Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risya Hidayati
"Irbesartan merupakan obat yang termasuk ke dalam sistem klasifikasi biofarmasetika kelas dua dengan kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi, sehingga kelarutan obat dan laju disolusi menjadi tahap penentu pada absorpsi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kolliphor®P 407 dan Gelucire® 44/14 sebagai peningkat disolusi terhadap laju disolusi irbesartan dalam sistem dispersi padat. Dispersi padat irbesartan dan bahan peningkat disolusi dibuat dengan perbandingan 1:1 menggunakan metode peleburan. Dispersi padat dikarakterisasi dengan uji disolusi, difraksi sinar-x (XRD), kalorimetri pemindaian diferensial (DSC), dan spektrofotometer infra merah (FTIR). Hasil uji disolusi dispersi padat dengan Kolliphor®P 407 dapat meningkatkan laju disolusi irbesartan sedangkan dispersi padat dengan Gelucire® 44/14 tidak dapat meningkatkan laju disolusi irbesartan.
Hasil uji XRD dispersi padat irbesartan dengan Kolliphor®P 407 menunjukkan adanya penurunan intensitas kristalinitas dan pengecilan ukuran kristalit, sedangkan pada uji DSC menunjukkan adanya pergeseran puncak peleburan dan penurunan panas peleburan bila dibandingkan dengan irbesartan murni.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pembentukan dispersi padat dengan Kolliphor®P 407 mampu meningkatkan laju disolusi irbesartan. Peningkatan laju disolusi mencapai 3,15 kali dari irbesartan murni dengan efisiensi disolusi (ED)120 sebesar 84,96%.

Irbesartan is a drug that belong to the Biopharmaceutical Classification System (BCS) class II with low solubility and high permeability, so the drug solubility and dissolution rate become the rate limiting step in drug absorption.
The aim of this study was to investigate the effect of Kolliphor®P 407 and Gelucire® 44/14 as a dissolution enhancer on the dissolution rate of irbesartan in solid dispersion system. Solid dispersion of irbesartan and dissolution enhancer were made with a ratio of 1: 1 by fusion method. Solid dispersion characterised with in vitro dissolution study, X-ray diffraction (XRD), differential scanning calorimetric (DSC) and infra red spectrophotometer (FTIR). The result of dissolution study shows that solid dispersion of irbesartan with Kolliphor®P 407 could enhance the dissolution rate of irbesartan, but solid dispersion with Gelucire® 44/14 could not enhance the dissolution rate of irbesartan.
The results XRD test of solid dispersion irbesartan with Kolliphor®P 407 showed a decrease in the intensity of crystallinity and reduction of cystallite size and the DSC test showed a shifting in the melting peak and decrease in heat of fusion when compared with pure irbesartan.
The conclusion of this study is the solid dispersion with with Kolliphor®P 407 could enhance the dissolution rate of irbesartan. Enhancement of the dissolution rate reached 3,15 times from pure irbesartan with dissolution efficiency (DE)120 84,96%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novitasari
"Lansoprazol merupakan obat yang termasuk ke dalam Biopharmaceutical Classification System kelas dua dengan kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi, sehingga laju pelarutan menjadi tahap yang membatasi laju absorpsi obat.
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan laju pelarutan lansoprazol dengan pembentukan kokristal menggunakan nikotinamid sebagai koformer. Pembuatan kokristal dilakukan dengan metode penguapan pelarut dan solvent drop grinding. Kokristal lansoprazol dibuat dengan perbandingan molar 1:1 dan 1:2. Kokristal dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Powder X-Ray Diffraction (PXRD), dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) yang dibandingkan dengan lansoprazol murni.
Berdasarkan hasil spektroskopi inframerah memperlihatkan terbentuknya ikatan hidrogen antara lansoprazol dengan nikotinamid. Dari hasil uji termal dan uji difraksi sinar-X memperlihatkan terjadi pembentukan kristal pada kokristal dan penurunan titik lebur dibandingkan dengan lansoprazol murni.
Hasil spektrum inframerah menunjukkan adanya interaksi berupa ikatan hidrogen antara lansoprazol dan nikotinamid. Dari hasil disolusi dalam medium aquabidest terlihat peningkatan laju pelarutan paling tinggi yang diperoleh dari metode solvent drop grinding dengan perbandingan 1:2 dimana dalam 5 menit terjadi peningkatan sebesar 8,4 kali dibandingkan dengan lansoprazol murni.

Lansoprazole is a drug that belongs to the Biopharmaceutical Classification System class II with low solubility and high permeability, so that the dissolution rate becomes rate limiting step of drug absorption.
This study is intended to enhance the dissolution rate of lansoprazole by forming cocrystal with nicotinamide as coformer. Cocrystal of lansoprazole was prepared by solvent evaporation and solvent drop grinding method with a molar ratio of 1:1 and 1:2. The prepared cocrystal was further characterized by Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Powder X-Ray Diffraction (XRD), Differential Scanning Calorimetry (DSC) and Dissolution test.
FTIR suggested formation of hydrogen bonding between lansoprazole and nicotinamide. DSC and XRD studies revealed formation of crystal from cocrystal and decreased in melting point of cocrystal when compared to pure lansoprazole.
The result of dissolution in double distilled water medium indicated a highest dissolution rate was obtained from solvent drop grinding method with molar ratio of 1:2 in 5 min dissolution reached 8.4 fold when compared to pure lansoprazole.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggi Nivianti
"Deksametason merupakan salah satu bahan kimia obat yang sering dicampurkan kedalam jamu penambah nafsu makan. Deksametason diindikasikan sebagai obat antihistamin (antialergi). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis deksametason pada sediaan jamu penambah nafsu makan secara Kromatografi cair kinerja tinggi. Metanol digunakan sebagai pelarut, fase gerak terpilih metanol-air (70:30), laju alir 1,0 mL/menit, panjang gelombang analisis 238 nm dan waktu retensi deksametason adalah 5, 028 menit.
Hasil dari validasi metode analisis didapat koefisien korelasi (r) kurva kalibrasi adalah 0,9991 berada pada rentang konsentrasi 1,512 - 4,536 μg/mL, memiliki batas deteksi 0,116μg/mL dan batas kuantitasi 0,387 μg/mL. Nilai koefisien variasi (KV) pada tiga konsentrasi berbeda antara lain 0,675%, 0,881% dan 0,901%. Nilai rata-rata uji perolehan kembali pada tiga konsentrasi yang berbeda antara lain 99,92%, 99,92% dan 98,93%. Hasil validasi metode memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dari kedua sampel yang dianalisis semuanya negatif mengandung deksametason.

Dexamethasone is a chemical drug that is often mixed into herbal appetite enhancer. Dexamethasone is indicated as antihistamines (allergy). This study aims to conduct analysis of dexamethasone on appetite enhancer herbal preparations using high performance liquid chromatography. Methanol is used as a solvent, mobile phase of methanol-water (70:30), flow rate of 1.0 ml/min, analytical wavelength 238 nm and dexamethasone retention time is 5, 028 min.
Results of the validation analytical methods derived calibration curve correlation coefficient 0.9991, concentrations were in the range from 1.512 to 4.536 μg/mL, limit of detection 0.116 μg/mL and the limit of quantitation 0.387 μg/mL. Result from coefficient of variation (CV) at three different concentrations were 0.675%, 0.881% and 0.901%. The average of percent recovery tests at three different concentrations were 99.92%, 99.92% and 98.93%. Method validation results comply the specified criteria. From two samples were analyzed, none of them contain dexamethasone.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S53101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardy Widjaja
"Industri farmasi saat ini berkembang begitu pesat termasuk di Negara Indonesia. Banyak Produsen obat-obatan dari luar yang membangun pabrik di Indonesia. Semakin banyak yang memproduksi, semakin ketat juga persaingan dagang pada industri ini. Banyak produsen kurang memikirkan hal yang sederhana seperti perawatan pada mesin produksi. Padahal dalam proses produksi obat-obatan, dibutuhkan tingkat perawatan yang tinggi. Kandungan formulasi yang harus tepat dan tingkat kebersihan yang sangat tinggi. Bahkan pada suatu titik dimana ada beberapa obat-obatan yang harus diproduksi pada ruangan steril. Dalam skripsi ini, akan dibahas peninjauan kembali sistem perawatan pada industri farmasi terutama pada proses mesin kemasan blister. Dalam hal ini pengambilan data dilakukan pada salah satu industri farmasi pembuat tablet paracetamol.
Dari data yang didapat, terbukti bahwa mesin kemasan blister termasuk mesin produksi yang paling banyak memiliki masalah. Hal ini terjadi karena mesin kemasan blister termasuk mesin yang kompleks dan memiliki banyak proses. Sehingga posibilitas kerusakan pada mesin kemasan blister lebih besar di banding dengan mesin produksi lainnya. Pengambilan data dari kondisi aktual dan hasil diskusi dengan operator menunjukan bahwa bagian mesin yang paling memiliki banyak masalah dan berdampak ke bagian yang lain adalah sealing station. Bagian ini mengerjakan proses pelekatan antara plastik PVC yang telah dibentuk dengan lembaran alumunium sehingga menghasilkan blister yang kedap udara dan posisi yang tepat antara plastik PVC dengan alumunium. Penyebab utama dianalisa dengan metode Root Cause Analysis (RCA) yang kemudian dapat diselesaikan dengan corrective action. Untuk pencegahan berikutnya dibuat maintenance task yang baru sesuai dengan kebutuhan mesin blistering saat ini.

Nowadays pharmaceutical industries advance rapidly in developing countries such as Indonesia. A large number of foreign medicines manufacturers chose Indonesia to build their factories. With more firms compete in the limited market, price competition is inevitable. Hence, many manufacturers would prefer to cut cost on production machine's maintenance. On the other hand, pharmacy industry requires a sophisticated maintenance system. This is especially hold true for the hygiene aspect of the production line as there are some types of medicine that needs to be produced in sterile room condition. In this thesis, the review system will be discussed in the pharmaceutical industry especially for the case of blister packaging machine. In this case, the data retrieval is performed on one of the pharmaceutical industry which specializes in manufacturing of paracetamol tablets.
In this case, the data retrieval is performed on one of the pharmaceutical industry which specializes in manufacturing of paracetamol tablets. From the data obtained, it is evident that blistering machine is one of the machine that requires extra attention . This happens because of the complex system of the blister machin. Thus, the damage probability of the blister packaging machine is much greater than the other production machines. Data collected from actual condition and the results from discussions with the operators showed that the most problems of the blistering machine come from sealing station. Moreover, these problems impact other parts of the machine. In the sealing station, sheets of PVC plastic are combined with aluminum sheets. The result is an airtight caplet or strip with precise layout between both sheets. The main causes is analyzed by Root Cause Analysis Method that next will be done with corrective action. For the upcoming preventive maintenance, a new maintenance task is made according to the recent condition of recent blistering machine.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Puspita Sari
"Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada perempuan di seluruh dunia. Pengobatan menggunakan bahan alam banyak dikembangkan karena toksisitasnya rendah. Daun sirsak (Annona muricata L.) terbukti memiliki potensi aktivitas antiproliferasi pada sel kanker payudara.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh enkapsulasi ekstrak etanol daun sirsak terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D. Liposom adalah mikropartikulat berbentuk sferis yang mampu menghantarkan obat antikanker.
Pada penelitian ini ekstrak etanol daun sirsak dienkapsulasi dalam liposom menggunakan metode hidrasi lapis tipis dan diekstrusi dengan membran polikarbonat 0,4 μm dan 0,1 μm masing-masing sebanyak 10 siklus. Selanjutnya, formula liposom yang memiliki enkapsulasi terbaik dilihat dari waktu pemisahan yang lebih lama dan dispersi partikel yang paling kecil kemudian dibandingkan aktivitas antiproliferasinya dengan ekstrak yang tidak dienkapsulasi menggunakan metode MTT.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa liposom formula 1 memiliki dispersi partikel lebih kecil dan waktu pemisahan lebih lama dengan morfologi multi vesicular vesicle dan large unilamelar vesicle. Efisiensi penjerapan liposom formula 1 adalah 96,93%. IC50 ekstrak yang tidak dienkapsulasi adalah 64,53 μg/ml dan IC50 ekstrak yang dienkapsulasi liposom adalah 389,29 μg/ml.

Breast cancer is one the leading cause of cancer death in women worldwide. Treatment using natural materials has been developed because it has low toxicity. Soursop leaves (Annona muricata L.) proved to have the potential antiproliferative activity in breast cancer cells. Liposomes are spherical microparticulate which capable of delivering anticancer drugs.
This study aimed to obtain the effect of encapsulation soursop leaves ethanolic extract in liposome against antiproliferative activity in T47D breast cancer cell.
In this study, ethanolic extract of soursop leaf encapsulated in liposomes using thin layer hydration method and extruded with a polycarbonate membrane of 0,4 μm and 0,1 μm respectively as many as 10 cycles. Furthermore, liposome?s formula which shown the best encapsulation from longer separation time and smallest particle dispersion compared its antiproliferative activity with extracts not encapsulated using MTT method.
In this study showed that liposomes formula 1 has smaller particle dispersion and longer separation time whose multi vesicular vesicle and large unilamelar vesicle morphology. Entrapment efficiency of liposome formula 1 is 96,93%. IC50 value for not encapsulated extract was 64,53 μg/ml and IC50 value for extract encapsulated liposomes was 389,29 μg/ml."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diar Siti Hazar Sukandi
"Niasinamida merupakan vitamin yang larut di dalam air dikenal sebagai vitamin B3 dan telah digunakan untuk mengobati beberapa jenis permasalahan pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi emulgel yang menggunakan silikon untuk membandingkan daya penetrasi secara in vitro antara emulgel dengan silikon dan tanpa penambahan silikon serta uji stabilitas fisik sediaan. Semua formulasi di uji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague dawley. Jumlah kumulatif niasinamida yang terpenetrasi dari emulgel yang tidak mengandung silikon (F1) adalah 2028,8 ± 64,3 µg/cm2 sedangkan emulgel yang mengandung silikon secara berturut turut (F2-dimetikon dan F3-siklometikon) adalah 4662,4 ± 11,4 µg/cm2 dan 2679,45 ± 9,3 µg/cm2. Nilai fluks berturut-turut F1, F2, dan F3 adalah 253,6 ± 8,0 µg/cm2jam, 582,7 ± 1,4 µg/cm2jam, dan 334,93 ± 1,2 µg/cm2jam. Serta nilai % kumulatif terpenetrasi berturut-turut sebesar 8,89 ± 0,28 %, 17,95 ± 0,04 %, dan 11,83 ± 0,04 %. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya silikon terbukti dapat meningkatkan penetrasi emulgel niasinamida dan ketiga formulasi menunjukan kestabilitan fisik yang baik.

Niacinamide is a water-soluble vitamin, also known as vitamin B3 and has been used to treat several types of dermatological pathologies. The purpose of this research are to make emulgel formulations using silicones to compare the penetration ability as in vitro test between emulgel with or without silicon, and the physical stability test. Penetration ability of all formulations were examined by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin for diffusion membrane. Total cumulative penetration of niacinamide from emulgel without silicone formulation (F1) is 2028,8 ± 64,3 µg/cm2 and emulgel with silicone formulation (F2-dimethicone and F3-cyclomethicone) are 4662,4 ± 11,4 µg/cm2 and 2679,45 ± 9,3 µg/cm2. Fluks of niacinamide respectively (F1, F2, and F3) are 253,6 ± 8,0 µg/cm2hour, 582,7 ± 1,4 µg/cm2hour, and 334,93 ± 1,2 µg/cm2hour. The presentage of penetrated niacinamide are 8,89 ± 0,28 %, 17,95 ± 0,04 %, and 11,83 ± 0,04 %, respectively. Based on those result, it can be concluded that silicone compound can increase the penetration ability of niacinamide emulgels and all formulations showed good physical ;Niacinamide is a water-soluble vitamin, also known as vitamin B3 and has been used to treat several types of dermatological pathologies. The purpose of this research are to make emulgel formulations using silicones to compare the penetration ability as in vitro test between emulgel with or without silicon, and the physical stability test. Penetration ability of all formulations were examined by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin for diffusion membrane. Total cumulative penetration of niacinamide from emulgel without silicone formulation (F1) is 2028,8 ± 64,3 µg/cm2 and emulgel with silicone formulation (F2-dimethicone and F3-cyclomethicone) are 4662,4 ± 11,4 µg/cm2 and 2679,45 ± 9,3 µg/cm2. Fluks of niacinamide respectively (F1, F2, and F3) are 253,6 ± 8,0 µg/cm2hour, 582,7 ± 1,4 µg/cm2hour, and 334,93 ± 1,2 µg/cm2hour. The presentage of penetrated niacinamide are 8,89 ± 0,28 %, 17,95 ± 0,04 %, and 11,83 ± 0,04 %, respectively. Based on those result, it can be concluded that silicone compound can increase the penetration ability of niacinamide emulgels and all formulations showed good physical.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiana Yanuar Nugraheni
"Infark miokard adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba. Adapun yang mempengaruhi perkembangan infark miokard adalah stress oksidatif dan terjadinya inflamasi. Secang merupakan tanaman yang telah lama digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan dan diketahui memiliki aktivitas anti-inflamasi juga antioksidan yang dapat melindungi jantung dari kejadian infark miokard.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak secang terhadap sel-sel jantung tikus yang diinduksi dengan isoproterenol. Sel jantung tikus yang telah diinduksi dengan isoproterenol kemudian diamati perubahan bobot dan perubahan gambaran histologinya yang berupa adanya infiltrasi neutrofil, edema, dan nekrosis jaringan.
Tikus galur Sprague-Dawley yang akan mendapat perlakuandibagi menjadi enam kelompok, yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol ekstrak (200 mg/kgbb), dan tiga kelompok dosis ekstrak (50; 100; 200 mg/kgbb) diberi perlakuan selama 30 hari, kemudian diinduksi dengan isoproterenol. Tikus yang diberi ekstrak air secang bobot jantungnya menurun seiring kenaikan dosis. Kerusakan sel jantung berupa infiltrasi neutrofil, edema dan nekrosis sangat teramati pada jantung kontrol negatif. Sementara pada sel jantung kontrol normal dan kontrol ekstrak tidak teramati kerusakan apapun.Pada kelompok dosis 1, dosis 2 dan dosis 3 kerusakan semakin berkurang seiring dengan peningkatan dosis ekstrak secang.

Myocardial infarctionisa disease that can cause sudden death. Factors that influence the development of myocardial infarction was oxidative stress and inflammation. Caesalpiniasappan Linn has been used as a treatment and known to haveanti-inflammatory and antioxidant activity that can protect the heart from myocardial infarction.
This study was to determine the effect of the water extract of Caesalpinia Sappan Linn inrats heart cells induced by isoproterenol. Rats heart cells evaluated in heart weight and cardiac histology change in the presence of neutrofil infiltration, edema and necrosis.
Sprague-Dawley rat were divided intosix groups:normal control, negative control, extract control (200 mg/kg), and three extract groups(50; 100; 200mg/kg) were given pretreatmend for 30 days, then induced with isoproterenol.
The results show that administration water extract of Caesalpinia sappan Linn decreasing heart weigh of rat extract group. Infiltration neutrofil, edema and necrosis was observed in the negative control. Meanwhile in normal control and extract control infiltration neutrofil, edema and necrosis was not observed. Cardiac cells damage decrease with increasing water extract of Caesalpinia sappan Linn doses."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zaki
"ABSTRAK
Saat ini terdapat perbaikan Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Indonesia dan penambahan populasi penduduk lanjut usia. Pada tahun 2017, AHH mencapai 71,06 tahun, dan jumlah lansia 23,4 juta orang (8,97% dari seluruh penduduk Indonesia). Hal ini berisiko meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Osteoartritis (OA) adalah penyakit yang sering dikaitkan dengan kondisi degeneratif dan mengakibatkan ketidakaktifan fisik. Pada Riskesdas 2013, penyakit Artritis berada di urutan kedua penyakit terbanyak diderita lansia dengan prevalensi 45% (55-64 tahun), 51,9% (65-74 tahun) dan 54,8% (usia >75 tahun). Pengobatan simtomatik dengan OAINS yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek samping yang fatal. Terdapat berbagai faktor risiko berkembangnya OA lutut, di antaranya konsentrasi serum Vitamin D (25(OH)D. Proporsi perempuan lansia dengan defisiensi 25(OH)D pada penelitian di Jakarta dan Bekasi mencapai 35,1%. Terdapat hubungan antara kadar Vitamin D (25(OH)D) yang rendah dengan nyeri lutut dan perubahan kartilago sendi lutut pada OA. Serum Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) merupakan produk degradasi penting dari kartilago sendi dan dapat menjadi marker diagnosis untuk OA lutut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) selama 12 minggu terhadap derajat nyeri berdasarkan indikator WOMAC, dan kondisi obyektif kartilago sendi dengan perubahan marker serum COMP pada penderita OA lutut lansia. Disain penelitian uji klinis teracak, tersamar ganda, dan terkontrol plasebo. Subyek dengan OA lutut simtomatis direkruit secara consecutive sampling dan dilakukan anamnesis, diperiksa kondisi fisik, radiologi lutut, kadar serum Vitamin D (25(OH)D), serum Calcium dan marker COMP. Subyek dialokasikan secara acak (random allocation) pada kelompok perlakuan yang diberikan suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) atau kelompok kontrol yang diberikan plasebo. Populasi sumber xviii Universitas Indonesia pada penelitian ini ialah pasien OA lutut lanjut usia yang berobat ke KPKM FKIK UIN Jakarta. Dari hasil pemeriksaan konsentrasi serum Vitamin D 25(OH)D sebelum dilakukan intervensi, 53,4% responden mengalami insufisiensi dan 12,3% responden mengalami defisiensi Vitamin D. Pemberian suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) selama 12 minggu, mempengaruhi penurunan derajat nyeri berdasarkan indikator WOMAC pada penderita OA lutut lansia yang bermakna secara statistik dengan perbedaan perubahan skor pra dan pascaintervensi pada kelompok intervensi dibanding kontrol sebesar 2,174 (p=0,00). Pemberian suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) selama 12 minggu, mempengaruhi penurunan konsentrasi serum COMP pada penderita OA lutut lansia, dengan perbedaan perubahan skor pra dan pascaintervensi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol sebesar 38,15 ng/ml namun tidak bermakna secara statistik (p=0,39)

ABSTRACT
At present there are improvements in the Life Expectancy (AHH) of the Indonesian population and the addition of the elderly population. In 2017, AHH reached 71.06 yo and the number of elderly people reached 23.4 million people (8.97% of the total population of Indonesia). This has the potential to increase degenerative diseases. Osteoarthritis (OA) is a disease that is often associated with degenerative conditions and physical inactivity. Riskesdas in 2013 stated that Arthritis was the second most common disease suffered by the elderly with a prevalence of 45% (55-64 yo), 51.9% (65-74 yo) and 54.8% (>75 yo). Symptomatic treatment with prolonged NSAIDs can cause fatal side effects. There are various risk factors for developing knee OA, including serum Vitamin D (25(OH)D) concentrations. The proportion of elderly women with 25(OH)D deficiency in studies in Jakarta and Bekasi reaches 35.1%. It has been found an association between low Vitamin D levels (25(OH)D) with knee pain in OA and changes in the knee joint cartilage. Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) is an important degradation product of joint cartilage and can be act as a diagnostic marker of knee OA. This study aims to determine the effect of Vitamin D supplementation (Alphacalcidol) for 12 weeks on the degree of pain based on WOMAC indicators, and the objective conditions of joint cartilage with changes in COMP serum markers in patients with knee OA in the elderly. The research design is a randomized, double-blind, and placebo-controlled clinical trials. Subjects with symptomatic knee OA will be recruited by consecutive sampling and continued with history taking, physical conditions examinatons, knee radiology, and blood test for serum vitamin D (25(OH)D), serum calcium and marker COMP. Subjects were then randomly allocated to the treatment group given Vitamin D supplements (Alphacalcidol) or the control group given a placebo. The source population in this study was elderly with knee OA patients xx Universitas Indonesia who went to Primary Health Care Clinic (KPKM) of FKIK UIN Jakarta. We found that before intervention was done, 53.4% of respondents had Vitamin D insufficiency and 12.3% of respondents had Vitamin D deficiency. The administration of Vitamin D supplements (Alphacalcidol) for 12 weeks, influenced the decrease in the degree of pain based on the WOMAC indicator in knee OA of elderly patients significantly, with differences in changes in pre and post intervention scores of 2.174 compare with control (p=0.00). The administration of Vitamin D supplements (Alphacalcidol) for 12 weeks, affected the decrease in the serum concentration of COMP in knee OA of elderly patients, with differences in changes in pre and post intervention scores in the intervention group compared to the control group of 38.15 ng/ml but not statistically significant (p=0.39)."
2019
D2612
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Sastradi
"Senyawa turunan kuinazolinon mempunyai berbagai aktivitas biologis. Salah satunya adalah 6-amino-3-benzil-4(3H)-kuinazolinon, yang memiliki aktivitas antibakteri berspektrum luas. Dalam rangka memperoleh senyawa turunan 6- amino lainnya dari 4(3H)-kuinazolinon, telah dilakukan nitrasi pada senyawa 3- (4-klorofenil)-2-metil-4(3H)-kuinazolinon. Nitrasi dilakukan dengan berbagai metode nitrasi dengan tujuan memperoleh metode nitrasi terbaik untuk senyawa tersebut. Metode nitrasi tersebut antara lain : nitrasi dengan asam nitrat berasap dan asam sulfat pekat, nitrasi dengan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat, nitrasi dengan perak nitrat dan N-bromosuksinimid, nitrasi dengan serium amonium nitrat dan silika asam sulfat, dan nitrasi dengan serium amonium nitrat dan asam sulfat pekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nitrasi dengan asam nitrat berasap dan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa 3-(4’-kloro-3’-nitrofenil)-2-metil-6-nitro-4(3H)-kuinazolinon dengan rendemen sebesar 49,74%. Struktur molekul tersebut telah dikonfirmasi dengan spektrum FT-IR dan 1HNMR. Nitrasi juga berhasil dilakukan dengan menggunakan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat, akan tetapi produk yang dihasilkan jauh lebih sedikit dibandingkan menggunakan asam nitrat berasap dan asam sulfat pekat. Metode nitrasi yang lain tidak memberikan hasil yang diinginkan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode nitrasi terbaik untuk 3-(4-klorofenil)-2-metil-4(3H)-kuinazolinon adalah dengan menggunakan asam nitrat berasap dan asam sulfat pekat.

Some of quinazolinone derivatives have various biological activities. One of them is 6-amino-3-benzyl-quinazolin-4-one reported to have broad-spectrum antibacterial activity. In order to obtain other 6-amino derivatives of quinazolinone, the experiment on the nitration of 3-(4-chlorophenyl)-2-methylquinazolin-4-one with various methods of nitration have been performed to get the best nitration methods for these compounds. Implemented nitration methods were: nitration with fuming nitric acid and concentrated sulfuric acid, nitration with concentrated nitric acid and concentrated sulfuric acid, nitration with silver (I) nitrate and N-bromosuccinimide, nitration with ceric ammonium nitrate and silica supported sulfuric acid, and nitration with ceric ammonium nitrate and concentrated sulfuric acid. The results showed that nitration with fuming nitric acid and concentrated sulfuric acid generating compound 3-(4'-chloro-3'-nitrophenyl)-2-methyl-6-nitro-quinazolin-4-one with yield 49.74%. The structure was confirmed using FT-IR and 1H-NMR. Nitration was also successfully performed using concentrated nitric acid and concentrated sulfuric acid, however the resulting product was less than using fuming nitric acid and concentrated sulfuric acid. The other nitration methods were not give the desired results. From these research, it could be concluded that the best nitration method for 3-(4-chlorophenyl)-2-methyl-quinazolin-4-one is using fuming nitric acid and concentrated sulfuric acid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Riolina Ida Lamtiur
"Ke depan organisasi pemerintah miskin struktur kaya fungsi, yang diwujudkan melalui berbagai macam jabatan fungsional. Salah satu jabatan fungsional yang butir kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah Pengawas Farmasi dan Makanan. Jabatan fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan merupakan salah satu upaya strategis untuk meningkatkan kinerja dan sekaligus merupakan alternatif pengembangan karir yang sangat diminati oleh SDM di Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Beban kerja BPOM dalam upaya pengawasan terhadap mutu, keamanan dan efikasi atau manfaat obat, obat tradisional, makanan, kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga dan bahan berbahaya, baik yang beredar di Indonesia maupun untuk produk ekspor semakin meningkat dan semakin kompleks. Semakin terbukanya akses pasar global, akan semakin banyak beredar produk ilegal dan produk palsu. Sehingga semakin banyak kasus pro justicia di bidang farmasi dan makanan. Beban kerja yang berat dan sangat beresiko di lapangan inilah yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pengawas Farmasi dan Makanan.
Oleh karena itu pengembangan karir sebagai pejabat fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan selain menarik dari segi profesionalisme dan orientasi kinerja, juga dari segi pencapaian jenjang jabatan dan pangkat tertinggi sebagai pegawai negeri sipil dan akhirnya adalah tunjangan jabatan itu sendiri.
Pelaksanaan jabatan fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan di lapangan harus sesuai dengan harapan setiap SDM. Oleh karena itu diperlukan sistem yang dapat melakukan penilaian dan penetapan (perhitungan) angka kredit serta dapat melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan jabatan fungsional tersebut.
Untuk itu dirancang suatu prototip aplikasi program otomasi Sistem Informasi Bagi pengembangan Karir Pejabat Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan, BPOMRI, yang diharapkan akan dapat melakukan penilaian dan penetapan (perhitungan) angka kredit serta dapat melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan di lapangan. Otomasi penilaian dan penetapan (perhitungan) angka kredit serta monitoring dan evaluasi tersebut dapat meringankan beban Tim Penilai dan pihak manajerial yang menangani jabatan fungsional yang menyita banyak tenaga, waktu dan biaya.
Prototip ini merupakan pemecahan awal, yang masih harus dikembangkan menjadi suatu sistem yang utuh. Untuk itu sangat diperlukan dukungan pimpinan BPOM untuk mewujudkannya, baik dari segi legalitas pengadan maupun dari segi penganggaran agar memberikan prioritas pengadaan sistem tersebut.
Untuk keberhasilan sistem jabatan fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan juga perlu dilakukan sosialisasi yang ditata dan terus menerus kepada setiap SDM di setiap level bahwa pejabat fungsional adalah partner yang setara bagi pejabat struktural dalam pencapaian visi dan misi BPOM, selain diperlukan juga pendidikan dan pelatihan yang terstruktur bagi pejabat fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan guna memenuhi kompetensi dalam menjalankan tugas jabatannya.

Information System Modelling for Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan career development in Badan POM (National Agency of Drug and Food Control Indonesia)In the future, the government organization chart is designed to be simple but rich of functions. Various of functional services will be implemented. One of it is Jabatan Fungsional Pengawas farmasi dan Makanan.
Pengawas Farmasi dan Makanan is one of many strategic plan to increase Badan POM performance and interesting alternative career development for staff.
Global trade's affects the increasing of Badan POM's responsibility in pharmaceuticals and food control such as medicines, traditional medicines, medical devices and other commodities under Badan POM controlled. This situation opens the opportunity for distribution of illegal and counterfeit product; it is realized that the increase of pro justicia cases in pharmaceutical and food as the effects of those condition. Badan POM assumes that high risk responsibility.
Jabatan fungsional is interesting career development tract because its professionalism, performance oriented, career opportunity and of course the allowance as well.
Since the implementation of jabatan fungsional has to meet the staff needs, therefore the existing system that can evaluate, determine and to monitor its implementation is absolutely needed.
For that purpose it is designed an application prototype of automation system for jabatan fungsional pengawas farmasi dan makanan progress, in order to less the appraiser team duties and also to make the budget efficiency. The proposed prototype is beginning of the whole system to manage the implementation of jabatan fungsional in Badan POM. There are many supports have to be input to grow the prototype becomes the complete system such as, management, budget and legal aspects as well. Structured and consistent socialization is needed also to keep the pengawas farmasi dan makanan informed that structural and functional services are colleagues to achieve together the Badan POM mission and vision. Education and structured training are important and should be performed to fill them up with the competencies in their works.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>