Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asetya
"ABSTRAK
Penggunaan strategi self-regulated learning berperan penting dalam pencapaian
akademik siswa. Dalam perkembangannya, keterampilan penggunaan strategi
self-regulated learning dibentuk oleh peran orang tua di rumah. Ayah diduga
menjadi agen yang penting dalam perkembangan keterampilan self-regulated
learning berdasarkan faktor personal. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara keterlibatan ayah dengan penggunaan strategi self-regulated
learning pada siswa sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan alat
ukur Father Involvement Scale untuk mengukur persepsi anak terhadap
keterlibatan ayahnya, dan alat ukur Self-Regulated Strategies Inventory-Self
Report untuk mengukur penggunaan strategi self-regulated learning.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat korelasi yang signifikan antara
keterlibatan ayah dengan penggunaan strategi self-regulated learning (p = .007).

ABSTRACT
result shows a significant correlation between father involvement and selfregulated
learning strategies usage (p = .007)."
2015
S58811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Mayasari
"ABSTRAK
Mahasiswa dituntut mengatur kehidupan akademik dan non akademik secara mandiri. Terlalu banyak kegiatan non akademik mengganggu keterlibatan belajar mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran regulasi diri dalam belajar sebagai mediator dalam hubungan antara academic buoyancy dan keterlibatan belajar. Sampel penelitian ini adalah 463 mahasiswa S1 Universitas Indonesia laki-laki 25,1 perempuan 74,7 . Keterlibatan belajar diukur menggunakan alat ukur The Student Course Engagement Questionnaire SCEQ . Academic buoyancy diukur menggunakan alat ukur Academic Buoyancy Scale ABS dengan tambahan lima item. Regulasi diri dalam belajar diukur dengan Motivated Strategies for Learning Questionnaire MSLQ dimensi self regulation strategies. Desain penelitian ini adalah non eksperimental dengan tipe korelasional. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan regresi linier, dan uji mediasi menggunakan Program Macro PROCESS oleh Andrew Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi diri dalam belajar terbukti memediasi secara parsial dalam hubungan antara academic buoyancy dan keterlibatan belajar. Pada penelitian ini, juga ditemukan adanya kontribusi yang besar dari academic buoyancy terhadap regulasi diri dalam belajar. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk meneliti faktor yang memengaruhi hubungan academic buoyancy dan regulasi diri dalam belajar.

ABSTRACT
College students had to manage their academic and non academic life independently. Too many non academic activities could affect their student engagement. The purpose of this study is to determine the mediator role of self regulated learning in the relationship between academic buoyancy and student engagement. There were 463 undergraduate bachelor students in Universitas Indonesia participated in this study male 25,1 and female 74,7 . Student engagement was measured by The Student Course Engagement Questionnaire SCEQ . Academic buoyancy was measured by Academic Buoyancy Scale ABS with five items addition. Self regulated learning was measured by Motivated Strategies for Learning Questionnaire MSLQ with self regulation strategies dimension. The study rsquo s design is non experimental with correlation type. The study used linear regression and tested medation effect by Program Macro PROCESS by Andrew Hayes. The result is self regulated learning has a partial mediation effect in the relationship between academic buoyancy and student engagement. The study also found that there is a huge contribution from academic buoyancy towards self regulated learning. For the future study, it could examine factor influencing the relationship between academic buoyancy and self regulated learning."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara self-efficacy dan self-regulated learning dengan goal orientation pada siswa SMA di Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 40 Jakarta kelas XI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan iniantitatif dengan menggunakan skala goal orientation, self-efficacy dan self-regulated learning untuk mendapatkan data yang dianalisis dengan analisis diskriminan dan cross tabs eta. Analisis cross tabs eta dipakai untuk menguji korelasi antar variabel dengan variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan analsisis diskriminan dipakai untuk memprediksi responden yang ke arah performance orientation atau mastery orientation. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diuji."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, 2016
150 MS 7:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Khairunnisa Al-Hadi
"ABSTRAK
Pemerintah Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 dalam memfasilitasi pembentukan karakter siswa yang mandiri dan berorientasi pada proses pembelajaran. Salah satu aspek psikologis yang penting bagi mahasiswa dalam mendukung program adalah orientasi tujuan penguasaan. Keterlibatan ayah merupakan salah satu aspek yang berkaitan dengan orientasi tujuan secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keterlibatan ayah dengan orientasi tujuan ketuntasan pada siswa SMA di Jabodetabek. Pengukuran menggunakan instrumen skala penguasaan Nurturing Fathering Scale, Reported Father Involvement Scale, dan Achievement Goal Questionnaire-Revised. Hasil analisis statistik korelasi menunjukkan bahwa keterlibatan ayah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan orientasi tujuan penguasaan. Analisis data demografi dilakukan untuk membantu pembahasan hasil penelitian.
ABSTRACT
The Indonesian government implements the 2013 Curriculum in facilitating the character building of students who are independent and oriented towards the learning process. One of the psychological aspects that is important for students in supporting the program is the orientation of mastery goals. Father involvement is one aspect related to goal orientation in general. This study aims to see the relationship between father's involvement and goal orientation of completeness of high school students in Jabodetabek. Measurements used the Nurturing Fathering Scale, Reported Father Involvement Scale, and Achievement Goal Questionnaire-Revised instrument. The result of correlation statistical analysis shows that father involvement has no significant relationship with goal orientation of mastery. Demographic data analysis was conducted to assist the discussion of research results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nisa
"Self regulated learning merupakan aspek yang penting dalam kesuksesan akademik siswa. Pada sisi personal, goal orientation diketahui mempengaruhi komitmen seseorang dalam meregulasi dirinya pada proses belajar. Pada sisi kontekstual, classroom goal structure diketahui juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning siswa. Pada masyarakat Indonesia yang cenderung embedded, classroom goal structure sebagai faktor kontekstual diasumsikan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan goal orientation. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kontribusi peran goal orientation dan classroom goal structure sebagai terhadap self regulated learning.
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan partial correlation. Sebanyak 301 siswa sekolah menengah atas menjadi partisipan dalam penelitian ini. Goal orientation dan classroom goal structure diukur menggunakan adaptasi dari sub tes personal goal orientarion dan perception about classroom goal structure pada alat ukur Pattern of Adaptive Learning Scale. Self regulated learning diukur dengan alat ukur yang dikonstruksi berdasarkan dimensi self regulated learning yang dikemukakan oleh Lindner dan Harris 2002. Ketiga jenis classroom goal structure ditemukan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self regulated learning. Adapun kontribusi goal orientation terhadap self regulated learning hanya didapatkan dari mastery goal orientation saja. Akan tetapi, secara keseluruhan, kontribusi goal orientation ditemukan lebih besar dibandingkan classroom goal structure terhadap self regulated learning.

Self Regulated Learning SRL is an important aspect in determining students 39 success in academic. At the personal side, goal orientation is known to be able to influence how much one puts a commitment in regulating oneself in studying process. At contextual side, classroom goal structure is also known to be affecting the degree of SRL in students. In Indonesia 39 s context which is prone to be more towards embedded culture, classroom goal structure as a contextual factor is assumed to have a bigger role in influencing SRL compared to goal orientation. This research is intended to test how significant is the role of goal orientation and classroom goal structure to SRL.
Research analysis was conducted using partial correlation. 301 high school students in Depok city became the participants in this research. Classroom goal structure and goal orientation were measured by adaptation from sub test perception on classroom goal structure and personal goal orientation using Pattern of Adaptive Learning Scale instrument. Meanwhile SRL was measured using an instrument that was constructed using a theory by Lindner and Harris 2002 . The 3 types of classroom goal structure was found to have a significant contribution to SRL. While contribution of goal orientation to SRL was only significantly found in mastery goal orientation. Nevertheless, overall, the contribution to SRL by goal orientation was found to be higher compared to classroom goal structure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Maharani
"Beberapa penelitian telah menemukan adanya penurunan keterlibatan belajar peserta didik pada kondisi pandemi Covid-19. Padahal, keterlibatan belajar peserta didik merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi prestasi akademik peserta didik. Salah satu komponen dari keterlibatan belajar adalah agentic engagement, yang menunjukkan kontribusi konstruktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa keterlibatan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh self-regulated learning. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara self-regulated learning dan agentic engagement selama pembelajaran jarak jauh. Partisipan penelitian merupakan peserta didik kelas 12 SMA yang bersekolah di wilayah Jabodetabek. Self-regulated learning diukur dengan menggunakan Motivated Strategies for Learning Questionnaire, sedangkan agentic engagement diukur dengan menggunakan Agentic Engagement Scale. Penelitian dilakukan terhadap 202 partisipan berusia 16-20 tahun (M = 17.69, SD = .84). Berdasarkan uji korelasi Pearson, ditemukan bahwa self-regulated learning berkorelasi secara positif dan signifikan dengan agentic engagement (r = .62, p < .05). Artinya, semakin tinggi kemampuan self-regulated learning peserta didik, maka agentic engagement peserta didik juga akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut, nilai effect size menunjukkan bahwa terdapat 38% variasi dari agentic engagement yang dapat dijelaskan oleh self-regulated learning.

Several studies have found a decrease in student engagement during the Covid-19 pandemic. Though, student engagement is one of the important factors that can affect student academic achievement. One component of engagement is agentic engagement, which shows the constructive contribution of learners in the learning process. Several previous studies have found that student engagement can be influenced by various factors, one of which is self-regulated learning. Therefore, this study was conducted to find out the relationship between self-regulated learning and agentic engagement during the distance learning condition. Research participants are 12th grade high school students who study in the Jabodetabek area. Self-regulated learning was measured using the Motivated Strategies for Learning Questionnaire, while agentic engagement was measured using the Agentic Engagement Scale. The study was conducted on 202 participants aged 16-20 years (M = 17.69, SD = .84). Based on the Pearson correlation test, it was found that self-regulated learning was positively and significantly correlated with agentic engagement r = .62, p < .05). It means that the higher the self-regulated learning ability of students, the higher the agentic engagement of students, and vice versa. Furthermore, the effect size value shows that there is a 38% variation in agentic engagement which can be explained by self-regulated learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Nareswara Wiadnyana
"ABSTRAK
Dewasa ini paradigma mengenai karier telah jauh berkembang, hal ini timbul karena banyak orang mulai melihat pekerjaan mereka sebagai sebuah panggilan hati. Fenomena ini juga dialami oleh mahasiswa perguruan tinggi yang sedang berusaha untuk membangun karier mereka setelah lulus kuliah nanti. Sebagai tambahan, panggilan dalam hal karier profesional ini memiliki hubungan dengan proses regulasi diri yang kemudian mempengaruhi perceived employability serta kepuasaan hidup seseorang yang menandakan kesiapan orang tersebut dalam menghadapi pasar tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari panggilan terhadap karier career calling terhadap perceived employability dan kepuasaan hidup life satisfaction dengan proses regulasi diri self-regulatory processes sebagai mediator dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling SEM . Data dalam penelitian ini diperoleh pengumpulan kuesioner yang didapat dari 492 mahasiswa/i Universitas Indonesia yang berasal dari berbagai fakultas. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa career calling memiliki pengaruh yang positif terhadap self-regulatory processes, dimana self-regulatory processes memiliki pengaruh positif baik terhadap perceived employability dan life satisfaction, dengan adanya pengaruh langsung antara career calling terhadap perceived employability dan life satisfaction sehingga kemudian adanya hubungan mediasi oleh self-regulatory processes.

ABSTRACT
Nowadays, it can be observed that a significant upward shift of paradigm towards career has been taking place. This is attributable to the recent changing values in the society by which individuals are starting to perceive their career as a means to fulfill their calling. Correspondingly, this phenomenon is also experienced by the university students who seek to build their careers upon graduation. Individuals rsquo calling in their professional careers is correlated with their self regulatory processes pertinent to perceived employability as well as life satisfaction, which signify the individual rsquo s capability to take on the demands presented in the job market. This study was conducted to evaluate the impact of career calling towards perceived employability and life satisfaction with the influence of self regulatory processes as a mediator through the Structural Equating Modelling SEM method. The data relevant to this study was gathered by distributing questionnaires of which 492 students from various faculties of Universitas Indonesia were participants. This study subsequently revealed that career calling does indeed have a positive influence on the self regulatory processes. Self regulatory processes positively impact the perceived employability and life satisfaction, as career calling is directly correlated with perceived employability and life satisfaction through the mediation of self regulatory processes."
2017
S69744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rini Lutanida
"Berbeda dari pendekatan tradisional yang selama ini cenderung mengutamakan pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan siswa seraata, menurut perspektif konstruktivisme sasaran utama dari sistem pengajaran di sekolah lebih difokuskan pada hal-hal afektif seperti learning how to learn dan juga untuk mengembangkan kreativitas dan potensi manusia. Oleh sebab itu yang lebih diutamakan dari proses belajar adalah mengembangkan aspek-aspek yang ada didalam diri individu. Ide yang ingin disampaikan oleh pendekatan ini ialah anak sebagai seorang pelajar atau siswa seharusnya mampu mengarahkan pendidikan bagi dirinya sendiri. Pandangan ini mensyaratkan agar siswa dapat lebih aktif berperan dalam proses belajaraya, ungkapan ini dikenal dengan istilah self-regulated learning. Salah satu ciri yang dimiliki seorang self-regulated learner ialah siswa tersebut lebih mengandalkan penggunaan metode belajar yang terencana dan otomatis atau sering disebut strategi belajar.
Dalam kegiatan belajar akademis, self-regulation siswa dapat diamati melalui berbagai strategi belajar yang digunakannya saat menghadapi tugas. Strategi belajar adalah proses yang diarahkan siswa untuk memperoleh keterampilan atau informasi. Tindakan ini dipersepikan oleh siswa sebagai alat dan juga perantara dalam mencapai tujuan belajar. Prinsip ini menjadi latar belakang penelitian yang secara umum diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku self-regulated siswa.
Temuan para ahli mendukung diungkapkannya hubungan antara kineija akademis siswa dengan peran aktifhya dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi, dan perilakunya sewaktu belajar. Dengan demikian tampak bahwa ada peibedaan individu dalam mengaktualisasikan keterampilan belajar tersebut. Siswa yang aktif mengarahkan diri sendiri akan mampu mengoptimalkan hasil belajamya atau sering dikatakan sebagai prestasi akademis. Dengan perkataan lain model self-regulated learning ini identik dengan siswa-siswa yang berprestasi {high achievers). Kelebihan yang dimiliki oleh kelompok siswa ini diantaranya, mereka mempunyai tujuan belajar yang lebih spesifik dan lebih mampu menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai utuk memenuhi harapannya tersebut. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran penggunaan strategi self-regulated learning pada kelompok siswa yang berpotensi tinggi (unggul) dengan siswa yang berpotensi lebih rendah. Penelitian ini diarahkan untuk nienggali perbedaan penggunaan strategi belajar diantara dua kelompok siswa tersebut. Sampel yang digunakan adalah siswa sekolah pada SMUN unggulan dan siswa sekolah SMUN non-unggulan di DKI Jakarta.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner SRLIS-Q. Alat ukur yang ikembangkan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) ini dirancang untuk menggali strategi-strategi self-regulated learning yang digunakan siswa sekolah dalam kegiatan belajamya. Studi ini melibatkan 73 orang subyek penelitian, yang terdiri dari 37 orang subyek yang berasal dari SMUN unggulan dan 36 orang subyek yang berasal dari SMUN non-unggulan.
Berdasarkan respon yang terkumpul dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan range penggunaan strategi diantara kelompok siswa unggulan dan kelompok siswa non-unggulan tidak jauh berbeda.Urutan strategi yang paling sering digunakan oleh masing-masing kelompok siswa memperlihatkan pola yang berbeda. Berdasarkan basil penelitian ditemukan ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan dua macam strategi. Satu diantaranya menunjukkan bahwa kelompok siswa unggulan lebih sering menggunakan strategi "writing outline/darft", hal ini menunjukkan upaya siwa untuk meningkatkan basil belajar dengan mengatur kembali materi pelajaran baik secara overt maupun covert. Proses ini berfimgsi untuk mengoptimalkan proses metakognitif siswa. Perbedaan signifikan lainnya adalah pada penggunaan strategi "seeking information", hal ini mengindikasikan bahwa kelompok siswa unggulan lebih berinisiatif untuk mencari informasi yang berasal dari sumber nonsosial seperti perpustakaan dan media massa. Data basil penelitian menunjukkan bahwa tipe strategi yang paling sering dan konsisten digunakan oleh kedua kelompok subyek adalah sama yaitu strategi "seeking peer assisstance". Dengan cara ini berarti siswa tersebut berupaya untuk mengoptimalkan lingkungan belajamya, dapat dikatakan teman mempakan sumber utama yang paling diandalkan sebagai dukungan sosial dibandingkan guru atau orang-orang terdekat lainnya.
Menyimak basil yang diperoleh dari penelitian ini, kelompok siswa yang sering diasumsikan sebagai siswa berprestasi (unggulan) cenderung memperoleh nilai yang lebih tinggi pada sebagian besar kategori strategi yang ada. Temuan ini mengindikasikan bahwa siswa dengan prestasi yang lebih rendah kurang memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi belajar secara selektif. Faktor lain yang diduga juga turut mempengaruhi berkaitan dengan motivasi siswa, diasumsikan bahwa untuk meraih prestasi tidak cukup hanya mengandalkan aktualisasi strategi kognitif saja tetapi siswa juga harus termotivasi untuk menggunakan strategi tersebut. Teori sosial kognitif mendukung penjelasan ini dengan uraiannya tentang self-efficacy sebagai faktor kunci yang mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan uraian tersebut disarankan perlu penelitian lanjutan yang membahas selfefficacy subyek sebagai faktor lain diluar kemampuan yang juga memberi andil dalam menentukan keberhasilan seorang siswa.
Mengingat besarnya pengaruh self-regulative knowledge dalam efektivitas penggunaan strategi maka dibutuhkan suasana akademis yang baik didalam kelas, misalnya dengan mengadakan latihan-latihan tertentu. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan belajar ini sangat dibutuhkan agar nantinya siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang lebih sulit pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti di universitas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Naomi Miranda
"Dalam memenuhi tanggung jawab peran ganda sebagai siswa atlet, dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat memaksimalkan aspek akademik. Strategi Self-Regulated Learning terbukti memiliki dampak positif di berbagai aspek. Kualitas proaktif siswa dalam Self-Regulated Learning salah satunya berasal dari keyakinan motivasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran motivasi intrinsik dalam memprediksi Self-Regulated Learning siswa atlet di SKO Ragunan DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah 86 siswa atlet SKO Ragunan DKI Jakarta dengan usia maksimal 19 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Skala Motivasi Intrinsik dan Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa motivasi intrinsik (F = 46.5, p < .05) dapat memprediksi Self-Regulated Learning dengan R² = .356, yang artinya 35% varians skor Self-Regulated Learning dapat dijelaskan oleh motivasi intrinsik. Hasil penelitian ini memperjelas arah hubungan kedua variabel tersebut, yang mana motivasi intrinsik berperan secara signifikan dalam memprediksi kemunculan Self-Regulated Learning pada siswa atlet.

In order to fulfilling dual responsibilities as student-athletes, learning strategies are needed that can maximize academic aspects. Self-Regulated Learning strategy is proven to have a positive impact in various aspects. One of the proactive qualities of students in Self-Regulated Learning comes from motivational beliefs. Therefore, this study aims to examine the role of intrinsic motivation in predicting Self-Regulated Learning of student athletes at SKO Ragunan DKI Jakarta. The participants of this study were 86 students of SKO Ragunan DKI Jakarta athletes with a maximum age of 19 years. The research instrument used is the Skala Motivasi Intrinsik and Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S). The results of linear regression analysis show that intrinsic motivation (F = 46.5, p < .05) can predict Self-Regulated Learning with R² = .356, which means that 35% of the variance of Self-Regulated Learning scores can be explained by intrinsic motivation. The results of this study clarify the direction of the relationship between the two variables, in which intrinsic motivation significantly predicted the emergence of Self-Regulated Learning in student athletes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayuning Zaskya Nugrahani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara prestasi akademik dan keterlibatan ayah pada remaja Sekolah Menengah Pertama. Prestasi akademik diukur melalui nilai rapor semester I yang diperoleh responden dari sekolah, sedangkan pengukuran keterlibatan ayah dilakukan melalui the Father Involvement Scale (Reported) yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004). Responden pada penelitian ini berjumlah 263 remaja kelas VIII Sekolah Menengah Pertama yang berusia 13 hingga 15 tahun dan memiliki sosok ayah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi akademik dan keterlibatan ayah pada remaja Sekolah Menengah Pertama (r = -.026; n = 263; p > 0,05, two-tailed). Walau hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara prestasi akademik dan keterlibatan ayah, namun tidak berarti ayah tidak memiliki peran pada prestasi akademik anak remaja. Di masa tersebut remaja masih memerlukan keterlibatan ayah guna mendukung pencapaian prestasi akademik yang optimal di sekolah.

This study examined the relationship between academic achievement and father involvement among junior high school students. Academic achievement was measured by students’ official school records, whereas the father involvement was measured by the Father Involvement Scale (Reported) (Finley & Schwartz, 2004). The participants of this study were 263 8th grade junior high school students who have a father and encompassing the age between 13 and 15 years old.
The result of this study indicates that there is no significant relationship between academic achievement and father involvement among junior high school students (r = -.026; n = 263; p > 0,05, two-tailed). Furthermore, although the result of the study indicates no significant relationship between father involvement and academic achievement among junior high school students, but it does not mean that father does not have any role at all in student’s academic achievement, because during that period, adolescents still need father involvement in order to support the optimum academic achievement in their school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>