Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruth Handayani
"Tahun 2012, kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat yang diderita perempuan di dunia dan merupakan kanker terbanyak kedua di Indonesia. Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan deteksi dini. Tahun 2007 Indonesia menerapkan program skrining IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) sebagai bentuk deteksi dini kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan provinsi sebaga unit agregat. Data sekunder yang digunakan berasal dari subdirektorat penyakit kanker, Kementerian Kesehatan dengan variabel terikat cakupan skrining IVA dan variabel bebas tenaga kesehatan, puskesmas IVA, kasus IVA positif, kasus IVA positif yang dikrioterapi, dan curiga kanker serviks. Korelasi kuat ditujukan antara persentase kasus IVA positif yang dikrioterapi dengan cakupan skrining IVA (Rs=0,661; p=0,001) dan antara curiga kanker serviks dengan cakupan skrining IVA (Rs=0,549; p=0,001). Meningkatnya cakupan IVA akan meningkatkan pengobatan segera kanker serviks. Untuk meningkatkan cakupan skrining IVA diperlukan kurikulum pendidikan skrining IVA untuk pendidikan dokter dan kebidanan.

In 2012 cervical cancer is the fourth highest cancer suffered by women in the world and is the second largest cancer in Indonesia. Cervical cancer can be prevented by early detection. In 2007, Indonesia implemented a screening programe named VIA (Visual Inspection Acetic Acid) for early detection for cervical cancer. This study uses the ecological design with Province as the aggregate unit. We used secondary data from subdit cancer, Ministry of Health Republic of Indonesia with the dependent variable of VIA screening coverage and independent variables of health personnel, VIA health centers, VIA positive, Cryoteraphy for VIA positive, and suspected of cervical cancer. The strong correlation shows between the percentage of positive VIA with cryoteraphy and coverage VIA screening (Rs=0,661; p= 0,001) and among suspected of cervical cancer with coverage of cervical cancer VIA screening (Rs= 0,549; p= 0,001). The increase of VIA coverage will improve immediate treatment for cervical cancer. To improve VIA screening we required educational curriculum for medical education and midwifery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refial Mizan
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Kanker serviks merupakan kanker dengan insidensi kedua tertinggi pada wanita. Skrining yang tidak adekuat merupakan penyebab tingginya kanker serviks di Indonesia dan 70 penderita datang ke rumah sakit pada stadium lanjut. IVA merupakan metode skrining sederhana, murah dengan sensitivitas tinggi yang cocok diterapkan di Indonesia dan DKI Jakarta merupakan daerah yang tepat dijadikan model untuk mengetahui permasalahan kanker serviks di Indonesia. Female Cancer Program FCP bersama FKUI aktif melakukan skrining kanker serviks dengan metode IVA sejak tahun 2004. Belum diketahui berapa capaian skrining kanker serviks dengan metode IVA di Jakarta tahun 2004-2010TUJUAN: mendapatkan gambaran capaian skrining kanker serviks oleh FCP di berbagai wilayah di Jakarta tahun 2004-2010METODE: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif HASIL: Capaian skrining kanker serviks dengan metode IVA di Jakarta tahun 2004-2010 adalah 31236 perempuan atau 0.86 persen dari populasi perempuan di DKI Jakarta usia 15 hingga >60 tahun. Proporsi terbanyak 60.07 persen adalah skrining di wilayah Jakarta Timur diikuti 24.41 persen wilayah Jakarta Pusat, 8.42 persen Jakarta Utara, 4.02 persen Jakarta Selatan dan 3.08 persen Jakarta Barat. Skrining berbasis Puskesmas baru mencakup 45 dari total 340 Puskesmas di DKI Jakarta, 7 Puskesmas di Jakarta Pusat dan 38 Puskesmas di Jakarta Timur. Proporsi menurut usia peserta skrining terbanyak pada kelompok usia 30-39 tahun yaitu 38 persen . Proporsi temuan IVA positif adalah 1138 atau 3.68 persen dimana 3.14 persennya merupakan temuan di wilayah Jakarta Timur. Temuan kanker adalah 0.08 persen atau 80/100000 perempuan.SIMPULAN: Skrining kanker serviks dengan metode IVA telah berhasil dilakukan di Jakarta pada 31.236 perempuan pada periode 2004-2010 dan IVA merupakan metode paling tepat dikembangkan di Jakarta dan Indonesia pada umumnyaKATA KUNCI: Capaian, IVA, Kanker serviks, Skrining

ABSTRACT
Abstract Objective To evaluate the coverage of a cervical cancer screening program based on visual inspection with acetic acid VIA testing conducted during 2004 to 2010 in Jakarta.Methods We used data obtained from the Female Cancer Program FCP . Cervical cancer screening participation rates were calculated.Results A total of 31,236 women participated in the program. The participation rate of the program was 0.86 .Conclusion The participation rate of the program was low. Efforts to facilitate participation in cervical cancer screening program among Indonesian women are needed. Further studies assessing factors that influence attendance in cervical cancer screening program are required."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghadis Azalia Benedicta
"Latar Belakang
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang menempati posisi keempat sebagai kanker yang paling umum mempengaruhi wanita di seluruh dunia dan menjadi yang kedua paling prevalen di Indonesia. Penelitian ini menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi temuan positif dari inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) pada kalangan wanita di Cipinang Melayu untuk mengidentifikasi faktor risiko utama yang terkait dengan hasil IVA positif.
Metode
Studi kohort retrospektif observasional analitik ini menggunakan data sekunder dari program skrining yang dilakukan oleh Female Cancer Program (FCP) FKUI, bekerja sama dengan Female Cancer Foundation Universitas Leiden, pada tahun 2019 dan 2022. Sebanyak 3.231 mengikuti program skrining dan analisis multiple logistic regression dilakukan untuk menentukan hubungan berbagai faktor dengan hasil IVA positif.
Hasil
Di antara 3.138 wanita yang memiliki hasil IVA yang valid, 2,5% diantaranya diidentifikasi sebagai IVA. Analisis multivariat mengidentifikasi usia pada pernikahan pertama sebagai prediktor signifikan (P = 0,045), dengan wanita yang menikah setelah usia 20 tahun 2,57 kali lebih mungkin untuk mendapatkan hasil IVA positif (OR 2,57; 95% CI: 1,021–6,463). Skrining kanker serviks sebelumnya mendekati signifikansi (P = 0,068), menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat skrining memiliki peluang 2,46 kali untuk mendapatkan hasil IVA positif (OR 2,46; 95% CI: 0,936–6,483).
Kesimpulan
Studi ini menekankan peran faktor reproduksi, terutama usia pada pernikahan pertama, dalam mempengaruhi hasil IVA positif. Intervensi kesehatan masyarakat yang terarah sangat penting untuk meningkatkan pencegahan dan skrining kanker serviks di komunitas ini.

Introduction
Cervical cancer is the fourth most common cancer among women worldwide and the second most prevalent in Indonesia. This study investigates factors influencing positive findings of visual inspection with acetic acid (VIA) among female residents of Cipinang Melayu to identify key risk factors associated with VIA positivity.
Method
This analytical observational retrospective cohort study utilized secondary data from a screening program conducted by the Female Cancer Program (FCP) FKUI, in collaboration with the Female Cancer Foundation of Leiden University, between 2019 and 2022. A total of 3,231 women were screened, and multiple logistic regression analysis was performed to determine the associations of various factors with VIA positivity.
Results
Among the 3,138 women with accessible VIA results, 2.5% were diagnosed as VIA- positive. Multivariate analysis identified age at first marriage as a significant predictor (P = 0.045), with women marrying after age 20 being 2.57 times more likely to test positive (OR 2.57; 95% CI: 1.021–6.463). Previous cervical cancer screening approached significance (P = 0.068), suggesting that women with a screening history had 2.46 times the odds of positive results (OR 2.46; 95% CI: 0.936–6.483).
Conclusion
The study emphasizes the role of reproductive factors, particularly age at first marriage, in influencing VIA positivity. Targeted public health interventions are crucial for improving cervical cancer prevention and screening in this community.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Utari
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan akurasi tes IVA dalam mendeteksi lesi derajat tinggi kanker serviks.
Metode: Dua puluh lima subjek dilakukan pemeriksaan IVA, dimana didapatkan hasil IVA positif dan dinilai lima kriteria berdasarkan kecepatan muncul lesi, intensitas warna putih yang kuat, ketebalan lesi berbentuk plak, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi. Kemudian dilakukan biopsi pada lesi putih yang dihasilkan dan dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil histopatologi dikelompokkan menjadi lesi derajat tinggi dan non lesi derajat tinggi.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 25 wanita dengan hasil IVA positif Didapatkan NPP untuk kriteria kecepatan muncul lesi ≤60 detik, ketebalan lesi berbentuk plak, intensitas warna putih yang kuat, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi, adalah masing-masing sebesar 0,36; 0,33; 0,18; 0,2 dan 0,09. Apabila dua kriteria IVA positif dengan NPP tertinggi, yaitu kecepatan muncul lesi dan ketebalan lesi bentuk plak digabungkan, akan meningkatkan NPP menjadi 0,40.
Kesimpulan: Di antara lima kriteria IVA positif yang diuji pada penelitian ini, yang mempunyai nilai prediksi positif paling baik dalam mendeteksi lesi derajat tinggi adalah kriteria kecepatan munculnya lesi dan ketebalan lesi berbentuk plak.

Objective: To know the factors that can increase the accuracy of VIA tests in detecting high grade lesions.
Study design: Twenty-five subjects were performed VIA test with positive results, assessed further by five criterias based on speed of the lesion appear, strong white intensity of the lesions, thick lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions. Then punch biopsy and histopathology examination were conducted. Histopathology results grouped into high grade lesions and non-high grade lesions.
Results: This research followed by 25 woman with VIA positive results. Obtained PPV for five criterias: speed of lesions appear less than 60 seconds, strong white intensity of the lesions, the thickness of lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions were respectively 0.36; 0.33; 0.18; 0.2 and 0.09. If 2 criterias with best PPV, speed of lesions appear less than 60 seconds and the thickness of lesions with plaque-shaped, were combined, it will improve PPV to 0.40.
Conclusion: Among five criterias of VIA positive tested in the research, 2 criterias with best predictive values in detecting high grade lesions are speed of lesions appear less than 60 seconds and thick lesions with plaque-shaped.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizka Nurdia Putri Pakaya
"Latar Belakang Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada wanita Indonesia. Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi Human papillomavirus (HPV). Temuan kelainan serviks (prakanker dan kanker serviks) dapat dicegah dengan vaksinasi HPV dan deteksi dini kelainan dengan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah vaksinasi HPV dan pemeriksaan IVA memiliki hubungan terhadap temuan kelainan serviks pada pasien Poliklinik Ginekologi dan Onkologi RSCM tahun 2021-2022. Metode Desain penelitian ini adalah potong lintang. Data sekunder diambil dari hasil wawancara pasien yang berkunjung ke Poliklinik Ginekologi dan Onkologi RSCM. Hasil Pada penelitian ini, subjek penelitian yang diikutsertakan berjumlah 193 subjek. Pada analisis data, hubungan vaksinasi HPV dengan temuan kelainan serviks (prakanker dan kanker serviks) didapatkan p-value 0,005 (bermakna secara statistik) dengan OR 0,022 (95% CI 0,002 – 0,194). Selanjutnya, hubungan pemeriksaan IVA dan temuan kelainan serviks didapatkan p-value 0,14 (tidak bermakna secara statistik) dengan OR 0,24 (95% CI 0,041 – 1,392). Kesimpulan Vaksinasi HPV ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan temuan kelainan serviks. Sementara itu, pemeriksaan IVA ditemukan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Faktor tersebut sebenarnya sangat berperan dalam pencegahan temuan kelainan serviks. Hasil yang tidak signifikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan penelitian, seperti jumlah sampel sedikit dan karakteristik sampel yang homogen.

Introduction Cervical cancer is the second most common cancer in Indonesian women. This disease is generally caused by Human papillomavirus (HPV) infection. Therefore, cervical abnormalities findings (precancerous and cervical cancer) can be prevented by HPV vaccination and early detection of abnormalities with Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) screening. For this reason, the purpose of this study was to determine whether HPV vaccination and IVA examination have an association with cervical abnormalities findings in patients at the RSCM Gynecology and Oncology Clinic 2021-2022. Method The design of this study was cross-sectional. Secondary data was collected by interviewing patients who visited the RSCM Gynecology and Oncology Clinic. Results In this study, the total number of research subjects was 193 subjects. In the data analysis, the association between HPV vaccination and cervical abnormalities findings (precancerous and cervical cancer) was found to have a p-value of 0.005 (statistically significant) with an OR of 0,022 (95% CI 0,002 – 0,194). Meanwhile, the association between VIA screening and cervical abnormalities findings was found to have a p-value of 0.14 (not statistically significant) with an OR of 0.24 (95% CI 0.041 – 1.392). Conclusion HPV vaccination were found to have a significant association with cervical abnormalities findings. Meanwhile, VIA screening were not found to have a significant association with cervical abnormalities findings. However, these factors play a very important role in preventing cervical abnormalities. The insignificant results are likely due to the limitations of the study, such as small sample size and homogenous sample characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Ayu
"Pada tahun 2023 cakupan pemeriksaan IVA pada Wanita usia subur di Kelurahan Cilodong masih rendah hanya mencapai 2,2%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan pemeriksaan IVA dan faktor apa saja yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA di Kelurahan Cilodong, Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada sampel sebanyak 130 WUS di Kelurahan Cilodong, Kota Depok, yang dipilih secara random dari 8 RW yang ada. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan hanya 6,2% WUS yang melakukan pemeriksaan IVA. Penelitian ini membuktikan pendidikan dan tingkat pengetahuan berhubungan dengan pemeriksaan IVA. Faktor yang paling dominan adalah tingkat pengetahuan (POR=38,96, 95% CI= 4,23 – 358,66), WUS dengan tingkat pengetahuan tinggi berpeluang hampir 39 kali untuk melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS tingkat pengetahuan rendah, setelah dikontrol oleh pendidikannya. Atas dasar tersebut maka instansi terkait perlu melakukan peningkatan pengetahuan dengan mengembangkan program edukasi kesehatan mengenai kanker leher rahim dan pemeriksaan IVA, baik untuk WUS maupun suami/keluarganya, sehingga cakupan pemeriksaan IVA meningkat

In 2023, the coverage of visual inspection of acetic acid (VIA) examinations in women of childbearing age in Cilodong Village is still low, only reaching 2.2%. This study aims to analyze the coverage of VIA examinations and factors related to VIA examinations in Cilodong Village, Depok. This study used a cross-sectional design. Data were collected through interviews using questionnaires on a sample of 130 women of childbearing age in Cilodong Village, Depok City, who were randomly selected from 8 existing neighborhood associations. Data were analyzed using the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that only 6.2% of women of childbearing age underwent VIA examinations. This study proves that education and level of knowledge are related to VIA examinations. The most dominant factor is the level of knowledge (POR = 38.96, 95% CI = 4.23 - 358.66); women of childbearing age with a high level of knowledge are almost 39 times more likely to undergo VIA examinations compared to women of childbearing age with low levels of knowledge, after being controlled by their education. Based on these reasons, related agencies need to increase knowledge by developing health education programs regarding cervical cancer and IVA examinations, both for WUS and their husbands/families, so that the coverage of IVA examinations increases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Shafira
"Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker paling umum kedua di kalangan wanita Indonesia, dengan insiden tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena akses terbatas pada pencegahan dan pengobatan. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah alat skrining yang banyak digunakan untuk deteksi dini lesi prekanker serviks di daerah dengan sumber daya terbatas. Studi ini meneliti prevalensi hasil IVA. Abnormal dalam program skrinign yang dilakukan di Cipinang Melayu, Jakarta, dari tahun 2019 hingga 2022.
Metode
Penelitian deskriptif cross-sectional ini menggunakan data sekunder dari program skrining IVA oleh Female Cance Programme (FCP) FKUI. Data dari 3.231 partisipan Wanita dianalisis untuk hasil IVA abnormal, termasuk servisitis (ringan, sedang, berat), hasil IVA positif, dan dugaan kanker serviks. Tingkat prevalensi dikalkulasi untuk setiap hasil abnormal, termasuk kondisi ginekologi lainnya.
Hasil
Dari sampel yang valid, 2.5% (n = 77) dinyatakan positif IVA, 3.63% (n = 114) didiagnosis dengan servisitis, dan 0.06% (n = 2) dicurigai kanker serviks. Servisitis sedang adalah diagnosis yang paling umum (2%). Kondisi ginekologi lainnya termasuk polip dan kista, ditemukan pada 1.4% partisipan. Ada pengurangan partisipasi skrining yang signifikan pada tahun 2020 akibat pandemic COVID-19, namun terjadi peningkatan hasil IVA positif pada tahun 2022.
Kesimpulan
Prevalensi hasil IVA positif dan servisitis dalam studi ini lebih rendah disbandingkan dengan studi serupa yang dilakukan di Indonesia dan negara lain. Namun, penelitian ini menunjukkan pentingnya upaya skrining yang konsisten untuk mendeteksi lesi prekanker sejak dini. Studi longitudinal diperlukan untuk melacak perkembangan dan mengkonfirmasi temuan awal serta menilai perkembangan penyakit.

Introduction
Cervical cancer is the second most common cancer in Indonesian women, with a high incidence in low- and middle-income countries due to limited access to prevention and treatment. Visual Inspection with Acetic Acis (VIA) is a widely used screening tool for screening of precancerous cervical lesions in resource-limited settings. This study examined the prevalence of abnormal VIA results in a screening program conducted in Cipinang Melayu, Jakarta, from 2019 to 2022.
Method
This descriptive cross-sectional study utilized secondary data from the Female Cancer Programme (FCP) FKUI VIA screening program. Data from 3,231 female participants were analyzed for abnormal VIA findings, including cervicitis (mild, moderate, severe), positive VIA results, and suspected cervical cancer. Prevalence rates were calculated for each abnormal result including other gynaecological conditions.
Results
Out of each corresponding valid sample, 2.5% (n = 77) tested VIA-positive, 3.63% (n = 114) were diagnosed with cervicitis, and 0.06% (n = 2) were suspected of cervical cancer. Moderate cervicitis was the most common diagnosis (2%). Miscellaneous gynaecological conditions, including polyps and cysts, were identified in 1.4% of participants. There was a notable reduction in screening participation in 2020 due to the COVID-19 pandemic, but an increase in VIA-positive results in 2022.
Conclusion
The prevalence of VIA-positive results and cervicitis in this study is lower compared to similar studies conducted in Indonesia and other countries. However, the study highlights the importance of consistent screening efforts to detect precancerous lesions early. Longitudinal studies are required to track progression and to confirm initial findings and assess disease progression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Yenti
"Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan pervalensi tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia. Deteksi dini kanker serviks metode IVA merupakan program preventif prioritas pemerintah Indonesia dalam pengendalian kanker serviks, namun cakupan pemeriksaannya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA pada WUS usia 30-50 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner kepada 180 WUS dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan 22,8 WUS melakukan deteksi dini metode IVA. Penelitian ini membuktikan pengetahuan, keterpaparan informasi dan dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks metode IVA, sementara pendidikan, akses kepelayanan kesehatan dan dukungan suami sebagai konfonding pada hubungan tersebut. Keterpaparan informasi merupakan faktor dominan, WUS yang terpapar informasi mengenai kanker serviks berpeluang 13,8 kali lebih tinggi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks metode IVA dibandingkan WUS yang tidak terpapar informasi setelah dikontrol pendidikan, akses kepelayanan skrining dan dukungan suami p=0,013, OR:13, 869, 95 CI:1,723-111,650. Sedangkan pekerjaa dan asuransi kesehatan tidak berhubungan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks metode IVA. Instansi terkait perlu melakukan upaya intervensi komunikasi informasi dan edukasi berupa penyuluhan dan penyebaran media promosi terkait kanker serviks dan tes IVA untuk meningkatkan jumlah WUS yang terpapar informasi.

Cervical cancer is cancer with the highest prevalence in Indonesia women. Early detection of cervical cancer VIAmethod is the government 39 s priority preventive program in controlling cervical cancer, but the coverage of the examination is still low. This study aimed to determine the determinants of the behavior of early detection of cervical cancer with VIA method in women of childbearing age of 30 50 years. This study used cross sectional design, data was collected through interviews using questionnaires to 180 samples and analyzed using chi square test and multiple logistic regression test.
The results showed 22.8 of childbearing age women perform early detection of cervical cancer VIA method. These finding revealed that knowledge, information exposure and support of health care related to early detection of cervical cancer VIA method, while education, access to health care and husband support as confounding. Information exposure is a dominant factor, childbearing age women exposed to information about cervical cancer had 13.8 times chance to early detection of cervical cancer VIA method than unexposed information after being controlled by education, screening service access and husbands support p 0,013, OR 13, 869, 95 CI 1,723 111,650. Meanwhile, work and health insurance are not related to the behavior of early detection of cervical cancer VIA method. Relevant institutions need to make efforts communication, information and education in the form socialization and dissemination of promotion media related to cervical cancer and VIA test to increase the number of childbearing age women exposed information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Candra Dewi
"ABSTRAK
Menikah usia dini dan berganti pasangan seksual merupakan faktor resiko penting
kejadian lesi prakanker serviks yang kemudian berubah menjadi kanker serviks.
Kabupaten Karawang dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah
satu pilot project program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara usia
pertama menikah dan jumlah pasangan seksual terhadap hasil tes IVA dengan
design cross sectional menggunakan data sekunder sebanyak 520 sampel di 4
puskesmas pada tahun 2011 – 2012. Berdasarkan analisis multivariat tidak
didapatkan hubungan yang bermakna antara usia pertama menikah dan jumlah
pasangan seksual dengan hasil tes IVA positif setelah dikontrol variabel kovariat.

ABSTRACT
The age at first intercourse and multi sexual patners are the important risk factors
for cervical pre-cancerous lession. Karawang District was selected as research
sites because it is one of the pilot projects for early detection of cervical cancer
using VIA Method. This study is aimed to verify the relationship of age at first
marriage and multi sexual patners with VIA Test Result with cross sectional study
using secondary data from medical records. Total sampel taken was 520 from 4
public health centre in the last two years from 2011 – 2012. Based on multivariate
analysis, it is indicated that there is not significant correlation for age at first
marriage and multi sexual partners with VIA test res"
2013
T38428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sarita Dewi
"Latar Belakang: Tingginya angka prevalensi kanker serviks di Indonesia membuat pemerintah Indonesia berupaya untuk menurunkan angka kasus kanker serviks melalui program Deteksi Dini Kanker Serviks. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan suatu metode pemeriksaan visual seluruh permukaan leher rahim menggunakan asam asetat yang diencerkan dengan tujuan untuk mengetahui dini adanya kanker serviks.
Tujuan: Melihat gambaran implementasi dari program deteksi dini kanker serviks menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yang ada di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam melalui pendekatan rapid assessment procedures. Teori yang digunakan adalah teori logic model. Informan dalam penelitian berjumlah 19 orang yang terdiri dari 4 informan kunci dan 15 informan utama. Peneliti mengambil data secara langsung dengan menerapkan protocol Covid-19.
Hasil: Sebagian besar pelaksanaan program IVA telah berjalan sesuai alur yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Namun terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya yaitu terdapat tenaga pelaksana yang belum terlatih tetapi dapat memberikan IVA, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan IVA serta pemberian penyuluhan terkait IVA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas masih sedikit.
Kesimpulan: Pemberian penyuluhan terkait IVA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melakukan IVA agar tercapainya cakupan IVA sesuai target.

Background: High prevalence of cervical cancer in Indonesia makes Indonesian Government strive to reduce the number of cervical cancer cases through the cervical cancer early detection program. Visual inspection with acetic acid (IVA) is a method of visual inspection of the entire surface of the cervix using diluted acetic acid with the aim to detecting cervical cancer early.
Aim: Describing the implementation of Cervical Cancer Early Detection Program using Visual Inspection with Acetic Acid Method (VIA) at Public Health Center in Pancoran Mas District.
Methods: This study used a qualitative method with indepth interviews through a rapid assessment procedure approach with. There were 19 informants consisting of 4 key informants, 3 main informants, and 12 supporting informants. Researchers took data directly by applying the Covid-19 health protocol.
Result: Most of the implementation of IVA program had run according to the law set by the Ministry of Health. However, there are several obstacles in its implementation as there were untrained health workers who already gave an IVA test, lack of public awareness to do IVA test, and the provision of socialization related to IVA at Public Health Center in Pancoran Mas District was still small.
Conclusion: The provision of socialization related to IVA at Public Health Center in Pancoran Mas District needs to be increased again to increase awareness in public also the scope of IVA so the target can be achieved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>