Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Miranda Dewi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self perception of aging dan death anxiety pada lansia dengan penyakit kronis. Studi ini memiliki hipotesis bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara self perception of aging dan death anxiety. Alat ukur Attitudes Toward Own Aging (ATOA) digunakan untuk mengukur self perception of aging dan alat ukur Fear of Personal Death Scale (FPDS) digunakan untuk mengukur death anxiety. Penelitian ini dilakukan pada 123 lansia dengan penyakit kronis di Jabodetabek. Melalui penghitungan statistik dengan teknik korelasi Pearson, ditemukan bahwa death anxiety berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan self perception of aging (r= -0,274, p<0.01), artinya semakin positif self perception of aging lansia maka semakin rendah tingkat death anxiety yang dimilikinya.

The purpose of this study was to find out if there is a correlation between self perception of aging and death anxiety among older adults with chronic illness. This study hypothesized that death anxiety correlates negatively and significantly with self perception of aging. Self perception of aging is measured with Attitudes Toward Own Aging (ATOA) and death anxiety is measured with Fear of Personal Death Scale (FPDS). There are 123 older adults with chronic illness in Jabodetabek involved in this study. The Pearson Correlation indicates that death anxiety correlates negatively and significantly with self perception of aging (r= -0,274, p<0.01), meaning the more positive older adults? self perception of aging, the lower the death anxiety.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Andyan Pinasthi
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara psychological well-being dan self-perception of aging pada lansia dengan penyakit kronis. Psychological well-being didefinisikan sebagai kesejahteraan yang terdiri dari selfacceptance, personal growth, purpose in life, positive relations with others, environmental mastery, dan autonomy (Ryff & Keyes, 1995), sedangkan self-perception of aging merupakan pandangan individu terhadap penuaan yang mereka alami dan persepsi serta sikap subjektif lansia terhadap penuaan mereka sendiri (Lawton, 1975 dalam Kim, Jang & Chiriboga, 2012).
Banyak penelitian sebelumnya yang berasumsi bahwa self-perception of aging merupakan salah satu prediktor dari psychological well-being. Namun, belum ada penelitian yang melihat hubungan antara keduanya pada lansia dengan penyakit kronis, khusunya di Indonesia. Penelitian dilakukan pada 110 lansia dengan penyakit kronis dengan menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RSPWB) dan sub skala Attitudes Toward Own Aging dari Philadelphia Geriatric Center Morale. Dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan positif signifikan antara psychological wellbeing dan self-perception of aging (r = 0,203) pada LoS 0,05.

This study aims to investigate the relationship between psychological well-being and selfperception of aging on elderly with chronic illness. Psychological well-being is defined as welfare that consists of self-acceptance, personal growth, purpose in life, positive relations with others, environmental mastery, and autonomy (Ryff & Keyes, 1995), whereas selfperception of aging is an individual perspective towards the aging process they experience and the subjective attitude of elderly regarding their own aging process (Lawton, 1975 in Kim, Jang & Chiriboga, 2012).
Previous studies assumed self-perception of aging as one of the predictor of psychological well-being, but there is not much of attention to see the correlation between them especially in Indonesian older adults with chronic illness. 110 older adults with chronic illness are involved in this study using Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RSPWB) and Attitudes Toward Own Aging sub scale of Philadelphia Geriatric Center Morale and it is found that psychological well-being and self-perception of aging correlates positively and significantly (r = .203; p<.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Ariani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi diri terhadap penuaan dan kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, danlingkungan.Persepsi diri terhadap penuaan adalah persepsi subjektif atau sikap individu lansia mengenai penuaan yang terjadi pada diri. Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap posisi kehidupannya dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, dan kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan hal lainnya yang menjadi perhatian individu tersebut. Alat ukur ATOA (Attitude Toward Own Aging) untuk mengukur persepsi diri terhadap penuaan diberikan pada 94 partisipan yang berusia 60 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif antara persepsi diri terhadap penuaan dengan dua domain dari kualitashidup; psikologis dan lingkungan. Tidak terdapat korelasi antara persepsi diri terhadap penuaan dengan dua domain lainnya dalam kualitas hidup; yaitu kesehatan fisik dan hubungan sosial.

This study was conducted in order to see whether there is a correlation between self perception of aging and the quality of life in elderly in the domain of physical health, psychological, social relationships, and environment. Self perception of aging is an subjective perceptions or attitude about aging that happen in elderly individuals. The quality of life is an individual perception towards life position in cultural context, value system, and it association with purposes, expectations, standards and other matter which the individual concerned of. The Attitude Toward Own Aging (ATOA) for measuring self perception of aging was given to 94 participants aged 60 years and older. The results showed there was a positive significant correlation between self perception of aging and two out of four domains in the quality of life; psychological and the environment. There was no correlation between: self perception of aging and the other two domains in the quality of life; physical health and social relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diani Paramitha Maharsi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan persepsi diri terhadap penuaan pada lanjut usia. Sebanyak 100 orang lanjut usia berusia 60 tahun keatas yang tinggal di Depok berpartisipasi pada penelitian ini. Religiusitas dalam hal ini meliputi sembilan dimensi, yaitu perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengampunan, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius. Pengukuran religiusitas dilakukan dengan alat ukur Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality yang dibuat oleh Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams (2003), sedangkan persepsi diri terhadap penuaan diukur melalui Attitude Towards Own Aging yang dibuat oleh Liang dan Bollen (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya terdapat hubungan positif yang signifikan pada satu dimensi, yaitu dimensi pengampunan (forgiveness) pada religiusitas dengan persepsi diri terhadap proses penuaan pada lanjut usia. Artinya, semakin individu menunjukkan kesediaan untuk memohon ampun pada Tuhan dan memaafkan orang lain dan diri sendiri, semakin positif pula persepsi terhadap proses penuaannya; begitu pula sebaliknya. Disisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada delapan dimensi lainnya, yaitu dimensi perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius.

This study examined the relationship between religiosity and self-perception of aging among elderly. 100 elderly living in Depok participated in this study. Religiosity in this study consists of nine dimensions, i.e public religious practices, private religious practices, congregation support, religious coping, belifs and values, religious commitment, forgiveness, daily spiritual experiences, and religious intensity Religiosity was measured by the Brief Multidimensional Measure of Religiosness/Spirituality (Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams, 2003), whereas the self-perception of aging was measured by the Attitude Towards Own Aging scale (Liang & Bollen, 1983).
This study shows that there is a significant, positive relationship only on one dimension, which is the forgiveness dimension of religiosity and self-perception of aging among elderly. The result of this study shows that the more willing for an individual to ask for forgiveness from God and to forgive other people and oneself, the more positive participants? perception towards aging; vice versa. On the other hand, the other eight dimensions has no significant relation with self-perception of aging. The dimensions are public religious practice, private religious practices, congregation support, religious coping, beliefs and values, religious commitment, daily spiritual experiences, and religious intensity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nadira
"The recent studies have concluded that older adults with declining health conditions tend to have a negative self perception of aging. On the other hand, social relationship of people nearby can improve self perceptions of aging. Therefore, the purpose of this study is to investigate the correlation between perceived social support and self-perception of aging in older adults with chronic illness. This study hypothesized that perceived social support correlates positively and significantly with self perception of aging. The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) is used to measure perceived social support and Attitudes Toward Own Aging (ATOA) is used to measure self perception of aging. 127 older adults are involved in this study, consisting of 46 males (36,2%) and 81 females (63,8%). Based on statistical analysis using Pearson Correlation, it is found that perceived social support correlate positively and significantly with self perception of aging (r=0,250; n=127; p<0,01, one tailed).

Beberapa penelitian terkini melihat bahwa lansia dengan kondisi kesehatan yang menurun cenderung memiliki persepsi negatif terhadap penuaan. Di sisi lain, adanya hubungan sosial dari orang terdekat dapat meningkatkan persepsi terhadap penuaan yang lebih positif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan self perception of aging pada lansia dengan penyakit kronis. Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa perceived social support memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan self perception of aging. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk mengukur perceived social support dan Attitudes Toward Own Aging (ATOA) digunakan untuk mengukur self perception of aging. Penelitian ini melibatkan 127 lansia yang terdiri dari, 46 orang laki-laki (36,2%) dan 81 orang perempuan (63,8%). Berdasarkan pengolahan data menggunakan teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa perceived social support berkorelasi positif dan signifikan dengan self perception of aging (r = 0,250; n = 127; p < 0,01, one tailed).
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Provita Prima
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konsep diri akademik dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sekelompok mahasiswa S1 reguler di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N = 107) diberikan dua kuesioner self-report. Kuesioner pertama dirancang untuk mengukur konsep diri dalam empat ranah dasar pendidikan tinggi: Membaca tulisan ilmiah, menulis laporan ilmiah, menggunakan komputer, dan membaca atau berbicara bahasa Inggris. Kuesioner lain merupakan adaptasi dari Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) (Solomon & Rothblum, 1994) yang mengukur aspek frekuensi dan aspek masalah dari perilaku prokrastinasi dalam tujuh aktivitas akademik. Ditemukan bahwa konsep diri akademik memiliki hubungan yang signifikan dan bernilai negatif dengan prokrastinasi akademik.
Hasil ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku mengerjakan tugas pada subyek yang memiliki konsep diri negatif. Hasil-hasil tambahan menandakan adanya hubungan yang lemah dan bernilai negatif antara prokrastinasi akademik dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), tidak adanya hubungan antara konsep diri akademik dan IPK, dan sedikit perbedaan antar angkatan mahasiswa dalam skor konsep diri akademik dan prokrastinasi akademiknya. Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, disarankan untuk melihat pengaruh aktivitas akademik berkelompok dan konsep diri sosial terhadap prokrastinasi akademik.

This present study investigated the relationship between academic selfconcept and academic procrastination in college students. A group of undergraduate students (N = 107) from the Faculty of Psychology, University of Indonesia was administered two self-report questionnaires. One questionnaire is designed to measure self-concept in four basic domains of higher learning: Reading scientific papers, writing scientific reports, using computers, and reading or speaking English language. Another questionnaire is an adaptation of Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) (Solomon & Rothblum, 1994) which measures the frequency aspect and the problematic aspect of procrastinating behavior in seven academic activities. Academic self-concept was found to be significantly and negatively related with academic procrastination.
This result was supported by previous studies about task-related behaviors in subjects with negative self-concept. Additional results indicated a weak and inverted relationship between academic procrastination and Grade Point Average (GPA), a lack of correlation between academic self-concept and GPA, and a weak difference between college levels in their academic self-concept and academic procrastination scores. Further studies concerning the effects of group academic activities and social self-concept on academic procrastination were advised.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheren Audina
"Game online merupakan salah satu sarana sumber hiburan yang berkembang pesat seiring dengan meningkatnya penggunaan internet. Banyaknya pengguna game online di berbagai kalangan usia membuat para pemain game online rentan terhadap kecanduan game online. Kecanduan game online dapat menjadi faktor yang mempengaruhi konsep diri individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecanduan bermain game online dengan konsep diri pada mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional pada 222 mahasiswa Universitas Indonesia yang bermain game online pada rentang usia dewasa muda 18-23 tahun. Responden didominasi oleh mahasiswa S1 dan angkatan 2019. Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu kuesioner Game Addiction Inventory for Adults (GAIA) untuk kecanduan bermain game online dan kuesioner Tennessee Self Concept Scale Second Edition Short Form untuk konsep diri. Temuan pada penelitian ini menggambarkan 59% mahasiswa memiliki tingkat kecanduan game online sedang dan 50,9% mahasiswa memiliki konsep diri sedang. Hasil analisis memperoleh nilai p=0,001, sehingga membuktikan adanya hubungan kecanduan bermain game online dengan konsep diri. Penelitian ini merekomendasikan pelayanan kesehatan untuk menciptakan program dan konseling khusus bagi mahasiswa kecanduan game online.

Online games are a means of entertainment sources that are growing rapidly along with the increasing use of the internet. The large number of online game users of various ages makes online game players vulnerable to online game addiction. Addiction to online games can be a factor that affects individual self-concept. This study aims to determine the relationship between online game addiction and self-concept in college students. The research method used was quantitative research with a cross-sectional research design on 222 University of Indonesia students who played online games in the age range of young adults 18-23 years. Respondents were dominated by the undergraduate student of 2019. The research instruments used were the Game Addiction Inventory for Adults (GAIA) questionnaire for online game addiction and the Tennessee Self Concept Scale Second Edition Short Form questionnaire for self-concept. The findings in this study illustrate that 59% of students have a moderate level of online game addiction and 50.9% of students have a moderate self-concept. The results of the analysis obtained a value of p = 0.001, thus prove there is a relationship between online game addiction and self-concept. This study recommends health services to create special counseling and programs for students who addicted to online games."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Yulia I. Romaria
"ABSTRAK
Kompetensi berbahasa Inggris, tak pelak lagi, menjadi sesuatu yang makin dibutuhkan dewasa ini. Seseorang yang memiliki kemampuan dalam bahasa Inggris akan memperoleh kemudahan-kemudahan, seperti dalam lingkup pendidikan,pekerjaan, bahkan pergaulan.
Kenyataan tersebut membuat peran lembaga kursus bahasa lnggris menjadi penting. Lembaga kursus bahasa Inggris, seperti LB-LIA yang menjadi tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini, memiliki kelebihan-kelebihan dalam proses penyelenggaraan bahasa Inggris dibanding sekolah formal. Metoda pengajaran yang tidak terlalu terstruktur dan terbuka memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan aktif berpartisipasi, sesuatu yang tidak mungkin atau sangat kecil kemungkinannya untuk dilakukan di kelas umum.
Metoda pengajaran yang berbeda itu pun juga memiliki konsekuensi terhadap tuntutan karakteristik siswa yang relatif berbeda dibanding sekolah formal. Di LB-LIA, siswa memegang peran utama dalam keberhasilan proses belajamya, bukan guru. Siswa dituntut untuk aktif, dan berani bereksperimen Tugas guru adalah sebagai fasilitator.
Karakteristik siswa seperti tersebut, dalam ilmu psikologi, dapat ditemui pada siswa yang memiliki orientasi belajar mastery goal. Siswa yang berorientasi pada mastery goal adalah siswa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan penguasaan terhadap ketrampilan yang diberikan. Tujuan itu datang dari dalam diri sendiri, bukan karena fakor eksternal. Ciri lain adalah mereka tidak takut untuk melakukan kesalahan, meskipun di depan siswa-siswa lain.
Sementara itu hasil penelitian melaporkan bahwa sikap yang demikian didasari oleh adanya suatu keyakinan bahwa. ia mampu melakukan tugas-tugas yang dihadapinya Keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan tugas-tugas tertentu dalam ilmu psikologi disebut self-efficacy. Keyakinannya tersebut kemudian mendorongnya untuk mengembangkan orientasi motivasional yang intrinsik, yaitu mastery goal. Semakin yakin seseorang akan kemampuannya, semakin ia akan mengembangkan motivasi yang intrinsik.
Penelitian ini ingin menguji kebenaran dari dugaan tersebut. Selain itu juga ingin melihat apakah ada pengaruh kegagalan (pengalaman pernah tinggal kelas) dan jenjang kelas terhadap self-efficacy siswa.
Penelitian dilakukan di LB-LIA Pengadegan dengan mengambil 86 sampel, yang duduk di tingkat menengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan dan positif antara self-efficacy dan mastery goal pada subyek. Hasil penelitian lain ini juga menunjukkan tidak adanya perbedaan self-efficacy yang signifikan antara siswa yang pernah dan tidak pernah mengulang, serta antara siswa menengah kelas 1, 2, 3, dan 4. Hal ini diduga karena mayoritas subyek mengikuti kursus di LB-LIA karena diduga mayoritas subyek yang pernah mengulang mengalamnya pada tingkat dasar dan hanya terjadi sekali. Saat dilakukan penelitian ini, diduga subyek telah berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya kembali. Dugaan lain adalah karena mayoritas subyek memasuki LB-LIA karena kebutuhan yang berasal dari diri sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik berdasarkan teori tidak mempersepsikan kegagalannnya karena ia bodoh atau tidak mampu, tetapi karena kurang berusaha. Karena itu pengalaman mengulang tidak membuat kepercayaan dirinya menurun.
Disarankan diadakan penelitian yang menggali tentang keterkaitan antara self- efficacy dan mastery goal terhadap prestasi siswa yang mengikuti program pengajaran bahasa Inggris. Selain itu penelitian yang menelaah self-efficacy secara lebih mendalam, dengan cara mengambil sampel yang lebih luas yaitu meliputi seluruh tingkat (dasar, menengah dan lanjutan),juga penelitian perbandingan antara sampel yang baru saja dinyatakan mengulang dan tidak mengulang, serta perbandingan self-efficacy kelas bahasa Inggris di kursus dan sekolah umum.

"
2000
S2859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
California: Western Psychological Services, 1971
155.2 SEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Danisya Kartohadiprodjo
"Penelitian kali ini bertujuan untuk melihat perbedaan keeratan hubungan antara konsep diri ideal dan konsep diri aktual dengan citra majalah yang menjadi preferensi wanita dewasa muda. Citra majalah diperoleh dari citra pembaca majalah. Terdapat lima majalah wanita yang dilihat di dalam penelitian ini. Jumlah partisipan adalah 68 orang yang keseluruhannya adalah wanita karir berusia 21 sampai 40 tahun. Para responden diminta untuk mengisi skala semantic differential untuk memperoleh konsep diri ideal dan aktual responden. Skala semantic differential juga digunakan untuk memperoleh citra pembaca majalah yang dipersepsikan partisipan. Kemudian, para responden diminta untuk memberikan peringkat majalah yang dipreferensinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsep diri ideal dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda. Terdapat juga hubungan yang erat antara konsep diri aktual dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda. Namun, hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada keeratan hubungan konsep diri ideal dan aktual dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda.

The current study was conducted to explore the magnitude difference of the relationship of ideal and actual self concept with the magazine image of young adult female?s preference. The magazine image was derived from the image of the magazine readers. There were five different magazines selected for the study. Subjects consisted of 68 working women, with the age of 21 to 40 years old. Participants were asked to fill out a questionnaire, consisted of semantic differential scales to measure their ideal and actual self concept, and also their perception towards the magazine reader?s image. In addition, participants were asked to rank their preference of the five magazines. Findings of this study suggest that there were a significant relationship between both ideal and actual self concept with the magazine reader image of young adult female?s preference. However, the results did not show any significant difference between the degree of the relationship of ideal self concept and the magazine image of young adult female?s preference and the relationship between actual self concept and the magazine image of young adult female?s preference.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>