Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulia Dwi Syafitri
"Demam berdarah dengue (DBD) di Sumenep mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama 9 tahun, sejak 1999-2007dan pada tahun 2008 insiden DBD mengalami penurunan sedikit dari tahun sebelumnya, 2007. Berdasarkan berbagai penelitian, faktor iklim terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan diyakini dapat berpengaruh terhadap angka insiden DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi faktor iklim dengan kejadian DBD di Sumenep, tahun 1999-2008. Hubungan suhu, kelembaban, dan curah hujan terhadap angka insiden DBD menggunakan studi ekologi time series dan dianalisis menggunakan uji korelasi dan regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan memiliki korelasi dengan DBD (p<0,05), yaitu secara berurutan (0,052; 0,000; 0,000). Insiden DBD memiliki korelasi dengan suhu (r = -0,178; p = 0,052) kelembaban (r = 0,600; p= 0,000), dan curah hujan (r = 0,464; p = 0,000).

Dengue in Sumenep were raising for past 9 years, since 1999 until 2007 and in 2008, the incidence decreased than incidence in 2007. Based on a several researches, climatic factors have well-defined roles in dengue transmision. The aim of this study is to find out the correlation between climatic factors like temperature, relativite humidity, and rainfall with dengue incidence in Sumenep District year 1999-2008. The relationship between temperature, relative humidity, and rainfall were studied using ecological time series study, and were analyzed by correlation and simple linier regression test.
The result of this study showed that temperature, humidity rainfall have significant correlation with DBD incidences (p>0,05), which is in a series (0,052; 0,000; 0,000). Dengue incidence was significantly correlated with temperature (r = -0,178; p = 0,052) relative humidity (r = 0,600; p = 0,000), and rainfall (r = 0,464; p = 0,000).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Datrianti Indah Savitri
"Demam Berdarah Dengue DBD merupakan permasalahan kesehatan masyarakat hampir di seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Ibukota Jakarta. Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan Incidence Rate IR tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2014. Penelitian ini menganalisis hubungan antara karakteristik demografi, sosial ekonomi, lingkungan fisik, dan perilaku pencegahan DBD dengan kejadian DBD di Jakarta Selatan. Data kejadian DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan variabel independen diperoleh dari Data Potensi Desa BPS 2014. Penelitian ini dilakukan secara observasional dengan rancangan studi potong lintang dengan uji Chi-Square. Populasi dan sampel adalah seluruh kasus DBD yang tercatat dan dilaporkan dari RS ke Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kasus terbanyak pada laki-laki 52.67 dan pada kelompok umur 15-44 tahun 41.69 . Diperoleh hubungan kepadatan penduduk p 0.007 , jumlah keluarga di permukiman kumuh p 0.008 , jumlah rumah di bantaran sungai p 0.015 , jumlah permukiman di bantaran sungai p 0.09 , jumlah permukiman kumuh p.0.018 yang menurunkan prevalensi kejadian DBD. Oleh karena itu, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara peningkatan kasus dengan variabel demografi, sosial ekonomi, lingkungan fisik, dan perilaku pencegahan DBD.

Dengue Hemmorhagic Fever is a problem of public health in Indonesia, including Jakarta. South Jakarta where is the highest Incidence Rate of dengue in Jakarta Province in 2014. This research is to analyze relationship between demographic characteristics, socioeconomic, physical environment, and practice against dengue in South Jakarta. Data is collected from Surveilance of Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta and Badan Pusat Stastistik. This is an observational cross sectional study with Chi Square test. Population and sample are whole cases of dengue recorded and reported from Hospital to Surveilance Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
The results showed the highest proportion of cases is in men 52.67 and on age group is in 15 44 years 41.69 . The relations of population density p 0.007 , number of family lived in slums p 0.008 , number of houses along the river p 0.015 , number of settlements along the river p 0.09 , number of Slums p.0.018 which are reduce the prevalence of dengue incidence. therefore, not found a significant relationship between the increase in cases wtih demographic, socioeconomic, physical environment, and practice prevention against of dengue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Ratnasari
"Demam berdarah dengue (DBD) di Kulon Progo mengalami fluktuasi selama 10 tahun terakhir dan pada tahun 2013 insiden naik 3 kali lipat dari tahun 2012. Faktor iklim dipercaya mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti yang berpengaruh terhadap insiden DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi faktor iklim dan angka bebas jentik (ABJ) dan dengan kejadian DBD di Kabupaten Kulon Progo, DIY tahun 2008-2013. Hubungan suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, curah hujan, dan angka bebas jentik terhadap angka insiden DBD menggunakan studi ekologi time series dan dianalisis dengan uji korelasi. Data iklim bulanan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Propinsi D.I.Yogyakarta. Data ABJ dan insiden DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo.
Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan curah hujan tidak memiliki korelasi dengan ABJ (p>0,05). Insiden DBD memiliki korelasi dengan kelembaban (r = 0,277 ; p = 0,032), lama penyinaran matahari (r = -0,355 ; p = 0,003), dan curah hujan (r = 0,335 ; p = 0,004), sementara variabel suhu, kecepatan angin, dan ABJ tidak terbukti memiliki korelasi dengan insiden DBD. Bebrapa faktor iklim memiliki korelasi terhadap munculnya insiden DBD di Kabupaten Kulon Progo.

Dengue in Kulon Progo have a fluctuation for past 10 years and in 2013 the incidence inceased up to three times higher than incidence in 2012. Climatic factors have well-defined roles in Aedes aegypti larval indices and dengue transmision. The aim of this study is to find out the correlation between climatic factors and larval indices, and with dengue incidence in Kulon Progo District year 2008-2013. The relationship between temperature, humidity, wind speed, sunshine duration, larval indices, and dengue incidence were studied using ecological time series study, and were analyzed by correlation test. Monthly reported climate data were obtained from the Meteorology, Climatology, and Geophysics Departement of Yogyakarta. Larval indices and monthly reported dengue incidences were obtained from the Health District Office of Kulon Progo.
The result of this study showed that temperature, humidity, wind speed, sunshine duration and rainfall have no significant correlation with larval indices (p>0,05). Dengue incidence was significantly correlated with humidity (r = 0,277 ; p = 0,032), sunshine duration (r = -0,355 ; p = 0,003), and rainfall (r = 0,335 ; p = 0,004), furthermore, temperature, wind speed, and larval indices were found out to have no significant correlation with dengue incidences. Some of climatic factors have a correlation with the occurence of dengue incidences in Kulon Progo District.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Elyas
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan. DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit), hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ; DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah peningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8 perawatan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an infectious disease caused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection may be asymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengue shock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinical manifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepatomegaly, and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with health problems of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treated for 8 days at Melati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems are body temperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk of impaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Handayani
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular akibat virus dengue dan disebarluaskan nyamuk Aedes sp. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah iklim. DKI Jakarta merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim. Setiap tahun DBD menjadi satu dari sepuluh kasus penyakit terbanyak di DKI Jakarta yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB). Penelitian ini merupakan studi ekologi yang dilakukan untuk mengetahui hubungan iklim dengan kejadian DBD di DKI Jakarta tahun 2008-2011.
Hasil penelitian menyatakan kejadian DBD memiliki hubungan sedang dengan suhu (r=-0,279;p=0,000), kelembaban (r=0,301;p=0,000), curah hujan (r=0,316;p=0,000), dan lama penyinaran matahari (r=-0,392;p=0,000), sedangkan dengan kecepatan angin hubungannya tidak siginifikan (p>0,05).

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease caused by dengue virus and the spread of Aedes sp. One of the factors that influence the incidence of dengue is the climate. Jakarta is a region vulnerable to climate change. Each year, dengue became one of top ten cases of the disease in Jakarta that could potentially Extraordinary Events. This study is an ecological study conducted to determine the relationship of climate with the incidence of dengue fever in Jakarta in 2008-2011.
The study stated the incidence of dengue fever are being linked with temperature (r=-0.279, p=0.000), humidity (r=0.301, p=0.000), rainfall (r=0.316, p = 0.000), and duration of solar radiation (r=-0.392, p=0.000), whereas the wind velocity relationship is not significant (p> 0.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sejati
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Persebaran penyakit DBD tergantung pada nyamuk Aedes aegypti yang penyebarannya terutama dipengaruhi faktor lingkungan fisik, yaitu variasi iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variasi iklim dengan kejadian penyakit DBD di Kota Padang selama periode tahun 1995-1999, dengan desain Cross Sectional Study.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang dari tahun 1995 -1999, sedangkan data variasi iklim diperoleh dari laporan hasil pengukuran Badan Meteorologi dan Geofisika Tabing Padang selama periode 1995-1999. Data diolah untuk mendapatkan informasi frekuensi kasus DBD, Angka Bebas Jentik, hubungan antara variasi iklim dengan Angka Bebas Jentik, dan hubungan antara variasi iklim dengan kejadian penyakit DBD.
Hasil penelitian yang diperoleh di Kota Padang selama periode tahun 1995-1999 adalah jumlah kasus DBD yang tertinggi terjadi tahun 1995, tahun 1996, dan 1998, terdapat 9 kecamatan endemis dan 2 kecamatan sporadis. Rata-rata ABJ di Kota Padang selama periode 1995-1999 masih dibawa angka harapan nasional (berkisar 91-93%).
Hasil Uji Statistik menunjukan tidak adanya hubungan antara curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara dengan kejadian penyakit DBD. Tidak ada hubungan antara variasi iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban) dengan ABJ, kecuali antara suhu dengan ABJ (p < 0,05; r = -0.310).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross sectional study (potong lintang), untuk itu disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data primer dan dengan desain yang lebih baik.

Correlation between Variaed Climate with Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Incident in Padang 1995-1999Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) disease is one of communicable disease that is caused by dengue virus and transmitted by Aedes aegypti mosquito. The spreading of DHF depends on Aedes aegypti mosquito dealing with environment factors physically, such as variaed climate, categorized as like rainfall amount, temperature, and humidity.
This study proposed to find out the correlation between the variaed climate and DHF incidence in Padang City 1996-1999, with cross sectional study design. This study employed secondary data from Dinas Kesehatan Padang City since 1995 - 1999, and variaed climate data is taken from the result of, National Meteorology and Geophysic measurement at Tabing, Padang, 1995-1999.
The data had been analyzed to get the information of DHF case frequency, larva free rate (ABT), correlation between the varied climate, and larva free rate, and correlation between variaed climate factors and DHF case.
The result approachment in Padang City 1995-1999 are the total of the DHF case the highest happened in 1995, 1996, and 1998; 9 endemic subdistrict, and 2 sporadic subdistrict, the average of ABJ in Padang City in 1995-1999 periode remain under National expectation rate (91%, 93%).
The result of Statistical test showed that there is no correlation between rainfall amount, air temperature and humidity, and DHF case. There is no correlation between varied climate (rainfall amount, temperature, and humidity) and larva free rate, except temperature and larva free rate (p< 0,05; r -0,310).
This study employed secondary data with cross sectional design. There for, it is suggested for the further study to employ primary data with a better design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizki Amelia
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemik di seluruh wilayah tropis dan sebagian wilayah subtropic yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit DBD juga merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan Jakarta barat memiliki jumlah kasus tertinggi pertama dan kedua di Provinsi DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir.
Tujuan: Menganalisis hubungan faktor iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara), kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik dengan incidence rate DBD di Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2013-2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara pada time lag 1 dan time lag 2 serta kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD.
Hasil: Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan lebih berpengaruh pada curah hujan time lag 2, suhu udara time lag 2 dan kelembaban time lag 2. Variabel lainnya yaitu kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan pada tahun 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, dan 2021. Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -160,665 + 3,763 (suhu) + 1, 033 (kelembaman) - 0,102 (curah hujan) - 0,001 (kepadatan penduduk). jika disimulasikan dengan kombinasi suhu sebesar 26,1°C, kelembaman 82,9%, curah hujan 14,9 mm, dan kepadatan penduduk sebesar 20.000 maka kejadian IR DBD akan muncul sebanyak 2,39 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease throughout the tropics and parts of the subtropics caused by the dengue virus. Dengue fever is also one of the main public health problems in Indonesia and West Jakarta has the first and second highest number of cases in DKI Jakarta Province in recent years.
Objective: Analyzing the relationship between climate factors (rainfall, air temperature, and humidity), population density, and larvae-free rates with DHF incidence rates in West Jakarta Administrative City in 2013-2022.
Methods: This study uses an ecological study design with correlation analysis to see the relationship between climatic factors which include rainfall, air temperature, air humidity in time lag 1 and time lag 2 and population density with DHF Incidence Rate. Results: The results of the bivariate analysis with the correlation test show that a significant relationship has more influence on rainfall time lag 2, air temperature time lag 2 and humidity time lag 2. Another variable, namely population density, has a significant relationship in 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, and 2021. The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the DHF IR equation = -160.665 + 3.763 (temperature) + 1.033 (inertia) - 0.102 (rainfall) - 0.001 (population density). if simulated with a combination of temperature of 26.1°C, humidity of 82.9%, rainfall of 14.9 mm, and a population density of 20,000, the incidence of IR DHF will occur as many as 2.39 cases per 100,000 population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saur Maruli Evan Johannes
"Penyakit akibat virus dengue (DENV) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hingga saat ini belum ada terapi definitif untuk infeksi DENV. Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari antiviral terhadap DENV. Salah satu jenis tumbuhan yang memiliki potensi antiviral adalah Calophyllum macrophyllum (C.macrophyllum). Penelitian ini akan melihat efek antiviral yang dimiliki oleh ekstrak kulit batang C.macrophyllum terhadap DENV. Efeknya sebagai antiviral akan dilihat dari nilai IC50 (kemampuan inhibisi replikasi) dan CC50 (tingkat sitotoksisitas). Perbandingan antara nilai CC50 terhadap IC50 akan menghasilkan nilai indeks selektivitas (SI). Penelitian ini akan dilakukan secara in vitro menggunakan sel Huh7it-1 yang diinfeksikan DENV. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 10, 20, 40, 80, 160, dan 320 μg/mL. Metode Focus Assay digunakan untuk mendapatkan nilai IC50 dan MTT Assay untuk mencari nilai CC50. Nilai IC50 yang didapat sebesar 49,75 μg/ml dan CC50 dari sel tanpa infeksi DENV sebesar >320 μg/ml. Nilai SI yang didapat sebesar >6,43. Analisis statistik menunjukkan perbedaan pada semua konsentrasi. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit batang C.macrophyllum memiliki efek inhibisi terhadap replikasi DENV in vitro dan efek sitotoksik yang kecil, sehingga memiliki potensi sebagai antiviral DENV.

Disease caused by dengue virus (DENV) is still a major health problem in Indonesia. There is no definitive therapy for DENV infection. Many researches have been done to search for DENV antivirus. One of plants with potential antiviral effect is Calophyllum macrophyllum (C.macrophyllum). This research was done to evaluate antiviral effect of Calophyllum macrophyllum bark extract on DENV. Antiviral effect was evaluated by IC50 (replication inhibition property) value and CC50 (Cytotoxic level) value. The selectivity index (SI) was the ratio between CC50 and IC50. This research was done by in vitro method with Huh7it cells that were infected by DENV. Extract concentrations used in this research were 10, 20, 40, 80, 160, and 320 μg/mL. Focus assay technique was used to determine IC50 value and MTT assay technique for CC50 value. The value of IC50 was 49.75 μg/ml and CC50 from uninfected cells was >320 μg/ml. The value of SI was >6.43. Statistical analysis showed significant difference in all concentrations. It could be concluded that bark extract of C.macrophyllum had inhibition property on DENV replication in vitro with minimum cytotoxic effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Astarina
"Demam berdarah dengue di Kota Administrasi Jakarta Selatan mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir dan pada tahun 2016 angka insiden naik lebih dari 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim curah hujan, kelembaban, suhu dan kepadatan penduduk dengan angka insiden DBD. Studi ini merupakan studi ekologi time series dan dianalisis dengan uji korelasi. Data angka insiden DBD diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Data iklim bulanan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Data kepadatan penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistika DKI Jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu dan kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan bermakna dengan angka insiden DBD p > 0,05 . Angka insiden DBD memiliki hubungan yang bermakna dengan curah hujan r = 0,384 ; p = 0,002 , kelembaban r = 0,496 ; p = 0,000.

Dengue hemorrhagic fever DHF in South Jakarta Administration City was fluctuating during 2012 2016 and in 2016 the incidence rate IR was more than tripled from the previous year. This study aims to determine the relationship between climatic factors rainfall, humidity, temperature and population density with the incidence rate IR of DHF. This study is a time series ecology study and was analyzed by correlation test. Incidence rate IR data was obtained from the South Jakarta District Health Office. Monthly climate data was obtained from the Meteorology, Climatology and Geophysics Department of Jakarta. Population density data was obtained from the Central Statistics Department of DKI Jakarta. The results demonstrate that temperature and population density have no significant correlation with dengue incidence rate p 0,05 . The incidence rate IR had a significant correlation with rainfall r 0.384 p 0.002 , humidity r 0.496 p 0,000."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Saraswati
"Indonesia merupakan negara pertama ditemukannya penyakit demam berdarah, yaitu pada tahun 1968. Hingga pada tahun 2004, beberapa studi menemukan bahwa virus dengue serotipe 3 (DENV-3) merupakan penyebab demam berdarah paling dominan dan menyebabkan gejala yang paling berat.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui genotype dari DENV-3 di Jakarta yang berguna untuk diagnosis awal dan pengembangan vaksin. Ditambah lagi, primer yang di rancang di penelitian ini berguna untuk penelitian demam berdarah berikutnya. Riset ini diambil dari 100 pasien demam berdarah rawat inap di RSCM dan pengumpulan setiap data dibantu oleh lembaga Eijkman. Sampel diambil dengan consecutive sampling dan dianalisis menggunakan Genetyx v5.1.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas virus dengue serotipe 3 yang ditemukan di Indonesia termasuk dalam genotipe I yang hampir identik dengan dengue virus serotipe 3 dari Thailand. Selain itu, ditemukan bahwa tingkat pasien demam berdarah pada anak-anak lebih tinggi disbanding pasien dewasa. Namun berdasarkan uji chi-square, ditemukan bahwa kategori jenis kelamin, umur dan daerah Jakarta tidak terdapat hubungan signifikan dengan terjadinya demam berdarah.
Para peneliti diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lenjut untuk melakukan sequencing lebih banyak lagi dan tidak hanya dilakukan di Jakarta saja tetapi di daerah lain, karena tingkat pasien demam berdarah yang tinggi di Indonesia.

Indonesia was the first country where dengue hemorrhagic fever (DHF) was found in 1968. Ever since, the increasing cases were reported every year, and this became a major concern of health problem worldwide. In addition, dengue virus (DENV) serotype 3, which cause the most severe clinical manifestation among other dengue virus strands, was found as the most predominant DENV in Indonesia.
This study aimed to find the genotype of the dengue virus in Jakarta to become the base in the development of vaccine and molecular diagnostic. Moreover, this study designed the primer of DENV for future laboratories research. This study was participated by 100 suspected dengue patients in RSCM and data collection was conducted by Eijkman, the research institute. Samples were taken by consecutive sampling and analysed by Genetyx v5.1.
The results gave information that a majority of virus dengue serotype 3 in Indonesia was consisted of genotype I, which is identical with dengue virus serotype 3 in Thailand. Furthermore, we found that the incidence of pediatric dengue patients is higher than adults. However, in accordance with the chi square test, there is no significant relationship between different patient’s categories (gender, age, region).
It is expected that, DNA sequencing for other DENV-3 should be inspected further in Jakarta and this research should also be done in other areas in Indonesia as this country is one of the countries with high yield of dengue evidence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>