Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessica Gracia Paulina
"Hubungan antara ayah dan anak dalam keluarga Batak Toba ditandai dengan prinsip patrilineal yang menekankan pentingnya keberhasilan anak laki laki sebagai penerus keturunan Dengan demikian kehadiran ayah menjadi hal yang penting dalam perkembangan anak laki lakinya secara khusus pada perkembangan karir Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kehadiran ayah dengan kematangan karir pada remaja laki laki bersuku Batak Toba yang berusia 14 hingga 19 tahun Father Presence Questionairre FPQ yang disusun oleh Krampe dan Newton 2006 digunakan untuk mengukur kehadiran ayah dan Career Development Inventory CDI yang disusun oleh Sudiarty 2010 digunakan untuk mengukur kematangan karir 125 remaja laki laki bersuku Batak Toba Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kehadiran ayah dengan kematangan karir artinya jika semakin tinggi skor remaja dalam mempersepsi kehadiran ayah secara psikologis maka semakin tinggi skor kematangan karir remaja Penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi ayah bersuku Batak Toba dalam mengarahkan karir pada remaja laki laki.

Relationship between father and son in Batak Toba`s tribe characterized by the patrilineal principles that emphasize the importance of the son as the successful successor to the offspring Therefore the father presence is the important things in career development This research is aimed to find a relationship between father presence and career maturity among male adolescence aged between 14 19 Father Presence Questionnaire FPQ used to measure father presence and Career Development Inventory CDI used to measure career maturity There are 125 Batak Toba male adolescents involved in this study The result of this study showed there was a significant relationship between father presence and career maturity it means if the adolescents get higher score in perceiving the psychological presence of his father the adolescent can get a higher score in career maturity This research is important as guidelines for the Batak Toba`s father in directing career in Batak Toba male adolescence."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Leofitri
"Laki-laki pada keluarga Batak Toba memiliki peran yang penting karena membawa marga keluarganya dan dituntut untuk memiliki prestasi yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan motivasi berprestasi dan urutan kelahiran psikologis pada remaja laki-laki Batak Toba. Motivasi berprestasi diukur menggunakan Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) yang disusun oleh Lang & Fries (2006) menghasilkan skor motivasi berprestasi hope of success dan fear of failure. Urutan kelahiran psikologis akan menggunakan alat ukur White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) yang disusun oleh Campbell, White & Stewart (1991) menghasilkan kategorisasi skor urutan kelahiran yang dipersepsikan oleh individu di dalam keluarganya. Responden penelitian sebanyak 124 laki-laki bersuku Batak Toba dan berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan motivasi berprestasi hope of success pada urutan kelahiran psikologis remaja laki-laki di keluarga Batak Toba. Kemudian, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi fear of failure pada urutan kelahiran psikologis remaja laki-laki di keluarga Batak Toba.

Male in Batak Toba’s family have an important role because they inherit the family name and demanded to have high achievements. This research is aimed to find comparisons of achievement motivation and psychological birth order in male adolescence of Batak Toba tribe. In this research, achievement motivation measured with Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) developed by Lang & Fries (2006), which will result achievement motivation score in hope of success and fear of failure. Next, the researcher measured the psychological birth order with White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) developed by Campbell, White & Stewart (1991) which will give the categorization of respondent’s birth order that perceived by the individual in his family. Respondents in this research are 124 male adolescence, aged 18-24 and have Batak Toba’s tribe. The research found that there are differences of achievement motivation hope of success in psychological birth order male adolescence Batak Toba’s tribe and there is no difference of achievement motivation fear of failure in psychological birth order male adolescence Batak Toba’s tribe."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doglas
"Hagabeon adalah nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Batak Toba. Hagabeon didefinisikan sebagai kebahagiaan dalam memperoleh keturunan. Pada budaya Batak Toba, laki-laki, khususnya anak tunggal atau sulung, memiliki peran penting dalam mengimplementasikan nilai hagabeon, karena hanya laki-laki yang dapat mewariskan marga. Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat perbedaan desakan menikah yang signifikan pada masing-masing urutan kelahiran psikologis. Desakan menikah diukur menggunakan Skala Desakan Menikah (Putra, 2014), sementara untuk mengetahui urutan kelahiran psikologis seseorang peneliti menggunakan alat ukur White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) yang disusun oleh Campbell, White, dan Stewart (Campbell et. al, 1991). Partisipan dalam penelitian ini laki-laki dengan latar belakang suku Batak Toba dengan jumlah partisipan sebanyak 129 orang. Hasil dari penelitian ini menemukan tidak terdapat perbedaan desakan menikah yang signifikan pada urutan kelahiran psikologis anak sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak tunggal.

Hagabeon is the most imporant value in Batak Toba society. Hagabeon can be defined as happiness of having an offspring. In Batak Toba culture, the males, especially the oldest and only child, have a very important role in implementing the hagabeon value, since they are the only one who can pass down their family name. This purpose of this research is to examine the comparison of mate urgency on various psychological birth order. Mate urgency was measured using Skala Desakan Menikah (Putra, 2014), whereas psychological birth order was measured using the White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) created by Campbell, White, and Stewart (Campbell et. al, 1991). A total of 129 participants of this research are young adults male who belong to Batak Toba ethnic group. The results do not indicate a significant difference of mate urgency between participants who identify their psychological birth order as the oldest child, middle child, youngest child and only child.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Saski Kurnia
"Studi ini memiliki hipotesis bahwa kematangan karir memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan keterlibatan ayah pada remaja. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti telah melakukan studinya terhadap 248 responden di Jakarta. Alat ukur Career Development Inventory (CDI) digunakan untuk mengukur kematangan karir dan alat ukur Father Involvement Scale - Reported (FIS-R) untuk keterlibatan ayah. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa kematangan karir berkorelasi secara positif dan signifikan dengan keterlibatan ayah. Berdasarkan hasil dari studi ini, peneliti menyarankan agar para ayah di Indonesia dapat lebih terlibat lagi dalam pengembangan karir remaja.

This study hypothesized that career maturity correlates positively and significantly with father involvement. There are 248 adolescents in Jakarta involved in this study. Career maturity is measured with Career Development Inventory (CDI). On the other hand, father involvement is measured with Father Involvement Scale - Reported. The Pearson Correlation indicates that career maturity correlates positively and significantly with father involvement. Therefore, it is suggested that fathers in Indonesia should be more involved in their adolescents’ development, especially in their career development so that they can have career maturity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
"ABSTRAK

Saat ini, fenomena ibu bekerja di luar rumah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat saat ini. Seorang ibu yang bekerja kini memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai seorang pekerja di bidang kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ibu yang bekerja memiliki dampak pada beberapa aspek perkembangan remaja perempuan, diantaranya adalah autonomy dan kematangan karir. Autonomy terdiri dari tiga dimensi yaitu attitudinal autonomy, emotional autonomy, dan functional autonomy., sedangkan kematangan karir terdiri dari dimensi sikap dan dimensi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara autonomy dan kematangan karir pada perempuan remaja akhir dari ibu yang bekerja. Partisipan penelitian ini terdiri dari 63 mahasiswi Universitas Indonesia dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) untuk mengukur Autonomy pada remaja perempuan, dan Career Development Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) untuk mengukur kematangan karir. Hubungan korelasi antara autonomy dengan kematangan karir menunjukkan hasil yang signifikan pada beberapa dimensi. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.


ABSTRACT

The phenomenon of working mothers have become a commonplace in today's society. A working mother has a double role as a housewife as well as a worker in the field of work. Based on previous research, mothers who work have an impact on several aspects of child development, especially in adolescent girls, such as autonomy and career maturity. Autonomy is composed of three dimensions, namely attitudinal autonomy, emotional autonomy, and functional autonomy, while the dimensions of career maturity consist of attitudes and cognitive dimensions. This study aimed to determine the correlation between autonomy and career maturity among late adolescent girls with working mother. Participants of this study consisted of 63 female students of University of Indonesia with an age range 18 – 21 years. This quantitative study using the Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) to measure Autonomy in adolescent girls, and Career Developmnet Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) to measure career maturity. Correlation between autonomy with career maturity showed significant results in several dimensions. The results will be discussed further.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Aulia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah, baik domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement), di sepanjang kehidupan anak dan kesulitan pengambilan keputusan karir pada remaja madya. Keterlibatan ayah merupakan sejauh mana ayah ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka (Finley, Mira, & Schwartz, 2008). Sedangkan kesulitan pengambilan keputusan karir didefinisikan sebagai hal-hal yang menghambat seseorang di saat orang tersebut harus membuat keputusan akan karirnya, memiliki kesediaan untuk menentukan karir yang dijalani, dan mampu membuat keputusan tentang karir yang tepat bagi dirinya (Gati & Saka, 2001).
Pengukuran keterlibatan ayah menggunakan alat ukur The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004) dan untuk pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karir menggunakan alat ukur Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (CDDQ) dari Gati, Krauz, dan Osipow (1996). Partisipan berjumlah 412 siswa SMA dengan usia 15 sampai 18 tahun di Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan dengan arah negatif antara keterlibatan ayah, baik pada domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement) di sepanjang kehidupan anak dan kesulitan pengambilan keputusan karir pada remaja madya (r = -0.263, p<0.000; two-tailed; r = -0.241, p<0.000; two tailed). Berdasarkan hasil yang didapat, diharapkan ayah dapat terlibat didalam berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka.

This research was conducted to find the relationship between father involvement which comprise of father nurturant and reported father involvement, and career decision making difficulties in middle adolescent. Father involvement is the extent to which the father participated in various aspects of their children?s life (Finley, Mira, & Schwartz, 2008). While career decision-making difficulties are defined as things that inhibit a person to make decisions on his career, have a willingness to determine his career, and able to make decisions about the right career for himself (Gati & Saka, 2001).
Measurement in this study is using an instrument named The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales which was developed by Finley and Schwartz (2004) and to measured career decision-making difficulties using an instrument named Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (CDDQ) from Gati, Krauz, dan Osipow (1996). The partisipants of this research were 412 high school students from age 15 to 18 years old in Greater Jakarta.
The main results of this research shows that father involvement which comprise of father nurturant and reported father involvement negatively correlated with career decision-making difficulties in middle adolescents (r = -0.263, p<0.000; two-tailed; r = -0.241, p<0.000; two tailed). Based on the results, it is expected that the father can be involved in various aspects of their children?s life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gendis Sekar Pitaloka
"Kualitas pertemanan yang baik merupakan hal penting untuk dimiliki oleh remaja, terutama remaja akhir. Adanya interaksi antara anak dan ayah akan meningkatkan kemampuan anak dalam menjalin hubungan pertemanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan kualitas hubungan pertemanan pada remaja akhir. Dalam penelitian ini, keterlibatan ayah diukur dengan menggunakan alat ukur Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur digunakan untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan adalah McGill Friendship Questionnaire-Friend 39;s Functions yang dikembangkan oleh Mendelson dan Aboud 2012 . Partisipan penelitian ini adalah remaja akhir berusia 17 hingga 21 tahun N = 635 . Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dan kualitas hubungan pertemanan pada remaja akhir. Dengan kata lain, semakin tinggi keterlibatan ayah, maka semakin tinggi pula kualitas hubungan pertemanan yang dimiliki.

A good friendship quality is important for adolescence, especially late adolescence. Interaction between father and his children will increase children rsquo s ability to develop friendship. The aim of this study was to examine the relationship between father involvement and friendship quality among late adolescence. In this study, father involvement was measured with Nurturant Fathering Scale and Father Involvement Scale developed by Finley and Schwartz 2004 , meanwhile friendship quality was measured with McGill Friendship Questionnaire Friend 39 s Functions developed by Mendelson and Aboud 2012 . Participants of this study consisted of late adolescence with aged between 17 and 21 years N 635 . This study was a correlational study which was conducted with a quantitative approach. The result of this study showed a positive and significant relationship between father involvement and friendship quality among late adolescence. In other words, the higher the father involvement, the higher their friendship quality is."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek.
Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem
dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).

This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Ruth Diarina Rotua
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan, jenis arranged marriage dan komitmen beragama, serta hubungan antara arranged-marriage dan komitmen beragama secara simultan dengan kebahagiaan pada orang Batak Toba (N=452, M=44 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan partisipan merasa bahagia dan sangat bahagia, memiliki komitmen beragama yang tinggi dan low arranged marriage. Terdapat hubungan yang signifikan antara arranged-married dan komitmen beragama dengan arranged-married secara simultan. Namun secara terpisah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arranged marriage dan kebahagiaan, dan terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen beragama dan kebahagiaan. Juga tidak terdapat perbedaan kebahagiaan yang signifikan antara partisipan yang menikah dengan cara low arranged marriage dan high arranged marriage.

This study aims to examine happiness, type of arrange marriage and religious commitment, and also the relation of arranged-marriage and religious commitment with happiness of Toba Batak people (N= 452, M=44 years). The results showed that participants were mostly happy and very happy, had low arranged marriage and high religious commitment. There was a significant relation among arranged married and religious commitment with happiness simultaneously. However, separately there was no significant relation between arranged marriage and happiness, and there was a significant relation between religious commitment and happiness. In addition, there was no significant difference in happiness between low arranged marriage and high arranged marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>