Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67081 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ghaazi Azzuhdi
"Middle east respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) telah menjadi wabah saat ini, infeksi MERS-CoV menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pencernaan, bahkan menyebabkan kematian dengan rata-rata kematian yang disebabkan infeksi MERS-CoV mencapai 50%. Sampai saat ini belum ditemukannya vaksin atau obat yang efektif untuk mengurangi infeksi MERS-CoV. papain-like protease (PLpro) bertanggung jawab untuk melepaskan potein nonstruktual yang berperan penting dalam proses pematangan virus. Dengan menginhibisi papain-like protease (PLpro) dengan suatu ligan, akan menghambat proses pelepasan protein nonstruktural, sehingga mengurangi infeksi yang diakibatkan oleh virus MERS-CoV.
Melalui studi bioinformatika dengan metode molecular docking dan melalui analisis drug scan, didapatkan inhibitor berbasiskan senyawa peptida siklis komersial yang dapat berikatan dengan PLpro dan mengurangi proses infeksi yaitu Aldosterone Secretion Inhibiting Factor (1-35) (bovine). Melalui analisis molecular dynamics, inhibitor ini stabil dalam tubuh baik dalam keadaan normal (310 K) dan keadaan demam (312 K), sehingga senyawa Aldosterone Secretion Inhibiting Factor (1-35) (bovine) berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat terbarukan MERS-CoV.

Middle east respiratory syndrome (MERS-CoV) has become the current outbreak, MERS-CoV infection results in illness in respiratory system, digestive, and even lad to death with an average mortality caused by MERS-CoV infection reaches 50%. Until now no effective vaccine or drug to ward off MERS-CoV infection. Papain-like protease (PLpro), is responsible for cleavage of nonstructural potein that is important for viral maturation. Inhibition the papain-like protease (PLpro) with a ligand will block the cleavage process of nonstructural protein, thus reduce the infection of MERS-CoV.
Through of bionformatics study with molecular docking, molecular dynamics and drug scan analysis, Aldosterone Secretion Inhibiting Factor (1-35) (bovine) was obtained as a inhibitor of commercial cyclic peptide, it can inhibit the papain-like protease (PLpro) and reduce infection process. With molecular dynamics analysis, this inhibitor was stable at normal body temperature (310 K) and fever temperature (312 K), with the result that Aldosterone Secretion Inhibiting Factor (1-35) (bovine) has a potential as novel candidate drug.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Husein Alkaff
"Ebola Hemorrhagic Fever (EHF) merupakan wabah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari genus Ebolavirus. Zaire ebolavirus (EBOV) merupakan spesies dari genus Ebolavirus yang paling mematikan dengan case fatality rate sebesar 76% (CI 95%). Sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi EHF. Salah satu target terapi yang belum banyak dikembangkan adalah antiviral berbasis inhibitor N-terminal heptad repeat glycoprotein-2 ectodomain (NHR GP2 ectodomain). GP2 ectodomain adalah glikoprotein yang memiliki peran penting dalam proses masuknya EBOV ke dalam sitoplasma sel melalui mekanisme endositosis.
Pada penelitian ini, dilakukan penapisan terhadap peptida siklis komersial terkonjugasi peptida protein Human Immunodeficiency Virus type 1 Trans-activator of transcription (HIV-1 tat) sebagai inhibitor EBOV NHR GP2 ectodomain melalui analisis in silico. Penapisan dilakukan terhadap peptida siklis yang berasal dari perusahaan kimia yang merupakan produsen peptida tersebut. Konjugasi dengan peptida protein HIV-1 tat bertujuan agar peptida siklis komersial dapat terakumulasi di endosom.
Penambatan molekul dan dinamika molekul dilakukan untuk menentukan ligan dengan kemampuan inhibisi terbaik. Prediksi sifat farmakologi ligan juga dilakukan untuk mendapatkan kandidat obat terbaik. Berdasarkan tahapan penapisan tersebut, ligan 023 diketahui memiliki potensi sebagai kandidat obat terbaik. Ligan ini perlu untuk diuji lebih lanjut pada analisis in vitro, in vivo, hingga tahap uji klinis agar ligan dapat menjadi obat untuk terapi infeksi virus Ebola.

Ebola Hemorrhagic Fever (EHF) is a disease caused by viruses from genus Ebolavirus. Zaire ebolavirus (EBOV) is the deadliest species from genus Ebolavirus which has 76% (CI 95%) case fatality rate. Up until now, there are no U.S. Food and Drug Administration (FDA) approved vaccines or drugs to treat EHF. Antiviral based on N-terminal heptad repeat glycoprotein-2 ectodomain (NHR GP2 ectodomain) inhibitor is one treatment that has not well developed. GP2 ectodomain is glycoprotein which has important role in the process of EBOV entry into cell through endocytotic mechanism.
In this study, the screening of commercial cyclic peptide conjugated to protein peptide Human Immunodeficiency Virus type 1 Trans-activator of transcription (HIV-1 tat) as inhibitor of EBOV NHR GP2 ectodomain thourgh in silico analysis was done. The screening was done to cyclic peptide from the selected chemical company. Conjugation of cyclic peptide to peptide HIV-1 tat was done in order to accumulate the peptide inside the endosome. Molecular docking and molecular dynamics was done to select the peptides which have the best inhibition propeties.
Prediction of pharmacological properties of the peptides was done to choose the best drug candidate. The result of screening porcesses shows that ligand 023 has highest potency as drug lead. The ligand needs to undergo futher analysis in in vitro, in vivo, and clinical trial to ensure that this ligan can act as drug for Ebola virus infection.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Cindy
"Benincasa hispida (Bligo) dilaporkan memiliki senyawa aktif yang dapat menghambat kerja enzim α-glukosidase dan berperan sebagai terapi pengobatan diabetes melitus. Pada penelitian ini dilakukan penapisan kimia, uji inhibisi ekstrak daun dan batang bligo terhadap aktivitas enzim α-glukosidase dengan menggunakan substrat p-NPG serta uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Berdasarkan hasil uji penapisan fitokimia pada ekstrak metanol, baik dari daun maupun batang bligo, keduanya menunjukkan hasil positif terhadap adanya kandungan alkaloid, fenol, karbohidrat, dan steroid.
Hasil positif terhadap kandungan ninhidrin dan saponin terdapat pada pada ekstrak batang. Kondisi optimum pengukuran aktivitas α-glukosidase adalah dengan konsentrasi α-glukosidase sebesar 0,3 unit/mL dan konsentrasi substrat p-NPG 5 mM, yang diukur pada pada panjang gelombang 402 nm. Pada pengujian daya inhibisi terhadap aktivitas enzim α-glukosidase dari berbagai fraksi sampel daun dan batang digunakan variasi konsentrasi 150, 250, 500, 750, dan 1000 ppm.
Daya inhibisi terbesar terdapat pada fraksi etil asetat, baik untuk daun maupun batang, dengan konsentrasi 1000 ppm yaitu masing-masing sebesar 80,42 % dan 66,32%. Pengujian aktivitas antioksidan memberikan nilai IC50 terkecil untuk daun yaitu pada fraksi air sebesar 619,71 ppm, sedangkan untuk bagian batang yaitu pada fraksi etil-asetat sebesar 1350 ppm.

Benincasa hispida (Bligo) was reported to have active compounds that can inhibit α-glucosidase’s activity and act as therapeutic agent for diabetes melitus. In this study, phytochemical screening, inhibition assay of bligo leaf and stem extract against enzyme α-glucosidase activity was carried out using p-NPG as subtrate. Antioxidant activity assay was carried out using DPPH method. Based on the results of phytochemical screening test on either metanol extract of leaf and stem, both showed positive results for the presence of the content of alkaloids, phenols, carbohydrate, and steroid.
The positive result of the content of free aminos and saponin presence in stem extract. The optimum measurement conditions α-glucosidase activity present in the α-glucosidase concentration of 0.3 units /mL, P-NPG substrate concentration of 5 mM, and measured at wavelength of 402 nm. In inhibition test against α-glucosidase enzyme activity made various concentrations 150, 250, 500, 750, and 1000 ppm.
The greatest inhibition found in ethyl acetate fraction both for leaf and stem extract at a concentration of 1000 ppm, which are 80,42 % and 66,62% respectively. Antioxidant evaluation gives IC50 value with the smallest in extract water for leaf (619, 71 ppm) while for the stem is in ethyl-acetate fraction (1350 ppm).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Marwati
"Penentuan stoikiometri senyawa koordinasi M: L: L? dilakukan dengan metode perbandingan mol melalui dtia pendekatan, yaitu penambahan L? ke datam senyawa koordinasi (ML2)2 dan penambahan L ke dalam (ML?2)2+, dimana L = 2,2?-bipiridin (bpy) atau 2,9-dimetil-1, 10- fenantrolin (dmfen) dan L? = 4,4?-bipiridin (bpy?) serta M = Fe(II), Co(II), atau Ni(ll). Diperoleh kesimpulan yang sama, yaitu stoikiometri senyawa koordinasi M : L : L? = 1: 2 : 1 dan 1 : 2 : 2 untuk ke tiga ion logam. Berdasarkan stoikiometri tersebut disintesis senyawa koordinasi (ML2)2+ dan (ML2 L?2)2+ seria dikarakterísasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan JR. Kristal [ML2 ]2+ dan [ML2 L?2 ]2+ yang diperoleh umumnya berbentuk butiran halus dengan warna yang bervariasi.
Spektra UV-Vis untuk ketiga ion logam dengan ligan 2,2?-bipiridin menunjukkan kemiripan, yaitu adanya pergeseran batokromik ligan terkoordinasi terhadap ligan bebas di daerah ultraungu dan transisi d-d di daerah tampak. Pada senyawa koordinasi [Fe(bpy)2]2+ terjadi transisi Metal to Ligand Charge Transfer (MLCT) pada Å, = 522 nm dengan nilai t= 4494 M?1cm1. Adanya MLCT mengindikasikan senyawa koordinasi [Fe(bpy) 2 ]2+ spin rendah. Transisi ini tidak terjadi pada senyawa koordinasi [Fe(dmfen) 2 ]2. Begitu juga dengan senyawa koordinasi Co(ll) dan Ni(ll) dengan ligan 2,2?-bipirjdjn dan 29-dímeN-1,1O-fenantrolin tidak menunjukkan adanya MLCT di daerah tampaic dan transisi d-d umumnya tidak teramati dengan jelas.
Senyawa koordinasi [Co(dmfen)2} dan [Ni(dmfen) 2 ]2 menunjukkan kemiripan, yaltu antara spektrum ligan bebas dan ligan terkoordmnasí tidak menunjukkan pergeseran panjang gelombang walaupun e berubah. Sedangkan [Fe(dmfen) 2 ]2 menunjukkan pergeseran batokromik dan hipsokromík ligan terkoordinasi terhadap ligan bebas secara simultan. Substitusi ligan jembatan 4,4?-bipiridin pada senyawa koordinasi [ML2 ]2+ mengakíbatkan pergeseran puncak serapan dan perubahan absorbansi di UV-Vis. Spektrum IR menunjukkan pergeseran pada serapan karbon aromatís dan karbon-nitrogen serta adanya serapan baru pada daerah 200-400 cm-1 yang merupakan serapan khas dan vibrasi M-N yang membuktikankan senyawa koodínasi sudah terbentuk. Data serapan dan vibrasi M-N mengindikasikan senyawa koordinasi [FeL2L?2=]2+ spin rendah dan [CoL2L?2]2+ serta [NiL2L?2]2 spin tinggi. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T4388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnanda Nuriskasari
"Perkembangan industri yang pesat dalam era globalisasi memberikan dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif industri yaitu limbah dari proses produksi yang menggunakan bahan-bahan kimia, seperti 4-Nitrofenol (4-NP). Salah satu penanganan terhadap limbah 4-NP adalah mereduksi senyawa tersebut menjadi 4-Aminofenol (4-AP). Reaksi reduksi tersebut membutuhkan bantuan katalis zeolit termodifikasi CuO dan Cu (zeolit@CuO dan zeolit@Cu) dengan reduktor NaBH4. Keberhasilan proses reduksi dibuktikan dengan hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis yang menunjukkan penurunan absorbansi senyawa ion 4-Nitrofenolat pada panjang gelombang maksimum, λmaks 400 nm dan peningkatan absorbansi senyawa 4-Aminofenol pada λmaks 300 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit@CuO memiliki aktivitas katalitik yang lebih baik dibandingkan dengan zeolit@Cu. Zeolit@CuO memiliki aktivitas katalitik terbaik pada berat 50 mg dan waktu reaksi selama 15 menit dengan persen reduksi 97,71% untuk 8,6x10-5 M larutan 4-NP. Sedangkan, zeolit@Cu memiliki aktivitas katalitik terbaik pada berat 25 mg dan waktu reaksi selama 30 menit dengan persen reduksi sebesar 70,7 % untuk 8,6x10-5 M larutan 4-NP. Tetapan laju reaksi reduksi 4-NP dengan katalis zeolit@CuO diperoleh 3,43x10-1 menit-1, sedangkan tetapan laju reaksi reduksi dengan katalis zeolit@Cu diperoleh 6,43x10-2 menit-1.

As the growth of industries in globalization era rising quickly, it give positive and negative impacts. One of the negative impacts is the waste occured from production process that using chemicals, such as, 4-Nitrophenol (4-NP). 4-NP can be reduced to 4-Aminophenol (4-AP) to handle the waste. The reductions process need catalyst zeolite modified by CuO and Cu (zeolite@CuO and zeolite@Cu) with NaBH4 as the reductor. The success of reductions are proved by UV-Vis spectrophotometry characterizations which show the decrease of 4-Nitrophenolate ion absorbance at maximum wavelenght, λmax 400 nm and the increase of 4-Aminophenol absorbance at λmax 300 nm.
This experiment shows zeolite@CuO has better catalytic activity than zeolite@Cu. Zeolite@CuO’s best catalytic activity is at 50 mg, reacts in 15 minutes with 97.71% reduction percentages for 8,6x10-5 M 4-NP solution. Meanwhile, zeolite@Cu’s best catalytic activity is at 25 mg, reacts in 30 minutes with 70.7% reduction percentages for 8,6x10-5 M 4-NP solution. 4-NP reduction rate constant with zeolite@CuO catalyst is 3,43 x 10-1 minute-1, while with zeolite@Cu catalyst is 6,43 x 10-2 minute-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pristi Amalia Nurcahyani
"Material untuk penyerapan fosfat secara selektif disintesis menggunakan metode ion imprinted polymer, dengan kitosan sebagai bahan dasar utama. Untuk meningkatkan daya adsorpsi kitosan, maka dilakukan modifikasi kitosan menggunakan anhidrida suksinat, yang kemudian dikomplekskan dengan Fe(III). Fe(III)-kitosan suksinat dikontakkan dengan fosfat sehingga terbentuk kompleks cetakan-polimer, yang selanjutnya diikat silang menggunakan MBA untuk menstabilkan situs aktif yang terbentuk. Cetakan kemudian dielusi menggunakan KOH 1,0 M, dengan tujuan terbentuknya rongga bagi masuknya ion fosfat.
Keberhasilan sintesis IIP terkonfirmasi menggunakan FTIR dimana terjadi penambahan puncak serapan gugus baru, yaitu karbonil (1750-1600 cm-1), amida (1600-1500 cm-1), fosfat (1100-1000 cm-1), dan ikatan Fe-O (650-400 cm-1). Selain itu, meningkatnya Tm pada hasil DSC menunjukkan adanya penambahan ikatan dan mengindikasikan keberhasilan sintesis, sehingga modifikasi kitosan ini menghasilkan naiknya sifat kestabilan termal yang dibuktikan dengan hasil pengamatan TGA dimana pada rentang suhu yang sama (30-500°C), material baru belum terdekomposisi sempurna.
Hasil karakterisasi dengan SEM-EDX menunjukkan bahwa pengompleksan dan pengelusian fosfat berhasil dilakukan, dimana terkonfirmasi dengan munculnya unsur Fe dan P dan berkurangnya persen atom P setelah dilakukan elusi. Adsorben yang disintesis diuji sifat adsorpsi serta elusinya, dan diperoleh persen adsorpsi sebesar 87.55% dan persen elusi sebesar 85.1%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adsorben dapat menyerap fosfat dengan baik dan fosfat yang sudah teradsorpsi dapat dilepaskan kembali menggunakan basa.

Material for selective phosphate adsorption was synthesized using ion imprinted polymer method, with chitosan as the raw material. In order to increase the adsorption ability of chitosan, chitosan has been modified using succinic anhydride to form chitosan-succinate, subsequently formed complex using Fe(III). Phosphate was added to Fe(III)-chitosan succinate to form template-polymer complex, then it was cross-linked by using MBA. Moreover, the template was leached using KOH 1,0 M to form the cavity for phosphate ion.
The result of IIP was confirmed using FTIR which occur new absorption peaks of functional groups, such as carbonyl (1750-1600 cm-1), amide (1600-1500 cm-1), phosphate (1100-1000 cm-1), and Fe-O bond (650-400 cm-1). In addition, the increased of Tm on the DSC result showed there was some addition of bonds and indicate the success of synthesis, so that the modification of chitosan increases the thermal properties. It was proven furthermore by TGA thermogram in which at the same temperatur range (30-500°C), the new material not decomposited at all.
SEM-EDX data showed that the complexation and leaching process were success, which confirmed by measuring the Fe and P elements, also the P element atomic percent was decrease after leaching. The synthesized adsorbent was tested the adsorption and desorption properties, and the percent adsorption was 87.55% and percent desorption was 85.1%. These values indicate that the adsorbent can adsorbs phosphate well, and the phosphate can be released using base.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni Hidayati
"α-Glukosidase memiliki peranan dalam mengkatalisis reaksi pemecahan karbohidrat menjadi glukosa pada usus halus manusia. Adanya penghambatan terhadap enzim ini dapat menimbulkan efek hipoglikemik pada penderita Diabetes Melitus (DM). Penggunaan tanaman obat merupakan salah satu alternatif pengobatan diabetes mellitus. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa ekstrak tanaman Beligo (Benincasa hispida) memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim α-Glukosidase cukup kuat. Penelitian ini bertujuan memperoleh ekstrak biji Beligo dari fraksi teraktif untuk diidentifikasi dan ditentukan kinetiknya.
Hasil penelitian menujukkan bahwa ekstrak biji Beligo pada fraksi interface (lapisan diantara fraksi etil asetat dan air) memiliki daya inhibisi tertinggi yaitu 42,18 %. Spectrum IR dari fraksi hasil kromatografi kolom menunjukkan adanya gugus C=O, C-H, dan O-H yang terkandung dalam komponen aktif ekstrak biji Beligo tersebut. Parameter kinetik enzim ini memiliki nilai Km sebesar 2,9 mM dan Vmaks sebesar 3,3. Jenis penghambatan ekstrak biji Beligo terhadap aktivitas α-Glukosidase bersifat reversible- nonkompetitif.

α-Glukosidase having role in reaction catalyzes the breakdown of carbohydrates into glucose on the intestines smooth man. The inhibitory against this enzyme inflicts effect hipoglikemik in people with dm. The use of medicinal plants is one an alternative the treatment of Diabetes Melitus(DM). Research previous been reported that plant extracts beligo ( Benincasa hispida ) having ability inhibits the activity of enzymes α-Glukosidase strong enough. This research aims at obtaining seed extract for more active fraction of Beligo identified and determined kinetic.
The research suggests that beligo seeds extracts on interface fraction have an inhibition highest namely 42,18 %. Spectrum IR of a fraction results column chromatography show C= O, C-H, and O-H contained in active component an extract of seeds beligo. Parameters a kinetic enzyme having value Km by 2.9 mm and Vmaks of 3.3. A type of enzyme inhibition of work α-Glukosidase is inhibitory reversible- noncompetitive.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Ayu Pratiwi
"Limbah logam berat telah menjadi masalah serius bagi lingkungan dan kesehatan. Keberadaaan bentonit yang cukup melimpah di Indonesia serta kemampuannya sebagai adsorben dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi bentonit alam Jambi dengan monosodium glutamat menjadi organobentonit menggunakan metode interkalasi. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) Na-bentonit ditentukan dengan metode kompleks [Cu(en)2]2+, diperoleh sebesar 35,53 mek/ 100 g bentonit. Sintesis organobentonit dilakukan dengan menambahkan larutan monosodium glutamat dalam buffer asetat pH 3,22 agar monosodium glutamat terbentuk muatan positif (NH3+) yang dapat berinteraksi dengan permukaan antarlapis bentonit yang bermuatan negatif, serta terbentuk muatan negatif (COO-) yang dimanfaatkan untuk mengikat ion logam.
Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukkan kenaikkan basal spacing dalam bentonit dari 14,198 Å menjadi 14,669 Å. Organobentonit ini diaplikasikan sebagai adsorben ion logam berat kadmium dan kobalt dengan kapasitas yang dicapai pada waktu optimum selama 2 jam sebesar 44,70 mek/ 100 g organobentonit untuk ion logam Cd2+, sedangkan untuk ion Co2+ di atas 56,40 mek/ 100 gr organobentonit. Kapasitas adsorpsi organobentonit terhadap ion logam lebih besar daripada bentonit alam.

Heavy metal waste has become a serious problem for the environment and health . The existence of bentonite which is relatively abundant in Indonesia and its ability as an adsorbent can be used to resolve the issue. In this research, will modify of Jambi bentonite with monosodium glutamate be organoclay by intercalation method . Cation exchange capacity (CEC) of Na-bentonite was determined by complex [Cu(en)2]2+method and was found to be 35.53 meq/ 100 grams of bentonite. Organoclay was prepared by adding monosodium glutamate in acetate buffer pH 3.22 in order to form a positive charge monosodium glutamate (NH3+) that can interact with negative charge of the bentonite interlayer surface, and formed a negative charge (COO-) were used to bind metal ions.
Result of characterization by XRD showed an increase the basal spacing in bentonite from 14. 198 Å into 14.669 Å . This Organoclay is applied as adsorbent of heavy metal ions of cadmium and cobalt with the capacity achieved at the optimum time for 2 hours at 44.7 mek /100 g bentonit for metal ions Cd2+, while more than 56.4 mek /100 g bentonit for metal ions Co2+. Organoclay has higer adsorption capacity of metal ions than the natural bentonite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Kusumo Adi Buwono
"Akibat pembangunan serta eksploitasi alam secara besar-besaran ekosistem mengalami perubahan suhu secara dramatis dari tahun ketahun, suhu permukaan bumi, dan ketinggian permukaan air laut mengalami peningkatan akibat terjadinya pemanasan global. Adaptasi terhadap perubahan yang terjadi hams terus dilakukan, dalam hal ini standar yang berlaku dalam perencanaan strukturjalan. Elemen-elemen yang ada harus di kaji kembali dalam kurun waktu tertentu guna mendapatkan penyesuaian terhadap perubahan. Perkembangan teknologi dalam meningkatkan kinerja perkerasan jalan makin pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai macam inovasi dalam meningkatkan mutu perkerasan jalan, seperti penggunaan material aspal dengan jenis yang telah disempurnakan, perbaikan sistemasi dalam peningkatan efisiensi pekerjaan jalan, serta penggunaan bermacam material aditif. Pada dasamya teknologi serta material yang baik akan menjadi buruk apabila tidak dilaksanakan dengan metode pengerjaan yang tepat, mutu perkerasan dapat turun dengan drastis apabita terjadi kesalahan dalam pekerjaan lapangan. Jenis perkerasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkerasan lentur (flexible pavement) dengan lapis aspal beton (laston) II dan laston IV sebagai perbandingan. Laston adalah suatu lapisan pada konstruksijalan,yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat gradasi menerus, dicampur, dihampar, lalu dipadatkan dalam keadaan panas dengan suhu tertentu, sedangkan campuran no. II adalah gradasi agregat yang digunakan. Campuran no.II adalah campuran yang memiliki struktur gradasi/tekstur agregat kasar yang memiliki nilai stabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang lain. Aspal yang digunakan terdiri dari dua jenis aspal penetrasi 60/70 milik Pertamina dan aspal SuperPhalt, sedangkan agregat yang digunakan berasal dari AMP Cikunir milik PT. Hutama Karya dengan Quarry berasal dari Sudamanik. Hasil penelitian ini adalah pengaruh penggunaan aspal superphalt yang menggunakan laston II dan laston IV (sebagai reference) dibandingkan dengan menggunakan aspal Pertamina penetrasi 60/70, yang suhu perendaman divariasikan dengan rentang 60-80°C dengan interval 15°C sehingga didapatkan hubungan antara, stabilitas, kelelehan, dan kekakuan (MQ) dari campuran terhadap perubahan suhu perendaman. Berdasarkan hasil pengujian kenaikan temperatur perendaman menyebabkan stabilitas menjadi lebih menurun. Hal ini disebabkan semakin naiknya temperatur, maka kemampuan aspal untuk mengikat agregat menjadi lemah, ditandai dengan kekentalan aspal menjadi berkurang. Untuk laston II kemampuan campuran bertahan terhadap perubahan temperatur, iebih karena gaya mengunci antara agregat kasar, dan dengan kadar aspal yang sedikit kelelehannya menurun seiring pertambahan temperatur, berbeda dengan laston IV yang kelelehannya makin meningkat karena jumlah kadar aspalnya yang lebih banyak. Kenaikan temperatur pada rentang (60°-80°C) mengakibatkan penurunan stabilitas pada laston II (aspal Pertamina) sebesar _40,6% dan pengaruh penggunaan aspal Superphalt pada campuran laston II hanya meningkatkan stabilitas sebesar _7,8%. Jika dibandingkan dengan laston IV (aspal Pertamina) laston II stabilitasnya lebih tinggi _8,2% dan pengaruh penggunaan aspal Superphalt penggunaan aspal Superphalt hanya meningkatkan stabilitas sebesar _5,8% pada laston IV."
2005
S35125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipin Aripin
"Biomassa merupakan energi alternatif yang dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis energi di Indonesia Torefaksi adalah proses pirolisa lambat tanpa oksigen yang memiliki rentang suhu 225 325oC Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh torefaksi terhadap distribusi ukuran partikel biomassa kemudahan biomassa menyerap moisture content dan kekerasan dari pellet biomassa yang berasal dari bagas tebu Bagas tebu merupakan hasil samping dari pertanian yang pemanfaatannya masih terbatas Analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik tiap biomassa adalah daya serap moisture content dari biomassa distribusi ukuran partikel dan Brinell Hardness Semakin tinggi suhu torefaksi mengakibatkan semakin mudah biomassa di reduksi ukuran dengan persentase ukuran partikel kurang dari 125 m sebesar 43 55 pada suhu 325 C Torefaksi juga mengakibatkan kemampuan biomassa menyerap moisture content semakin kecil Pada suhu 325 C kandungan moisture content sebesar 2 92 Seiring kenaikan suhu torefaksi biomassa semakin sulit menyerap moisture content Namun torefaksi menyebabkan sifat kekerasan Hardness pellet biomassa rendah Kenaikan suhu torefaksi menyebabkan sifat kekerasan Hardness pellet biomassa semakin rendah dengan nilai tertinggi pada pellet biomassa tanpa torefaksi sebesar 1 20 kg mm2.

Biomass is an alternative energy that could become one of solution to overcome energy deficit in Indonesia Torrefaction is the process of slow pyrolysis without oxygen has a temperature range of 225 325oC The purpose of this research was to determine the influence on ease of torefaction of the particle size distribution of biomass biomass easily absorb moisture content and hardness of the pellet biomass derived from sugarcane bagasse Baggase a by product of agriculture which utilization is still limited Types of analysis to characterize the biomass as a result of torrefaction are absorptive capacity of the biomass moisture content particle size distribution and Brinell Hardness The higher temperatures result in more easily with the size reduction of biomass in the percentage of particle size less than 125 m was 43 55 at a temperature of 325 C Torrefaction also resulted in the ability to absorb moisture content of biomass is getting smaller At temperatures of 325 C the content of moisture content of 2 92 As the temperature rises biomass is increasingly difficult to absorb moisture content But the torrefaction of biomass pellets causes the hardness decreases Rising temperatures cause the hardness properties hardness the lower biomass pellets with high scores on biomass pellets of 1 20 kg mm2 "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>