telah diketahui bahwa biji beligo (Benincasa hispida) glukosidase sehingga tanaman ini memiliki potensi sebagai obat hipoglikemik dalam terapi diabetes mellitus. Pada penelitian ini, dilakukan uji inhibisi ekstrak daun dan batang beligo terhadap aktivitas glukosidase, bioassay menggunakan metode brine shrimp lethality test (BSLT) dan pemisahan komponen senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun dan batang beligo yang memiliki daya inhibisi tertinggi. Pengukuran aktivitas glukosidase dilakukan pada kondisi optimum yaitu pada gelombang maksimum 401 nm, konsentrasi enzim dan substrat masing-masing 0,3 unit/mL dan 10 mM, Pada konsentrasi yang sama (150 ppm) diketahui daya inhibisi tertinggi terdapat di fraksi etil asetat untuk ekstrak daun sebesar 47,03% dan pada fraksi air untuk ektrak batang sebesar 49,06%. Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT menunjukkan bahwa nilai LC50 terkecil pada sampel daun dan batang fraksi etil asetat yakni sebesar 1309,5 ppm dan 1477,3 ppm. Dari data tersebut menggambarkan bahwa ekstrak batang dan ekstrak daun bersifat tidak toksik karena berada pada kisaran di atas 1000 ppm.
In previous study reported that Beligo seed (Benincasa hispida) agains glucosidase activity. Therefore this plant has a potential as hypoglycemic medicine for diabetes mellitus therapy. In this study, there are research about inhibition test of beligo leaf and stem extract against glucosidase activity, continued to isolation components in beligo leaf and stem extract which has the highest inhibition ability, then doing bioassay using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). The result of inhibition glucosidase activity are in optimum condition, such as wavelength 401 nm, with enzyme concentration 0,3 unit/mL and concentration of p-NPG substrate 10 mM. For the highest concentration (150 ppm) each of fractions, the highest inhibition for leaf extract ethyl acetate fraction is 47,03% and for stem extract water fraction is 49,06%. The result for bioassay BSLT showed that the lowest LC50 for leaf and stem extract ethyl acetate fraction are 1309,5 ppm and 1477,3 ppm. The result showed that stem and leaf extract are nontoxic because both of their LC50 value less than 1000 ppm."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzliah Khairunizzahrah
"Kanker merupakan suatu penyakit pada tingkat sel yang ditandai dengan kelainan mekanisme kontrol seluler. Metabolisme sel-sel kanker sangat bergantung pada jalur glikolitik dalam memproduksi adenosin trifosfat (ATP), bahkan saat adanya oksigen yang berlimpah (efek Warburg). Heksokinase (HK) merupakan enzim utama yang berperan pada peningkatan glikolisis, terutama pada kondisi kanker yang umumnya ditandai oleh tingginya penyerapan dan metabolisme glukosa. Oleh karena itu, inhibitor HK menarik untuk diteliti sebagai salah satu strategi pengobatan kanker, khususnya inhibitor HK 2. Heksokinase memiliki tiga macam isoform lain (HK 1, 3, dan 4) yang mempunyai kemiripan pada sekuens asam aminonya. Pada penelitian ini, dilakukan penyejajaran sekuens dan pemodelan homologi. Penambatan molekuler makromolekul HK 2 manusia dan model HK 1, 3, dan 4 dilakukan terhadap masing-masing situs aktif HK manusia menggunakan AutoDock Vina melalui program PyRx. Persentase kemiripan keseluruhan sekuens antara HK 2 dan model HK 1, 3, dan 4 berturut-turut adalah 73,75%, 56,59%, dan 56,82%. Parameter optimasi yang digunakan untuk penambatan molekuler yaitu grid box ukuran 22,5 x 22,5 x 22,5 Å dan exhaustiveness sebesar 8. Berdasarkan hasil analisis selektivitas, didapatkan nilai indeks selektivitas senyawa inhibitor heksokinase dalam rentang 0,31-0,84 pada HK 1, 0,51-1,25 pada HK 3, dan 0,22-1,66 pada HK4, yang menunjukkan bahwa semua ligan tersebut relatif tidak selektif terhadap makromolekul HK 2 manusia maupun model isoform HK 1-3.

Cancer is a cellular level disease characterized by abnormalities in cellular control mechanisms. The metabolism of cancer cells is highly dependent on the glycolytic pathway in producing adenosine triphosphate (ATP), even in the presence of abundant oxygen (Warburg effect). Hexokinase (HK) is the main enzyme that plays a role in increasing glycolysis, especially in cancer that is generally characterized by high absorption and metabolism of glucose. Thus, HK inhibitors are interesting to study as one of the cancer treatment strategies, especially HK 2 inhibitors. Hexokinase has three other types of isoforms (HK 1, 3, and 4) which have similarities in their amino acid sequences. In this research, sequence alignment and homology modelling are carried out. Molecular docking of human HK 2 macromolecules (template) and HK 1, 3, and 4 models was performed on each of the human HK active sites using AutoDock Vina in PyRx program. The percentage similarity of overall sequence between HK 2 and HK 1, 3, and 4 models are 73.75%, 56.59%, and 56.82%, respectively. Optimization parameters used for the molecular docking are grid box with a size of 22.5 x 22.5 x 22.5 Å and exhaustiveness of 8. Based on the results of the selectivity analysis, the selectivity index value of hexokinase inhibitor compounds is in the range of 0.31-0.84 to HK1, 0.51-1.25 to HK3, and 0.22-1.66 to HK4, which shows that all ligands are relatively not selective to both human HK 2 macromolecule or HK 1-3 isoform models."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayende
"Penelitian pemanfaatan ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai inhibitor korosi belakangan ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan penggunaan bahan-bahan kimia yang ramah lingkungan. Pemanfaatan ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai inhibitor korosi menjadi penting mengingat karakteristiknya ramah lingkungan (green inhibitor), mudah ketersediaannnya, sumberdaya yang melimpah dan dapat diperbaharui, prosedur produksi yang sederhana, dan biaya produksi yang cukup kompetitif. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian eksperimental efek sinergis jenis inhhibitor baru yaitu ekstrak ubi ungu (Ipomoea batatas L.) yang memiliki kandungan utama antosianin dengan inhibitor komersial berbasis amine (aniline) dan dengan inhibitor asam askorbat.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis laju kororsi dan efisiensi inhibisi korosi logam baja (API 5L) di dalam lingkungan air terproduksi menggunakan inhibitor campuran ekstrak ubi ungu dan inhibitor komersial berbasis amine (aniline). Selain itu dilakukan pula analisis laju korosi, efisiensi inhibisi, mekanisme proteksi dan model lapisan inhibisi korosi logam baja (API 5L) di dalam lingkungan 3,5% NaCl menggunakan inhibitor campuran ekstrak ubi ungu dan asam askorbat.
Metode pengukuran laju korosi dan efisiensi inhibisi dilakukan menggunakan elektrokimia kurva polarisasi. Mekanisme korosi diteliti dengan menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Untuk menganalisis model lapisan inhibisi dilakukan dengan menggunakan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) spectroscopy.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pencampuran ekstrak ubi ungu memiliki kemampuan sinergis dengan inhibitor komersial berbasis amine (aniline) pada fraksi volume ekstrak ubi ungu sebesar 25% dengan menghasilkan efisiensi inhibisi sebesar 82,14%. Sebagai pembanding, pada sistem yang sama penggunaan esktrak ubi ungu saja menghasilkan efisiensi inhibisi 68,30%, sedangkan penggunaan inhibitor komersial berbasis amine (aniline) saja menghasilkan efisiensi inhibisi 74,88%.
Penambahan volume ekstrak ubi ungu dari 1 mL hingga 4 mL kedalam inhibitor asam askorbat 10-4 M meningkatkan efisiensi inhibisi korosi logam baja (API 5L) dalam larutan 3,5% NaCl dari efisiensi inhibisi sebesar 23,37% menjadi 57,52%. Campuran inhibitor korosi tersebut berpengaruh terhadap kurva polarisasi anodik maupun katodik sehingga dapat berperan sebagai mixed inhibitor. Pengujian EIS menunjukan proses korosi dikontrol oleh mekanisme pasivasi yang ditunjukan oleh adanya peningkatan tahanan permukaan korosi.
Pada lapisan permukaan terjadi proses adsorpsi dan pembentukan kelat organo (flavonoid) logam dimana ekstrak ubi ungu dengan kandungan utama antosianin berperan sebagai pembentuk metal-chelated. Pembentukan kelat ekstrak ubi ungu-Fe-asam askorbat terjadi pada gugus hidroksil dan karbonil. Lokasi terjadinya ligan kelat ekstrak ubi ungu dengan kandungan utma antosianin terjadi pada ikatan 3?, 4? Dihydroxy cincin B atau 3-Hydroxy 4-Carbonyl cincin C.

Research of utilization of plant extracts as a corrosion inhibitor recently increased along with the increasing demand for the use of chemicals that are environmentally friendly. Utilization of plant extracts as a corrosion inhibitor becomes important given the characteristics of environmentally friendly (green inhibitor), easy availability, resources are abundant and renewable, the production procedure is simple, and the production costs are quite competitive. In this research, experimental testing of the synergistic effects of new types inhibitor ie extract purple potato (Ipomoea batatas L.) which has the main content of anthocyanin with commercial inhibitor-based amine (aniline) and with ascorbic acid inhibitors.
The study aims to analyze the rate of corrosion and metal corrosion inhibition efficiency of steel (API 5L) in the produced water environment using a mixed inhibitor purple sweet potato extract and commercial-based inhibitors of amine (aniline). In addition, the corrosion rate analysis was also performed, inhibition efficiency, protection mechanisms and models of metal corrosion inhibition layer steel (API 5L) in the neighborhood of 3.5% NaCl using a mixed inhibitor purple sweet potato extract and ascorbic acid.
Method of measuring the rate of corrosion and inhibition efficiency was performed using electrochemical polarization curves. Corrosion mechanisms investigated by Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). To analyze the model layer of inhibition were calculated using Fourier Transform Infra Red (FTIR) spectroscopy.
The results showed that mixing purple sweetpotato extract has the ability to synergistically with commercial inhibitor-based amine (aniline) in purple sweetpotato extract volume fraction of 25% with a yield of 82.14% inhibition efficiency. For comparison, the same system using purple sweet potato extract only produce inhibition efficiency of 68.30%, while the use of commercial-based inhibitors of amine (aniline) alone resulted in inhibition efficiency of 74.88%.
The addition of purple sweet potato extract volume of 1 mL to 4 mL into ascorbic acid inhibitors 10-4 M improving steel metal corrosion inhibition efficiency (API 5L) in a solution of 3.5% NaCl of inhibition efficiency of 23.37% to 57.52%. The corrosion inhibitor mixture affect the anodic and cathodic polarization curves so that it can act as a mixed inhibitor. Testing EIS shows the corrosion process is controlled by the passivation mechanism indicated by an increase in the surface resistance of corrosion.
On the surface layer of a process of adsorption and formation of organo chelates (flavonoids) in which the metal purple sweet potato extract with the main content of anthocyanins act as forming metal-chelated. Location of the chelating ligand purple sweet potato extract with the main content of anthocyanins occur in bond 3 ', 4' dihydroxy ring B or 3-Hydroxy 4-Carbonyl ring C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1871
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Pratomo
"Studi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja inhibitor korosi dengan metoda uji rendam yang menyimpang dari standar NA CE, untuk mendapatkan metoda alternatif yang sederhana, akurat dan relatif murah. Kupon baja AISI 1018 direndam selama 10 hari didalam bejana gelas yang berisi fluida dari sumur produksi lapangan minyak X, bejana tersebut kemudian diletakkan didalam penangas air dengan variasi suhu 30 - 85 °C, Garam natrium bikarbonat sejumlah 10.000 ppm ditambahkan kedalam fluida uji untuk mensimulasi produksi gas CO2 . Variabel lain yang digunakan untuk mengetahui kinerja inhibitor tersebut adalah kadar inhibitor (0 - 1.000 ppm) dan jenis inhibitor (3 jenis inhibitor). Inhibitor yang digunakan sebagai variabel adalah immidazoline yang terdispersi didalam air, ethoxylated quat amine & garam pyridine yang larut didalam air, dan alkil benzene sulfonat yang larut didalam air.
Sejumlah gambar visual dari permukaan kupon dengan perbesaran 60 kali yang direndam pada suhu 60 °C dan variasi inhibitor 0 - 50 ppm, diambil untuk studi banding. Gambar visual tersebut menyatakan adanya korosi sumuran yang terjadi pada permukaan kupon yang direndam oleh larutan inhibitor, dengan urutan proteksi terhadap korosi sumuran adalah : alkil benzene < ethoxylated quat amine < immidazoline. Untuk laju korosi merata pada studi di laboratorium, kinerja yang paling baik ditampilkan oleh ethoxylated quat amine dengan urutan ethoxylated > immidazoline alkil benzene sulfonat.
Uji lapangan selama 1 bulan pada salah satu sumur produksi dilakukan untuk inhibitor jenis immidazoline dan ethoxylated quat amine. Uji ini dilakukan untuk mengkonfirmasi basil studi di laboratorium. Hasil uji lapangan menyatakan kinerja inhibitor immidazoline lebih baik daripada ethoxylated, menurunkan laju korosi merata dari 9,5 mpy menjadi 0,12 mpy dibanding dengan ethoxylated yang 0,51 mpy. Sejumiah kecil korosi sumuran pada kupon baja AISI 1018 didapat pads sumur yang diinjeksi oleh ethoxylated.
Secara umum, imidazoline adalah inhibitor yang terbaik untuk memproteksi material AISI 1018 dari serangan korosi merata dan sumuran fluida lapangan X. Dengan adanya korelasi yang cukup baik untuk data yang didapat antara studi laboratorium dan hasil di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa metoda uji rendam ini cukup representatif dan dapat dipakai sebagai prapemilihan / praevaluasi inhibitor korosi sebelum inhibitor korosi tersebut diajukan untuk ujicoba di sistem perpipaan lapangan minyak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T5956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Kesuma Ningrat Putranta
"Inhibitor Dipeptidil peptidase 4 (DPP-4) merupakan salah satu golongan obat anti diabetes oral yang bekerja menghambat DPP-4 dalam menginaktivasi GLP-1 yang umumnya terjadi secara cepat. Namun, karena masih sedikit variasi obat antidiabetes golongan inhibitor DPP-4, membuka peluang untuk ditemukannya senyawa lain yang berfungsi sebagai inhibitor DPP-4. Studi ini bertujuan untuk mempelajari analisis penambatan molekul senyawa turunan arilmetilamin dengan DPP-4 dan menemukan parameter farmakofor yang optimum untuk proses selanjutnya yaitu, menemukan senyawa kandidat dari turunan arilmetilamin sebagai inhibitor DPP-4. Proses penambatan molekul dilakukan menggunakan software Autodock terhadap senyawa turunan arilmetilamin pada salah satu makromolekul kokristal DPP-4. Parameter farmakofor yang optimum didapatkan dari software LigandScout. Fitur farmakofor yang dihasilkan dari 33 senyawa turunan arilmetilamin divalidasi menggunakan test set yang terdiri dari senyawa actives dan decoy yang didapatkan dari DUD-E. Sebanyak 33 senyawa turunan arilmetilamin yang diuji dengan metode penambatan molekul menunjukan interaksi dengan triad katalitik (Glu 205, Glu 206, Ser 630) dari DPP-4 dan memiliki energi ikatan yang baik (G) yaitu dibawah-8,00 kkal/mol. Model farmakofor terbaik dengan nilai model farmakofor 0,9666 yang divalidasi dengan 1.079 active dan 41.373 decoy menghasilkan nilai parameter EF1% = 3,1, EF5% = 3,1, dan AUC100% = 0,50. Nilai tersebut di bawah parameter yang terdapat DUD-E. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa turunan arilmetilamin memiliki potensi sebagai inhibitor DPP-4 terbukti dari analisis interaksi yang terjadi dalam penambatan molekul, namun belum didapatkan fitur farmakofor yang optimum untuk proses penemuan senyawa kandidat senyawa turunan arilmetilamin sebagai DPP-4 inhibitor.

Dipeptydil Peptidase 4 (DPP-4) inhibitor is a class of oral antidiabetic drugs that works to inhibit activity of DPP-4 in process of inactivating GLP-1 which occurs quickly. However, there are few variations of antidiabetic drugs in that class, it opens up opportunities for other compounds to be developed as DPP-4 inhibitors. This study aims to learn about molecular docking analysis of arylmethylamine derivatives with DPP-4 and to find the optimum pharmacophore parameter for the next process. Therefore, this study can found lead compound from arylmethylamine derivatives as DPP-4 inhibitors. The molecular docking process was carried out using Autodock software. Meanwhile, the optimum pharmacophore parameters were obtained from LigandScout software. The pharmacophore features produced from arylmethylamine derivative compounds were validated using test set, consisting of actives and decoy compounds obtained from DUD-E. Molecular docking of 33 arylmethylamine derivative compounds show interactions with the catalytic triad (Glu 205, Glu 206, Ser 630) from DPP-4 and have good value of energy bond(G) which is below -8.00 kcal/mol. The best pharmacophore model with a value of scoring model pharmacophore 0.9666 was validated with 1,079 active and 41,373 decoys. This validation produced parameter values EF1% = 3.1, EF5% = 3.1, and AUC100% = 0.50 which are still below with parameters shown at DUD-E site. These results conclude that arylmethylamine derivatives have potential as DPP-4 inhibitors as showed by the interaction analysis that occurs in molecular docking, but the optimum pharmacophore feature has not been obtained for the process of finding arylmethylamine derivative lead compounds as DPP-4 inhibitors."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Muhammad Rheza Hilfaziyan
"Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan hiperglikemia sebagai karakteristik utamanya. Prevalensi DM meningkat setiap tahunnya. Apabila tidak diobati, DM dapat berkomplikasi menjadi retinopati, nefropati, mikroangiopati, stroke, hingga amputasi ekstremitas. Ekstrak n-heksana Mangifera indica diketahui memiliki aktivitas inhibisi terhadap α-amilase dan α-glukosidase. Oleh karena itu, ekstrak n-heksana Mangifera quadrifida berpotensi memiliki aktivitas inhibisi serupa dan dapat menjadi alternatif terapi DM.
Tujuan: Mengetahui kandungan senyawa fitokimia pada ekstrak n-heksana Mangifera quadrifida dan aktivitas inhibisinya terhadap α-amilase dan α-glukosidase.
Metode: Daging buah, kulit, dan biji Mangifera quadrifida kering diblender hingga menjadi bubuk dan dimaserasi dalam pelarut n-heksana. Ekstrak kemudian dianalisis menggunakan uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis. Selanjutnya, uji inhibisi aktivitas ekstrak terhadap enzim α-amilase dan α-glukosidase dilakukan. Spektrofotometri digunakan untuk menilai absorbansi. Nilai absorbansi akan digunakan untuk menghitung persentase inhibisi.
Hasil: Mangifera quadrifida berhasil diekstrak ke dalam pelarut n-heksana. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana Mangifera quadrifida mengandung tanin dan glikosida. Hasil kromatografi menunjukkan enam noda dengan nilai faktor retardasi (Rf) masing-masing 0,34; 0,48; 0,62; 0,72; 0,79 dan 0,90. Hasil uji aktivitas enzim menunjukkan nilai IC50 aktivitas inhibisi ekstrak n-heksana Mangifera quadrifida terhadap α-amilase dan α-glukosidase berturut-turut adalah 40,72 ± 1,56 dan 12,23 ± 0,27 ppm.
Diskusi: Metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak n-heksana Mangifera quadrifida, yaitu tanin dan glikosida, memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim α-amilase dan α-glukosidase pada uji in vitro. Aktivitas inhibisi ekstrak n-heksana Mangifera quadrifida terhadap α-glukosidase lebih baik dibandingkan terhadap α-amilase.
Kesimpulan: Esktrak n-heksana Mangifera quadrifida memiliki potensi sebagai agen antidiabetes melalui mekanisme inhibisi aktivitas enzim α-amilase dan α-glukosidase.

Background: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder with hyperglycemia as its main characteristic. The prevalence of DM increases every year. If left untreated, DM can lead to several complications, such as retinopathy, nephropathy, microangiopathy, stroke, and amputation of limbs
. N-hexane extract of Mangifera indica known to have an inhibitory effect on α-amylase and α-glucosidase. Therefore, n-hexane extract of Mangifera quadrifida has the potential to exhibit same activity, thus making it as a alternative therapy for DM.
Objective: This research was done to determine the phytochemical compound of n-hexane extract of Mangifera quadrifida and its inhibitory activity toward α-amylase and α-glucosidase.
Methods: Dried flesh, peel, and seeds of Mangifera quadrifida were grinded into fine powder and macerated in n-hexane as a solvent. The extract was tested using phytochemical analysis and thin-layer chromatography. After that, inhibitory activity toward α-amylase and α-glucosidase was done and the absorbance value was observed. The absorbance value from spectrophotometry was then used to calculate inhibition percentage.
Result: Mangifera quadrifida was successfully extracted to n-hexane solvent. Phytochemical analysis showed that the extract contains tannin and glycoside. Chromatography showed six stains with retention factor (Rf) of 0.34, 0.48, 0.62, 0.72, 0.79, and 0.90, respectively. Enzymatic activity test showed IC50 value of n-hexane extract of Mangifera quadrifida toward α-amylase and α-glucosidase were 40.72 ± 1.56 and 12,23 ± 0.27 ppm, respectively.
Discussion: Tannin and glycoside, secondary metabolites contained in n-hexane extract of Mangifera quadrifida, have inhibitory activity toward α-amylase and α-glucosidase in an in vitro test. This action is greater in α-glucosidase compared to α-amylase.
Conclusion: N-hexane extract of Mangifera quadrifida has a great potential as an antidiabetic agent through inhibition activity of α-amylase and α-glucosidase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Imansari
"Sambiloto merupakan tanaman herbalyang memiliki kandungan zat aktif utama Andrografolida yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa pada penderita diabetes dengan cara menghambat enzim α-glukosidase.Kemampuan ekstrak daun sambiloto dalam menurunkan kadar glukosaakan semakin meningkat dengan adanya teknik enkapsulsi dengan penyalut berupa komposisi Kitosan-STPP sebagai penghantar obat menuju organ target. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran profil pelepasan nanopartikel sambiloto pada media fluida sintetik dengan variasi konsentrasi penyalutnya serta pengujian inhibisi ekstrak keji beling dalam menghambat enzim α-glukosidase. Penelitian ini menghasilkan nanopartikel dengan efesiensi penyalutan dan loading capacity terbesar pada variasi kitosan 2% dan STPP 1% sebesar 60% dan 46,29%. Kemampuan ekstrak sambiloto sebagai inhibitor enzim α-glukosidase jugatelah dibuktikan dalam penelitian ini, dengan persen inhibisi sebesar 33,17%. Profil pelepasan dengan karakter penyalut yang resisten pada kondisi lambung diperoleh pada variasi Kitosan 1%:1,5%.

Andrographis paniculata (A.paniculata) contain the main active substances Andrografolidawhich helps lower glucose levels in diabetics by inhibiting the enzyme α-glucosidase. The ability of the extract A.paniculatain lowering glucose levels will increase with the technique enkapsulation with a coating of composition Chitosan-STPP as a drug delivery to the target organ. This study aimed to get an overview of A.paniculata release profile of nanoparticles in a synthetic fluid media with various concentrations of coating and inhibition testing nasty shard extract in inhibiting the enzyme α-glucosidase. This research resulted in nanoparticles by coating efficiency and loading capacity of chitosan greatest variation of 2% and 1% STPP 60% and 46.29%. The ability of A.paniculataextracts as α-glucosidase enzyme inhibitors has been demonstrated in this study, the percent inhibition of 33.17%. The release profile of the character of a coating which is resistant to gastric conditions Chitosan is obtained on the variation of 1%: 1.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>