Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30547 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risanti Kartika Purnomo
"Xilitol merupakan gula polialkohol yang memiliki kemanisan mirip dengan sukrosa. Namun jalur metabolismenya tidak terikat dengan keberadaan insulin, sehingga dapat menjadi pemanis alternatif bagi penderita diabetes. Xilitol dapat diperoleh dari reduksi xilosa, misalnya dengan fermentasi oleh khamir Debaryomyces hansenii, sehingga prosesnya lebih ekonomis. Untuk meningkatkan kemampuan biokonversi xilosa menjadi xilitol pada Debaryomyces hansenii, perlu dilakukan praperlakuan berupa mutasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh paparan sinar ultraviolet pada kultur khamir terhadap aktivitas biokonversi xilosa menjadi xilitol. Kultur Debaryomyces hansenii pada media YPD agar dipaparkan sinar UV pada variasi jarak penyinaran 5 cm, 20 cm, dan 35 cm, serta variasi lama penyinaran 3 menit, 5 menit, 7 menit untuk menginduksi terjadinya mutasi. Galur mutan yang memiliki aktivitas enzim xilosa reduktase (XR) optimal dan aktivitas xilitol dehidrogenase (XDH) minimal, adalah galur Debaryomyces hansenii U205-1, Debaryomyces hansenii U205-2, dan Debaryomyces hansenii U357-3.

Xylitol is a polyalcohol sugar which has similar sweetness level to sucrose. However, its metabolic pathway is not tied to the presence of insulin, thus it could be an acceptable alternative sweetener for diabetics. Xylitol can be obtained from the reduction of xylose. Xilitol production by fermentation of xylose by Debaryomyces hansenii yeast is potentially more economical. To improve the ability of bioconversion of xylose into xylitol on Debaryomyces hansenii, mutation as the chosen method of pretreatment is conducted in this experiment.
The purpose of this study is to investigate the effect of ultraviolet exposure in yeast culture to its bioconversion activity to convert xylose into xylitol. Debaryomyces hansenii culture on YPD medium plates were exposed to the UV light to induce mutation at distance variations of 5 cm, 20 cm, and 35 cm, also at exposure length variations of 3 minutes, 5 minutes, 7 minutes. The mutant strains which have optimum activity of xylose reductase (XR) and minimum activity of xylitol dehydrogenase (XDH) are Debaryomyces hansenii U205-1, Debaryomyces hansenii U205-2, dan Debaryomyces hansenii U357-3."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiyah Solihah
"[Xilitol merupakan gula alkohol jenis pentitol, yang jalur metabolismenya tidak dipengaruhi oleh insulin, serta memiliki aktivitas anti kariogenik. Produksi xilitol dengan cara fermentasi dinilai lebih ekonomis dan praktis dibandingkan dengan cara lainnya. Salah satu khamir yang memiliki potensi besar untuk fermentasi xilitol adalah Debaryomyces hanseniii osmotoleran. Proses reduksi xilosa menjadi xilitol dikatalisis oleh xilosa reduktase (XR), sedangkan proses oksidasi xilitol menjadi xilulosa dikatalisis oleh xilitol dehidrogenase (XDH). Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan pre-treatment kondisi osmotik tinggi pada khamir D. hansenii, namun ternyata kemampuan biokonversi khamir tersebut masih rendah, sehingga dibutuhkan cara untuk meningkatkan aktivitas biokonversinya. Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas biokonversi khamir D. hansenii adalah dengan mutagenesis menggunakan etil metan sulfonat sebagai mutagen kimia. Inkubasi mutasi dilakukan selama 20, 45, dan 60 menit pada suhu 30oC dan kecepatan pengadukan 70 rpm. Mutan auksotrop diisolasi dengan media minimum, kemudian mutan yang diperoleh diuji nilai aktivitas XR dan XDH-nya. Hasil terbaik ditunjukkan oleh mutan EMS 60 (waktu inkubasi mutasi 20 menit), dengan nilai uji aktivitas XR tertinggi yang disertai dengan nilai uji aktivitas XDH terendah.

, Xylitol is a sugar alcohol, pentitol type, not affected by the metabolic pathway of insulin and also have anti-cariogenic activity. Xylitol production by fermentation process is prefered, because this process is more economical and simple. One of the potential yeast for xylitol fermentation is Debaryomyces hanseniii osmotolerant. The reduction process of xylose to xylitol is catalyzed by xylose reductase (XR), whereas the oxidation process from xylitol to xylulose catalyzed by xylitol dehydrogenase (XDH). In the previous experiment, a pre-treatment of high salt concentration has given to Debaryomyces hansenii, but the bioconversion activity is still low, so we need some modification to increase the bioconversion activity. One method to increase the bioconversion activity of D. hansenii is to perform mutagenesis using ethyl methane sulphonate as a chemical mutagen. Incubation mutation done for 20, 45, and 60 min at 30°C and at 70 rpm stirring speed. Auksotrop mutants were isolated with minimum media, then the XR and XDH activity of the mutants were tested. The best result was shown by the A mutant (mutations incubation time 20 minutes), with the value of the highest XR enzyme activity and the lowest XDH enzyme activity.]
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Befya Rahma Wulandari
"Xilitol merupakan senyawa gula alkohol yang memiliki lima rantai karbon yang banyak digunakan sebagai pengganti gula dalam bidang industri farmasi dan makanan. Xilitol secara alami terdapat di alam, namun dengan kadar yang sedikit. Produksi xilitol yang memerlukan banyaknya proses pemurnian serta penggunaan tekanan dan temperatur tinggi mengakibatkan tingginya biaya produksi. Fermentasi dengan menggunakan khamir Debaryomyces hansenii yang merubah xilosa menjadi xilitol dianggap lebih ekonomis karena menggunakan bahan baku yang lebih murah. Mutagenesis Debaryomyces hansenii dengan radiasi UV diharapkan menghasilkan kadar xilitol yang lebih tinggi. Hal ini, karena peningkatan akivitas enzim XR dan penurunan aktivitas enzim XDH. Mutagenesis radiasi UV dengan jarak 10 cm dengan lama penyinaran 20 menit dapat menghasilkan galur mutan yang diinginkan. Hal ini, berdasarkan skrining galur mutan dengan melihat pertumbuhan isolat pada media xilosa dan xilitol.

Xylitol is an alcohol sugar compound that have five carbon chain widely used as a sugar subtitution in pharmacy and food industries. Xylitol actually provided by nature but in very small quantities. Need a lot of refinery processes using pressure and high temperature in xylitol production that caused high cost production. Fermentation processed that use khamir Debaryomyces hansenii changed xylose to xylitol economically cheaper because using a low cost raw material. Debaryomyces hansenii mutagenesis using UV radiation would generate higher level of xylitol. This is due to the enhancement of XR enzime activites and the reduction of XDH enzime activities. With 10cm distance and 20 minutes irradiation of UV mutagenesis radiation can produce an expected mutant strain. These is based on the mutant strain screening which seen the growth of isolates in xylose and xylitol media."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Nurhidayah
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman yang mengandung hemiselulosa tinggi, namun pemanfaatannya belum optimal. Tujuan penelitian adalah pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol menggunakan khamir Debaryomyces hansenii. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu pencarian kondisi optimum autohidrolisis dan biokonversi hidrolisat yang dihasilkan menjadi xilitol selama 3 hari dengan penggojokan 200 rpm pada suhu kamar. Kondisi optimum perolehan xilosa diperoleh melalui metode autohidrolisis selama 75 menit dengan rasio eceng gondok dan air 1:15 serta pasca hidrolisis selama 45 menit menggunakan asam sulfat 4%. Hasil hidrolisat yang didapatkan adalah 25,55 g/L xilosa. Biokonversi dengan konsentrasi xilosa 10% menghasilkan yield value xilitol sebesar 21,67%. Penambahan kosubstrat glukosa 1% dan gliserol 3% meningkatkan yield value xilitol masing-masing sebesar 25,95% dan 31,61%.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a plant containing high hemicellulose, but its utilization was not optimal. The research purpose is the utilization of water hyacinth as substrate source in the bioconversion of xylose into xylitol using Debaryomyces hansenii yeast. The research was conducted into two stages. Firstly, searching an optimum autohydrolysis conditions. Secondly, bioconversion of the resulting hydrolyzate into xylitol which carried out for 3 days with shaking 200 rpm at room temperature. The optimum conditions for the acquisition of xylose obtained through autohydrolysis methods for 75 minutes with 1:15 water hyacinth and water ratio and posthydrolysis for 45 min using 4% sulfuric acid. Results obtained from hydrolyzate was 25.55 g / L xylose. Bioconversion of 10 % xylose produce 21.67% xylitol yield. Cosubstrates addition of 1% glucose and 3 % glycerol increase xylitol yield respectively 25.95% and 31.61%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvi Nurjanah
"Xilitol merupakan senyawa gula polialkohol dengan lima atom karbon. Senyawa tersebut memiliki banyak manfaat dan telah digunakan secara luas dalam industri makanan, farmasi, dan kesehatan. Sumber karbon yang berlimpah seperti lignoselulosa dapat dimanfaatkan untuk produksi xilitol. Salah satu sumber karbon yang potensial dan prevalensinya tinggi di Indonesia adalah eceng gondok. Tanaman ini dikenal sebagai gulma dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan tanaman eceng gondok yang mengandung hemiselulosa sebagai substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol oleh sel khamir Debaryomyces hansenii. Tahapan optimasi meliputi optimasi hidrolisis dari eceng gondok menggunakan response surface method dan optimasi kondisi fermentasi.
Kondisi hidrolisis yang optimum diperoleh dengan perbandingan bobot eceng gondok terhadap larutan asam oksalat 8% 1:7,5 (b/v) selama 75 menit pada suhu 121oC. Kondisi tersebut menghasilkan yield sebesar 20,66%. Kondisi optimum fermentasi produksi xilitol oleh Debaryomyces hansenii dicapai dengan waktu kultivasi selama empat hari, kondisi aerasi terbatas, dan penambahan ion logam CaCl2.2H2O 0,01%. Kondisi tersebut menghasilkan yield value sebesar 77,43%.

Xylitol is a five-carbon polyol sugar. It has many healthy benefits and is widely used in food, pharmaceutical, and healthcare. Sources with abundant carbon such as lignocellulose can be used for xylitol production. One of the potencial sources with high prevalency in Indonesia is water hyacinth. It is known as weeds and has not been fully utilized by people.
The aim of this research is the utilization of water hyacinth which contains hemicellulose as a substrate in the bioconversion of xylose into xylitol by Debaryomyces hansenii yeast. Stages of processing include the optimization of water hyacinth hydrolysis using response surface method and optimization of fermentation conditions.
Optimum hydrolysis condition obtained by water hyacinth mass to 8% oxalic acid volume ratio of 1:7.5 (w/v) for 75 minutes at temperature of 121oC. The condition obtained yield of 20.66%. The optimum fermentation condition for xylitol production by Debaryomyces hansenii was achieved by four day cultivation, limited aeration condition, and addition of metal ions CaCl2.2H2O 0.01%. The condition obtained yield value of 77.43 %.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fatmasari
"Xilitol merupakan gula poliol yang memiliki kemanisan mirip dengan sukrosa namun jalur metabolismenya tidak terikat dengan keberadaan insulin, sehingga baik untuk penderita diabetes. Selain itu xilitol tidak menyebabkan karies pada gigi. Produksi xilitol dengan proses fermentasi menggunakan mikroorganisme dinilai lebih praktis dan ekonomis salah satunya dengan menggunakan Debaryomyces hansenii. Khamir ini tahan terhadap kondisi osmotik tinggi, sering dimanfaatkan pabrik anggur dan industri makanan sebagai perasa. Untuk mendapatkan galur murni yang tahan kondisi osmotik tinggi, diperlukan pra-perlakuan dengan memaparkan khamir pada kondisi osmotik tinggi dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pra-perlakuan osmotik tinggi terhadap kemampuan biokonversi Debaryomyces hansenii dan mengetahui pengaruh konsentrasi substrat xilosa terhadap produksi xilitol. Garam NaCl dan KCl masing-masing dengan konsentrasi 2, 2,5, dan 3 M ditambahkan pada media prakultur dan diinkubasi selama 14 hari. Kondisi pra-perlakuan terpilih didapatkan berdasarkan nilai yield xilitol tertinggi dari fermentasi menggunakan substrat xilosa 10%.
Hasil terbaik yang didapatkan berdasarkan nilai yield xilitol tertinggi adalah Debaryomyces hansenii yang diberikan pra-perlakuan menggunakan NaCl 3 M (Yield xilitol 13,83%). Uji coba dengan variasi konsentrasi substrat (xilosa) 5%, 10%, dan 15% menunjukkan hasil berupa penurunan nilai yield xilitol seiring dengan meningkatnya konsentrasi substrat.

Xylitol is a sugar polyol which has a sweetness similar to sucrose metabolism pathway but not tied to the presence of insulin, so it is good for diabetics. Besides that xylitol does not cause dental caries. Xylitol production with fermentation process using microorganism is more efficient and economical either by using Debaryomyces hansenii. This yeast is resistant to high osmotic condition, often used in wine industries and food industries as flavouring agent. To get pure strains which resistant to high osmotic condition, needs pre-treatment by exposing yeast to high osmotic condition in a period of time.
The goal of this research is to determine the effect of giving high osmotic pre-treatment to bioconversion ability of Debaryomyces hansenii and to determine the effect xylose substrate concentration to the production of xylitol. NaCl and KCl salt are used with the concentration of 2, 2,5, and 3 M. The addition of salt is used on preculture medium and incubated for 14 days. Pre-treatment condition is chosen based on the highest number of xylitol's yield value.
The result based from the highet number of xylitol's yield value is Debaryomyces hansenii which is given pre-treatment using NaCl 3M (xylitol's yield value 13,83%). The test by using variation of substrate (xylose) concentration 5%, 10%, and 15% shows the decreasing number of xylitol's yield value and the increasing number substrate concentration in a row.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Surya Utami
"Desalination is a way to process sea water with a high salinity level, which makes water non-consumable. Various desalination technologies, such as distillation, vapor compression, and reverse osmosis, have been developed but require energy and large financial investments. Microbial desalination cell (MDC) is a modified desalination technology of a microbial fuel cell that can remove salt content in water with the help of microorganisms through organic matter degradation. This research used Debaryomyces hansenii to degrade organic material in the anode chamber. The ratio of the volume chamber, the volume ratio of culture:substrate, and the volume progression of the culture and substrate were evaluated in terms of salt removal and electricity generation. This research shows that MDC using a 9:1:9 ratio of the volume chamber, a culture:substrate ratio of 2:3 (v/v), and a volume progression of the culture and substrate of 1.5 times gave the best desalination performance: a salt removal level of 55.03%"
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:7 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Aspergillus flavus mampu memproduksi berbagai metabolit sekunder,
salah satunya adalah asam kojat, yang mempunyai kegunaan yang luas
dalam berbagai bidang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh galur
mutan A. flavus yang dapat menghasilkan asam kojat dengan kadar yang
lebih besar dibandingkan galur mutan A. flavus 40C10. Galur mutan
diperoleh melalui mutasi yang di induksi dengan menggunakan mutagen
NTG(1000 ppm) dan iradiasi sinar gamma dengan dosis 0,5 – 5 KGy.
Analisis kuantitatif dan kualitatif asam kojat dan aflatoksin dilakukan secara
KLT densitometri menggunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak
toluen, etil asetat dan asam formiat (3: 6: 1). Hasil penelitian menunjukkan
mutagenesis dengan NTG secara berulang dapat meningkatkan produksi
asam kojat., sedangkan iradiasi dengan sinar gamma tidak. Dari tiga kali
mutagenesis dengan NTG diperoleh galur mutan M3B7F7E8 yang
menghasilkan asam kojat 9,123 g/L atau 1,5 kali lebih besar dibandingkan A.
flavus 40C10. Galur mutan M3B7F7E8 ini masih menghasilkan aflatoksin
yang teridentifikasi pada nilai Rf 0,61 dengan kadar 0,730 mg/L"
Universitas Indonesia, 2006
S32512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Nadia Manaf
"Krisis air di Indonesia masih banyak terjadi diberbagai daerah. Penggunaan air tanah secara berlebihan dapat menimbulkan penurunan permukaan tanah. Laut yang begitu luas memiliki potensi untuk dijadikan air tawar sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan air di Indonesia. Desalinasi merupakan suatu cara untuk memproses air laut dengan tingkat kadar garam yang tinggi sehingga tidak layak konsumsi menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi. Berbagai teknologi desalinasi seperti distilasi, vapour compression, dan reverse osmosis telah dikembangkan namun membutuhkan energi dan biaya yang tidak sedikit. Microbial Desalination Cell merupakan suatu teknologi desalinasi yang merupakan modifikasi dari Microbial Fuel Cell, dapat mengilangkan kandungan garam dalam air serta menghasilkan tenaga listrik dengan menggunakan bantuan mikroorganisme yang akan menghasilkan arus listrik dari degradasi bahan organik. Pada penelitian ini akan digunakan Debaryomyces hansenii sebagai mikroorganisme pendegradasi bahan organik pada chamber anoda. Rasio volume anoda : volume garam : volume katoda adalah 2 : 1 : 2 serta 9 : 1 : 9. Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu variasi volume reaktor, variasi rasio kultur terhadap substrat dan variasi kenaikan volume kultur.

Water crisis in Indonesia is still going on in the various regions. Excessive use of groundwater can cause subsidence. The sea held to have the potential to be used as fresh water so it can be used for water needs in Indonesia. Desalination is a way to process sea water with a high salinity level which caused water is not worth to be consumed to the fresh water that can be consumed. Various desalination technologies such as distillation, vapor compression, and reverse osmosis have been developed but requires energy and large cost. Microbial Desalination Cell is a modified desalination technology of Microbial Fuel Cell that can remove salt content in the water and generate electricity with the help of microorganism that will produce electric current from organic matter degradation. This research will be used Debaryomyces hansenii as microorganisms which degrade organic material in the anode chamber. The ratio of anode volume: sat volume: cathode volume are 2 : 1 : 2 and 9: 1: 9. Variation used in this study are variation of the reactor volume, the variation ratio of the culture and substrate, and increase of culture volume variation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estriningtyas Agus Rismawanti
"Penelitian bertujuan membuat pollen substitute (PS) yang disukai dan dapat meningkatkan produktivitas lebah madu A. cerana. Pollen substitute dibuat dengan bahan dasar tepung kedelai dan susu skim. Pada penelitian ini A.cerana diberikan tiga macam pollen substitute, yaitu PS A (mengandung bahan dasar, Debaryomyces hansenii CR133, madu); PS B (mengandung bahan dasar, sirup gula); PS C (mengandung bahan dasar, madu). Pemberian PS selama 20 hari, dan lebah dibiarkan mencari serbuk sari dan nektar di alam. Koloni kontrol tidak diberi PS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PS yang dibuat memenuhi kriteria sebagai PS yang baik. Apis cerana menyukai PS A dan PS C dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan PS B. Pemberian semua jenis PS meningkatkan keliling (0,3--4,5 cm per hari) dan jumlah honeycomb. Pada kontrol terdapat kenaikan keliling honeycomb (0,2--0,5 cm per hari), namun tidak ada penambahan jumlah honeycomb. Secara umum, lebah pekerja yang diberi PS dan kontrol mengalami kenaikan berat badan (5--56,94%).

The research aimed to make pollen substitutes preferred by and increase the productivity of A. cerana. Basic ingredients of pollen substitutes (PS) were soy flour and skim milk. There were three types of pollen substitutes, i.e. PS A (contained basic ingredients, Debaryomyces hansenii CR133, honey); PS B (basic ingredients, sugar syrup); and PS C (basic ingredients, honey). The pollen substitutes were fed to colonies of A. cerana for 20 days, but they were allowed to forage on flowers. No PS was given to the control colonies.
The results showed that A. cerana preferred PSA and PS C to PS A. Increases of circumference and number of honeycombs were observed in colonies fed with all types of PSs (0,3--4,5 cm/day). There was an increase of the circumference of honeycombs in the control (0,2--0,5 cm/day), but there was no addition of new honeycomb. Generally, the weight of individual worker bees increased in colonies fed with PSs and control (5--56,94%).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S728
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>