Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gesa Patria Ari Cindy
"Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga bukanlah hal yang baru, dengan diaturnya tindak pidana kekerasan seksual sebagai salah satu bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Undang Undang Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, membawa harapan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat mengatasi kekerasan seksual dalam rumah tangga. Banyak yang menyatakan dalam Undang Undang Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menyimpangi asas unus testis nullus testis yang dianut Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. Sebenarnya, ketentuan dalam Pasal 55 Undang Undang Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sejalan dengan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, batas minimum pembuktianpun sejalan dengan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.

As sexual violence be regulated as a form of domestic violence, it is bring the hope for people to overcome sexual violence. Many people said that the provision of Article 55 of Eradication Domestic Violence Act deviates the unus testis nullus testis that is adopted by the code of criminal procedure. Actually, the provision of Article 55 of Eradication Domestic Violence Act is similar with the provision in the code of criminal procedure, the minimum evidence is also similar with the provision in the code of criminal procedure.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S60833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sagala, Shanty Sofiarli
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S22450
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Budi Santoso
"Torsio testis merupakan kedaruratan dalam urologi yang dapat terjadi pada 1 dari 4000 laki-Laki berusia dibawah 25 tahun, dan apabila keadaan ini tidak segera ditangani dengan benar dalam 4 sampai 6 jam dapat terjadi nekrosis testis. Dari penelitian sebelumnya didapatkan torsio testis dengan puntiran sebesar 720° dan lama puntiran lebih dari 4 jam dapat menyebabkan kerusakkan testis secara menetap. Oleh karena itu tindakan bedah sedini mungkin harus dilakukan untuk menyelamatkan testis dari kerusakan menetap. Saat ini tindakan bedah yang dianjurkan adalah melakukan detorsi testis, pendinginan testis dan orkidopeksi bilateral. Tindakan ini dilaporkan dapat menyelamatkan testis sampai dengan 90%, namun dalam pengamatan yang lebih lanjut menunjukkan lebih dari 67% testis tersebut akan mengalami atropi dan menjadi subfertil. Menurut Hagan dkk dari 55 pasien yang diamati hanya 7 pasien yang menunjukkan spermiogramnya normal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu terobosan lain dalam penatalaksanaan torsio testis guna menekan angka terjadinya kerusakan testis permanen secara signifikan.
Pendapat terkini mengenai adanya seguelae dari torsio testis yang telah dilakukan detorsi dapat diterangkan dengan dasar ischaemia/reperfusion (I/R) injury, kerusakan jaringan testis akibat torsio testis disehakan adanya ischemia yang diperberat dengan terjadinya reprefusion injury setelah dilakukan detorsi.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosefin Mulyaningtyas
"ABSTRAK
Kekerasan dalam ranah personal, khususnya kekerasan seksual dalam rumah tangga menunjukkan angka yang sangat tinggi di Indonesia. Guna menjawab pertanyaan mengenai perlindungan hukum bagi korban viktimisasi berganda pada kasus kekerasan seksual dalam rumah tangga serta bagaimana menanggulangi kendala penegakan hukum kasus tersebut, penelitian normatif ini dilakukan dengan cara menganalisis putusan pengadilan, kemudian dilengkapi dengan wawancara dengan pihak LBH Apik dan Komnas Perempuan yang mendampingi korban, lalu dilengkapi dengan perbandingan hukum di Thailand dan Filipina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua jenis kekerasan, kekerasan seksual dalam rumah tangga yang memberikan penderitaan paling banyak bagi korban, yaitu penderitaan fisik dan psikis. Terlebih lagi, korban biasanya mengalami kekerasan seksual disertai atau tidak disertai dengan jenis kekerasan lainnya dalam rumah tangga lebih dari satu kali hingga ada yang bertahun-tahun. Ironisnya, korban yang mengalami viktimisasi berganda ini pada kenyataannya kurang mendapat perlindungan dan penegakan hukum. Anggota keluarga lainnya maupun masyarakat seringkali malah menutupi tindak pidana tersebut, serta hukum pidana yang ada kurang memihak korban. Kondisi demikian dapat dijumpai dalam praktik pengadilan di Indonesia, dan kondisi serupa juga ternyata terjadi di Thailand dan Filipina. Sehingga oleh karena kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, perlu dilakukan perubahan stigma korban dan masyarakat menjadi lebih baik, serta memperbaiki penegakan hukum yang kurang berpihak pada korban.

ABSTRACT
Violence in the personal space especially sexual violence in the household shows a very high incidence rate in Indonesia. In order to answer the question of legal protection for victims of multiple victimization in cases of sexual domestic violence and how to overcoming obstacles of law enforcement, this normative juridical research was conducted by analyzing the court decision, and interview with LBH Apik and Komnas Perempuan who help the victim directly, then complemented by a comparison of the laws of Thailand and the Philippines. The results show that of all types of violence, domestic violence is the one that gives the most suffering to the victims, namely physical and psychological suffering. Moreover, victims are usually subjected to sexual violence accompanied or not accompanied by other types of violence in households more than once until there are many years. Ironically, the victim who suffered from multiple victimization is in fact under the protection and law enforcement. Other family members and the community often even cover up the crime, and the criminal law that is inadequate to the victim. Such conditions can be found in Indonesian courts, and similar circumstances also occur in Thailand and the Philippines. Therefore, due to the very poor condition, it is necessary to change the stigma of victims and society better, and to improve law enforcement that is less favorable to the victims."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Seto Hanggoro S.
"Objektif : Untuk mengetahui apakah insisi tunika albuginea dapat dipakai sebagai indikator viabilitas testis pada torsio, dan berapa lama setelah terjadi torsio masih dapat diharapkan testis yang viable.
Metode Penelitian : Penelitian bersifat eksperimental. Digunakan 3 kelompok tikes Sprague-Dawley yang dilakukan puntiran ( torsio ) pada funikulus sperrnatikus sebesar 720° dan 1080° . Kelompok 1 selama 4 jam, kelompok 2 selama 6 jam dan kelompok 3 selama 24 jam. Setiap kelompok setelah dilakukan detorsio, dilakukan insisi pada tunika albuginea untuk menilai derajat perdarahan arterial testis yang dibedakan atas 3 tingkatan. Grade of bleeding 1: perdarahan terjadi kurang dari 10 menit, grade 2 : perdarahan baru terjadi setelah 10 menit, sedangkan grade of bleeding 3 : bila tidak terdapat perdarahan jaringan testis lagi. Seluruh testis yang dievaluasi dilakukan orkidektomi kemuclian dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menilai kerusakan jaringan yang terjadi. Selanjutnya dilakukan evaluasi statistik dengan menentukan sensitivitas,spesifiksitas, positive predictive value (PPV) dan negative predictive value (NPV) antara derajat perdarahan dengan hasil pemeriksaan histopatologi sebagai standar baku, dan dicari korelasi antara derajat puntiran dan lama torsio dengan viabilitas testis.
Hasil : Dari 30 testis yang dilakukan torsio dan kemudian detorsio, didapatkan 20 testis dengan derajat perdarahan grade 1, 19 testis (95%) masih viable.Sedangkan 4 testis dengan derajat perdarahan grade 2 dan 6 testis dengan derajat perdarahan grade 3 sebagian besar ( 83,5% - 100%) sudah tidak viable. Derajat perdarahan grade 1 sebagai indikator penyelamatan testis memiliki nilai sensitifitas 95%, spesifiksitas 90%, PPV 95% dan NPV 10%. Pada uji regresi-multivariate dari variabel derajat torsio terhadap viabilitas testis tidak didapatkan perbedaan bermakna ( p > 0,05 ). Pada uji regresi-multivariate dari variabel lama torsio terhadap viabilitas testis menunjukan perbedaan bermakna (p < 0,05 ).
Kesimpulan : Perdarahan jaringan testis yang dapat dipakai sebagai indikator penyelamatan testis adalah grade of bleeding 1. Lama terjadinya torsio adalah faktor yang berpengaruh terhadap viabilitas jaringan testis.

Objective:To evaluate the reliability of tunica albugenia incision to assesstesticular viability in testicular torsion, and how long after torsion,testis is still viable.
Method :This is an experimental study. Three groups of Sprague-Dawley ratsunderwent 720 and 1080 degrees torsion of spermatic cord. Group 1 :torsion during 4 hours, group 2 : 6 hours and group 3 : 24 hours. After detorsion all groups underwent incision of albuginea tunica to assess arterial testis bleeding , which consist of 3 grade of bleeding . Grade 1:bleeding occurred immediately , grade 2 : no immediate bleeding, but itoccurred within 10 minutes and grade 3: no bleeding at all within 10minutes. Based on this evaluation, all testis was performed orchiectomyfor histopatologic examination to determined whether there are anydamage on testicular tissue.At the end of the study, statistical analysis was performed to determinesensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictivevalue for grade of bleeding to predict testis viability by usinghistopatological examination as reference standard, and to analysed thecorrelation beetwen degree and duration of testicular torsion with testisviability.
Result :30 testis was performed torsion and then detorsion, we obtained 20 testis with grade of bleeding 1, 19 testis (95%) were viable whereas 4 testis with grade of bleeding 2 and 6 testis with grade of bleeding 3, most of them (83,5%x100%) were not viable. Grade of bleeding 1 aspredictor testicular viability have sensitivity, specificity, positive andnegative predictive value as 95%, 90%, 95% and 10% respectively. Onmultivariate-regresion test of variabel degree of torsion towardstesticular viability, there was not significant difference ( P > 0.05 ), butfrom variabel duration of torsion towards the testis viability, there wassignificant difference ( P < 0.05 ).
Conclusion: Testicular tissue bleeding which can be used as salvage ability indicator is grade of bleeding 1. Duration of torsion is an importantfactor for testicular viability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Rahma
"Fenomena stres oksidatif berperan dalam berbagai patogenesis penyakit termasuk infertilitas pada pria. Meningkatnya peroksidasi lipid pada membran sel spermatozoa menyebabkan penurunan kualitas sperma. Tingkat kerusakan sel akibat stress oksidatif dapat diukur dengan kadar malondialdehid (MDA). Bekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang diketahui memiliki kandungan antioksidan; vitamin E dan oryzanol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bekatul terhadap kadar MDA testis tikus yang diinduksi CCl4. Dua puluh empat sampel tikus dibagi ke dalam 6 kelompok; kontrol (K), bekatul 200 mg/kg BB (P1), bekatul 400 mg/kg BB (P2), CCl4 (P3), 200 mg/kg BB+ CCl4 (P4), dan 400 mg/kg BB+CCl4 (P5). Tikus diadaptasi selama 7 hari. Pemberian bekatul pada kelompok P1, P2, P4, dan P5 dilakukan selama 8 hari setelah adaptasi. Sedangkan induksi CCl4 0,55mg/kg BB pada kelompok P3, P4, dan P5 dilakukan pada hari ke 9-11. Pemberian CCl4 pada kelompok P3 menghasilkan kadar MDA yang lebih tinggi bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,028). Pemberian bekatul pada kelompok P2 menunjukkan kadar MDA yang lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (p=0,046). Kadar MDA yang lebih rendah secara signifikan juga terlihat pada kelompok P4 dan P5 dibandingkan kelompok P3 dengan nillai p berturut-turut 0,037 dan 0,005.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian bekatul dapat menghasilkan kadar MDA yang lebih rendah pada testis tikus yang diinduksi CCl4. Ini membuktikan potensi bekatul sebagai agen protektif terhadap peroksidasi lipid pada jaringan testis tikus.

The phenomenon of oxidative stress involves in pathogenesis of several diseases including infertility in men. High lipid peroxidation on membrane of spermatozoa decreases sperm quality. Cell damage caused by oxidative stress can be measured with malondialdehyde (MDA). Rice bran as a byproduct of the rice milling process is known to have antioxidant properties;vitamin E and oryzanol.
This research aimed at evaluating the effect of rice bran on MDA level in rat?s testes induced by CCl4. Twenty four male Sprague dawley rats were divided into six groups; Untreated (K), rice bran 200 mg/kg BW (P1), rice bran 400 mg/kg BW (P2), CCl4 (P3), rice bran 200 mg/kg BW+ CCl4 (P4), and rice bran 400 mg/kg BW+ CCl4 (P5). Rats were adapted on 7 days. Group P1, P2, P4, and P5 were administered with rice bran on 8 days after adaptation. Group P3, P4, and P5 were administered with CCl4 0,55mg/kg BW from day 9-11. Administration of CCl4 on group P3 caused a greater MDA level compared to the untreated group (p=0.028). Administration of rice bran on group P2 showed a lower MDA level compared to the untreated group (p=0.046). The MDA levels of group P4 and P5 were also significantly lower compared to group P3 with p value consecutively 0.037 and 0.005.
This study shows that the administration of rice bran results in a lower MDA level in rat?s testis induced by CCl4. It proves the potency of rice bran as protective agent against lipid peroxidation in rat?s testes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Zaki Kurniawan
"Tesis ini membahas penegak hukum mengakomodir keinginan korban dalam penyelesaian perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan langkah tersebut dapat direspon oleh hukum pidana saat ini serta konsep restorative justice dapat digunakan sebagai upaya penyelesaian di masa mendatang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penegak hukum mengakomodir keinginan dari korban yang tidak mau meneruskan perkaranya dan berkeinginan untuk berdamai dengan pelaku. Penelitian ini dengan menggunakan metode yuridis normatif yang kemudian dipaparkan secara deskriptif analitis.
Hasil penelitian bahwa di tingkat penyidikan keinginan korban dapat direspon oleh penegak hukum dengan cara penyelesaian melalui Alternatif Dispute Resolusion (ADR). Langkah tersebut sepenuhnya belum dapat direspon oleh hukum pidana positif, karena di dalam hukum pidana tidak dikenal adanya penghentian penyidikan yang dikarenakan adanya perdamaian. Di tingkat penuntutan respon yang bisa dilakukan dengan cara memberikan pidana bersyarat atau pidana denda yang memang sudah ada dalam hukum positif, dari hasil penelitian hal tersebut belum dilakukan dikarenakan tidak ada korban yang hendak menghentikan proses hukum di tingkat penuntutan.

This thesis discusses the role of law enforcement officers in accommodating the wishes of the victims in the settlement of domestic violence cases. At the moment it is a widely accepted practice and the restorative justice principle may be utilizes for future settlement. The objectives of this research is to ascertain how far law enforcement officials would go to accommodate the wish of some victims to close down the investigation or to settle with the perpetrator. The research is done using a judicial normative method and then is presented in an analytic descriptive manner.
It reveals that at the investigation stage the victim's wishes may be responded by law enforcement officials through the Alternative Dispute Resolution (ADR) method. This particular step is a not quite in-synch with the positive criminal code since in the prevailing code does not recognize the concept of putting a halt to an investigation due to a peace settlement. At the prosecuting stage, the available venue is to grant probation sentences or fine which are in existence in the positive criminal code. The results of this research are not applicable for such step since there are no victims willing to halt the legal proceeding at the prosecuting stage.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T29219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dine Agustine
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T40168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>