Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Restya Sri Sugiarti
"Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan sebagian besar diderita oleh anak-anak di seluruh dunia. Pada tahun 2013 terdapat 11.521 kasus campak di Indonesia, dimana Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kedua jumlah kasus terbanyak. Jumlah kasus campak klinis di Kota Depok dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan fluktuatif. Kasus campak klinis di Puskesmas Sukmajaya menepati peringkat pertama jumlah kasus campak klinis tertinggi di Kota Depok meskipun cakupan imunisasi campak tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian campak klinis di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Sumber data peneitian berasal dari data sekunder laporan C-1 campak klinis dan laporan imunisasi. Jumlah sampel dan kontrol masing-masing 69. Variabel yang diteliti yaitu umur, jenis kelamin, tempat, dan waktu. Analisis data menggunakan uji statistic chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel umur yang menunjukkan adanya hubungan bermakna dengan kejadian campak klinis (OR=0,017; 95% CI= 0,004- 0,073). Disarankan melakukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi campak pada anak usia sekolah, melakukan promosi kesehatan dan pelatihan kader untuk menurukan kasus campak klinis di Kelurahan Mekarjaya, dan meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan surveilans campak C-1.

Measles is a highly contagious infectious disease and mostly suffered by children worldwide. In 2013 there were 11.521 cases of measles in Indonesia, where West Java Province ranked the second highest number of cases. Clinical measles trends in Depok from year to year has a tendency to fluctuate. Where Sukmajaya health centre have highest number of clinical measles in Depok although measles immunization coverage is high.
This study aims to determine the factors associated with the occurrence of clinical measles in Sukmajaya health centre working area Depok City year 2014-2015. This study was a case control studies. Source of research data derived from secondary data from C-1 clinical measles report and immunization report. Number of samples 69 cases and 69 controls. The variables studied were age, sex, place, and time. Analysis of data using statistical chi square test.
The results showed that only age variable that showed significant associated with the incidence of clinical measles (OR=0,017; 95% CI= 0,004-0,073). It is suggested to increase public awareness for immunization against measles in school age children, health promotion and training of cadres to derive clinical measles cases in the Village Mekarjaya, and improve quality of recording and reporting C-1 measles surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitri Rahmadainawati
"Penyakit campak masih menjadi permasalahan global sebagai penyebab seperempat kematian pada anak-anak, dan tesis ini bertujuan menganalisis pembentukan PMK No.42 Tahun 2013 dengan mempertimbangkan kebijakan internasional dan aspek lainnya, menggunakan segitiga analisis kebijakan. Pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen dilakukan di Kementerian Kesehatan, mitra, dan pelaksana program. Pembentukan kebijakan nasional imunisasi campak dipengaruhi oleh faktor diantaranya para pembuat kebijakan, lingkungan kebijakan, strategi penyelenggaraan imunisasi dan proses pembuatan keputusan. Lingkungan kebijakan merupakan faktor yang paling mempengaruhi, terutama aspek politikekonomi. Persepsi, peran dan komitmen dari para pembuat kebijakan mempengaruhi proses pembuatan keputusan kebijakan nasional imunisasi campak terhadap strategi penyelenggaraan imunisasi yang dipilih.

Measles remains a global problem as the cause of a quarter of deaths in children, and this thesis aims to analyze the formation of PMK 42 in 2013 to consider international policies and other aspects, using policy analysis triangle. Qualitative approach with in-depth interviews and document review conducted at the Ministry of Health, partners, and implementing programs. The formation of a national measles immunization policy is influenced by factors such as policy makers, environmental policy, strategy and implementation of immunization decision-making process. Environmental policy is a factor that most affects, especially the political and economic aspects. Perception, the role and commitment of policy makers influencing national policy decision-making process of immunization against measles immunization implementation strategy chosen."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina
"Penyakit campak adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian anak-anak di dunia termasuk di Indonesia. Setiap negara diajak secara bertahap mereduksi dan mengeliminasi penyakit campak dengan memberikan imunisasi rutin kepada bayi dan dilakukan imunisasi campak tambahan untuk menjangkau anakanak yang belum pernah divaksinasi atau belum pernah menderita penyakit campak, serta kesempatan kedua untuk kasus kegagalan vaksinasi campak. Di Indonesia, Departemen Kesehatan memberikan imunisasi campak tambahan melalui kegiatan ?Kampanye Imunisasi Campak? yang dilakukan dalam lima tahap dari bulan Januari 2005 sampai dengan 10 September 2007 tetapi hingga saat ini belum ada informasi tentang dampaknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran epidemiologi penyakit campak dan imunisasi campak, serta korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit campak di Indonesia tahun 2004 - 2008. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder surveilans penyakit campak dari Sub Direktorat Surveilans dan data cakupan imunisasi dari Sub Direktorat Imunisasi Direktorat Jendral P2PL Departemen Kesehatan RI. Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi kasus campak berdasarkan umur, provinsi, tahun, dan bulan, serta secara bivariat untuk melihat hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak yang menggunakan uji Korelasi dan Regresi Linier Sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan insiden kasus campak tertinggi terjadi pada kelompok umur 0-4 tahun dan tertinggi kedua pada kelompok umur 5-9 tahun, terjadi pada provinsi yang padat penduduknya yaitu DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005, dan pada provinsi yang tidak padat penduduknya yaitu Sulawesi Selatan pada tahun 2006 dan Kalimantan Timur pada tahun 2007. Insiden kasus campak terendah terjadi pada provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku dimana kelengkapan data surveilans campak yang tidak lengkap, dan di provinsi DI Yogyakarta oleh karena tingginya cakupan imunisasi campak (100,19%) pada tahun 2007. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000 penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35 per 10.000 penduduk dari tahun 2005. Terjadi penurunan insiden campak pada tahun 2007 sebesar 6,12 per 10.000 penduduk dari tahun 2006.
Kecendrungan peningkatan insiden campak di Indonesia terjadi pada bulan September dari tahun 2004 ? 2008. Cakupan imunisasi kampanye campak tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Tengah. Cakupan imunisasi kampanye campak terendah terjadi pada provinsi Sumatera Barat. Dan Peningkatan cakupan imunisasi kampanye campak meningkatkan insiden campak satu tahun sesudah kampanye campak.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan agar program pencegahan penyakit campak lebih difokuskan pencegahan pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun setiap tahunnya, tidak hanya pada provinsi dengan padat penduduknya tetapi juga pada populasi yang tidak padat penduduknya, dan pada bulan September. Agar penguatan surveilans campak terus ditingkatkan khususnya di provinsi yang pelaksanaan surveilans campaknya kurang baik. Agar dilakukan kegiatan peningkatan cakupan imunisasi pada provinsi-provinsi yang cakupan imunisasi campak belum diatas 90%. Agar dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan adanya hubungan di tingkat individu untuk hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak khususnya untuk melihat dampak dari kampanye campak di Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim D.P.
"Imunisasi campak merupakan suatu cara pemberian kekebalan terhadap penyakit campak kepada bayi umur 9-11 bulan. Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian karena campak. Sampai saat ini distribusi cakupan campak belum mencapai hasil yang diharapkan. Masih banyak bayi yang belum terimunisasi campak, hal ini belum dapat memberi perlindungan terhadap penyakit campak. Timbul pertanyaan karakteristik apa dari ibu yang berhubungan dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan. Jenis penelitian adalah 'cross sectional', untuk melihat hubungan antara karakteristik ibu dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan. Lokasi penelitian di Propinsi Sulawesi Selatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji Regresi Logistik baik cara sederhana maupun cara ganda, untuk melihat kemaknaan suatu kecenderungan dan estimasi probabilitas suatu karakteristik ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ibu yang erat hubungannya dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan adalah: 1) penolong persalinan yailtu persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan/tenaga kesehatan terlatih, 2) tempat pengobatan yaitu tempat pencarian pengobatan ibu dan keluarganya bila mereka sakit, 3) status/pengalaman KB yaitu ibu yang pernah ikut program KB, 4) umur ibu yaitu umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian, 5) pendidikan suami yaitu lama/tingkat pendidikan suami dan 6) pemilikan KMS yaitu adanya KMS yang dimiliki anak umur 9-36 bulan sampai saat penelitian.
Estimasi kesempatan anak umur 9-36 bulan terimunisasi campak tertinggi sebesar 99% bila dengan kondisi karakteristik keikutsertaan ibu adalah; persalinannya ditolong oleh dokter/bidan/tenaga kesehatan terlatih, berobat ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah/swasta (Modern), pernah ikut program KB, umur ibu <26 tahun, suami berpendidikan dan anak tersebut memiliki KMS. Estimasi kesempatan anak umur 9-36 bulan terimunisasi campak terendah sebesar 25% bila dengan kondisi karakteristik keikutsertaan ibu adalah; persalinannya ditolong oleh dukun/tetangga/keluarga, berobat bukan ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah/swasta (modern) tetapi mengobati sendiri/ke dukun /tabib/ke pengobatan tradisional, tidak pernah ikut program KB, umur ibu >29 tahun tahun, suami tidak berpendidikan dan anak tersebut tidak memiliki KMS. Agar status imunisasi campak anak dapat ditingkatkan, maka perlu ada prioritas intervensi pada ke-6 karakteristik ibu seperti tersebut di atas.

Characteristics of Mother In Relation to Immunization Status Against Measles of Children Aged 9-36 month in South Sulawesi, 1991The practice of immunization against Measles is one of the procedures that can protect baby aged 9-11 month against measles. This program cans greatly reduce the-morbidity and mortality of measles. Until nowadays there are a great number of children had not been immunized. As to identifying the reasons for inadequate coverage, the question are that characteristic of mother related to immunization status against measles of children aged 9-36 month. The study was cross sectional and was carried out in the Province of South Sulawesi. The objective of the study is to determine characteristics of mother related to measles. To decide which characteristic of mother are predictive of status of immunization the analysis were done with simple and multiple logistic regression.
The result indicated that the characteristics of mother related to measles immunization status in children aged 9-36 month are: 1) maternity care (doctors, midwives, trained health workers); 2) health seeking care; 3) prior experiences in family planning program; 4) age of mother; 5) education of the head of the family; 6) monitoring health recorder status (road to health card).
The highest estimated probability is 99% with the condition of mothers are: maternity care are doctors /midwives /trained health workers; seeking care to modern health services; being with family planning program; age of mother <20 years; educated husband; and having monitoring health recorder (road to health card). The least estimated probability is 25% are found in mothers with maternity care by member of family/ neighbors/ traditional birth attendants; non professional seeking care (self medication, traditional practitioners); never been with family planning program; aged >29 years; uneducated husband; and with no (KMS (road to health card). As to increase the immunization status against measles it should be made an intervention priority in the six characteristics that had been mentioned above.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafyarie Harnan
"Jumlah kasus Campak di Indonesia tahun 2011 berjumlah 21.893 kasus dari 237.556.363 jumlah penduduk (IR=9,22 per 100.00 penduduk). Sedangkan jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sebanyak 4.276 kasus dari 43.021.826 jumlah penduduk (IR= 9,94 per 100.000 penduduk). Menurut Riskesdas 2010 Cakupan Imunisasi Campak di Jawa Barat berjumlah 72,8 persen dan Cakupan Nasional Campak berjumlah 74,4 persen. Artinya Cakupan Imunisasi Campak di Indonesia belum mencapai target.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status Imunisasi Campak pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bakti Jaya Kota Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2012 sampai Januari 2013 dan desain penelitian yang digunakan cross sectional, dengan populasi adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di kelurahan Bakti Jaya tahun 2013.
Hasil dianalisis baik secara univariat dan bivariat dengan program EpiInfo. Hasil penelitian menunjukkan proporsi imunisasi Campak pada balita usia 1-5 tahun di kelurahan Bakti Jaya tahun 2013 sebesar 76,7 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh adalah umur ibu dan tingkat pendidikan ibu. Diperlukan upaya dan peran serta keaktifan berbagai pihak serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya Imunisasi Campak.

The number of cases of measles in Indonesia in 2011 amounted 21.893 cases amounted to 237.556.363 of the total population ( IR = 9.22 per 100.00 inhabitants ). While the number of cases of measles in the province of West Java in 2011 as many as 4,276 cases of 43,021,826 total population ( IR = 9.94 per 100,000 population ). According Riskesdas 2010 Measles Immunization Coverage in West Java amounted to 72.8 percent and National Coverage Measles totaled 74.4 percent. This means Measles Immunization Coverage in Indonesia has not reached the target.
The purpose of this study is to describe and factors associated with measles immunization status in children aged 1-5 years in the working area of the Puskesmas Bakti Jaya in 2013. Study was conducted in Desember 2012 until January 2013 and the design of the study used a crosssectional, the population is mothers who have children aged 1-5 years in the village Bakti Jaya in 2013.
Results were analyzed both univariate and bivariate EpiInfo program. The results showed the proportion of measles vaccination in infants aged 1-5 years in the village Bakti Jaya in 2013 amounted to 76.7 %. Based on the results of this research is that the variables that influence the mother's age and education level of the mother. Required effort and the participation of various parties liveliness and importance of public awareness of Measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arleni
"Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk di Indonesia. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat mempunyai cakupan imunisasi campak yang cukup tinggi dari tahun 2009-2013. Namun demikian masih terjadi KLB penyakit campak yang terjadi pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 di Desa Segarjaya Kecamatan Batujaya. Desain penelitian ini adalah desain kasus kontrol.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Desa Segarjaya Wilayah Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang Tahun 2014. Kasus adalah anak usia 0-14 tahun yang didiagnosa menderita campak berdasarkan gejala klinis dan tercatat dalam laporan C1 Dinas Kesehatan dan didiagnosa campak pada saat investigasi KLB, kontrol adalah anak yang tidak menderita gejala klinis campak, tetangga kasus yang rumahnya berdekatan dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:2. Sebanyak 57 kasus dan 117 kontrol yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada KLB campak adalah jenis kelamin lak-laki OR=1,9 (CI 95%: 1,00-3,6), status anak yang tidak imunisasi memiliki OR= 2,5 (CI 95%: 1,20-5,2), anak yang mempunyai riwayat kontak OR=15,4 (CI 95%: 6,9-33,9). Sedangkan faktor yang bersifat protektif adalah faktor ibu yang tidak bekerja OR=0,4 (CI95%: 0,20-0,91).
Dari hasil penelitian disarankan agar meningkatkan peran serta masyarakat dalam program imunisasi dan melaporkan segera jika ada kasus dengan gejala campak pada tenaga kesehatan, penguatan program imunisasi dan penguatan surveilans epidemiologi campak.

Measles is a highly contagious disease and a major cause of child mortality in developing countries, including in Indonesia. Karawang regency is one of regencies in West Java has the measles immunization coverage is high enough from the years 2009 to 2013. However, there are measles outbreaks occurred in the period December 2013 to February 2014 in the Segarjaya Village District of Batujaya. This study design is case-control design.
The purpose of this study to describe the factors that influence the incidence of measles in Extraordinary Events (KLB) in the Segarjaya Village of measles Regional Health Center Batujaya Karawang of district in 2014. Cases were children aged 0-14 years who were diagnosed with measles based on clinical symptoms and recorded the Department of Health and C1 reports diagnosed measles outbreaks during the investigation, control is a child who does not suffer from clinical symptoms of measles, a neighbor whose house is adjacent to the case of a comparison of cases and controls 1:2. A total of 57 cases and 117 controls who met the inclusion criteria.
The results showed that the main factors that influence the incidence of measles in measles outbreaks are lacquer-male gender OR=1.9 (CI 95%: 1,00-3,6)), the immunization status of children who do not have OR=2.5 (CI 95%: 1,20-5,2), children who have a history of contact OR = 15.4 (CI 95%: 6,9-33,9). While the protective factor is a factor that is not working mothers OR=0.4 (CI95%: 0,20-0,91).
From the results of the study suggested that increase community participation in immunization programs and report immediately if there is a case with symptoms of measles on health workers, strengthening immunization programs and the strengthening of epidemiological surveillance of measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herbagyanto Purnomo
"Campak (Measles) merupakan penyakit yang umumnya menyerang anak di bawah lima tahun (balita). Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada anak dengan status gizi kurang dapat terjadi komplikasi seperti Diare, Pnemonia, Encephalitis, Otitis media dan adanya komplikasi tersebut dapat mengakibatkan kematian.
Di Indonesia angka kejadian (Incidence rate) pada balita adalah 19,4/10.000 balita, oleh karenanya pemerintah mengadakan program imunisasi terhadap bayi umur 9-12 bulan, agar angka kejadian campak dapat diturunkan.
Di Jakarta Selatan meskipun keberhasilan cakupan (caverage) imunisasi telah mencapai lebih dari 100 %, tetapi penyakit campak masih endemis di wilayah Jakarta Selatan, bahkan relatif tinggi untuk anak balita. Hal ini menimbulkan pertanyaan faktor penyebab apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian campak pada anak usia 12 - 24 bulan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan disain kasus kontrol (Cases Control Study) dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan diatas.
Sebagai kasus adalah anak usia 12 - 24 bulan yang menderita campak, dan sebagai kontrol adalah anak usia 12 - 24 bulan tidak menderita campak dan tinggal dekat rumah kasus. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 50 anak (dengan perbandingan 1 : 1).
Variabel yang diteliti adalah status imunisasi dan status gizi anak; pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu; dan lingkungan rumah penderita yaitu kepadatan dan ventilasi hunian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status imunisasi dan status gizi anak; pendidikan ibu; keadaan rumah penderita berpengaruh terhadap kejadian campak pada anak usia 12 - 24 bulan, sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian campak berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah status imunisasi, status gizi dan ventilasi hunian.
Penelitian ini menyimpulkan bahua anak yang dilakukan imunisasi dengan status (keadaan) gizi yang baik dan tinggal pada rumah dengan ventilasi yang baik dapat mengurangi kejadian(insidence) campak.
Dari hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatan cakupan imunisasi dengan memanfaatkan momentum "Pekan Inunisasi Nasional" ( PIN ) , perbaikan gizi anak balita dan perbaikan ventilasi rumah tinggal untuk menurunkan angka kejadian campak pada balita.

Measles is common childhood disease in children under five years of age. The Disease is spread by virus, and can be prevented by immunization. For children with poor nutrition. the disease can be complicated by diarrhea, pneumonia, enchephalitis and otitis media, and these complication can result in death.
The incidence for children in Indonesia under five years is 19,4 per 10.000 children, so to reduce this rate the government has implemented an immunization program for infant 9 to 12 months old. In South Jakarta even though the coverage of immunization exceed 100 percent, measles is still considered endemic to the area and is in fact relatively high for the children under five years. This poses the question: what factors influence the incidence of measles for children between 12 and 24 months in this area ?.
To answer this question, this research used the cases control study approach. The cases were children aged 12 to 24 months who had measles, and the controls were children aged 12 to 24 months who did not have measles and live near the cases. The number of both cases and controls was 50 children each ( a ratio of 1 to 1 ).
The variable examined were the immunization status and nutrition of child ; the mother's education, knowledge and attitude; and the surrounding environment, namely the population density and ventilation within the home.
The research indicated that the incidence of measles in children aged between 12 and 24 months old was influenced by the immunization status and nutrition of the child, the mother's education and the home environment, while the factors those most contributed to the incidence of measles were, in order of magnitude, the child's immunization status, the level of nutrition, and the home ventilation.
This research concludes that immunized children with a good nutrition and living in a well ventilated house can decreased the incidence of measles. The research suggest that to decrease the incidence of measles among children aged 12 to 24 months the extent of immunization be increased by taking advantage of the momentum created by the "Pekan Inunisasi National" ( PIN - National Immunization week ), that nutrition in children under 5 years old be improved, and that the public be made aware of importance of good ventilation in housing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T5779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Padri H.
"Campak adalah penyakit infeksi virus yang merupakan penyebab utama kematian pada anak di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kabupaten Serang sebagai salah satu wilayah bagian /kota di Indonesia yang memiliki masalah kesehatan yang serius terhadap campak dimana peningkatan imunisasi mencapai lebih dari 90% tahun 1998.
Oleh karena itu, studi ini dianjurkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit campak. Studi dibuat berdasarkan studi kasus kontrol dimana anak umur 15-59 bulan dengan gejala klinis campak (demam dan bercak merah) yang didiagnosa oleh bidan puskesmas sebagai kasus dan anak tanpa gejala klinis campak sebagai kontrol. Data dikumpulkan oleh bidan melalui kuesioner.
Studi menemukan bahwa faktor utama yang berhubungan dengan campak adalah umur ibu (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) dan pengetahuan ibu (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
Studi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu melalui penyuluhan di Posyandu oleh bidan atau kader desa.

Measles is a viral infectious disease that a main cause of morbidity and mortality in younger children in developing countries such as Indonesia. Serang as one of districts in Indonesia has a serious public health problem with measles in spite of increasing coverage immunization reached more than 90% in 1998.
Therefore, this study is aimed to determine the factors related to measles diseases. The study design was case control study where the children age 15-59 months with clinical symptoms of measles (fever and rash) that diagnosed by midwives of Puskesmas selected as the cases and the children with out clinical symptoms of measles selected as the control. Data were collected by the midwives using questioners.
This study found that factors were significant related to measles are the age of mother (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) and mothers knowledge (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
The study recommends increasing the knowledge of the mothers through health promotion in Posyandu by conducting mother classes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Priyono Soewandijono
"Penyakit campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, baik dari segi surveilans epidemiologi maupun pemberantasannya. Penyakit campak dapat dikatakan menyebar secara merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Di beberapa daerah masih sering terjadi kejadian luar biasa (KLB), terutama daerah yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan seperti daerah transmigrasi (Gunawan, 1987: 62-65).
Adapun KLB campak di Indonesia selama tahun 1989-1993 adalah seperti dalam tabel berikut:
Tabel 1.1.
KLB Campak di Indonesia Selama Tahun 1989 - 1993
Lihat Bentuk PDF
Dari tabel di atas tampak bahwa pada tahun 1992 merupakan puncak dari jumlah KLB, jumlah kasus, dan jumlah Dati II yang mengalami KLB, walaupun jumlah Dati I dan CFR-nya lebih rendah dari tahun sebelumnya. Jumlah Dati I yang mengalami KLB dan CFR tampak meningkat pada tahun berikutnya.
Adapun KLB campak di Propinsi Java Barat antara tahun 1991 sampai dengan tahun 1994 adalah seperti pada tabel berikut:
Taber 1.2.
KLB Campak di Propinsi Jawa Barat Selama Tahun 1991 - 1994
Lihat Bentuk PDF
Dari tabel ini tampak bahwa di Propinsi Jawa Barat jumlah KLB cenderung menurun walaupun CFR-nya cenderung meningkat.
Angka insidens penyakit campak menurut SKRT 1986 adalah 44/10.000 penduduk per bulan atau 528.110.000 penduduk dalam 1 tahun. Kasus campak yang ada sebenarnya lebih besar bila pencatatan dan pelaporannya lebih baik (Ditjen PPM & PLP, 1994). Keadaan lingkungan jelek dan gizi masih kurang akan menyebabkan angka kematian menjadi tinggi. (PPK LPUI, 1992: 13). Pada permulaan tahun 1990 sekitar 1 juta anak-anak di dunia, terutama di negara berkembang, meninggal karena penyakit campak setiap tahun. Case Fatality Rate (CFR) di negara berkembang berkisar 10-20 kali lebih tinggi daripada negara industri (Ditjen PPM & PLP, 1994). Di beberapa negara berkembang sebelum vaksinasi dijalankan.
Kematian karena campak dari semua golongan umur adalah 3,5% atau lebih (Depkes RI, 1984) dan naik menjadi 10% di saat terjadi wabah (Masjkuri, 1987). Dari hasil pelacakan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia ternyata angka kematian masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1989 tercatat 4,6% dan pada tahun 1993 tercatat 7,9% (Ditjen PPM & PLP, 1994). Pada SKRT 1992 penyakit campak menduduki peringkat ke 6 dalam penyebab kematian bayi karena menyebabkan 2,6% kematian bayi, sedangkan sebagai penyebab kematian pada anak umur 1-4 tahun penyakit campak bersama-sama dengan penyakit difteri dan pertusis menduduki peringkat ke 3 karena menyebabkan 9,4% kematian pada golongan umur tersebut. CFR campak di rumah sakit di Jawa Barat pada tahun 1991 tercatat 0% dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,3%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan CFR penderita campak yang dirawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3.
CFR Penderita Campak yang dirawat inap rumah sakit di Indonesia dari Tahun 1988 -1992
Lihat Bentuk PDF"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>