Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Azka Hikmawati Aulia
"[Natrium diklofenak merupakan obat anti-inflamasi non steroid (AINS) yang mengalami efek lintas pertama dihati sehingga bioavailabilitasnya hanya sebesar 50-60%. Selain itu natrium diklofenak juga memiliki efek samping induksi tukak lambung. Untuk mengatasi masalah tersebut dikembangkan teknologi untuk mengontrol pelepasan obat, salah satunya adalah sistem penghantaran mikrospons. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut terhadap pembentukan granul mikrospons dan mengetahui presentase jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi. Formulasi granul mikrospons dilakukan dengan optimasi perbandingan zat aktif dan polimer (1:1, 1:3 dan 1:5), dilanjutkan dengan optimasi jumlah pelarut yaitu diklorometan (5, 10, 15 dan 20 mL). Formula M5 dengan perbandingan zat aktif dan polimer 1:3 dan 10 mL diklorometan dipilih sebagai formula paling optimum. Selanjutnya formula M5 diformulasikan menjadi sediaan gel. Berdasarkan hasil yang ada, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pelarut yang digunakan dalam pembuatan mikrospons maka akan menghasilkan ukuran partikel dan uji perolehan kembali yang semakin besar. Presentase jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi dari gel kontrol menunjukkan hasil sebesar 18,89%. Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan gel mikrospons yaitu sebesar 25,77%., Diclofenac sodium is a non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) that experiences first pass metabolism so its bioavaliabilty only 50-60%. Moreover, diclofenac sodium also induces gastric ulcers. To solve those problems, controlled release technology of drugs have been developed. One of the technologies is microsponge delivery system. This study aim to determine the effect of solvents on the formation of granules microsponges diclofenac sodium, and determine the percentage of the cumulative amount of diclofenac sodium that penetrated . The formulation was done by optimizing the ratio of active substance and the polymer (1:1; 1:3; and 1:5) followed by optimizing the amount of solvent, dichloromethane (5, 10, 15 and 20 mL). Formula M5 with the ratio of active substance and the polymer 1:3 and 10 mL dichloromethane was chosen as the optimal formula. Formula M5 was formulated into a gel. Based on the results, it could be concluded that the more solvent used in the manufacture of microsponge, the greater its particle size and production yield. The percentage of cumulative amount of diclofenac sodium that penetrated from conventional gel was 18,89%. Those results give smaller result than microsponges gel which gives percentage of cumulative amount that penetrated around 25,77%.]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S60490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayangsari
"[ABSTRAK
Natrium diklofenak merupakan obat AINS yang memiliki waktu paruh yang cukup pendek yaitu 2 jam. Akibatnya, frekuensi dari pemberian obat akan menjadi lebih sering. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan waktu paruh yang pendek maka dibuatlah formulasi natrium diklofenak dengan teknologi mikrospons karena dapat memodifikasi profil pelepasan obat sehingga frekuensi pemberian obat dapat diminimalisir. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi pelarut emulsi dengan pelarut yang dapat menguap yaitu diklorometana. Formulasi yang dilakukan yaitu optimasi perbandingan obat dengan polimer (1:1, 1:3, 1:5) selanjutnya dikarakterisasi dan dipilih satu formula yaitu formula 1:3 untuk dioptimasi dengan berbagai jumlah pelarut diklorometana 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Dari hasil karakterisasi dan evaluasi, formula optimum yang didapat dengan perbandingan obat dan polimer 1:3 dan pelarut diklorometana 15 ml. Formula tersebut kemudian dijadikan sediaan kapsul. Hasil disolusi menunjukkan bahwa pelepasan obat mengikuti kinetika pelepasan orde nol.

ABSTRACT
Diclofenac sodium is an NSAIDs that has short half-life time is 2 hours. As a result, drug administration will be more frequent. Therefore, to overcome this problem, formulation of diclofenac sodium with microsponge technology has been made. It can modify drug release profile so that the frequency of drug administration can be minimized. This research was done with the emulsion solvent diffusion method, using dichloromethane as a volatile solvent. Formulation optimization was done by comparing the ratio of drug-polymer (1:1, 1:3, 1:5) and characterizing it, then the chosen formula 1:3 was optimized further with varying amounts of dichloromethane solvent (5 ml, 10 ml, 15 ml and 20). Based on the characterization and the evaluation, the optimum formula was using variant drug-polymer 1:3 and 15 ml dichloromethane. The formula was then made for capsules preparation. The dissolution results showed that drug release following the zero-order release kinetics;Diclofenac sodium is an NSAIDs that has short half-life time is 2 hours. As a result, drug administration will be more frequent. Therefore, to overcome this problem, formulation of diclofenac sodium with microsponge technology has been made. It can modify drug release profile so that the frequency of drug administration can be minimized. This research was done with the emulsion solvent diffusion method, using dichloromethane as a volatile solvent. Formulation optimization was done by comparing the ratio of drug-polymer (1:1, 1:3, 1:5) and characterizing it, then the chosen formula 1:3 was optimized further with varying amounts of dichloromethane solvent (5 ml, 10 ml, 15 ml and 20). Based on the characterization and the evaluation, the optimum formula was using variant drug-polymer 1:3 and 15 ml dichloromethane. The formula was then made for capsules preparation. The dissolution results showed that drug release following the zero-order release kinetics, Diclofenac sodium is an NSAIDs that has short half-life time is 2 hours. As a result, drug administration will be more frequent. Therefore, to overcome this problem, formulation of diclofenac sodium with microsponge technology has been made. It can modify drug release profile so that the frequency of drug administration can be minimized. This research was done with the emulsion solvent diffusion method, using dichloromethane as a volatile solvent. Formulation optimization was done by comparing the ratio of drug-polymer (1:1, 1:3, 1:5) and characterizing it, then the chosen formula 1:3 was optimized further with varying amounts of dichloromethane solvent (5 ml, 10 ml, 15 ml and 20). Based on the characterization and the evaluation, the optimum formula was using variant drug-polymer 1:3 and 15 ml dichloromethane. The formula was then made for capsules preparation. The dissolution results showed that drug release following the zero-order release kinetics]"
2015
S59277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin S.
"Ekstraksi ion Hg(II) menggunakan Membran Cair Emulsi (MCE) dengan fasa organik yang baru diusulkan telah dilakukan. Fasa organik yang digunakan adalah asam oleat sebagai ekstraktan, Span-80 sebagai surfaktan tunggal, Span-80 dan Tween-20 sebagai surfaktan campuran, dan kerosin sebagai pelarut organik.
Untuk memperoleh persen ekstraksi ion Hg(II) maksimum, terlebih dahulu dilakukan uji kestabilan emulsi pertama (w/o) dengan berbagai konsentrasi asam oleat, surfaktan tunggal, dan surfaktan campuran, serta berbagai waktu pengadukan. Pada pembuatan emulsi kedua (w/o/w) atau tahap ekstraksi ion Hg(II), dilakukan percobaan dengan memvariasikan parameter-parameter berikut; rasio volum membran emulsi terhadap volum fasa akuatik umpan (Ve : Vu), kecepatan pengadukan, dan waktu pengadukan.
Ekstraksi ion Hg(II) maksimum diperoleh pada konsentrasi ekstraktan 0,3 M, konsentrasi surfaktan campuran 3%(w/v) dengan rasio Span-80 terhadap Tween-20 sebesar 96, 8 %(wt) : 3, 2 %(wt), rasio Ve : Vu sebesar 1 : 4, waktu pengadukan emulsi pertama 30 menit, waktu pengadukan emulsi kedua 25 menit, dan kecepatan pengadukan emulsi kedua 300 rpm. Kehadiran ion Ni(II), Cu(II), dan Mg(II) sebagai ion dalam fasa umpan tidak memberi efek yang signifikan pada kemampuan ekstraktan asam oleat untuk memisahkan ion Hg(II).
Hasil percobaan menunjukan bahwa membran cair emulsi dengan fasa organik yang terdiri dari ekstraktan asam oleat, surfaktan campuran, dan pelarut kerosin efektif mengekstraksi ion Hg(II) hingga 98,48 % dalam satu tahap pemisahan.

Separation of Hg(Il) using emulsion liquid membrane with new organics phase has been reported Organic phase used were oleic acid as extractant, span-80 as single surfactant, span-80 and tween-20 as mixture surfactants, and kerosene as organic solvent.
The maximum extraction of Hg(II), initiated by stabilization of first emulsion (w/o) with various step concentrations of oleic acid, single surfactant, mixture surfactant, and time of mixing. The second emulsions (w/o/w) or Hg(II) extraction step conducted using various parameters such as; ratio emulsion volume to aquatic external volume (Ve : Vu), speed mixing, and time of mixing.
Maximum extraction of Hg(II) is resulted from 0.3 M extractant concentration, 3% (w/v) mixture surfactant with ratio of span-80 to tween-20 as much as 968% (wt) : 3.2% (wt), ratio of Ve : Vu is 1 : 4, 30 minute time of mixing first emulsion, 25 minute time of mixing second emulsions, 300 rpm speed of mixing second emulsions. The presence such as Ni(M,Cu(I2), and Mg(II) as other ions in the external phase showed no sign j1cant effect to the extraction ability of oleic acid to separate Hg(II).
The results of experiment indicated that emulsion liquid membrane with organic phase consists of oleic acid extractant, mixture surfactants, and kerosene solvent were effective to extract Hg(II) up to 98.48% in one stage separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Alam Wangsa Wijaya
"Penelitian proses ekstraksi logam nikel dari larutan yang mengandung logam temba,ga dengan metnde ekstraksi pelarut dengan menggunakan ekstraktan asam Versatic-6 yang dilarutkan dalam toluena merupakan salah satu studi awal dari perkembangan teknik akstraksi dengan metode ekstraksi pelarut. Taknik ekstraksi dengan metode ekstraksi pelarut mempunyai banyak parameter, di antaranya ialah jenis ekstraktan, jenis logam yang akan diekstraksi, pH larutan, dan konsentrasi ekstraktan. Pada penelitian kali ini digunakan asam V ersatic-6 yang merupakan salah salu produk Shell Company yang ban yak digunakan pada industri petrokimia. Tingkat keasaman pada larutan dibatasi pada daerah yang memungkinkan ion logam dapat bereaksi sempuma dengan ekstraktan pada kondisi kesetimbangan, yaitu pH 3-7, sedangkan untuk konsentrasi ekstraktan ditentukan antara 0,1-0,5 M. Logam yang akan diekstraksi adalah logam Ni dengan pengotor Cu, kedua logam golongan transisi ini mempunyai perilaku secara kimiawi yang bampir sama, seperti misalnya bentuk ikatan yang terjadi jika bereaksi dengan ekstraktan tertentu, hal ini tentu ekan menyulitkan proses ekstrakan dan hal ini yang menentukan selektivitas ekstraktan. Pada awal penelitian dilakukan peroobaan kinetika untuk mengetahui waktu ekstraksi yang diperlukan, yaitu waktu tercapainya kesetimbangan antara ion-ion logam dengan ekstraktan Karakteristik ekstraktan dapat dilihat dari hasil penelitian ini dan dengan mengetahui kemampuan ekstraksinya serta tingk:at selektivitasnya dapat direncanakan proses tambahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal Salah satu hasil penelitian ini ialah adanya indikasi bahwa keberadaan ion logam Cu pada proses ekstraksi nikel dengan metode ekstraksi pelarut menimbulkan kompetisi positif artinya keberadaan ion Cu mengakibatkan proses ekstraksi menjadi lebih optimum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Abdul Manan Usman
"[ABSTRAK
Lubricant Oil diproses untuk berbagai keperluan dalam bentuk cairan, padat atau gas. Tujuan utama adalah untuk mengurangi gesekan dan menghaluskan gerakan dan menghaluskan gerakan satu permukaan atas yang lain. Used Lubricant Oil yang digunakan biasanya dibuang ke lingkungan dan menyebabkan banyak kerusakan seperti kesehatan (penyakit kanker). Sebagai pencegahan, re-refining adalah satu treatment untuk menghasilkan base oil yang berkualitas bagus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan dan mensimulasikan used lubricating oil re-refining process menggunakan Aspen Plus. Hasil simulasi dibandingkan dengan Abdul Karim (2004) bersama kalkulasi Percent Sludge Removal (PSR). Hasil PSR menggunakan Aspen Plus di bandingkan dengan data eksperimen dan data simulasi CHEMCAD dalam bentuk grafik yang menunjukkan bahwa Aspen Plus memiliki trend yang mirip dengan eksperimen dan CHEMCAD. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa PSR meningkat dengan meningkatnya optimum value pada 2g KOH/L isopropanol.
ABSTRACT
Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol;Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol, Lubricant oil is processed to various purposes in a form of liquids and might be in a form of solid or gas. The main purpose is to reduce the friction and smoothens the movement of one surface over another. The used lubricant oil usually disposed to the environment and the contaminated oil causes many damages to many aspect such as health (cancer disease). As a prevention of any damages, re-refining is one of the treatments to produce high quality of base oil. The aim of this research study is to model and simulate a used lubricating oil re-refining process using Aspen Plus. The simulation result is compared with Abdul Karim (2004) along with the Percent Sludge Removal (PSR) calculation. The resulted PSR using Aspen Plus data is compared to experiment data and simulation data of CHEMCAD in a graph which shows that the Aspen Plus has similar tred to both experiment and CHEMCAD. Results have shown the amount of Sludge removed increases to the optimum value at 2g KOH/L isopropanol]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Husnul Fadhilla
"Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode adopsi dengan mengambil data-data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang sudah terbukti dalam menghasilkan logam tanah jarang di beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, India, Kanada dan Malaysia. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut akan dibuat desain sirkuit benefisiasi logam tanah jarang yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis. Dengan umpan yang diambil adalah monazite high grade 78,31% (dengan kadar REO 65,71%) dan monazite lower grade 35,09% (dengan kadar REO 62,10%) dari Kepulauan Bangka-Belitung.Tahapan-tahapan prosesnya meliputi pengolahan mineral mulai dari ore dressing, sizing, screening, separation. Dan tahapan benefisiasi mineral yang meliputi material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, dan concentrating.

This research done by using adoption method by taking secondary data from proven have been companies in yielding rare earth metal in some states like Australia, United States, India, Canada and Malaysia. So by using the method will be made circuit design of beneficiation rare earth metal expected can increase economic value. With feed ore taken is monazite high grade 78.31% ( REO grade is 65.71%) and monazite lower grade 35.09% ( REO grade is 62.10%) from Bangka-Belitung archipelago. The process steps covering beneficiation to start from ore dressing, sizing, screening as of separation. And step beneficiation mineral covering material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, ion exchange and concentrating."
2008
S51073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Wulan Alindi
"Indonesia sebagai negara agrikultural tentunya memiliki permasalahan mengenai serangan hama dan limbah organik. Salah satu jenis hama yang tersebar di Indonesia adalah spesies baru ulat grayak (Spodoptera frugiperda) yang baru muncul pada Maret 2019. Limbah organik menjadi permasalahan besar karena jumlahnya yang memenuhi 60% total sampah Indonesia. Salah satu limbah organik yang banyak ditemukan di Indonesia adalah durian yang kulitnya diperkirakan menghasilkan limbah sekitar 556.360 ton per tahunnya. Durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, alkaloid, triterpenoid, dan tannin yang bersifat racun terhadap hama. Pengambilan senyawa bioaktif kulit durian dilaksanakan menggunakan metode ultrasonic-assisted extraction yang merupakan metode ekstraksi maserasi yang dimodifikasi berbantukan gelombang ultrasonik dengan variasi polaritas pelarut yaitu etanol absolut, 70%, 50%, 30%, dan akuades. Proses ekstraksi dilaksanakan pada suhu 40oC, 53 kHz, dan waktu 20 menit. Variasi pelarut tersebut memberikan pengaruh yang berbeda terhadap yield ekstrak kasar dan persentase mortalitas ulat grayak. Yield tertinggi dihasilkan oleh pelarut akuades dengan persentase sebesar 87,05 ± 1,56%. Dilakukan pula uji efikasi dari seluruh ekstrak dan diperoleh hasil bahwa ekstrak kulit durian terbukti memiliki kemampuan sebagai bioinsektisida dengan persentase mortalitas tertinggi sebesar 27% untuk pelarut etanol 30%. Uji GC-MS dilaksanakan pada ekstrak terbaik dan diperoleh senyawa kolekalsiferol sebagai senyawa berpotensi sebagai pestisida tertinggi dengan peak area sebesar 23,68%. Senyawa identifikasi GC-MS diuji dengan docking molekuler dengan asetilkolinesterase sebagai salah satu reseptor insektisida dan diperoleh nilai docking tertinggi sebesar -6,8 kkal/mol untuk senyawa asam palmitat dan 1-Oktadekena serta persen kemiripan interaksi dengan ligan kontrol tertinggi dimiliki oleh 1-Oktadekena sebesar 80%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arismunandar
"Kitosan merupakan suatu turunan kitin yang memiliki efek anti kanker. Dalam penelitiaan ini, akan diuji efek kitosan terhadap HSC-4, yang berupa galur sel kanker skuamosa mulut, dan A-549, yang berupa galur adenokarsinoma paruparu, dalam medium kultur. Kedua jenis sel kanker dipajan dengan kitosan pada konsentrasi 0,0005%; 0,0025%; 0,005%; 0,25%; dan 0,5%. Viabillitas sel akan dilihat setelah empat jam pemaparan menggunakan metode MTT assay. Viabilitas kedua jenis sel lebih tinggi pada konsentrasi 0,0005%; 0,0025%; dan 0,005% serta lebih rendah pada konsentrasi 0,25% dan 0,5% dibandingkan dengan kontrol. Kitosan dengan konsentrasi 0,25% dan 0,5% mempunyai efek paling sitotoksik terhadap kedua jenis sel.

Chitosan is derivate of chitin that has anticancer effect. This present study examined the anticancer effect of chitosan against HSC-4, which is oral squamous cell carcinoma, and A-549, which is lung adenocarcinoma, in vitro. Both cancer cells were exposed to chitosan, each with 0.0005%; 0.0025%; 0,005%; 0.25%; and 0.5% concentration. Cell viability was read after four hours with MTT assay. Both cancer cells were more viable at 0.0005%; 0.0025%; and 0.005% concentration; at 0.25% and 0.5% concentration were less viable than control. These result suggest that chitosan at 0.25% and 0.5% concentration have the most cytotoxic effect on both cells."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maftuhatun Fista Amalia
""ABSTRAK
"
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, memurnikan, dan menguji pengaruh inhibitor terhadap hasil pemurnian parsial dari bonggol nanas dengan jenis nanas Palembang Ananas comosus [L.] Merr . Pada proses isolasi diperoleh enzim kasar dengan aktivitas spesifik sebesar 42597 Unit/mg. Pemurnian enzim kasar menggunakan metode fraksinasi dengan garam ammonium sulfat menghasilkan fraksi bromelain yang memiliki aktivitas spesifik tertinggi pada tingkat kejenuhan garam ammonium sulfat 0-50 , yaitu sebesar 230233 Unit/mg dengan tingkat kemurnian 54 kali enzim kasar. Pemurnian lebih lanjut terhadap fraksi ammonium sulfat 0-50 dengan metode kromatografi kolom filtrasi gel menggunakan matriks DEAE-Sephadex G-50 diperoleh enzim dengan aktivitas spesifik sebesar 275456 Unit/mg dengan tingkat kemurnian 65 kali enzim kasar. Aktivitas proteolitik bromelain ini diinhibisi kuat oleh senyawa PCMB dan diaktifkan oleh PMSF.
"
"
"ABSTRACT
"
The research aims to isolate, purify, and examine inhibitors effect of partially purified product from pineapple core with Palembang type pineapple Ananas comosus L. Merr . The purification started from the process of bromelain enzyme isolation and obtained crude extract with specific activity 42597 Units mg. Purification of crude enzymes using fractionation method with ammonium sulphate salt has the highest specific activity at 0 50 saturation level of ammonium sulphate, which is 230233 Units mg with a purity level of 54 times from its crude extract. Further purification of 0 50 ammonium sulphate fraction by gel filtration chromatography method using DEAE Sephadex G 50 matrix obtained enzyme with specific activity 275456 Units mg with purity level 653,6 times from its crude extract. The proteolitic activity of bromelain is strongly inhibited by PCMB compound and activated by PMSF."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>