Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205570 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deborah Katrin Yulia Lbn G
"[ABSTRAKbr
Menurut beberapa studi penelitian yang dilakukan, kejadian hiperurisemia sering terjadi pada pekerja pabrik, terkhusus pekerja pabrik yang bekerja di lingkungan kerja panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, status gizi (IMT), asupan gizi (purin dan protein), merokok, konsumsi air putih, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, konsumsi soft drinks, dan suhu lingkungan kerja dengan kejadian hiperurisemia pada pekerja pabrik PT. X Cikarang tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel yang diteliti adalah pekerja pabrik PT. X Cikarang dengan total 152 sampel. Data dikumpulkan dengan cara pengumpulan data rekam medis dan pencatatan suhu lingkungan kerja pabrik, serta pengisian kuesioner mandiri dan wawancara FFQ semikuantitatif. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT, asupan protein hewani dan konsumsi air putih dengan kejadian hiperurisemia (p-value< 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat 23% pekerja pabrik mengalami hiperurisemia.;According to several researches, hyperuricemia frequently occur in factory workers, especially those working in high temperature. This research has purpose to know the association between age, Body Mass Index (BMI), nutrition intake (purine and protein), smoking, water intake, alcohol intake, coffe intake, softdrinks intake and working enviroment temperature with hyperuricemia on workers at PT. X Cikarang 2015. This research is using study methode cross sectional with simple random sampling. The samples are research are the workers at PT. X Cikarang with 152 samples. The data is collected with collecting medical record data and factory working enviromental temperature, also doing self quesioner and semiquantitative FFQ interviewing. Chi square test result is showing there are significant relation between BMI, animal protein intake and water intake with hyperuricemia (p value <0,05). It can be conclude that 23% factory workers has hyperuricemia.;According to several researches, hyperuricemia frequently occur in factory workers, especially those working in high temperature. This research has purpose to know the association between age, Body Mass Index (BMI), nutrition intake (purine and protein), smoking, water intake, alcohol intake, coffe intake, softdrinks intake and working enviroment temperature with hyperuricemia on workers at PT. X Cikarang 2015. This research is using study methode cross sectional with simple random sampling. The samples are research are the workers at PT. X Cikarang with 152 samples. The data is collected with collecting medical record data and factory working enviromental temperature, also doing self quesioner and semiquantitative FFQ interviewing. Chi square test result is showing there are significant relation between BMI, animal protein intake and water intake with hyperuricemia (p value <0,05). It can be conclude that 23% factory workers has hyperuricemia., According to several researches, hyperuricemia frequently occur in factory workers, especially those working in high temperature. This research has purpose to know the association between age, Body Mass Index (BMI), nutrition intake (purine and protein), smoking, water intake, alcohol intake, coffe intake, softdrinks intake and working enviroment temperature with hyperuricemia on workers at PT. X Cikarang 2015. This research is using study methode cross sectional with simple random sampling. The samples are research are the workers at PT. X Cikarang with 152 samples. The data is collected with collecting medical record data and factory working enviromental temperature, also doing self quesioner and semiquantitative FFQ interviewing. Chi square test result is showing there are significant relation between BMI, animal protein intake and water intake with hyperuricemia (p value <0,05). It can be conclude that 23% factory workers has hyperuricemia.]"
Universitas Indonesia, 2015
S60005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Nanda Ginagustin Wiseno
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-diabetes di PT. X pada tahun 2015. Penelitian pada pekerja penting untuk dilakukan mengingat masih sedikitnya penelitian terkait gizi kerja sementara kesehatan pekerja akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Perbandingan yang digunakan antara kasus dan kontrol adalah 1: 3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei ? Juli 2015 kepada 80 (20 kasus : 60 kontrol) orang pekerja pabrik. Pengolahan data menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara usia, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, dislipidemia, indeks masa tubuh, asupan energi, dan asupan lemak dengan kejadian pre-diabetes. Pre-diabetes sebaiknya ditangani sebelum berkembang lebih lanjut menjadi diabetes mellitus. Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan pola hidup sehat, menjaga berat badan ideal, aktif secara fisik, dan mengatur pola makan sesuai dengan gizi seimbang.

The purpose of this study is to determine association between pre-diabetes risk factors with pre-diabetes in factory workers. Since worker?s health status has a strong correlation with work productivity, as one of health aspect, more research regarding nutrition in workers need to be done. Design of this study is quantitative with case control method. Comparison between case and control is 1 : 3 with 20 cases and 60 controls. This research was held between May ? July 2015. Chi square was used to analyze association between dependent and independent variables. The result of bivariate analysis found an association between age, body mass index, family history with type-2 diabetes, dyslipidemia, energy intake, and fat intake with pre-diabetes in factory workers. As an early state of diabetes mellitus type 2, pre-diabetes should be taking more seriously to prevent its developing into type 2 diabetes. Being physically active and applying balanced nutrition concept on daily basis could be the best way to prevent pre-diabetes."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Innes Marinda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi kelelahan fisik pada pekerja PT. X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di PT. X. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diisi secara mandiri, pengukuran antropometri, dan 24H food record dengan jumlah sampel 126 responden. Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk melihat perbedaan proporsi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara asupan protein (P value =0,049), konsumsi air putih (P value=0,022), dan status merokok (P value=0,027) dengan kelelahan fisik. Sebaiknya perusahaan menyediakan botol untuk menampung urin, sehingga pekerja dapat mengukur warna urin dan mengetahui kecukupan konsumsi air putih selama bekerja.

This study aims to describe the proportional difference between fatigue, physical fatigue of worker in PT. X. This study is a quantitative study using cross-sectional study design. The data were collected in May-June 2015. The data were collected by using self-administered questionnaire, anthropometric measurement, and 24H food record involving 126 respondents. The data were analyzed using Chi-square test to describe the proportion difference between the independent variables and the dependent variables.
The result shows that t there are proportional differences between protein intake (P value=0,049), mineral water consumption (P value=0,022), smoking status (P value=0,027), and physical fatigue. The company is suggested to be more concerned regarding the menu in the canteen. Furthermore, the worker are suggested to be more active like increase their exercise frequency and routine by using the facilities in the company. The company should provide a bottle to accommodate the urine , so that workers can measure the color of the urine and aware of the sufficiency of white water consumption during work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kathlene Ronauli Martini
"ABSTRAK
Garam dan lemak merupakan dua substansi yang penting bagi tubuh manusia namun jika jumlahnya berlebih akan mengakibatkan hipertensi dan obesitas yang akan meningkatkan risiko seseorang terpapar penyaki degeneratif. Stres, efikasi diri, dan beberapa faktor lainnya dapat memengaruhi konsumsi garam dan lemak seseorang dengan cara yang berbeda-beda. Studi potong lintang ini bertujuan mengetahui perbedaan stres, efikasi diri, dan faktor lainnya usia, jenis pekerjaan, total asupan energi, IMT, pengetahuan gizi dalam konsumsi garam dan lemak pada pekerja lelaki dewasa di PT X tahun 2018. Responden N = 172 yang dipilih secara acak ditimbang berat badannya, ditanyakan tinggi badan berdasarkan pemeriksaan kesehatan terakhir, diminta mengisi kuesioner mengenai stress PSE , efikasi diri, GSE , dan pengetahuan gizi GNKQ , serta diwawancara 24-hour recall dan FFQ makanan tinggi garam dan lemak. Ditemukan perbedaan stres, jenis pekerjaan, total asupan energi, dan pengetahuan gizi dalam konsumsi garam, namun tidak ditemukan perbedaan faktor-faktor tersebut dalam konsumsi lemak.

ABSTRACT
Salt and fat, both are crucial substances to the human body but if intake is over the limit may cause hypertension and obesity. Futhermore it may also increases the risk of degenerative diseases. Stress, self efficacy, and many more factors may affect one rsquo s salt and fat intake with different ways. This cross sectional study aims to find out the difference of stress, self efficacy and other factors such as age, type of job, total energy intake, BMI, and nutrition knowledge in salt and fat intake among adult male workers at company X in year 2018. Randomized respondents N 172 were weighted, asked height based on the last medical check up, completed questionnaire that tap into stress PSE , self efficacy GSE , and nutrition knowledge GNKQ , and finished with having a 24 hour recall and salty fatty food FFQ interview. Findings indicate difference of stress, type of job, total energy intake, and nutrition knowledge within salt intake, but no within fat intake."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftita Rakhma Ikrima
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan konsumsi softdrink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, uang saku, pendidikan ibu dan ayah serta konsumsi suplemen kalsium.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 161 siswa SMA Negeri 2 Kota Depok selama bulan April 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner umum, kuesioner pengetahuan, kuesioner aktivitas fisik, dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan 69,6% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 785,7 mg ± 295,82. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu, dan kebiasaan sarapan kepada siswanya.

Calcium is nutrient that has important roles in the growth. This research aimed to determine the differences of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, soft drink consumption, physical activity, sex, calcium knowledge, socio-economic (pocket money, mother and father's education), and calcium suplement consumption.
This research used cross sectional design with a total sample of 161 students of Senoir High School 2 Depok during April 2015. Data collection was conducted using general questionairre, PAQ-A, and calcium intake was measured by 2x24 hours food recall. The data was analyzed using Chi Square test.
The results showed that 69,6% of the students had calcium intake below 960 mg/day and the average calcium intake of students was 785,7 mg ± 295,82. Bivariate analyzes showed that there was significant diffference of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, and sex. Thus, it is recommended for the school to provide education about the important of calcium intake, milk consumption, and breakfast habit to the students to prevent calcium deficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrine Permata Leoni
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar gula darah puasa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada Satlantas dan Sumda di Polresta Depok. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 143 responden. Penelitian dilakukan pada April sampai Mei 2012. Data yang dikumpulkan adalah kadar gula darah puasa, pendidikan terakhir, suku, riwayat diabetes melitus, umur, IMT, RLPP, asupan karbohidrat, asupan serat, asupan protein, asupan lemak, pengetahuan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan cara pengukuran kadar gula darah puasa, pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, dan wawancara (food recall).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur, suku, RLPP, dan asupan protein dengan kadar gula darah puasa (nilai p < 0,05). Disarankan untuk melakukan intervensi melalui program pencegahan penyakit degeneratif berupa penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan konsultasi gizi terutama tentang kadar gula darah.

This study aims to know the description of fasting blood glucose levels and the factors that influence in Employees of Satlantas and Sumda Polresta Depok. The design study is a cross sectional study conducted on 143 respondents.The study was conducted from April to May 2012. Data collected were fasting blood glucose levels, the latest education, ethnicity, history of diabetes mellitus, age, BMI, WHR, carbohydrate intake, fiber intake, protein intake, fat intake, knowledge, physical activity, and smoking habits by measuring fasting blood glucose levels, anthropometric measurements, filling questionnaires, and interview (food recall).
The results of this study showed significant correlations between age, ethnicity, WHR, and protein intake with fasting blood glucose levels (p value < 0.05). It is recommended to intervene through programs of prevention of degenerative diseases of education, health, and nutrition consultation, especially on blood glucose levels.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rizki Purnamasari
"Dehidrasi merupakan keadaan ketika air yang keluar dari tubuh lebih banyak dibandingkan dengan air yang masuk. Dehidrasi dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk pada remaja yang dapat menyebabkan gangguan performa fisik dan kognitif. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi air dan faktor lainnya dengan status dehidrasi pada mahasiswa di Asrama Mahasiwa UI tahun 2015.
Hasil penelitian menunjukkan dari 118 responden, sebanyak 66,1% mengalami dehidrasi. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi air, kebutuhan air, tingkat kecukupan konsumsi air, dan status gizi dengan status dehidrasi. Mahasiswa diharapkan untuk mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencegah dehidrasi.

Dehydration is a condition when the water losses exceed water intake. Dehydration can occur in all age groups, including adolescents that can cause reduction of physical and cognitive performance. The design of this study was cross sectional aimed to analyze the association between water intake and other factors with dehydration status on college student at University of Indonesia’s Dormitory in 2015.
The results showed from 118 respondents, 66,1% are dehydration. Bivariate analysis showed that there was association between water intake, water requirements, the adequacy of water intake and nutritional status with dehydration status. Students are expected to consume water in appropriate with the requirements in order to prevent dehydration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Pebriani
"Air memiliki peranan yang penting bagi tubuh, namun seringkali menjadi hal yang dilupakan sehingga tanpa disadari banyak remaja yang mengalami dehidrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum air putih dan faktor lainnya dengan asupan air total pada siswa/i di SMP Negeri 1 Depok tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan melibatkan 195 responden kelas 8 di SMP Negeri 1 Depok yang didapat dengan total sampling.
Variabel independen yang diambil adalah karakteristik responden (jenis kelamin dan uang jajan), status gizi, aktivitas fisik, pengetahuan gizi dan kebiasaan minum (berdasarkan waktu minum dan membawa bekal minuman ketika bepergian, kebiasaan minum air putih, berdasarkan jenis minuman yang tidak dianjurkan dan dianjurkan). Asupan air diperoleh dengan wawancara food recall 2x24 jam, variabel status gizi diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, sementara variabel lainnya diperoleh dengan pengisian kuesioner. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square. Sebanyak 53,3 % responden dengan asupan air total kurang dari 2000 ml/hari.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kebiasaan minum air putih merupakan satu-satunya variabel yang memiliki hubungan dengan asupan air total. Siswa/i diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kebiasaan minum yang baik, selain itu, kepada pihak sekolah agar memberi dukungan maupun menyelenggarakan kegiatan bersifat edukatif dan aplikatif untuk meningkatkan asupan air sehingga dampak kekurangan air bagi tubuh dapat diminimalisir.

Water has an important role for the body, but it is often ignored by adolescents. As a result, they become dehydrated unconsciously. The purpose of this study is to find out the relationship between drinking water habits and other factors on the total water intake in Junior High School 1 Depok students in 2014. The study was conducted on April 2014. It used cross-sectional design which was involving 195 respondents of eighth grade students in Junior High School 1 Depok. All respondents were obtained by a total sampling.
The independent variables were the characteristics of respondents (gender and pocket money), nutritional status, physical activity, knowledge of nutrition, and drinking habits (based on drinking time and bringing drinks in traveling; drinking water; and the kind of beverages that are recommended or not recommended). The data about the total water intake for each respondent was obtained by food recall interview within 2x24 hours, and the nutritional status data was obtained by measuring weight and height. Moreover, the other variables were obtained by means of questionnaires. Bivariate analysis used chi-square test. From 195 respondents, 53.3% of them have a total water intake less than 2000 ml/day.
Statistical tests show that only drinking water habits variable has relationship with a total water intake. The students are expected to improve the knowledge about the important of water for their body, so they will have good drinking habits. Also, the school should give supports and facilitate educated and applicable activities to increase the intake of water. As a result, the bad impacts of lack of water for the body can be minimized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Nurhanif
"Latar belakang : Hasil pemeriksaan kesehatan terhadap 544 karyawan PT. X yang dilaksanakan pada tahun 2007 menemukan 18 kasus DM (5,66%). Pada PT. X diketabui pula diterapkan pola shift. Beberapa literatur menyebutkan babwa terdapat hubungan antara faktor shift dengan risiko DM. Permasalahannya apakah tingginya prevalensi DM di PT. X berhubungan dengan shift yang diterapkan pada PT. X ?. Dilakukannya penelilian ini adalah untuk mengetahui pengaruh shift terhadap risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pekerja Pabrik Baterai PT. X.
Metode penelitian : Desain penelilian yang digunakan adahah studi potong lintang. Jumlah sampel yang diambil adalah total sampel berjumlah 544 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, pemeriksaan kadar glukosa darah TTGO dan pemeriksaan fisik, yang meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. Penilaian kadar glukosa darah TTGO dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor penyebab diabetes, seperti usia, jenis kelamin, masa kerja, shift, gizi, latihan jasmani, riwayat DM dalam keluarga, hipertensi, dan merokok terbadap risiko Diabetes Metitus Tipe 2. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat secara simultan faktor-faktor risiko dan perancu terhadap risiko DM tipe 2.
Hasil penelilian : Didapatkan responden sebanyak 366 pekerja dari total populasi 544 pekerja. Responden yang menderita DM ditemukan sebanyak 81 orang, dengan komposisi terbanyak berusia > 45 (50,6%), dengan nilai P=0,707 dan OR=1,171; lakilaki (97,5%), dengan nilai P=0,511 dan OR=0,566; masa kerja > 20 tabun (70,4%), dengan nitai P=0,694 dan OR=1,114; 72 respenden bekerja dengan shift (88,9%). dengan nilai P=0,012 dan OR = 2,704; 55 responden menderita obesitas (67,9%), dengan nilai P=0,001 dan OR = 2,384; 47 responden memiliki riwayat DM dalam keluarga (62,7%) dengan nilai P=0,000 dan OR=14,299; 40 respponden tidak melakukan latihan jasmani setidaknya l (satu) kali dalam 1 (sata) minggu (49,4%) dangan nilai P = 0,020 dan OR = 0,673; 13 responden menderita hipertensi (16,0%) dengan nilai P=0,648 dan OR=0,857; serta 28 responden perokok (34,6%) dengan nilai P=0,381 dan OR=1,264.
Kesimpulan : Prevalensi Diabetes Melitus responden pabrik baterai PT. X, Jakarta sebesar 22,1%. Prevalensi Diabetes Melitus pada responden dengan shift (8&,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan responden tanpa shift (11,1%) serla berbeda secara bermakna. Pekerja dengan shift mempunyai fisiko menderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebesar 2,704 kali dibandingkan dengan pekerja tanpa shift. Faktor riwayat DM dalam keluarga, shift, dan gizi berhubungan bermakna terhadap risiko Diabetes Melitus Tipe 2. Sedangkan faktor-faktor lainnya seperti USIa, jenis keiamin, masa kerja dengan shift, latihan jasmani, hipertensi, dan merokok tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2.

Background : Result of medical examination of 544 employees from Battery Company "X" in 2007 found that 18 cases suffer from type 2 DM (5,66%). Company "X" applied shift work system. Many literature mentioned the correlation between shift work with the risk of type 2 DM. The question is highly prevalence of type 2 DM in company "X" related with the shift work applied? This study aims to find correlation between shift and other causative factors with the risk of Type 2 Diabetes Mellitus.
Methods : The design of study used was cross sectional study. The number of sampled was involved 544 people. The data were collected by questionnaire, interview, examination of TTGO blond glucose, and physical examination, included measuring blood pressure, body weight and height. Standard procedure of TTGO blood glucose was used. Bivariate analysis was applied to look at the causative factors such as age, sex, work with shift year, shift work, exercise, nutrition status, history of DM in family, hypertension, and smoking with the risk of type 2 DM. In line with the analysis, the regression logistic analysis was used to look out risk factors and confounding factors simultaneously with risk of type 2 DM.
Result: The number of sample involved was 366 employees. It was found that 81 people suffer from type 2 DM, with majority of respondents belonged to the age over 45 years (50.6%;P =0.707 and OR= 1.171); male respondent (97.5%;P=0.511 and OR= 0.566); work with shift over 20 years (70.4%;P= 0.694 and OR=1.114); 72 respondents work with shift (88.9%;P= 0.012 and OR=2.704); 55 respondents with obesity (67.9%;P=0.001 and OR=2.384); 47 respondents with history of DM in family (62.7%;P=0.000 and OR=14.299); 40 respondents never had exercise in a week (49.4%;P=0.020 and OR=0.673); 13 people with hypertension (16.0%;P=0.648 and OR=0.857); 28 people were smoker (34.6%; P=0.381 and OR=1.264).
Conclusion: Type 2 DM prevalence among workers of battery company "X", Jakarta was 22,1%. Prevalence of type 2 DM among shift workers (88.9%) were higher than workers without shift (11,1%). Shift workers were much more susceptible to type 2 DM than workers without shift. History of DM in family, shift work, and nutrition status had significant correlation with the risk of type 2 OM. Age, sex, work with shift, weekly exercize, hypertension, and smoking did not have significant correlation with the risk of typa 2 DM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T21199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Nugraheni
"Obesitas menjadi tantangan serius di dunia. Konsumsi protein adalah salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap regulasi lemak tubuh, tetapi informasi mengenai sumber protein specific dan pengaruhnya terhadap regulasi lemak di negara berkembang masih terbatas. Sehingga, peneliti ingin mengetahui hubungan antara asupan protein dan sumbernya dengan obesitas pada orang dewasa di Indonesia. Studi cross-sectional ini melibatkan 167 orang dewasa berusia 19-50 tahun di perkotaan Jakarta Timur. Asupan protein didapatkan dari repeated 24H Recall yang diklasifikasikan sebagai asupan rendah dan tinggi protein. Persentase lemak tubuh diukur dengan metode Air Displacement Plethysmograph yang diklasifikasikan sebagai obesitas wanita (>33%) dan obesitas pria (>25%). Sekitar 69% subjek mengalami obesitas. Sumber utama asupan protein nabati dan hewani berasal dari sereal dan produknya (median =11,3 gr/hari atau 22,9% dari total protein), dan unggas (median =7,85 gr/hari atau 15,9% dari total protein). Setelah penyesuaian terhadap status perkawinan dan jenis kelamin mendapatkan hasil bahwa asupan tinggi protein tidak berhubungan dengan obesitas (OR 1,84, p-value = 0,15), dan jenis asupan protein hewani atau nabati tidak berhubungan dengan obesitas (OR protein hewan 0879, p-value = 0,69; OR protein nabati 0,95, p-value =0,98). Promosi jenis konsumsi protein harus diperhatikan agar berhasil menurunkan prevalensi obesitas di negara ini.

Obesity is becoming a serious challenge worldwide. Protein consumption is one of the important contributing factors to body fat regulation, but existing information has limitedly explored type of protein and its influence for fat regulation in developing world. Therefore, we investigated the association between protein intake and its sources with obesity. This cross-sectional study involved 167 adults aged in East Jakarta. Protein intake were collected from repeated 24-hour recalls that was classified as low and high intake. Body fat percentage was measured by Air Displacement Plethysmograph method and classified as female obese (>33%) and male obese (>25%). About 69% of subjects were obese. The main sources of plant and animal protein intake came from cereals and its products (median=11.3 gr/day or 22.9% of protein intake), and white meat (median=7.85 gr/day or 15.9% of protein intake), respectively. After adjustment for marital status and sex those who had higher protein intake did not associated with being obese (Adjusted OR 1.84, p-value=0.15), while, animal-plant protein intake was not associated with obesity (Adjusted OR 0.879 animal protein, p-value=0.69; OR 0.95 plant protein, p-value=0.98). The promotion of type of protein consumption must be concerning to successfully lower the prevalence of obesity in the country."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>