Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edbert
"Alat transportasi Vertikal adalah suatu terobosan mutakhir alat transportasi dalam gedung. Penggunaannya telah dimulai sejak 1855. Seiring perkembangan teknologi, alat transportasi ini menjadi popular sebagai salah satu keharusan untuk alat transportasi gedung bertingkat. Bukan hanya gedung bertingkat, tapi juga untuk rumah juga dapat menggunakan elevator. Perkembangan yang terjadi pun menghasilkan suatu ilmu traffic analysis yang dapat membantu manusia untuk mengetahui kebutuhan lift secara khusus bagi setiap gedung yang dibangun. Pada Gedung Kuliah Bersama - Gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus Depok. Mengalami suatu masalah pada optimasi yang kurang tepat. Pengguna lift menunggu di lantai lobi terlalu lama sehingga elevator tidak dapat membantu perpindahan pengguna gedung secara vertikal. Permasalahan ini terjadi karena kekurangannya unit lift yang dibutuhkan. Hal ini terjadi akibat perencanaan yang tidak mengikuti kebutuhan. Artinya Lift tersebut tersedia atas dasar "estetika". Solusi yang dapat diberikan adalah dengan menambah elevator yang tersedia. Untuk itu pemilihan komponen yang tepat adalah sautu keharusan utama. Dalam buku ini telah mengeluarkan hasil perhitungan tentang keamanan dan saran untuk komponen yang digunakan.

Vertical Transportation is one of a high-end technology of building transportation. The research ad begun in the 1855. On the following years, this kind of building transportation become popular among building management and this term have made a paradigm that multi levels building is necessary needed this kind of transportation which we have known today as Elevator. Not only high-rise buildings have elevators, but also for home applicants. Then for the following terms, the evolving knowlage of elevator study have grown and as result, engineer have found a way to analyst the traffic of people use vertical transportation and this traffic analysis method has help engineers to design as specific as the building's need. The eevator in S-building Faculty of Engineering University of Indonesia, Depok, West Jave, had some problem on its haulage, the user have to waste so much time on waiting in the lobby for the elevator. this problem occurs from lack of elevators unit. There is only one elevator installed while the requirements on this building should have three units elevator running. This also the cause of lack of concern of this section on design term. This means that the current elevator installed is only pursuing for building 'aesthetics". the solution we could offer is to add other two elevator installment. To fulfill the elevator requirement, we do have a list of components that we should use and in this session we have proven that the components are suitable and safe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rucky Budiana
"Lift merupakan sebuah alat transportasi vertikal pada gedung yang memiliki fungsi cukup penting yaitu untuk membantu memindahkan pengguna gedung menuju lantai yang diinginkan. Oleh karena itu lift harus dapat mengakomodir permintaan jumlah pengguna dari gedung tersebut. Pada pagi hari di gedung kuliah S FTUI sering terlihat jumlah antrian yang cukup banyak untuk menunggu kedatangan sebuah lift. Karena itu banyak mahasiswa yang akhirnya memilih untuk menggunakan tangga untuk menuju kelas-kelas dilantai atas.
Kriteria dalam menentukan sebuah sistem lift adalah waktu tunggu rata-rata dan tuntutan arus sirkulasi. Sesuai dengan aturan-aturan yang mengikuti badan standar nasional indonesia, dengan menggunakan metode traffic analysis pada penelitian ini akan dicari sistem lift yang sesuai dengan kebutuhan gedung kuliah S. Metode ini mencari tahu kebutuhan jumlah dan kapasitas lift pada sebuah gedung berdasarkan pola sirkulasi, jumlah pengguna lift, waktu tunggu rata-rata, dan tuntutan arus sirkulasi.
Pada hasil penelitian diperoleh hasil bahwa jumlah lift yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah lift yang tersedia sekarang ini. Lift yang dibutuhkan adalah lift dengan kapasitas 10 orang berjumlah 3 unit dengan kecepatan 60 m/m.

Elevator has an important function as a vertical transportation in the building which is to help building’s user to get into the destination floor. Because of that elevator must be able to accomodate demand of users of the building. On morning class, in building S FTUI often seen many queues to wait the arrival of an elevator. At the end many students use stairs to reach into their class in upper floor.
Criteria in selection of vertical transportation building is waiting interval and peak traffic demand. According to the badan standar nasional indonesia this final assignment is to find the optimal number of elevator sistem in lecture building S using traffic analysis method. This method is used to find the amount of elevator needed and its capacity depends on traffic pattern, elevator users, average waiting time, and peak traffic demand.
Based on observation and calculation, the result is the amount of elevator which is needed not match with the elevator available right now. The elevator that should be used is 3 elevators with capacity 10 people and the speed is 60 m/m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyya Maitsaa Iffat
"Kualitas udara mikrobiologis di dalam lift gedung perlu diperhatikan karena sebagian besar orang lebih memilih untuk menggunakan lift daripada tangga. Banyaknya orang berlalu-lalang memungkinkan mikroorganisme untuk masuk dan mengalami pertumbuhan pada lingkungan yang ideal di dalam lift. Studi literatur mengenai keberadaan bioaerosol di dalam lift masih tergolong sedikit. Oleh sebab itu, penelitian kualitas udara mikrobiologis penting dilakukan di salah satu ruangan pada lingkungan kampus, yaitu lift gedung kuliah saat masa libur dan aktif perkuliahan. Penelitian ini dilakukan di lift pada Gedung S, K dan EC di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui serta membandingkan hasil konsentrasi bakteri pada masa libur dan aktif perkuliahan, menganalisis pengaruh faktor lingkungan dan potensi sumber pencemar mikrobiologis potensial di sekitar lift gedung perkuliahan. Metode pengambilan sampel pasif digunakan untuk mengambil sampel udara selama 15 menit agar bakteri terdeposisi secara alami ke media Tryptone Soya Agar. Pengambilan sampel permukaan dengan dry swab dilakukan untuk mengetahui apakah tombol panel lift termasuk ke dalam salah satu sumber pencemar mikrobiologis potensial. Dari hasil penelitian dapat diketahui konsentrasi bakteri pada ketiga lift gedung tidak memenuhi baku mutu, yaitu 500 CFU/m3 dan 700 CFU/m3. Pada masa libur, konsentrasi tertinggi sebesar 1.330 CFU/m3 terdapat di lift Gedung EC dan terendah sebesar 608 CFU/m3 terdapat di lift Gedung S. Sedangkan pada masa aktif,  konsentrasi tertinggi sebesar 2.084 CFU/m3 terdapat di lift Gedung S dan terendah sebesar 1.081 CFU/m3 terdapat di lift Gedung K. Hasil uji komparatif menunjukkan bahwa hanya lift Gedung S yang memiliki perbedaan konsentrasi bakteri pada kedua masa perkuliahan. Uji korelasi antara konsentrasi bakteri dengan faktor lingkungan bervariasi tergantung pada kondisi cuaca selama pengambilan sampel. Hanya kecepatan angin yang tidak mempengaruhi karena menyebabkan tidak adanya dispersi mikroorganisme. Sumber indoor bioaerosol seperti keberadaan manusia sebagai pengguna lift sangat berpengaruh sangat kuat terhadap konsentrasi bakteri di dalam lift gedung. Perlu dilakukan pemeliharaan kebersihan secara rutin terhadap pendingin ruangan beserta filter, tombol panel lift, serta lingkungan di sekitar lift gedung agar dapat menurunkan konsentrasi bakteri.

Microbiological air quality in the building elevator needs to be considered because most people prefer to use elevators rather than stairs. The number of people passing by allows microorganisms to enter and grow in the ideal environment of elevator. Literature studies regarding the presence of bioaerosol in elevators are still relatively small. Therefore, microbiological air quality research is important in one of the rooms on the campus environment, the college building elevator during holidays and active periods of lectures. This research was carried out in the elevators of the S, K and EC Buildings at the Faculty of Engineering, University of Indonesia with the air of knowing and comparing the results of bacterial concentration during holidays and active periods of lectures, analyzing the influence of environmental factors and potential sources of potential microbiological pollutants around elevators. The passive sampling method is used to take air samples for 15 minutes so that bacteria are naturally deposited into the Tryptone Soya Agar medium. The surface samples taken by dry swab is done to find out whether the elevator panel button is included in one of the potential microbiological pollutant sources. From the results of research, it can be seen that bacterial concentrations in the three building elevators did not meet the quality standards, 500 CFU/m3 and 700 CFU/m3. During the holidays, the highest concentration of 1.330 CFU/m3 is found in the EC Building elevator and the lowest is 608 CFU/m3 in the S Building. While the active period, the highest concentrations of 2.084 CFU/m3 is found in the S building elevator and the lowest is 1.081 CFU/m3 in the K Building elevator. The comparative test results show that only the S Building elevator has a difference in bacterial concentration in the two lecture periods. Correlation test between bacterial concentration and environmental factors varies depending on weather conditions during sampling Only the wind speed does not affect because it causes no dispersion of microorganisms. Indoor bioaerosol sources such as the presence of humans as elevator users have a very strong influence on the concentration of bacteria in the building elevator. Routine hygiene maintenance needs to be done on air conditioners along with filters, elevator panel buttons, and the environment around the building elevators to reduce the concentration of bacteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Vadanti Locana Diwy
"Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Indonesia tidak hanya memfasilitasi kegiatan administrasi tapi juga memfasilitasi kegiatan rapat dan pertemuan. Pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun menyebabkan perubahan pola penggunaan peralatan listrik yang dapat menimbulkan permasalahan pada keandalan sistem kelistrikan gedung tersebut. Kualitas daya adalah setiap permasalahan daya listrik yang berbentuk penyimpangan tegangan, arus, atau frekuensi yang mengakibatkan kegagalan ataupun kesalahan operasi pada peralatan-peralatan yang terjadi pada konsumen energi listrik. Kualitas daya listrik menjadi indikator keandalan sistem kelistrikan. Untuk mengetahui kualitas daya listrik, dilakukan pengukuran parameter-parameter terkait terlebih dulu. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang ada. Jika standar tersebut tidak dapat dipenuhi dapat terjadi kerusakan pada peralatan listrik. Hasil pengukuran pada penelitian ini menunjukkan terdapat gejala tegangan lebih, gangguan harmonik, dan ketidakseimbangan beban. Dari delapan parameter, ditemukan tiga parameter yang tidak sesuai yaitu tegangan yang megalami tegangan lebih dengan rentang nilai rata-rata sebesar 231,5-232,8V untuk setiap fasa, nilai IHDi orde ke-3, ke-5, ke-7, dan ke-15 untuk hari Kamis, 7 April 2022 pukul 06.11 yang melebihi standar dengan nilai berturut-turut sebesar 70,3%, 55,34%, 27,1%, dan 8,07%, serta faktor daya pada fasa T yang nilai minimumnya sebesar 0,7219 yang masih kurang dari 0,85. Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan energy monitoring dan wiring diagram untuk mengetahui detil pembebanan pada gedung serta pemakaian single-tuned filter untuk gangguan arus harmonik.

The Dean Office Building of the Faculty of Engineering, University of Indonesia, not only facilitates administrative activities but also facilitates meetings and seminars. The pandemic that has lasted for two years has caused changes in the pattern of using electrical equipment which can cause problems with the reliability of the building's electrical system. Power quality is any electrical power problem in the form of voltage, current, or frequency deviations that result in failure or operating errors in equipment that occur in consumers of electrical energy. The quality of electrical power is an indicator of the reliability of the electrical system. To determine the quality of electric power, the related parameters are measured first. The measurement results are compared with existing standards. If these standards cannot be met, damage to electrical equipment can occur. Out of eight parameters, three did not met the criterias. First, overvoltage on average voltage with the range of 231,5-232,8 V. Second, IHDi nominal on the 3rd, 5th, 7th and 15th harmonics for Thursday, April 7th 2022 on 06.11 am with the value of 70,3%, 55,34%, 27,1% and 8,07%. And third, the minimum power factor for the T phase with the value of 0,7219 is still less than 0,85. Possible solutions include making energy monitoring system and wiring diagram for understanding the load profile of the building. Single-tuned filter can be used for harmonic currents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arkhan Pradanugraha
"Gedung K FTUI memiliki beberapa ruang perkuliahan yang masih kurang dalam tingkat pencahayaan ruang. Studi ini bertujuan untuk mengganti sumber penerangan menggunakan lampu LED pada ruang perkuliahan sesuai standar pencahayaan yang berlaku, hemat energi, dan mengetahui biaya investasi dan operasional penerangan dalam ruang perkuliahan. Skenario penggantian pertama adalah mengganti jenis lampu tanpa merubah titik lampu yang telah terpasang. Skenario pertama ini berlaku pada ruang yang sesuai standar pencahayaan namun mengalami boros energi. Skenario penggantian kedua adalah mengganti jenis lampu dan titik lampu. Skenario kedua ini berlaku pada ruang yang belum sesuai dengan standar pencahayaan yang berlaku. Standar pencahayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 03-6575-2001 tingkat pencahayaan ruang kuliah sebesar 250 lux. Lampu dalam penelitian adalah lampu X dengan arus cahaya sebesar 2.500 lumen. Hasil audit penelitian ini adalah tingkat pencahayaan terendah 164 lux di ruang K205 dan tertinggi adalah 385 lux di ruang K106. Analisis arus cahaya menunjukkan jumlah lampu ideal ruang kuliah kecil adalah 16 buah dan ruang kuliah besar adalah 28 buah. Hasil analisis tingkat pencahayaan ruang menunjukkan perubahan tingkat pencahayaan tertinggi pada ruang K205 dari 164 lux menjadi 294 lux. Hasil analisis konsumsi daya menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 11.200 watt dan pada kondisi skenario penggantian 1 dan 2 adalah 6.696 watt. Hasil analisis konsumsi energi menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 2.240 KWh dan pada kondisi skenario penggantian adalah 1.339,2 KWh. Hasil analisis biaya skenario penggantian menunjukkan biaya investasi sebesar Rp128.629.000,00 dan persentase penghematan biaya operasional sebesar 29,21%.

Building FTUI has several lecture halls which are still lacking in the level of room lighting. This study aims to replace the lighting sources using LED light in the lecture room according to applicable lighting standards, energy saving, and know the cost of installation and operation lighting in a lecture room. This research method uses of two scenarios. The first replacement scenario is to change the type of lamp without changing the installed light points. The first scenario applies to spaces that are in accordance with lighting standards but experience energy waste. The second replacement scenario is to replace the type of lamp and the point of the lamp. This second scenario applies to spaces that are not in accordance with applicable lighting standards. The lighting standard used in this study is SNI 03-6575-2001 for the lighting level of lecture rooms by 250 lux. The audit results of this study are the lowest lighting level of 164 lux in room K205 and the highest is 385 lux in room K106. Light current analysis shows ideal number of lamps for small lecture halls are 16 and large lecture halls are 28. The results of the analysis of the room lighting level showed change in the highest lighting level in the K205 from 164 lux to 294 lux. The result of the analysis of power consumption show that the existing conditions are 11.200 watts and the replacement scenario are 6.696 watts. The result of the energy consumption analysis show that the existing condition is 2.240 KWh and the replacement scenario is 1.339,2 KWh. The result of the replacement analysis show the installation costs are Rp128.629.000,00 and the percentage of operational cost savings of 29,21%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Mulya
"Listrik merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Untuk itu suatu gedung membutuhkan instalasi listrik. Gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia merupakan gedung yang diperuntukkan sebagai tempat belajar mengajar bagi mahasiswa dan dosen.
Gedung yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu ini dirasa perlu untuk dilakukan audit terutama audit kualitas daya pada panel AC karena merupakan beban terbesar yang ada di gedung S. Audit kualitas daya ini untuk memberikan rekomendasi agar instalasi yang digunakan sesuai yang diharapkan.
Hasil audit visual menunjukkan bahwa kondisi panel tidak perlu dilakukan perawatan atau pergantian untuk sekarang ini karena masih terlihat rapi. Hasil pengukuran menunjukkan beberapa parameter kualitas daya telah memenuhi standar seperti tegangan pada rentang 213.03-220.37 V, arus pada rentang 49.6-159.8 A, frekuensi pada rentang 49.867-50.153 Hz, sedangkan beberapa tidak memenuhi standar seperti harmonik dimana IHDi orde 3 bernilai diatas 7% dan faktor daya ≤ 0.85.

Electricity is a need that cannot be separated from everyday human life. For that a building requires electrical installation. Building S, Faculty of Engineering, University of Indonesia is a building intended as a place of teaching and learning for students and lecturers.
The building that has been established since decades ago is deemed necessary to conduct an audit, especially the AC installation audit because it is the biggest burden in the S building. The AC installation audit is to provide recommendations for the installation to be used as expected.
The results of monitoring indicate that the panel conditions do not need to be treated or changed for now because it still looks neat. The measurement results show several power quality parameters that meet standards such as voltages in the range 213.03-220.37 V, currents in the range 49.6-159.8 A, frequencies in the range 49.867-50.153 Hz, while some do not meet standards such as harmonics where IHDi is 3 abov power factor ≤ 0.85.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Aditia Perdana
"Petir merupakan fenomena alam yang sering kali terjadi di negara dengan curah hujan yang tinggi, termasuk negara Indonesia. Hal ini terbukti dengan tingginya nilai Isokeraunik Level (IKL) pada kawasan Indonesia. Berdasarkan data BMKG pada wilayah Depok memiliki IKL 55,15 dengan curah petir sebesar 201. Mengingat hal tersebut serta fungsi operasional gedung GK Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang penting karena menjadi pusat administrasi fakultas dan berisi peralatan elektronik yang sensitif maka perlu diberikan proteksi petir internal untuk melindungi dari sambaran petir tidak langsung. Proteksi petir internal dilakukan dengan memasangkan Surge Protection Device (SPD) pada panel distribusi gedung sesuai dengan tipe dan spesifikasi yang dibutuhkan. Pada penelitian ini dilakukan analisis tegangan lebih dengan tingkat proteksi level IV dengan arus petir 100 kA. Tegangan Induksi yang timbul ketika terjadi sambaran petir untuk loop yang terbentuk antara penghantar penyalur dengan kabel catu daya terdekat adalah sebesar 3,903 kV. Sedangkan untuk loop yang terbentuk akibat penghantar penyalur dengan kabel telekomunikasi konfigurasi vertikal dan horizontal adalah sebesar 67,5 V dan 150 V. Besar kenaikan tegangan pada pentanahan adalah 234 kV. Tegangan lebih pada panel distribusi berkisar dari 0,015 kV hingga 1,719 kV. Zona proteksi petir pada gedung GK terbagi menjadi ZPP 1 dan ZPP 2. Untuk ZPP 1 meliputi panel MDP menggunakan SPD tipe 1+2 dan untuk ZPP 2 meliputi panel SDP menggunakan SPD tipe

Lightning  is a natural phenomenon that often occurs in a country with high rainfall intensity, including Indonesia. It is proven by the high value of isokeraunic level (IKL) in Indonesian region. Based on data from BMKG, Depok region has the IKL value of 55,15 with 201 lightning intensity. Considering this and the operational functions of GK building Faculty of Engineering University of Indonesia which is important because it is the faculty administrative center and contains sensitive electronic equipment, it is necessary to provide internal lightning protection to protect against indirect lightning strikes. The internal lightning protection is done by installing surge protection devices (SPD) on the distribution panel of the building according to the type and specification required. In this research, overvoltage analysis is conducted with level IV protection level with 100 kA lightning current. Induction voltage arises when there is a lightning strike  for the loop that is formed between the down conductor and the nearest power supply cable is 3.903 kV. As for the loops that formed between down conductor and telecommunication cable with vertical and horizontal configuration are 67.5 V and 150 V. The amount of voltage increase on the earthing system is 234 kV. The  overvoltage on the distribution panels are between 0,015 kV to 1,719 kV. The lightning protection zone of GK building is divided into LPZ 1 and LPZ 2. For LPZ 1 that includes MDP uses type 1+2 SPD and ZPP 2 that includes SDP uses type 2+3 SPD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Fachri
"Keberadaan sumber cahaya yang sesuai adalah salah satu faktor terpenting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar yang nyaman di ruang kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengaudit sistem pencahayaan eksisting pada ruang kelas gedung EC FTUI, kemudian dilakukan penggantian lampu eksisting dengan lampu LED yang dapat memenuhi kebutuhan standar pencahayaan pada ruang kelas, sesuai pada SNI 03-6575-2001 yaitu 250 lux. Berdasarkan hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa pencahayaan alami dan buatan sudah memenuhi standar pencahayaan dengan kesesuaian 334,66%. Akan tetapi, pencahayaan dari sumber buatan saja masih belum memenuhi standar pencahayaan, di mana kesesuaian pencahayaan buatan dengan standar adalah 56,7%. Penggantian lampu akan dilakukan dengan dua skenario. Skenario pertama adalah skenario penggantian lampu tanpa mengubah titik lampu aktual, sedangkan skenario kedua adalah skenario penggantian lampu bersamaan dengan pengubahan titik lampu yang disesuaikan dengan dimensi ruangan. Hasil analisis menunjukkan rata-rata pencahayaan lampu pengganti skenario 1 sebesar 298,5 lux dan skenario 2 sebesar 309,4 lux. Penggantian lampu kedua skenario juga berdampak kepada konsumsi energi listrik per hari masing-masing sebesar 10,4192 kWh dan 10,8384 kWh. Berdasarkan analisis biaya, biaya penggantian lampu yang dibutuhkan pada skenario 1 dan skenario 2 masing-masing sebesar Rp60.953.114,08 dan Rp58.231.375,92. Selain itu, biaya operasional lampu penggantian skenario 1 dan skenario 2 masing-masing sebesar Rp2.408.416,03 dan Rp2.505.312,06 setiap tahunnya.

The existence of an appropriate light source is one of the most important factors in supporting comfortable teaching and learning activities in the classroom. This study aims to audit the existing lighting system in the classrooms of the EC FTUI building, then replace the existing lamps with LED lamps that can meet the needs of lighting standards in classrooms, according to the SNI 03-6575-2001, which is 250 lux. Based on the measurement results, it can be seen that natural and artificial lighting has met the lighting standards with 334.66% suitability. However, lighting from artificial sources alone still does not meet lighting standards, where the suitability of artificial lighting with standards is 56,7%. Lamp replacement will be carried out in two scenarios. The first scenario is a lamp replacement scenario without changing the actual lamp point, while the second scenario is a lamp replacement scenario along with changing the lamp point according to the dimensions of the room. The results of the analysis show that the average replacement lamp lighting for scenario 1 is 298.5 lux and scenario 2 is 309.4 lux. The replacement of lamps in both scenarios also has an impact on electricity consumption per day by 10.4192 kWh and 10.8384 kWh, respectively. Based on the cost analysis, the cost of replacing the lamps required in scenario 1 and scenario 2 is Rp60,953,114.08 and Rp58,231,375.92, respectively. In addition, the operational costs for replacement lamps in scenario 1 and scenario 2 are Rp2,408,416.03 and Rp2,505,312.06, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnainy Valencia Sari
"Pencemaran bioaerosol yang ada di dalam ruangan memiliki potensi 1.000 kali lebih berbahaya daripada di luar ruangan. Oleh karena itu, kualitas udara mikrobiologis pada ruang kuliah Gedung S di FTUI Depok perlu diteliti lebih lanjut. Sampel udara diambil menggunakan EMS bioaerosol single stage sampler selama dua menit dengan debit pemompaan 28,3 L/menit. Media pertumbuhan yang digunakan untuk bakteri dan jamur adalah TSA dan MEA. Konsentrasi bakteri tertinggi pada ruang kelas S101 2.407 362 CFU/m3 , terendah terdapat pada Lobby 1 384 142 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan pada ruang kelas S203 810 215 CFU/m3, terendah pada S503 195 51 CFU/m3. Sebagian besar konsentrasi bakteri di udara melebihi baku mutu, sedangkan konsentrasi jamur masih memenuhi baku mutu. Suhu seluruh ruangan 21-27oC sudah memenuhi baku mutu dan kelembapan 38-71 serta Intensitas cahaya 4,21-335 lux pada sebagian ruangan tidak memenuhi baku mutu. Uji-Independent T-test menunjukan terdapat perbedaan signifikan pada konsentrasi jamur dan bakteri lantai bawah dan lantai atas sig< 0,05. Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan terdapat korelasi yang kuat antara jumlah orang dengan konsentrasi bakteri r=0,73 dan berkorelasi lemah dengan konsentrasi jamur r=0,47. Jenis aliran udara didominasi oleh aliran laminer dan kecepatan partikel bakteri dan jamur pada kisaran 0,002-0,16 cm/detik.

Indoor bioaerosol contamination has potency 1,000 times more dangerous than outdoor. Therefore, microbiological air quality in the classrooms of Building S Engineering Faculty UI City of Depok need to be further investigated. The air samples were taken by using EMS bioaerosol single stage sampler in two minutes with airflow rate 28.3 L minute. The growth media used were TSA and MEA for bacteria and fungi. Highest bacterial concentration found in classroom S101 2,407 362CFU m3 , lowest in Lobby 1 384 142 CFU m3. The highest fungi concentration found in classroom S203 810 215 CFU m3, lowest in classroom S503 195 51 CFU m3. Most of the bacteria concentrations exceeded whereas the fungi concentration still met the quality standard. For the environmental factors, the entire classroom temperatures 21 27oC have met the quality standard but not the humidity 38 71 and light intensities 4.21 335 lux. The Independent T test showed that there were significance differences between bacteria and fungi on lower and upper floor sig."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Yori Elfrado Hasiholan
"Penerapan konsep bangunan hijau pada sektor bangunan dan konstruksinya memiliki potensi yang besar dalam mengurangi konsumsi energi akhir dan emisi gas rumah kaca secara global. dalam penerapannya, perlu dilakukan analisis secara sistematis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi suatu gedung agar dapat dikelompokkan sebagai bangunan hijau. Tujuan utama dari penelitian untuk menentukan apakah gedung i-Cell Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) dapat dikelompokkan sebagai bangunan hijau. Akan dilakukan analisis penerapan konsep bangunan hijau berdasarkan 3 kategori kelompok kriteria pada perangkat penilaian Greenship, yaitu Sumber dan Siklus Material, Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruang, dan Efisiensi dan Konservasi Energi. Penulis juga memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak FT UI untuk dapat meningkatkan nilai bangunan hijau dari gedung i-Cell. Dalam perangkat penilaian Greenship juga dibahas mengenai Overall Thermal Transfer Value (OTTV) yang merupakan salah satu indeks performa selubung bangunan. Penulis mengembangkan spreadsheet kalkulator sebagai alat perhitungan nilai OTTV yang dibuat berdasarkan SNI 03-6389-2011 tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung sebagai acuan perhitungannya. Kalkulator ini akan digunakan untuk menghitung nilai OTTV dari gedung i-Cell dan diharapkan kalkulator ini dapat aplikatif untuk digunakan sebagai alat hitung nilai OTTV dari gedung lainnya yang ada di Indonesia.

The implementation of green building concepts on the building and its construction sector has great potential in reducing global final energy consumption and greenhouse gas emissions. It is necessary to systematically analyze the influencing factors for classifying green building. The objective of this research is to determine whether the i-Cell building can be classified as a green building. This research will analyze the implementation of green building concepts based on 3 categories of criterias inside Greenship assesment tool, which are Material Resources and Cycle, Indoor Health and Comfort, and Energy Efficiency and Conservation. Author will provide some recommendations in the hope of helping FT UI to escalate the green building value on i-Cell building. The Greenship assessment tool also discusses about Overall Thermal Transfer Value (OTTV), which is one of the building envelope performance indices. Author will develop a spreadsheet calculator as a tool for calculating the OTTV value which is made based on SNI 03-6389- 2011. This calculator will be used to calculate the OTTV value of the i-Cell building and the expectancy that this calculator can also be applied to calculate the OTTV value of other buildings in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>