Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhila Fildza Henryantoputri
"[Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada pengalaman belanja konsumen yang terdiri dari perasaan positif, orientasi hedonis, dan orientasi utilitarian, berdasarkan tipe teman belanja dan level mall identification yang berbeda dengan menggunakan MANOVA. Penelitian ini dilakukan di lima mal menengah ke atas di DKI Jakarta yang dipilih berdasarkan banyaknya pengunjung, yakni Mal Kelapa Gading, Gandaria City, Central Park, Grand Indonesia, dan Kota Kasablanka (Supriadi, 2014). Sampel penelitian ini berjumlah 150 orang. Data penelitian ini diadaptasi dari kuisioner pengalaman belanja berdasarkan tipe-tipe teman belanja dan level mall identification oleh Borges, Chebat, dan Babin (2010). Hasil penelitian ini menemukan bahwa level mall identification yang berbeda menghasilkan perbedaan yang signifikan pada perasaan positif dan orientasi hedonis. Level mall identification yang berbeda tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan pada orientasi utilitarian, serta tipe-tipe teman belanja tidak menghasilkan perbedaan
yang signifikan pula pada orientasi utilitarian, orientasi hedonis, dan perasaan positif.

The aim of this study is to analyze whether there is significant difference in consumer shopping behavior consisted of positive affect, hedonic orientation, and
utilitarian orientation, based on different shopping companion type and level of mall identification using MANOVA. The sample of this research took place at five top middle upper malls in DKI Jakarta, which are Kelapa Gading Mall, Gandaria City, Central Park, Grand Indonesia, and Kota Kasablanka, selected from the amount of visitors (Supriadi, 2014). The total samples of this research
are 150 people. The data of this research is adapted from shopping experience questionnaire based on types of shopping companion and levels of mall identification (Borges, Chebat, & Babin, 2010). This research found that different levels of mall identification have significant differences in positive affect and hedonic orientation. Different levels of mall identification do not generate
significant differences in utilitarian orientation, while different types of shopping companion do not generate significant differences as well in utilitarian orientation, hedonic orientation, and positive affect.;The aim of this study is to analyze whether there is significant difference in
consumer shopping behavior consisted of positive affect, hedonic orientation, and
utilitarian orientation, based on different shopping companion type and level of
mall identification using MANOVA. The sample of this research took place at
five top middle upper malls in DKI Jakarta, which are Kelapa Gading Mall,
Gandaria City, Central Park, Grand Indonesia, and Kota Kasablanka, selected
from the amount of visitors (Supriadi, 2014). The total samples of this research
are 150 people. The data of this research is adapted from shopping experience
questionnaire based on types of shopping companion and levels of mall
identification (Borges, Chebat, & Babin, 2010). This research found that different
levels of mall identification have significant differences in positive affect and
hedonic orientation. Different levels of mall identification do not generate
significant differences in utilitarian orientation, while different types of shopping
companion do not generate significant differences as well in utilitarian
orientation, hedonic orientation, and positive affect., The aim of this study is to analyze whether there is significant difference in
consumer shopping behavior consisted of positive affect, hedonic orientation, and
utilitarian orientation, based on different shopping companion type and level of
mall identification using MANOVA. The sample of this research took place at
five top middle upper malls in DKI Jakarta, which are Kelapa Gading Mall,
Gandaria City, Central Park, Grand Indonesia, and Kota Kasablanka, selected
from the amount of visitors (Supriadi, 2014). The total samples of this research
are 150 people. The data of this research is adapted from shopping experience
questionnaire based on types of shopping companion and levels of mall
identification (Borges, Chebat, & Babin, 2010). This research found that different
levels of mall identification have significant differences in positive affect and
hedonic orientation. Different levels of mall identification do not generate
significant differences in utilitarian orientation, while different types of shopping
companion do not generate significant differences as well in utilitarian
orientation, hedonic orientation, and positive affect.]
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Pradipta
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak persepsi similaritas dengan konsumen lain pada suatu mal terhadap diskonfirmasi, afeksi, kepuasan, serta loyalitas konsumen dengan memperhitungkan motivasi konsumen ketika mengunjungi mal tersebut. Ialah mal kelas atas dan menengah atas di DKI Jakarta yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini sedangkan responden dalam penelitian ini adalah para pengunjung mal yang menjadi objek penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model SEM . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi similaritas secara langsung dan tidak langsung melalui diskonfirmasi positif mempengaruhi kepuasan dan selanjutnya loyalitas konsumen terhadap mal secara positif. Namun, afeksi positif tidak mampu memediasi pengaruh positif persepsi similaritas dengan konsumen lain terhadap kepuasan pada mal tanpa bantuan motivasi hedonis.

ABSTRACT
This study was conducted to analyze the effect of perceived similarity to other customer in a shopping mall on disconfirmation, affection, satisfaction, and loyalty while investigating the motivation of the consumer on visiting the shopping mall. Upper class and upper middle class shopping mall in DKI Jakarta became the research object while the respondents in this study were the visitors of those shopping malls. Structural Equation Model SEM is used as data processing method. The results of this study indicate that perceived similarity on other customer is the positive indicator of shopping mall satisfaction and loyalty. Disconfirmation also plays role to mediates the effect while affection needs moderation from hedonic motives to mediates the effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Siti Halidah Paramitha Permatasari
"ABSTRAK
Seiring dengan bertambahnya jumlah mal yang berada di kota Jakarta berdampak pada terjadinya persaingan ketat diantara para pengelola mal dalam hal menarik pengunjung mal, sekaligus menarik perilaku patronasi yang diidamkan oleh para
penyewa ruang ritel di mal tersebut. Sebagai contoh perilaku patronasi tersebut
adalah meluangkan waktu untuk berlama ? lama untuk berada di mal, berbelanja
dalam frekuensi dan jumlah yang besar, berbelanja baik yang direncanakan
ataupun tidak direncanakan. Mal yang dibangun kini tidak hanya terpusat pada
kawasan - kawasan pusat perkantoran ataupun perdagangan. Namun sudah mulai
mendekati pada lokasi hunian sebagai kelengkapan dari pengembang hunian yang
ditawarkan demi memberi akses berbelanja yang mudah bagi para penghuni
kawasan hunian disekitarnya. Dengan mempertimbangkan kondisi nyata tersebut,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya perbedaan yang
mempengaruhi patronasi mal pada mal yang berlokasi di kawasan residensial
dengan kawasan perkantoran.

ABSTRACT
As the number of malls in Jakarta increases, it indirectly impacts a fierce competition between mall managements to attract mall visitors, while also to
attract patronage behavior desired by the mall retail tenants. For example,
patronage behavior means to spend more time at the mall, planned or unplanned
shopping in a large amount and frequency. Now days, mall are built not only at
the central business district, but also near residential district as a part of package
offered from the residential developers to give residence an easier shopping
access. By considering these real conditions, this research aims to identify
differences that affects patronized mall towards to mall located at residential
district with business district and by seeing the difference between mall locations"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baihaqi Basyarah
"Keberadaan entertaining shopping experience dan dampak positif terhadap pelaku ritel telah banyak dibuktikan sebelumnya. Sebagai tambahan, para pelaku ritel secara berkelanjutan berusaha untuk mencari cara baru untuk menghibur para pelanggannya. Seiring laju pertumbuhan pusat perbelanjaan yang semakin pesat, pengelola pusat belanja dan semua pelaku ritel dituntut untuk meciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi para pelangganya jika ingin mampu bertahan dalam lingkungan persaingan yang ketat. Karena itu, sangatlah penting bagi peritel untuk mengidentifikasi dan memahami pasar yang dituju dan faktor-faktor yang mempengaruhi entertaining shopping experience tersebut apabila mereka ingin menciptakan pengalaman yang menyenangkan pengunjungnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor utama yang membentuk enteriaining shoppiong experience. Faktor-faktor tersebut adalah retailer factors, consumer factors dan transport mode/ travel factors. Penelitian ini dilakukan di sebuah mal di daerah Bogor dengan metode penentuan sample adalah non-probability sampling dan teknik pengumpulan data menggunakan convenience sampling. Dari hasil penelitian dan analisis ditemukan bahwa retailer, customer dan transport mode/ travel factors secara positif dapat mempengaruhi entertaining shopping experience. Penelitian ini juga menemukan beberapa indikator dari shopping center yang diduga dapat mempengaruhi entertaining shopping experience, ternyata kurang mendapat apresiasi dari responden. Pada lain pihak, beberapa indikator yang kurang mendapat perhatian dari pelaku ritel ternyata cukup mendapatkan apresiasi dari para responden.

The existence of entertaining shopping experience and it?s positive eject to retailer has been previously investigated. In addition, many retailer are continually seeking new way to entertain theirs customers. With rapid development of shopping centres, mall's management and retailers forced to create entertaining experience for theirs customer if they want to survive in competitive environment. It's important to retailer to identified and understand theirs market and factors that influence entertaining shopping experience I they want to create entertaining experience for their customers.
The purpose of this research is to analyze the major factors that construct entertaining shopping experience. Those factors are retailer factors, consumer factors, and transport mode/ travel factors. A shopping mall in Bogar has been used as an object in this research and (this research) is using non-probability sampling methods and data are collected using convenience sampling technique. The field result concluded that together retailer, customer and transport mode/ travel factor positively influenced entertaining shopping experience. The research also found that a certain shopping centre's indicator that presumed have an influence to entertaining shopping experience in fact didn't have much appreciation from the respondent. In the other hand some indicators which didn't have much attention from retailer get sufficient appreciation from the respondent.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putika Yussi
"Pusat perbelanjaan dengan dunia impiannya, telah menarik para pengunjung, khususnya kalangan remaja wanita untuk melakukan kegiatan nongkrong. Walaupun setiap sudut pusat perbelanjaan dipenuhi dengan desain yang menarik, ternyata pengunjung remaja wanita, dengan kegiatan nongkrong-nya, hanya mendatangi tempat-tempat tertentu. Hal ini mempengaruhi pola kegiatan dan ruang belanja mereka.
Persoalan di atas membawa penelitian ini merumuskan permasalahan penelitian, berupa bagaimana bentuk pola kegiatan dan ruang belanja pengunjung remaja wanita, serta affordances dari ruang-ruang pusat perbelanjaan yang seperti apa yang mempengaruhi pola-pola tersebut. Sehingga untuk mengungkap permasalahan di atas, dalam penelitian lapangan, menggunakan metode partisipatori terhadap pengunjung remaja wanita yang menjadi responden. Dan untuk menganalisa temuan dalam penelitian Iapangan tersebut, penelitian ini menggunakan teori bahasa pola (pattern language) yang mampu mengungkap pola-pola belanja pengunjung remaja wanita, bagaimana kaitan dan bentuknya serta teori affordance yang mampu mengungkap, daya tarik -secara desain-yang seperti apa yang mampu mempengaruhi pola-pola tersebut. Penelitian ini menggunakan studi kasus berupa pola belanja remaja wanita di Plaza Semanggi dan Mal Taman Anggrek, yang keduanya terletak di Jakarta.
Berdasarkan analisa ditemukan bahwa kegiatan nongkrong menjadi bagian dari kegiatan belanja remaja wanita. Kegiatan nongkrong tersebut mempengaruhi bahasa pola belanja remaja wanita menjadi pola yang tidak terstrukrur. Bahasa pola remaja wanita tersebut juga dipengaruhi oleh aturan-aturan pribadi yang datang dari pengunjung remaja wanita itu sendiri, sehingga bahasa pola remaja wanita Iebih kompleks daripada yang ditawarkan bahasa pola pusat perbelanjaan. Bentuk bahasa pola pengunjung remaja wanita, yang didukung dengan affordances yang ada membuktikan bahwa teori atau pembahasan yang menekankan prinsip-prinsip yang sistematis atau terstruktur ternyata tidak selalu berlaku sama di lapangan. Sehingga sebuah desain arsitektur tidak dapat secara pasti menekankan bahasa pola dalam formasi spasialnya karena respon pengguna Iebih di tentukan oleh unsur-unsur affordances yang dicitrakan atau dicerap.

Shopping center with its accompanying dream world has attract visitors, especially female teenagers to nongkrong (detailing means to squat; or to hang around). In fact, female teenagers have found on nongkrong only in certain spots, despite the attractive architecture design in every single comer. Their nongkrong has a unique pattern in shopping center.
This study seeks to explore the spatial pattern of nongkrong and to examine whether such an activity is in accordance with space syntax as thought by the architect. To investigate such pattern, the study uses Alexander's method of pattern language. It will explore and understand randomly chosen respondents of whom their pattern of shopping can be observed, including their pattern of nongkrong in shopping center under study, Plaza Semanggi and Mal Taman Anggrek in Jakarta. It also explores affordances that influence certain pattern of shopping and nongkrong.
Findings show that nongkrong seems to become a part of female teenagers' shopping activity. Its pattern appears to be unstructured compared to the expected space syntax of the designers. The female teenagers' shopping pattem is affected by personal rules that come from the teenagers themselves. lt also depends on the affordances as part of the architectural settings. The affordances are sittng area which teenagers can sit and relax situation, consumption objects that are easy to be seen and to be tried without obligation for them to buy, and shops with self-service feature.
The unstructured shopping pattern -which supported by the affordances- proves that, theory- which apply the sistematic and structured principals- do not always happened in the real world. An architectural design can't merely apply the pattern language in its spatial formation because users' response are also affected by the affordances that are available.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ginarani
"Skripsi ini mengungkapkan elemen-elemen interior di koridor dan ramp mall yang belum ramah anak, yaitu memberikan affordance negatif sehingga berpotensi membahayakan. Penelitian dilakukan dengan menganalisis kesesuaian rancangan koridor dan ramp mall dengan standar aturan dan teori yang ada, menganalisis perilaku anak di koridor dan ramp mall yang berpotensi bahaya melalui observasi dan wawancara, dan merumuskan elemen apa saja yang berpotensi membahayakan. Hasil penelitian memberikan rekomendasi desain pada elemen arsitektur dan interior.

This study reveals interior elements in mall corridors and ramp which are not children friendly, for giving negative affordances and posing potential harm. The study was done by analyzing whether the mall corridor and ramp design meets the standard on guideline and theory, analyzing through observation and parents interview on child behaviors which potentially lead to accident in mall corridor and ramp, and finally concluding which elements pose potential harm. The result of this study gives guideline recommendation on the design of floor patterns, railing, steep of ramp, glass-made boundary, electrical installation, store window, bazaar/exhibition display, decorative object, and mini trains for children."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murtaziqa
"Penelitian ini membahas mengenai pencitraan gaya hidup kelas menengah melalui representasi ruang yang diproduksi sesuai dengan konteks spasial dan sosial yang ada. Representasi ruang ditinjau merujuk pada konsep produksi ruang oleh Henri Lefebvre yaitu dengan cara merasakan, memahami, dan mengalami ruang yang ada perceived-conceived-lived. Sementara konteks sosial yang dititikberatkan untuk mengangkat fenomena gaya hidup adalah kelas sosial. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan melakukan observasi lapangan pada beberapa mal kelas menengah di daerah Jakarta Selatan dan ditulis secara deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ruang direpresentasikan conceived dengan menyesuaikan target kelas pengunjung mal. Namun adanya adaptasi atau penyesuaian terhadap suatu konteks dalam jangka waktu tertentu dapat membuat representasi suatu ruang lived menjadi berbeda, sehingga citra gaya hidup yang sudah melekat pada suatu konteks dapat pula berubah. Dengan kata lain, ruang dapat mencitrakan gaya hidup selama representasi terhadap ruang dilihat dalam jangka waktu dan konteks tertentu.

This thesis discusses about image of middle class lifestyle through the representation of space that produced corresponding to the existing of spatial and social context at the moment. Space representation here referred from Henri Lefebvres Production of Space which consist of the activities of perceived, conceived, and lived. The social context that will be discussed is about the social class in society. This research will be done by doing field observation in middle class mall in South Jakarta Area and analyzing the case studies by qualitative method.
The results show that representation of space will suit itself to the targeted visitors of the mall. On the long period, adaptation and dressage in a context spatially and socially will define the space of representation we lived in. In other words, space could be seen as an image of a life style as long as the space representation seen in the period of tim.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nigel Cakrawardhana
"Saat aplikasi seluler meningkat, hal itu menimbulkan pertanyaan terhadap bagaimana konteks digital baru akan dipelajari. Namun, literatur yang ada tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian m-commerce telah menciptakan dikotomi palsu antara lingkungan eksternal (e-servicescape) dan respons internal (perilaku konsumen). Oleh karena itu, makalah ini mensintesis dua jalur studi untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi niat pembelian dalam aplikasi belanja ritel. Faktor e-servicescape seperti tata letak dan fungsionalitas dan daya tarik estetika, serta faktor perilaku konsumen seperti nilai hedonis dan utilitarian telah diperdebatkan secara positif mempengaruhi niat pembelian. Oleh karena itu, kontribusi ini ditujukan bagi akademisi dan pemasar untuk mempertimbangkan perspektif yang lebih menyeluruh untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mendorong niat pembelian dalam aplikasi belanja.
As mobile application rises, it raises concerns towards how the new digital context will be studied. However, existing literatures on factors that affect m-commerce purchase have created a false dichotomy between the external environment (e-servicescape) and internal responses (consumer behavior). Therefore, this paper is synthesizing the two pathways of study to determine the factors influencing purchase intention within retail shopping apps. E-servicescape factors such as layout and functionality and aesthetic appeal, as well as consumer behavior factors such as hedonic and utilitarian value have been argued to positively affect purchase intention. Therefore, this contribution is aimed for academics and marketers to consider a more wholesome perspective to explore the factors driving a purchase intention within a shopping app."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vinny Valentine Alfian
"Keterbatasan air bersih sudah menjadi ancaman global termasuk di Indonesia. Hal ini diperparah dengan krisis air yang sedang terjadi. DKI Jakarta sebagai kota metropolitan merupakan kota dengan jumlah penduduk yang tinggi. Menurut hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta adalah sebanyak 9.604.329 jiwa. Dari segi ekonomi, masyarakat DKI Jakarta sebagian besar merupakan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingkat pendapatan yang tinggi akan diikuti oleh tingkat konsumsi air yang tinggi pula sementara ketersediaan air cenderung terbatas. Untuk itu perlunya mengetahui tingkat konsumsi air bersih masyarakat dalam rangka upaya penghematan air. Dengan melakukan survey pada 500 responden di 5 wilayah di DKI Jakarta yaitu Kelurahan Menteng, Kelurahan Pondok Pinang, Kelurahan Penggilingan, Kelurahan Pluit dan Kelurahan Meruya Selatan didapatkan rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga masyarakat menengah ke atas adalah sebesar 234,82 liter/orang/hari dengan rincian mencuci tangan 4,02 liter/orang/hari; menggosok gigi 3,45 liter/orang/hari; MCK 67,78 liter/orang/hari; mencuci pakaian 40,24 liter/orang/hari; mencuci piring 23,43 liter/orang/hari; masak 7,69 liter/orang/hari; menyiram tanaman 35,14 liter/orang/hari; mencuci kendaraan 51,11 liter/orang/hari dan minum 2,10 liter/orang/hari.

Water scarcity has become a global threat, including in Indonesia, which is compounded by the water crisis happened in DKI Jakarta as a metropolitan city with a high population. According to the population census conducted by the Badan Pusat Statistik in 2010, the population of Jakarta is 9,604,329. From an economic perspective, the people of Jakarta are mostly upper middle income people. High level of income will be followed by a high level of water consumption as well as the availability of water tend to be limited. The aim of this study was to investigate the water consumption in an effort to save water. Based on survey of 500 respondents in 5 areas in Menteng, Pondok Pinang, Penggilingan, Pluit and Meruya Selatan, the average water consumption of upper middle households is 234.82 liters / person / day with handwashing 4.02 liters / person / day; teeth brushing 3.45 liters / person / day; MCK 67.78 liters / person / day; clothes washing 40.24 liters / person / day; dishes washing 23 , 43 liters / person / day; cooking 7.69 liters / person / day; plants watering 35.14 liters / person / day; vehicles washing 51.11 liters / person / day and drinking 2.10 liters / person / day.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Febriani
"Dewasa ini, shopping center atau pusat perbelanjaan telah menjadi salah satu obyek wisata yang banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup konsumen dalam berbelanja, dari sekedar hanya mengkonsumsi barang atau jasa yang dibutuhkan, sekarang aktivitas berbelanja menjadi sarana untuk relaksasi, jalan-jalan dan mencari hiburan sehingga memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen. Penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman belanja yang menyenangkan yaitu faktor retailer, customer dan transport dalam kasus pusat perbelanjaan di Singapura (Ibrahim dan Wee, 2002), dimana faktor transport adalah yang paling dominan dalam mendorong pengalaman belanja yang menyenangkan. Dengan menggunakan dua tahapan penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini menguji dua hal. Pertama, ingin mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong suatu pengalaman belanja yang menyenangkan bagi konsumen melalui atribut retailer, customer dan transport dengan mengambil kasus pada lima pusat perbelanjaan modern di Jakarta. Kedua, ingin menguji ada tidaknya perbedaan antara beragam kelompok responden (berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status, domisili, pengeluaran dan kepemilikan kendaraan) dalam mempersepsikan setiap faktor yang terbentuk dari setiap atribut. Metode yang digunakan adalah principal component analysis, ANOVA dan Independent t-test. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini faktor retailer memberikan kontribusi terbesar dalam mendorong pengalaman belanja yang menyenangkan bagi pengunjung, disusul oleh faktor transport dan terakhir faktor customer. Faktor retailer mencakup keamanan dan pelayanan di dalam mal, desain toko dan atmosfir. Faktor customer mencakup keuangan dan ketersediaan waktu luang. Faktor transport/travel mencakup kelancaran dan keamanan perjalanan, efisiensi perjalanan dan usaha. Melalui uji ANOVA, terbukti ada perbedaan persepsi antara beragam kelompok respoden dalam mempersepsikan beberapa faktor yang terbentuk dari atribut retailer, customer dan transport/travel. Perbedaan terjadi pada faktor keamanan dan pelayanan dalam pengelompokkan berdasarkan usia, faktor atmosfir dalam pengelompokkan berdasarkan pekerjaan dan status, faktor keuangan dalam pengelompokkan berdasarkan usia, faktor ketersediaan waktu luang dalam pengelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan dan pada faktor usaha dalam pengelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S6017
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>