Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Ayu Wulandari
"ABSTRAK
Berkembangnya budaya konsumsi serta persaingan brand fesyen dalam
menarik konsumen menjadikan adanya kebutuhan akan ruang yang representatif
untuk memperkenalkan produknya. Tak jarang saat ini seorang perancang busana
bekerjasama dengan seorang arsitek khususnya dalam merancang sebuah event
space, yaitu ruang yang dirancang atau direncanakan sesuai tujuan yang ingin
dicapai dengan menghadirkan pengalaman-pengalaman diluar kebiasaan/rutinitas
yang biasa terjadi sehari-hari sehingga dianggap menjadi hal yang spesial atau
istimewa. Dalam penulisan skripsi ini saya ingin menelaah lebih lanjut bagaimana
sebuah event space yang dirancang oleh arsitek dapat menjadi media
penyampaian ide karya fesyen serta menghubungkan antara perancang busana
dengan konsumennya. Dengan kajian teori terkait fesyen dan arsitektur serta studi
kasus dua pagelaran busana kerjasama perancang busana dan arsitek, dapat
disimpulkan bahwa event space dapat menjadi media penyampaian ide karya
fesyen dengan menghadirkan pengalaman ruang terkait konsep karya fesyen
melalui indra, narasi, serta persepsi yang dapat disampaikan secara
eksplisit/harafiah maupun hanya sebagai trigger awal desain event space.

ABSTRACT
The consumerism and fashion brand competition in attracting consumers
call up the need of representative space to introduce their products. Not
infrequently, fashion designers work with architects, especially in designing an
event space, a temporal space that is designed or planned according objectives to
be achieved by presenting experiences that are different with common experiences
in everyday life, so considered to be a special case. By writing this essay I want to
examine how an event space designed by architect serves as a medium in
delivering fashion ideas, connecting fashion designer with their consumers. With
studies related to fashion and architectural theory and case studies of two fashion
runway designed by fashion designers and architects, it can be concluded that
event space can be a medium for delivering of fashion ideas by presenting spatial
experience related to the concept of fashion through the senses, narration, and
perceptions that can be delivered explicitly/literal or simply as initial trigger of
event space design."
2015
S60615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Pawitrasari
"Skripsi ini membahas penggandaan makna ruang yang terjadi pada ruang mal. Mal tidak hanya dimaknai sebagai ruang terjadinya kegiatan perdagangan saja, namun juga sebagai ruang terjadinya kegiatan catwalk. Hal ini terkait dengan kualitas ruang pada mal yang membentuk hubungan antara manusia, yaitu dilihat dan melihat, sehingga memicu manusia untuk tampil dalam atribut fesyen yang stylish.
Berfesyen merupakan cara bagi manusia untuk mengintimidasi ruang yang mereka jejaki. Fesyen sebagai tampilan luar manusia, dapat menggambarkan identitas manusia berdasarkan tingkat ekonomi, sosial, dan budaya. Semakin tinggi tingkatan ekonomi, sosial, dan budaya yang manusia punya, maka manusia semakin mempunyai kekuatan terhadap ruang yang dijejakinya.

This thesis discusses about doubling meaning of space that occurred at the mall space. Mall is not only defined as the occurrence of space commerce activities, but also as a space of catwalk events. This is related to the quality of space in malls that produce the relationship between humans, which is seen and see, leading them to appear in a stylish fashion attributes.
Wearing fashion is a way for people to intimidate their space. Fashion as the outer appearance of human, can describe human identity based on the level of economic, social, and cultural. The higher level of economic, social, and cultural that human have, the more she/he has the power of her/his space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Karisma
"

Dualisme sebagai elemen penting dalam kehidupan manusia (Caan, 2011) pada konteks kota diwujudkan dengan adanya perbedaan antara publik dan privat. Dalam konteks publik, dualisme kembali memecah komunitas—sekelompok manusia yang berinteraksi dalam suatu lokasi terus menerus (KBBI daring, 2020)—menjadi inside dan outside. Adanya lokasi yang digunakan membentuk attachment komunitas sehingga place tersebut berubah menjadi territory yang dilengkapi oleh physical and spatial boundaries. Perbedaan ini menimbulkan pertentangan antar-komunitas sehingga bagaimana manusia memersepsikan ruang terpengaruh dengan boundaries sesuai dengan posisi mereka dalam masyarakat. Akan dilakukan pembahasan mengenai persepsi dan dampak pertentangan dan boundaries dengan menggunakan studi kasus karya fiksi The Hunchback of Notre-Dame (1831) karya Victor Hugo yang memiliki banyak outside dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain yang selanjutnya akan dipersepsikan menggunakan The Body and the City (Steve Pile, 1996), The Image of the City (Kevin Lynch, 1960) dan The Poetics of Space (Gaston Bachelard, 1994). Pada studi ini, pembedaan inside-outside didasari oleh kondisi sosio-spasial kota. Didapatkan bahwa perilaku dan boundaries yang dibentuk inside sangat berpengaruh pada reaksi yang diberikan oleh outside. Faktor ini dengan mudah mendorong outside keluar baik dari place atau territory inside maupun tempat publik. Hal ini selanjutnya mempengaruhi bagaimana outside berinteraksi dengan ruang privat atau place personalnya. Boundaries dimunculkan baik sebagai pelindung atau pembatas outside yang secara dominan memunculkan disconnectedness diwujudkan dengan jarak yang bersifat vertikal (adanya perbedaan ketinggian). Hal ini mempengaruhi bagaimana outside berinteraksi dengan place privat atau personal mereka.


Dualism as an important aspect in human life (Caan, 2011) on a city scale is realized with a differentiation between public and private. In the public context, dualism then divides community—a group of people interacting on a certain location for a prolonged period (online KBBI, 2020)—into inside and outside. This location forms communities’ attachment, hence said location turned into their territory with its own physical and spatial boundaries. This differentiation causes conflict between communities and in turn affects how people perceive space is influenced by boundaries corresponding to their position in society. Discussion on how this conflict and boundaries affects perception will use a literary study case The Hunchback of Notre-Dame (1831) by Victor Hugo in which many of its characters acts as an outside with various background using The Body and the City (Steve Pile, 1996), The Image of the City (Kevin Lynch, 1960) and The Poetics of Space (Gaston Bachelard, 1994). On this study, inside-outside differentiation is based on a city’s existing socio-spatial condition. It is noted that behaviour and boundaries established by inside impacts heavily on the outside’s reaction. This factor easily pushes outside out from both inside’s territory and public space. Boundaries could be established to protect or alienate the outside that dominantly manifested by a vertical distance (distinction on height). This impacts how outside interacts with their private/ personal place.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Chanifah
"Skripsi ini membahas mengenai pengalaman ruang temporal threshold space yang dialami melalui proses melewati pintu. Ruang threshold dapat dihadirkan salah satunya pada area transisi bukaan, yang mana area ini biasanya ditempatkan sebuah pintu yang memiliki beberapa peran sebagai penghubung dan pemisah antar dua ruang. Tujuan penulisan skripsi ini untuk mengetahui keterkaitan antara bentuk ruang threshold dan peran pintu dengan pengalaman ambiguitas yang dihasilkan ketika dialami melalui proses melewati pintu (proses encounter). Dari studi kasus pada beberapa pintu di ruang transisi, didapat kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan antara bentuk ruang threshold dan peran pintu di ruang transisi dengan pengalaman ambiguitas yang dihasilkan.

This thesis discusses the experience of threshold space by experiencing through the process of passing through the door. One of the threshold spaces can be presented in the transition opening area, where this area has usually place a door that has several roles as a liaison and divider between the two spaces. The purpose of this thesis is to find out the relationship between the role of the door and shape of threshold space with the experience of ambiguity that is experiencing through the process of passing through the door in the transition area (encounter process). From the case study on several doors in the transition room, it can be concluded that there is a relationship between the role of the door and shape of threshold space in the transition room with the resulting ambiguity experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asiyah Rohmatun
"Gaya hidup yang terus berkembang mengakibatkan mode fesyen juga terus mengalami perkembangan. Perkembangan ini menjadikan pakaian tidak lagi sekedar untuk melingkupi tubuh, namun menjadikan pakaian sebagai salah satu cara untuk menunjukkan identitas diri seseorang. Dalam hal fesyen, berkembangnya mode fesyen berakibat pada bertambahnya koleksi pakaian dan aksesoris yang dimiliki seseorang, terutama wanita. Banyaknya koleksi pakaian dan aksesoris yang dimilki membuat perlu adanya penambahan ruang. Karena itu, closet hadir sebagai salah satu alternatif bagi manusia untuk menyimpan pakaian dan aksesoris lainnya.
Pada skripsi ini, untuk mengetahui bagaimana fesyen mempengaruhi perubahan ruang, penulis melihat proses hadirnya closet sebagai tempat penyimpanan pakaian yang dijabarkan secara menyeluruh sejak awal kemunculannya hingga saat ini. Dalam hal ini dilakukan studi komparasi terhadap gaya berpakaian pada beberapa masa dengan bagaimana closet berfungsi pada masa tersebut. Sehingga, dengan berubahnya kebutuhan manusia maka ruang yang dihadirkan juga akan berubah mengikuti kebutuhan manusianya. Dengan dilakukannya studi komparasi ini, terlihat bahwa terdapat keterkaitan antara perubahan fungsi ruang yang terjadi, dalam hal ini closet, dengan gaya hidup manusianya, khususnya gaya berpakaian, yang terus berkembang dan berubah.

Evolving lifestyle enables fashion to experience growth as well. This growth of fashion is not only making clothes to cover the body, but also as a way to show one's self-identity. In terms of fashion, the growth of fashion resulting high demand on collecting fashion apparel and accessories owned by a person, especially women. A large collection of clothes and accessories that they owned, lead to addition of clothing space. Therefore, the closet becomes one of alternatives for people to store clothes and other accessories.
In this thesis, to find out how the fashion effects the changes of space, writer seen through the emergence process of closet as clothes storage which will be thoroughly elaborates since its beginning up to now. In this case, writer conducted a comparative study between fashion and how the function of closet in some period of time. Thus, the findings show that the changing of human needs causing the space production. After all, it appears that there is a strong relationship between the changes of space function, which occurs in the closet and the fashion, which is constantly growing and changing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezkita Rasyid
"Utopia hadir sebagai bagian dari ruang imajinasi yang mensimulasikan ruang ideal dengan latar belakang ketidaksempurnaan dalam realita.  Kehadiran utopia dilengkapi dengan heterotopia, sebuah bentuk aktualisasi tempat dengan karakter ideal.  Heterotopia digambarkan sebagai sebuah konsep ruang merujuk pada simulasi utopia dapat termanifestasi sebagai representasi sehingga kehadirannya terlihat nyata. Media film mampu menangkap konsep utopia dan heterotopia, lalu mentranslasikannya dalam bentuk gambar bergerak yang menggambarkan realitas yang beriringan dengan ruang dan waktu.  Kemampuan pada film tersebut kemudian memunculkan simulacra, sebuah situasi saat realitas yang dilihat di media adalah realitas semu.  Akibatnya, perbedaan antara bagian original (asli) dan copy (imitasi) menjadi samar dan batasnya memudar.  Implementasi yang hadir pada film adalah penonton dapat melihat ruang sebagai sebuah realita.  Tujuan studi ini adalah melihat konsep utopia dan heterotopia melalui melalui simulasi dan hubungan original dan copy dalam film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe.  Film tersebut menghadirkan pada penonton sebuah ruang untuk masuk dan melarikan diri ke dalamnya sebagai sebuah ruang bersifat utopia.  Sehingga dari potensi tersebut, dapat terlihat bahwa peran media sangat besar dalam mencerminkan ide ruang utopia dalam simulacara.

 


Utopia exist as a part of imagination realm that simulated an ideal space with imperfect reality background.  The idea of utopia as an ideal space is also related to heterotopia, a space used to describe the idea of utopia.  Heterotopia can be seen as the physical form of utopia condition.  Utopia can be visualized through film as a media and can manifest the idea of utopia and heterotopia then translate it into a sequence of images that picture reality in different time and space.  The ability of film as a media to present utopia in a space is connected simulacra.  In media, simulacra often showed as a duplication of the reality and people believe what they see instead of the existing facts, or what it’s called as a fake reality.  As a result, the distinction between the original and the copy starts to blur.  The implementation that came with the result is, the viewer could see the space in film as a reality.  Because of the implementation, the purpose of this study is to capture the concept of utopia and heterotopia through the simulation and its relation to the original and the copy.  This study also shows how the media could reflect the idea of utopia in space and heterotopia inside simulacra.  This research leads to how The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe could reflect the idea of utopia within it spaces and how it copies the reality in real world and turns it into a simulation.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butar Butar, Siska
"Telinga adalah bagian dari indera yang membentuk persepsi ruang melalui proses mendengar. Mendengar terdiri dari berbagai tahapan dalam pembentukan interpretasi akan informasi yang didengar. Mendengar terdiri dari mengumpulkan sumber suara, klasifikasi suara, dan pergeseran perhatian akan suara. Proses mendengar sendiri memiliki hubungan dengan indera lain, terutama visual. Visual menjadi alat untuk melihat gerak dan event dalam ruang. Kumpulan informasi dari seluruh indera tersebut dapat membentuk pemahaman akan lingkungan di sekitar manusia.
Pemetaan digunakan untuk melihat cara kerja suara dan menghubungkan suara dan visual dalam pemahaman ruang. Metode soundwalk digunakan dalam mengambil rekaman suara yang dipadukan dengan pengambilan gambar dan rekaman video. Ketiga cara ini digunakan untuk melihat suara, relasi suara dan visual, serta keberadaan suara dan visual bersamaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa suara dan visual memiliki hubungan untuk dapat saling terhubung dan saling bertemu dalam gerak, event, dan ruang. Sehingga suara dan visual memiliki hubungan yang saling terkait dalam memperkaya pengalaman ruang.

Hearing is one of human senses which shapes our perception of space through process of listening. Listening consists of different stages that create interpretation of information from listening process. This stages composed of collecting sound sources, classification of sounds, and shifting our attention on sounds. Process of listening is related to other senses, particularly visual sense. Visual becomes a tool to observe movement and event in space. Accumulation of information can shape our understanding on the surrounding environment.
Mapping is used in order to reveal the mechanism of sounds and connect sound with visual. Soundwalk, is utilized as a method to record sounds in combination with photograph and video recording. This methods is used to explore sound, link sound with visual input, and to perceive sound and visual simultaneously. The analysis shows that sound and visual can affect each other and connect in movement, event, and space. Thus exploration of the connection of sound and visual is essential on enriching our understanding on spatial experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Anugrah Wicaksono
"Eksplorasi dalam menghadirkan pengalaman ruang di dunia arsitektur semakin beragam, termasuk penggunaan elemen seni rupa untuk membentuk pengalaman yang tercipta dari ruang visual dua dimensi. Begitu pula psychedelic art, salah satu outsider art yang berkembang dari pengalaman distorted reality dibawah pengaruh halusinogen, merupakan lini seni rupa yang berpotensi munculkan pengalaman unik dalam keruangan.
Penulisan ini mencari tahu sejauh apa psychedelic art memunculkan pengalaman ruang berdasarkan indra penglihatan. Membandingkan ruang visual psychedelic art dan ilustrasi realis yang ditampilkan pada responden terkait teori pengalaman ruang, persepsi visual, juga teori mengenai estetika. Diketahui bahwa psychedelic art berpotensi memberikan pengalaman ruang unik dengan mempengaruhi cara kerja mata terkait nilai psikis tiap individu. Psychedelic art berpotensi memunculkan pengalaman ruang yang lebih dalam.

Exploration of bringing out spatial experience in the architecture discipline is becoming more variant, including the use of artistic elements in producing the two dimensional visual space experience. This applies to psychedelic art as well, one of the outsider art that develops from the experience of distorted reality under the influence of hallucinogen, which is an art style that has the potential of bringing up a unique spatial experience.
This writing focuses on finding out the extent of effects of psychedelic art on spatial experience based on visual sense. Comparing visual space of psychedelic art and realist illustration displayed to the respondent related to the theory of spatial experience, visual perception, and also aesthetics. It is known that psychedelic art has the potential of bringing out unique spatial experience by affecting the performance of the eye related to the psychological aspects of each person. Psychedelic art has the potential to give a deeper spatial experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Ika Putri
"Di masa kini, museum di Indonesia semakin sepi akan pengunjung. Hal ini terjadi karena museum hanya dijadikan tempat untuk menampilkan dan menyimpan data/catatan/artifak peninggalan sejarah maupun kebudayaan manusia. Terutama di museum sejarah yang kurang berhasil menggugah dan menarik perhatian pengunjung museum. Unsur pengguggahan dan pengalaman ruang menjadi begitu penting dalam museum sejarah, karena sejarah dianggap sebagai topik yang membosankan dan tidak dialami secara langsung oleh pengunjung museum.
Skripsi ini membahas bagaimana display mampu menimbulkan pengalaman ruang yang mempengaruhi keseluruhan indera, dengan tujuan menceritakan kembali sejarah. Untuk mengkaji hal ini, dilakukan kajian literatur serta studi kasus, dengan membandingkan dua museum sejarah, sehingga diperoleh data terkait display yang lebih menarik di museum sejarah. Dari kajian ini, penulis menyimpulkan bahwa display yang mempengaruhi seluruh indera manusia merupakan display setting yang mampu menciptakan pengalaman ruang bagi pengunjung museum sejarah.

Museums in Indonesia become less attractive to citizens. This case happens because museums only publicly displaying and keeping the datas/artefacts. Especially in museum of history, museum failed to entertain visitor while telling the history. Entertainment and spatial experience aspect become important because history is boring and uninteresting subject to citizen, and also subject that citizens experience indirectly.
This thesis studies about how does display able to create spatial experience that affect all human senses in telling the history. Literature and comparative study between two case studies, which is two museums of history, are conducted in order to obtain informations about a more interesting display in telling history. In this study, writer concludes, display that affect all human senses is a display setting that can successfully create spatial experience for museum of history visitors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Mahdi
"Komunitas penggemar musik berisikan para penikmat musik yang berasal dari berbagai kalangan sudah banyak hadir di dalam kehidupan sosial. Tidak terkecuali bagi mereka yang menggemari suatu musisi ataupun grup musik tertentu, yang bermula dari kesukaan akan warna musik yang dibawakan sehingga berpengaruh pada rasa yang lebih terhadap musisi tersebut. Skripsi ini menggambarkan bagaimana pola interaksi yang mereka lakukan antar sesama individu dalam komunitas maupun dengan ruang tempat diadakannya kegiatan, yang berujung pada pembentukan ruang yang tercipta saat melakukan berbagai kegiatan. Kemudian bagaimana elemen-elemen yang ada pada ruang yang dapat mendukung keberlangsungan acara. Hal ini terkait dengan batasan ruang dengan standar kenyamanan yang dimiliki masing-masing individu serta pengalaman yang ada pada ruang.

There are many music fanbase which consists of every music fans in community that exist in social life. It is also happened for musician or music bands, who made a music composition, then heard by people and soon become fans whatever the genres of music that the musician or bands brought. The people in fanbase usually create a gathering event to bring them closer. This thesis describes the creation of space in the interaction between the people in fanbase, and between them with the place for their activities. However, the effect of spatial elements can’t be forgotten to support them on every activities they do. All of this related to their boundaries for each other, their comfort zone, and the spatial experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>