Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161066 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andika Galih Priadi
"Resistensi antibiotik menjadi permasalahan medis yang serius. Salah satu solusi permasalahan resistensi adalah kombinasi antibiotik dengan bakteriosin. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat aktivitas inhibisi bakteriosin dari Weissella confusa MBF8-1 dan Streptococcus macedonicus MBF10-2 yang dikombinasikan dengan ampisilin, tetrasiklin, vankomisin dan kloramfenikol terhadap Streptococcus pneumoniae. Bakteriosin yang diuji belum murni, masih berupa fraksi supernatan sehingga disebut Bacteriocin-Like Inhibitory Substance (BLIS). Pengaruh BLIS dilihat melalui uji aktivitas dengan metode difusi sumur agar. Hasil menunjukkan kombinasi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 menunjukkan peningkatan zona hambat pada kombinasi dengan ampisilin dan tetrasiklin dengan peningkatan terbesar pada tetrasiklin. Kombinasi BLIS Streptococcus macedonicus MBF10-2 menunjukkan peningkatan zona hambat pada kombinasi dengan seluruh antibiotik uji yaitu ampisilin, tetrasiklin, vankomisin dan kloramfenikol dengan peningkatan terbesar pada kloramfenikol.

Antibiotic resistance is a serious medical issues. One of the solution for this issue is by combining the use of antibiotics with bacteriocin. This study was aimed to find the inhibition activity of bacteriocins from Weissella confusa MBF8-1 and Streptococcus macedonicus MBF10-2 in combination with ampicillin, tetracycline, vancomycin and chloramphenicol towards Streptococcus pneumoniae. Bacteriocins used in this study were not pure, so it’s called Bacteriocin-Like Inhibitory Substance (BLIS). The effect of BLIS activity was observed by using well diffusion method. Results showed that combination of BLIS from Weissella confusa MBF8-1 increased inhibition zone in combination with ampicillin and tetracycline with the highest increase in tetracycline. BLIS from Streptococcus macedonicus MBF10-2 in combination with ampicillin, tetracycline, vancomycin and chloramphenicol showed increasing inhibition zone with the highest increase in chloramphenicol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Ayu
"Resistensi antibiotik yang terjadi secara global memunculkan kekhawatiran dalam keberhasilan terapi pengobatan infeksi bakteri, khususnya bakteri patogen. Bakteriosin adalah Peptida Anti Mikroba (PAM) yang diproduksi oleh bakteri di ribosom, sebagai fungsi pertahanan terhadap bakteri lain yang memiliki kekerabatan yang dekat dengan bakteri penghasilnya. Awalnya, bakteriosin dimanfaatkan sebagai pengawet makanan alami. Namun, bakteriosintelah diteliti lebih lanjut sebagai terapi pengobatan infeksi bakteri. Lysostaphin diketahui memiliki efek sinergis dalam kombinasi dengan antibiotik Polymixin B terhadap inhibisi bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Penelitian ini bertujuan utuk melihat adanya efek yang sinergis dari kombinasi antibiotik lain dengan BLIS yang dihasilkan bakteri Streptococcus macedonicus MBF 10-2 dan Weissella confusa MBF 8-1 terhadap bakteri multiresistensi MRSA.Uji aktivitas dilakukan dengan metode difusi sumur agar dengan menginjeksikan campuran masing - masing larutan BLIS dengan antibiotik ke dalam sumuran logam yang ditancapkan pada medium yang telah ditumbuhkan bakteri. Efek sinergis dilihat dari penambahan zona hambat yang dihasilkan dari masing - masing kombinasi BLIS dan antibiotik yaitu Kloramfenikol, Vankomisin, Ampisilin, dan Tetrasiklin.Peningkatan zona hambat diperoleh dari kombinasi BLIS dari Streptococcus macedonicus MBF 10-2dengan antibiotik Kloramfenikol dan Ampisilin dan dari BLIS dari Weissella confusa MBF 8-1 dengan Kloramfenikol.

Antibiotic resistance, which happening globally, causes a big concern about the success of bacterial-infections treatment therapy, especially caused by pathogens. Bacteriocin is an Anti-microbial peptide (AMP) which produced by bacteria ribosomally as a defense mechanism against other bacteria, which is closely related with the bacteria producer. At the early introduction, bacteriocin wasfirstlyused as food preservatives. Furthermore, bacteriocin is investigated as an anti-microbial agent for infection therapy. Lysostaphin was known its synergistic effect towards inhibitory of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), when combined with antibiotic Polymixin B. The goal of this research was to get know the synergistic effect from combination between BLIS produced by Streptococcus macedonicus MBF 10-2 dan Weissella confusa MBF 8-1 with another antibiotics against multiresistance bacteria MRSA. Well Agar Diffusion Method was used for the activity test by injecting combination of each BLIS and antibiotics inside a well on a medium with bacteria. Synergistic effect was interpreted by the increasing of inhibition zone resulted from each combination between BLIS and antibiotics used which were Chloramphenicol, Vancomycin, Ampicillin, and Tetracycline. The increase of inhibition zone resulted from combination of BLIS from Streptococcus macedonicus MBF 10-2 with Chloramphenicol and Ampicilin and also of BLIS from Weissella confusa MBF 8-1 with Chloramphenicol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Dwikaguri
"Kekhawatiran akan resistensi bakteri terhadap antibiotika semakin berkembang di dunia kesehatan. Untuk itu diperlukan metode terapi inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Bakteriosin, yaitu suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) yang telah diketahui mampu menghambat bakteri lain. Lysotaphin, yaitu bakteriosin yang dihasilkan oleh Staphylococcus dan Nisin yang dihasilkan oleh Lactococcus, masing-masing terbukti memiliki kerja sinergis terhadap antibiotik Polimiksin dan enzim Endolisin dari bakteriofage. Weissella confusa MBF8-1 termasuk galur BAL yang diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). Untuk pengembangan bakteriosin sebagai komplemen antibiotik, penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas bakteriosin dari W. confusa MBF8-1 sebagai kombinasi antibiotik dengan pembanding antibiotik tunggal menggunakan metode difusi sumur agar. Antibiotik uji yang digunakan adalah Ampisilin, Tetrasiklin, dan Kanamisin, sedangkan bakteri indikator yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil menunjukkan kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin meningkatkan zona inhibisi pada empat dari tujuh bakteri indikator uji, yaitu M. luteus, L. lactis, E. coli, dan S. aureus. Efek sinergis terbaik didapatkan dari kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin.

Due to the alarming spread of resistance to antimicrobial agents is growing in the world. To overcome this problem, Innovative therapeutic method are urgently required. Bacteriocins, which is an antimicrobial peptide produced by bacteria, including lactic acid bacteria (LAB) have been known to inhibit other bacteria. Lysotaphin from Staphylococcus and nisin from Lactococcus, a another type of bacteriocins, shown to have a synergistic action against Polymyxin and Endolysin, the enzymes of bacteriophage. Weissella confusa MBF8-1 including LAB strains are known to produce bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). In order to develop bacteriocin as antibiotic complement, we study the bacteriocin activity of BLIS MBF8-1 in combination with antibiotic compare to the antibiotic alone by performing agar well diffusion assay. The antibiotic used in this study were Ampicillin, Tetracycline, and Kanamycin, whilst the indicator bacteria used in this study were Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, and Leuconostoc mesenteroides. The results showed that the combination with Ampicillin increases the diameter of inhibition zone on four out of seven indicator bacteria, that is M. luteus, L. lactis, E. coli, and S. aureus. The best synergistic effect of the combination of Weissella confusa MBF8-1 BLIS fraction is in combination with Ampicillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Lukmanto
"Hipertensi merupakan salah satu masalah vaskular dengan jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Inhibitor Angiotensin Cnverting Enzyme (ACE) merupakan salah satu obat pilihan dalam penatalaksanaan hipertensi modern yang dikembangkan dari produk alam. Selain pengobatan modern, juga dikenal pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman untuk mengobati hipertensi. Pada penelitian ini, 9 jenis tanaman yang telah digunakan secara turun temurun untuk mengobati hipertensi dipilih untuk diuji aktivitas inhibisi ACE. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas inhibisi ACE dari beberapa ekstrak tanaman uji dan mengetahui golongan kimia yang terkandung dalam ekstrak tanaman yang aktif menginhibisi ACE. Aktivitas inhibisi terhadap ACE yang diuji menggunakan metode in vitro dengan menggunakan substrat Hipuril- Histidil-Leusin (HHL) menunjukkan beberapa ekstrak tanaman berpotensi sebagai antihipertensi alamiah dengan ekstrak kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) menunjukkan aktivitas inhibisi ACE paling baik dengan IC50 sebesar 5,73 μg/mL. Hasil uji penapisan fitokimia menunjukkan golongan kimia yang terkandung dalam ekstrak ini adalah alkaloid, glikosida, tanin, polifenol dan saponin. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi beberapa tanaman sebagai sumber ACE inhibitor dan perlu diteliti lebih lanjut.

Hypertension is vascular problem with increasing number of patients every year. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEi) is recognized as drug of choice in modern hypertension therapy that developed from natural products. Futhermore, many plants in this world have been used as traditional antihypertensive agent, so we used this several traditionally antihypertensive plants as test subjects. Therefore, this research aims to determine ACE inhibition activity from several plants extract and determine phytochemical properties from active extract. ACE inhibitory activity is tested using in vitro methods showed some plant extracts have potential as a natural anti-hypertensive agent with stem bark extract of jackfruit (Artocarpus heterophyllus) showed the most active ACE inhibitory activity with IC50 of 5.73 μg/mL. Phytochemical screening test showed these extract contents are alkaloids, glycosides, tannins, polyphenols and saponins. These findings suggested that several plants might have potential as anti-hypertensive agent and need futher research."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani Tika Wulandria
"Antibiotik sebagai salah satu pilihan terapi penyakit infeksi saluran pernafasan akut banyak digunakan pada anak-anak. Penggunaan antibiotik yang tepat akan mengurangi angka kejadian resistensi dan efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan antibiotik pada balita dengan infeksi saluran pernafasan akut di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. Penelitian ini bersifat observasional dengan metode retrospektif berdasarkan rekam medis dengan desain potong lintang. Analisis dilakukan secara deskriptif. Sampel adalah anak-anak berusia 12-<60 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut dan diberikan terapi antibiotik. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Sampel yang didapatkan sebanyak 66 pasien yang terdiri dari 53,03% laki-laki dan 46,97% perempuan. Terdapat 3 jenis infeksi saluran pernafasan akut yang diderita yaitu faringitis (95,45%), laringitis (1,51%), dan pneumonia (3,04%). Sebanyak 9 jenis antibiotik digunakan yaitu amoksisilin (2,5%), gentamisin (6,3%%), kloramfenikol (1,3%), sefadroksil (5,0%), sefiksim (5,0%), sefotaksim (30,0%), seftriakson (42,5%), sulfametoksazol-trimetoprim (antimikroba) (5,0%), dan tiamfenikol (2,5%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketepatan penggunaan antibiotik pada sampel dilihat dari segi indikasi (100%), pemilihan antibiotik (100%), regimen dosis (83,8%), dan lama penggunaan (50,0%). Data diuji dengan Metode Kai Kuadrat dan hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat hubungan yang lemah antara jenis antibiotik yang digunakan dengan ketepatan dosis, serta tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis antibiotik yang digunakan dengan ketepatan lama penggunaan.

Antibiotics, as a treatment option for acute respiratory tract infection were widely used in children. Appropriate use of antibiotics could reduce the incidence of resistance and adverse drug effects. The purpose of this research was to analyze the use of antibiotics in children with acute respiratory tract infection in Dr. Mintohardjo?s Naval Hospital Central Jakarta. This was an observational research with retrospective method based on medical records and cross sectional design. Descriptive analyze was performed. Samples were children aged 12-<60 months with acute respiratory tract infection and antibiotic therapy. Sampling?s technique used was total sampling. The numbers of samples were 66 children consist of 53.03% males and 46.97% females. The types of acute respiratory tract infections were pharyngitis (95.45%), laryngitis (1.51%), and pneumonia (3.04%). Total of 9 types of antibiotics used were amoxicillin (2.5%), gentamicin (6.3%), chloramphenicol (1.3%), cefadroxil (5.0%), cefixime (5.0%), cefotaxime (30.0%), ceftriaxone (42.5%), sulfamethoxazole-trimethoprim (antimicrobial) (5.0%), and tiamfenikol (2.5%). From this research, it can be concluded that appropriate used of antibiotics in the samples in terms of indication (100%), antibiotic treatment (100%), dose regimen (83.8%), and duration of use (50%). Data were tested by Chi Square Methods and the results show that there were a weak relationship between the types of antibiotic used with appropriate dosage, and there were no significant relationship between the types of antibiotic used to the appropriate duration of used."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Puspita Sari
"Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada perempuan di seluruh dunia. Pengobatan menggunakan bahan alam banyak dikembangkan karena toksisitasnya rendah. Daun sirsak (Annona muricata L.) terbukti memiliki potensi aktivitas antiproliferasi pada sel kanker payudara.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh enkapsulasi ekstrak etanol daun sirsak terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D. Liposom adalah mikropartikulat berbentuk sferis yang mampu menghantarkan obat antikanker.
Pada penelitian ini ekstrak etanol daun sirsak dienkapsulasi dalam liposom menggunakan metode hidrasi lapis tipis dan diekstrusi dengan membran polikarbonat 0,4 μm dan 0,1 μm masing-masing sebanyak 10 siklus. Selanjutnya, formula liposom yang memiliki enkapsulasi terbaik dilihat dari waktu pemisahan yang lebih lama dan dispersi partikel yang paling kecil kemudian dibandingkan aktivitas antiproliferasinya dengan ekstrak yang tidak dienkapsulasi menggunakan metode MTT.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa liposom formula 1 memiliki dispersi partikel lebih kecil dan waktu pemisahan lebih lama dengan morfologi multi vesicular vesicle dan large unilamelar vesicle. Efisiensi penjerapan liposom formula 1 adalah 96,93%. IC50 ekstrak yang tidak dienkapsulasi adalah 64,53 μg/ml dan IC50 ekstrak yang dienkapsulasi liposom adalah 389,29 μg/ml.

Breast cancer is one the leading cause of cancer death in women worldwide. Treatment using natural materials has been developed because it has low toxicity. Soursop leaves (Annona muricata L.) proved to have the potential antiproliferative activity in breast cancer cells. Liposomes are spherical microparticulate which capable of delivering anticancer drugs.
This study aimed to obtain the effect of encapsulation soursop leaves ethanolic extract in liposome against antiproliferative activity in T47D breast cancer cell.
In this study, ethanolic extract of soursop leaf encapsulated in liposomes using thin layer hydration method and extruded with a polycarbonate membrane of 0,4 μm and 0,1 μm respectively as many as 10 cycles. Furthermore, liposome?s formula which shown the best encapsulation from longer separation time and smallest particle dispersion compared its antiproliferative activity with extracts not encapsulated using MTT method.
In this study showed that liposomes formula 1 has smaller particle dispersion and longer separation time whose multi vesicular vesicle and large unilamelar vesicle morphology. Entrapment efficiency of liposome formula 1 is 96,93%. IC50 value for not encapsulated extract was 64,53 μg/ml and IC50 value for extract encapsulated liposomes was 389,29 μg/ml."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Rachmadyah Nanda Setiawan
"Dari 40.000 jenis tumbuhan yang tumbuh di Indonesia, hampir 1000 jenis diantaranya dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satunya adalah adalah tanaman mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.). Dari sejumlah penelitian, diketahui bahwa dalam daun mangkokan terdapat senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid ini diketahui memiliki khasiat sebagai penumbuh rambut. Berbagai metode telah dilakukan dalam mendapatkan kadar flavonoid yang tinggi dari daun mangkokan dengan kadar flavonoid yang dihasilkan berkisar antara 4,5-5,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar yang lebih tinggi dari daun mangkokan. Pengayaan kadar flavonoid dilakukan dengan memfraksinasi ekstrak etil asetat daun mangkokan menggunakan kromatografi kolom. Fraksinasi dilakukan menggunakan pelarut metanol:air dengan perbandingan pelarut yang digunakan yaitu 3:7, 5:5, 7:3, dan 9:1. Dari hasil penelitian, kadar flavonoid paling tinggi didapatkan dari hasil fraksinasi menggunakan pelarut metanol:air (5:5) dengan kadar flavonoid total 6,3%.

From 40.000 species of plants that grow in Indonesia, nearly 1000 species can be used as traditional medicines. One of them is mangkokan plant (Nothopanax scutellarium Merr.). From a number of studies, it is known that mangkokan leaves contained flavonoid compounds. The flavonoids are known as hair grower. Various methods had been done in obtained highest levels of flavonoids from mangkokan leaves with total flavonoids content are ranged from 4.5 to 5.9%. This study aimed to obtain highest levels of flavonoid with fractination from ethyl acetate extract of mangkokan leaves using column chromatography. Methanol:water (3: 7, 5: 5, 7: 3 and 9: 1) was used for fractionation process. From the research, the highest levels of flavonoids was obtained from the fractionation using methanol: water (5: 5) with total flavonoid content is 6.3%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danik Septi Rahayu
"Protein famili HtrA adalah sekelompok serin protease yang dapat ditemukan pada beragam spesies mulai dari prokariot, tumbuhan, hingga mamalia. Protein HtrA1 mamalia diketahui dapat menghambat penghantaran sinyal oleh protein famili TGF-β serta mampu mendegradasi berbagai komponen matriks ekstrasel. Mutasi pada gen penyandi HtrA1 menyebabkan penyakit CARASIL pada manusia. Berbagai kelainan histologis ditemukan pada arteri serebral pasien CARASIL, antara lain perubahan struktur lamina elastik menjadi berombak dan berlapis-lapis, pelebaran arteri, terjadinya degenarasi hialin, penurunan jumlah sel otot polos, serta peningkatan komponen matriks ekstrasel. Mencit transgenik HtrA1 knockout dikonstruksi untuk memproduksi kembali berbagai gejala seperti yang ditemukan pada penderita CARASIL. Pada penelitian ini, analisis aorta dilakukan untuk melihat adanya perubahan histologi menyerupai arteri serebral penderita CARASIL pada pembuluh darah mencit transgenik HtrA1 knockout. Pembuluh darah mencit transgenik HtrA1 knockout menunjukkan perbedaan bentuk serta penurunan jumlah sel otot polos dibandingkan mencit HtrA1 wildtype, namun belum menunjukkan perubahan struktur pembuluh darah seperti yang ditemukan pada arteri serebral penderita CARASIL.

HtrA protein family is a group of serine protease found in many species from procariots, plant, and mammals. Mammals HtrA1 protein inhibits signaling by Tgf-β family protein and degrades extracellular matrix components. A mutation in HtrA1 gene cause human CARASIL disease. There are several histological alterations found on cerebrall arteries of CARASIL patient. Some of those finding include the alteration of the elastic fibers structure became undulated and multilayered, centrifugally enlargement of cerebrall arteries, hyalin degeneration, loss of medial smooth muscle cells, and increased expression of extracellular matrix components. Transgenic HtrA1 knockout mice were constructed to reproduce abnormalities found in CARASIL patient. The analysis of aorta from transgenic HtrA1 knockout mice was done to find any histological alteration as shown in cerebrall arteries of CARASIL patient. The aorta of transgenic HtrA1 knockout mice have different structure and reduced number of smooth muscle cells compared to those in HtrA1 wildtype mice, but do not exhibit any alteration in vascular stucture like cerebrall arteries of CARASIL patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiana Yanuar Nugraheni
"Infark miokard adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba. Adapun yang mempengaruhi perkembangan infark miokard adalah stress oksidatif dan terjadinya inflamasi. Secang merupakan tanaman yang telah lama digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan dan diketahui memiliki aktivitas anti-inflamasi juga antioksidan yang dapat melindungi jantung dari kejadian infark miokard.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak secang terhadap sel-sel jantung tikus yang diinduksi dengan isoproterenol. Sel jantung tikus yang telah diinduksi dengan isoproterenol kemudian diamati perubahan bobot dan perubahan gambaran histologinya yang berupa adanya infiltrasi neutrofil, edema, dan nekrosis jaringan.
Tikus galur Sprague-Dawley yang akan mendapat perlakuandibagi menjadi enam kelompok, yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol ekstrak (200 mg/kgbb), dan tiga kelompok dosis ekstrak (50; 100; 200 mg/kgbb) diberi perlakuan selama 30 hari, kemudian diinduksi dengan isoproterenol. Tikus yang diberi ekstrak air secang bobot jantungnya menurun seiring kenaikan dosis. Kerusakan sel jantung berupa infiltrasi neutrofil, edema dan nekrosis sangat teramati pada jantung kontrol negatif. Sementara pada sel jantung kontrol normal dan kontrol ekstrak tidak teramati kerusakan apapun.Pada kelompok dosis 1, dosis 2 dan dosis 3 kerusakan semakin berkurang seiring dengan peningkatan dosis ekstrak secang.

Myocardial infarctionisa disease that can cause sudden death. Factors that influence the development of myocardial infarction was oxidative stress and inflammation. Caesalpiniasappan Linn has been used as a treatment and known to haveanti-inflammatory and antioxidant activity that can protect the heart from myocardial infarction.
This study was to determine the effect of the water extract of Caesalpinia Sappan Linn inrats heart cells induced by isoproterenol. Rats heart cells evaluated in heart weight and cardiac histology change in the presence of neutrofil infiltration, edema and necrosis.
Sprague-Dawley rat were divided intosix groups:normal control, negative control, extract control (200 mg/kg), and three extract groups(50; 100; 200mg/kg) were given pretreatmend for 30 days, then induced with isoproterenol.
The results show that administration water extract of Caesalpinia sappan Linn decreasing heart weigh of rat extract group. Infiltration neutrofil, edema and necrosis was observed in the negative control. Meanwhile in normal control and extract control infiltration neutrofil, edema and necrosis was not observed. Cardiac cells damage decrease with increasing water extract of Caesalpinia sappan Linn doses."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Hidayati
"Irbesartan merupakan obat yang termasuk ke dalam sistem klasifikasi biofarmasetika kelas dua dengan kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi, sehingga kelarutan obat dan laju disolusi menjadi tahap penentu pada absorpsi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kolliphor®P 407 dan Gelucire® 44/14 sebagai peningkat disolusi terhadap laju disolusi irbesartan dalam sistem dispersi padat. Dispersi padat irbesartan dan bahan peningkat disolusi dibuat dengan perbandingan 1:1 menggunakan metode peleburan. Dispersi padat dikarakterisasi dengan uji disolusi, difraksi sinar-x (XRD), kalorimetri pemindaian diferensial (DSC), dan spektrofotometer infra merah (FTIR). Hasil uji disolusi dispersi padat dengan Kolliphor®P 407 dapat meningkatkan laju disolusi irbesartan sedangkan dispersi padat dengan Gelucire® 44/14 tidak dapat meningkatkan laju disolusi irbesartan.
Hasil uji XRD dispersi padat irbesartan dengan Kolliphor®P 407 menunjukkan adanya penurunan intensitas kristalinitas dan pengecilan ukuran kristalit, sedangkan pada uji DSC menunjukkan adanya pergeseran puncak peleburan dan penurunan panas peleburan bila dibandingkan dengan irbesartan murni.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pembentukan dispersi padat dengan Kolliphor®P 407 mampu meningkatkan laju disolusi irbesartan. Peningkatan laju disolusi mencapai 3,15 kali dari irbesartan murni dengan efisiensi disolusi (ED)120 sebesar 84,96%.

Irbesartan is a drug that belong to the Biopharmaceutical Classification System (BCS) class II with low solubility and high permeability, so the drug solubility and dissolution rate become the rate limiting step in drug absorption.
The aim of this study was to investigate the effect of Kolliphor®P 407 and Gelucire® 44/14 as a dissolution enhancer on the dissolution rate of irbesartan in solid dispersion system. Solid dispersion of irbesartan and dissolution enhancer were made with a ratio of 1: 1 by fusion method. Solid dispersion characterised with in vitro dissolution study, X-ray diffraction (XRD), differential scanning calorimetric (DSC) and infra red spectrophotometer (FTIR). The result of dissolution study shows that solid dispersion of irbesartan with Kolliphor®P 407 could enhance the dissolution rate of irbesartan, but solid dispersion with Gelucire® 44/14 could not enhance the dissolution rate of irbesartan.
The results XRD test of solid dispersion irbesartan with Kolliphor®P 407 showed a decrease in the intensity of crystallinity and reduction of cystallite size and the DSC test showed a shifting in the melting peak and decrease in heat of fusion when compared with pure irbesartan.
The conclusion of this study is the solid dispersion with with Kolliphor®P 407 could enhance the dissolution rate of irbesartan. Enhancement of the dissolution rate reached 3,15 times from pure irbesartan with dissolution efficiency (DE)120 84,96%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>