Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Rosita Dewi
"ABSTRAK
Panji Segala Raja merupakan salah satu cerita rekaan berisi sejarah. Tidak banyak karya sastra yang mengangkat sejarah Kerajaan Tarumanagara sebagai ide penulisan sehingga membuat karya ini menarik untuk diteliti. Cerita ini mengisahkan keadaaan Tarumanagara saat dipimpin oleh tiga raja, yaitu Purnawarman, Raja Rajaresi, dan Rajadiraja Guru. Purnawarman adalah tokoh dan fokus utama dalam cerita ini. Sejarah yang diangkat ke dalam cerita adalah peristiwa pembuatan tulisan di atas batu (prasasti) dan berita dari Cina tentang Tarumanagara. Prasasti yang diceritakan dalam cerita ada enam, yaitu Prasasti Cidanghiang, Prasasti Jambu, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Ciaruteun. Keenam prasasti tersebut ditulis pada masa pemerintahan Purnawarman. Panji Segala Raja tergolong sastra sejarah karena berisi sejarah yang sudah ditambah dengan imajinasi pengarang, yaitu Ayatrohaedi. Sastra sejarah menonjolkan tokoh dan latar tempat sesuai dengan sejarah untuk menimbulkan kesan nyata pada pembaca. Akan tetapi, tetap terdapat beberapa perbedaan antara cerita dengan sejarah. Hal ini membuktikan bahwa cerita ini adalah cerita fiksi dan tidak dapat dijadikan acuan sejarah.

ABSTRACT
Panji Segala Raja is one of fiction containing historical event. There are not many literature which contain Kingdom Tarumanagara as the main idea that makes this story is interesting to be analyzed. This story tells the circumstances Tarumanagara when led by three kings, Purnawarman, Raja Rajaresi, and Rajadiraja Guru. Purnawarman is main character and the main focus in this story. The story contains the history about the process of making inscription and some news from China about Tarumanagara. Inscriptions are told in the story are six, Cidanghiang, Jambu, Tugu, Pasir Awi, Kebon Kopi, and Ciaruteun. The six inscriptions written during the reign of Purnawarman. Panji Segala Raja classified as literary of history because it contains the history mixed with imagination from the author, Ayatrohaedi. The characters and setting in accordance with the history fact to make real impression to the reader. However, there are some differences between the story and the history. This proves that the story is fiction and can not be used as a history reference.
"
2015
S59697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratttiya Saleh
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988
895.91 RAT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar : Baliologi, 1986
899.223 8 DON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Rosita
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Desri Maria
"ABSTRAK
Novel Song of Solomon karya Toni Morrison dan novel Mama Day karya Gloria Naylor merupakan dua karya besar penulis wanita kulit hitam. Dengan menggunakan unsur mitos dan aspek supranatural dalam menggerakkan alur cerita, Morrison dan Naylor mengangkat satu tema pencarian "dunia baru" melalui masing-masing tokoh utamanya. "Duna baru" yang merupakan sebuah idealisme dan obsesi orang kulit hitam untuk menemukan identitas rasnya disampaikan dengan sangat rill oleh Morrison dan Naylor. "Dunia baru" tersebut dikonstruksikan sebagai sebuah kota Shalimar dan pulau Willow Springs dengan ciri-ciri budaya lama orang kulit hitam sebagai pembentuknya.
Persoalan pencarian "dunia baru" yang berkaitan erat dengan konstruksi ras ditelaah dengan menggunakan satu pendekatan sosio-historis yang akan memaparkan persoalan dibalik pencarian "dunia baru". Song of Solomon dan Mama Day mengungkapkan bahwa permasalahan orang kulit hitam muncul tidak hanya ketika mereka berinteraksi dengan orang kulit putih sebagai pembeda, namun permasalah rumit yang muncul kemudian adalah ketika orang kulit hitam berinteraksi dengan sesama orang kulit hitam sendiri. Pada saat yang sama, Song of Solomon dan Mama Day mengungkap konflik internal ras kulit hitam sebagai manifestasi dari kaburnya identitas ras kulit hitam.
"Dunia baru" yang diposisikan di Selatan tersebut memapahkan konsep Utara yang selama ini disebut sebagai Promised Land. Idealisme ini akhirnya menyodorkan sebuah konstruksi sejarah baru orang kulit hitam, yang mengungkapkan kemampuan orang kulit hitam untuk bebas dari perbudakan. Konstruksi sejarah baru ini sebagai satu usaha untuk menepis sejarah orang kulit hitam yang selama ini dibentuk melalui kacamata orang kulit hitam yang selalu dihubungkan dengan perbudakan dan ketidakberdayaan orang kulit hitam.
"Duna baru" hanya merupakan sebuah alat untuk sementara lari dari konflik dilematis orang kulit hitam. Pencarian "dunia baru" tidak menjawab permasalahan orang kulit hitam untuk menemukan identitas rasnya. Morrison dan Naylor memaparkan posisi orang kulit hitam yang masih tetap tinggal dalam konflik dilematis yang sangat kuat dengan menunjukkan kegagalan kedua tokoh bertahan di "dunia baru" yang mereka cari.

ABSTRACT
Both Song of Solomon and Mama Day are masterpieces written by two black women writers, Toni Morrison and Gloria Naylor. They use mythical and supernatural aspects to develop the plot and present an issue of quest for a "new world" through respective character. "New world" as the Blacks' idealism and obsession is presented as a real fact. The "new world" is constructed as Shalimar town and Willow Springs Island. Both are characterized by the old culture of the Blacks.
The quest for the "new world" relating to the race categorization is analyzed by using the social-historical approach. The approach is employed to find out the problems behind the quest. Morrison and Naylor express that the Blacks' problems arise not only because of the interaction between the Whites, but also because of the interaction among the Blacks themselves which brings about more complicated problems. At the same time Song of Solomon and Mama Day present internal conflicts of the Blacks as the manifestation of their unclear identity.
"New world" positioned in South of America and rejects the existing concept of the North as the Promised Land. The idealism depicts a new history of the Black. It shows the ability of the Blacks to get freed from slavery. The construction functions as an effort to repute the Blacks' history which has been formed through the Whites' perspective before. It always relates to the Blacks' disability and slavery.
The "new world" is one of the means through which the Blacks can escape from their dilemmatic problem. The quest for "new world" can't answer the question of authentic identity. This thesis also concludes the writer's tone, which expresses dilemmatic conflicts of Blacks through the failure of the main character, to survive the "new world"."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Arginia Putri
"Makalah ini menganalisis unsur mimikri pada cerita pendek Sayyidu As-Sāḥah karya Muhammad Zafzaf, sastrawan yang berasal dari Maroko. Penjajahan Prancis terhadap Maroko memberikan pengaruh besar dalam perkembangan karya sastra di negara tersebut. Tema karya sastra pada saat itu sebagian besar bertemakan nasionalisme dan identitas bangsa. Setelah kemerdekaan Maroko pada tahun 1956, masih banyak karya sastra yang mengangkat tema mengenai kehidupan masyarakat sebelum kemerdekaan. Muhammad Zafzaf merupakan salah satu sastrawan terkenal Maroko yang telah menerbitkan berbagai novel dan cerita pendek. Pada makalah ini, akan dilakukan analisis salah satu cerita pendek dari Muhammad Zafzaf dengan menggunakan teori postcolonialism yang dikemukakan oleh Homi K. Bhabha, yaitu mimikri untuk mengetahui jejak kolonialisme yang diceritakan dalam cerita pendek tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Dari penlitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh kalimat yang mengandung unsur mimikri pada cerita pendek Sayyidu As-Sāḥah yang terbagi dalam tiga kategori; transportasi, gaya hidup dan bahasa.

This paper analyzes mimicry elements in one of Moroccan writer’s short story titled Sayyidu As-Sāḥah by Muhammad Zafzaf. French colonialism in Morocco gave a huge impact on the development of its literature. At that time, the literatures are mainly focused on nationalism and national identity. After Morocco’s independence in 1956, there are still literatures that focused on telling the social life before independence. Muhammad Zafzaf is one of the famous writer in Morocco that has published numerous novels and short stories. This paper will analyze one of Muhammad Zafzaf’s short stories using mimicry theory, a part of Homi K. Bhabha’s postcolonialism theory, to retrace the colonialism elements written within the story. This paper uses qualitative descriptive method by collecting relevant sources that are related to the paper. From this research, it can be concluded that there are seven sentences containing mimicry elements in Sayyidu As-Sāḥah which were divided into three categories; transportation, lifestyle and language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Nuraini Syahara
"Skripsi ini membahas motif cerita Oedipus dalam novel Bilangan Fu serta kaitannya dengan struktur novel tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan interteks untuk melihat hubungan antara novel Bilangan Fu dengan cerita-cerita bermotif Oedipus serta pendekatan struktural untuk melihat unsur-unsur dalam novel tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif cerita Oedipus dalam novel Bilangan Fu mempunyai kaitan dengan struktur novel. Kaitan tersebut terlihat pada tokoh, alur, dan tema novel Bilangan Fu.

This thesis discussed about Oedipus motives in Bilangan Fu and its relation to the structure of the novel. This research uses intertextual approach to look at the relationship between the Bilangan Fu with the Oedipus stories and structural approach to see the elements in the novel. This research used descriptive analytical method. The result showed that the Oedipus motives in Bilangan Fu is related to the novel structure. The relationship is shown in the character, plot, and theme of the novel Bilangan Fu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentius Heru Stoffer
"Latar Belakang
Hubungan antara karya sastra dan kenyataan sering dipertanyakan oleh para kritikus sastra. Kenyataan di sini adalah segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Salah seorang kritikus yang mencoba melihat hubungan tersebut adalah Aristoteles (384-322 SM) melalui sebuah konsep mimesis yang dikemukakannya. Dalam karyanya yang berjudul Poetica, ia mengatakan bahwa mimesis bukan semata-mata tiruan kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif. Bertolak dari sebuah kenyataan, seorang penyair mencoba menciptakan suatu kenyataan lain. Dengan bermimesis seorang penyair sebenarnya menciptakan kembali kenyataan, berdasarkan hal-hal yang pernah ada, atau hal-hal yang dibayangkan seharusnya ada, baik berupa fakta, keyakinan, maupun cita-cita (Luxemburg, et.al, 1992:17).
Dalam ilmu sastra modern, teori Aristoteles mengenai mimesis masih diperhatikan, terutama teorinya mengenai recreatio, yang berasumsi bahwa karya sastra merupakan suatu dunia tersendiri. Di satu pihak karya sastra dapat dianggap sebagai sebuah cermin atau gambaran mengenai kenyataan, akan tetapi di pihak lain karya sastra juga dianggap mampu menciptakan dunianya sendiri, yakni dunia kata-kata, sebuah dunia baru yang kurang lebih terlepas dari kenyataan. Unsur-unsur khayalan yang terlepas dari kenyataan tersebut dikenal sebagai fiksionalitas. Dengan demikian sebuah teks fiksi adalah teks yang mengandung unsur-unsur tersebut (ibid: 19).
Dalam pengertian sintaks naratif, fiksi menunjuk pada sekumpulan teks dengan ciri--ciri yang khas. Dalam hal ini karya sastra, misalnya roman dan novel -dengan berbagai aturan dan pengelompokannya- dapat dianggap sebagai fiksi. Sedangkan fiksi dalam pengertian semantik menunjuk pada status denotatum, yakni rekaan.
Kebenaran fiksi di sini sebenarnya berkaitan dengan sebuah kenyataan yang didenotasikan. Akan tetapi kedua pengertian tersebut saling berkaitan, artinya di dalam fiksi menurut pengertian sintakis terdapat fiksi dalam pengertian semantik (Van Zoest, 1990: 5).
Fiksi merupakan gabungan dari realitas dan imajinasi. Seringkali realitas dalam fiksi seolah-olah dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, akan tetapi tidak jarang realitas tersebut nampak jauh dari jangkauan realitas, sehingga sukar dibedakan dengan imajinasi. Realitas yang kelihatan jauh dari realitas kita seharihari inilah yang disebut sebagai "realitas intern", yakni kebenaran yang terikat oleh kesepakatan dan sama sekali lepas dari kenyataan yang mentah (ibid: 44).
Fiksi memberi kebebasan kepada pengarang untuk menyimpang dari realitas sehari-hari. Seorang penulis secara leluasa dapat mengolah tanda/denotatum ke dalam karyanya sehingga membentuk kebenaran baru, kebenaran tekstual, yakni sebuah "dunia mungkin"."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karya sastra jawa (Kuna) banyak memuat berbagai aspek ,seperti sejarah,budaya seni,ajaran,teknologi maupun aspek kehidupan yang lainnya. kesemuanya itu merupakan warisan yang tidak dapat dinilai harganya...."
PATRA 9(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erlita Nur Rahman
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas konflik dalam diri istri sebagai perempuan modern yang terepresentasi dalam sejumlah cerpen Ratna Indraswari Ibrahim. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan temuan mengenai konflik dalam diri istri dalam sejumlah cerpen Ratna, pemikiran dan tindakan tokoh-tokoh perempuan dalam sejumlah cerpen Ratna ketika menghadapi persoalan rumah tangga, serta realitas sosial dalam sejumlah cerpen Ratna yang tercermin di masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Dari penelitian ini terlihat bahwa tindakan yang dilakukan tokoh perempuan dalam masing-masing cerpen tidak seluruhnya membawa mereka pada kemenangan, tetapi terdapat pula yang mengalami kekalahan.

ABSTRACT
This research discusses the conflict of wives as modern women represented in a number of short stories of Ratna Indraswari Ibrahim. This research aims at describing the findings on wife conflicts in some of Ratna?s short stories, thoughts and actions of the women figures when facing household problems, as well as social realities in her stories reflected in society. The method used in this research is descriptive analysis. From this research, it is seen that actions taken by the women characters in each short story do not entirely taken them to triumph, but also to defeat.
"
2015
S61264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>