Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ijang Awaludin
"Mahasiswa cenderung memiliki banyak kesibukan, baik kesibukan akademik maupun kesibukan non akademik, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor penyebab terjadinya stres yang dikenal dengan stres akademik. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos di wilayah Jakarta (mahasiswa Universitas Indonesia) dan Bogor (mahasiswa Institut Pertanian Bogor) sebanyak 89 orang dengan menggunakan teknik total sampling, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat stres akademik yang terjadi pada mereka dengan menggunakan instrumen penelitian Academic Stress Scale (ASS). Penelitian ini dilakukan dengan analisis penelitian deskriptif dan menggunakan desain penelitian cross sectional.
Hasil penelitian diperoleh mahasiswa rata-rata berusia 19,12 tahun, didominasi oleh perempuan (60,7%) dan mahasiswa tahun ke-1 (64,0%), paling banyak mengikuti 2-3 organisasi (52,8%), sebagian besar memiliki indeks prestasi kategori baik (58,4%), serta teridentifikasi memiliki tingkat stres akademik kategori stres ringan (38,2%), stres sedang (32,6%), dan stres berat (11,2%). Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan stres akademik dengan berbagai faktor lain seperti pola tidur dan pola aktifitas.

Students tend to have a lot of bustle, bustle both academic and non-academic, so that it can be factors that cause stress are known with academic stress. This research was conducted to scholarship recipients Beastudi Etos in Jakarta (Universitas Indonesia students) and Bogor (Bogor Agricultural University students) as much as 89 people by using total sampling technique, in order to determine the level of academic stress happens to them using research instruments Academic Stress Scale (ASS). This research was conducted with descriptive and analytical research using cross sectional design.
The results obtained by the students with an average age 19.12 years, dominated by women (60.7%) and students of year 1 (64.0%), the most widely followed 2-3 organizations (52.8%), partially great to have a good category of performance index (58.4%), and identified as having mild levels of academic stress (38.2%), moderate levels (32.6%), and high levels (11,2%). Recommendations from this research is necessary to do research on the relationship academic stress with a variety of other factors such as sleep pattern and activity pattern.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesi Oktamiati
"Sekolah dengan sistem full day di Indonesia sedang banyak terjadi, alasan adanya sekolah ini adalah penurunan kualitas SDM masyarakat Indonesia. Sekolah full day mempunyai waktu belajar lebih lama sehingga dapat menimbulkan stres akademik pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat stres akademik pada anak usia sekolah terhadap sekolah yang mempunyai sistem full day. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner stres akedemik untuk mengambil data dari 128 siswa kelas 4-kelas 6 yang bersekolah di sekolah full day. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Untuk mengetahui gambaran stres akademik pada anak usia sekolah digunakan uji univariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak mengalami stres akademik.

In Indonesia, there are a lot of schools using a full day system lately, and the decline of the human resources is the cause behind this phenomenon. Full day schools have a longer time study; hence, it triggers academic stress for the children. The objective of this research is to recognize the depiction of the academic stress levels of the school age children over full day school system. This research was conducted through a descriptive method; meanwhile the questioner of academic stress was the instrument in terms of collecting the data from 128 students on the fourth grade to sixth grade. This research used the total sampling technique. Univariat test was applied to determine the depiction of the academic stress levels of the school age children. The outcome of this research apparently portrayed that several students did not experience academic stress.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiba Jamal
"Tuntutan akademik yang tinggi dan kesulitan integrasi pembelajaran teori dengan praktik membuat mahasiswa keperawatan rentan mengalami stress akademik. Stress akademik mengganggu kondisi fisik, emosi, perilaku, dan kognitif, seperti menurunnya kinerja akademik, depresi, dan keinginan menyakiti diri. Mahasiswa membutuhkan dukungan sosial melalui hubungan pertemanan yang berkualitas sebagai sumber daya koping dalam penanggulan stress yang efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas pertemanan dengan tingkat stress akademik pada mahasiswa keperawatan. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional pada 242 mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia ini menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan MFQ dan SLSI dengan uji korelasi Pearson. Penelitian ini telah lolos uji etik fakultas dengan nomor registrasi SK-16/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kualitas pertemanan dengan stress akademik mahasiswa keperawatan reguler Universitas Indonesia (p value= 0,702 r= 0,025). Kesimpulan penelitian ini adalah ketidakefektifan kualitas pertemanan sebagai pemberi keamanan emosional dalam penanggulangan stress akademik disebabkan karena penurunan interaksi dan media komunikasi online yang berpotensi pada ketidakpuasan dan kesepian dalam pertemanan. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meninjau faktor kepuasan dalam pertemanan terhadap stress akademik pada populasi lainnya.

High academic pressure and challenges in integrating theoretical and practical learning lead nursing students vulnerable to academic-related stress. Academic stress interferes with physical, emotional, behavioral, and cognitive conditions, such as decreased academic performance, depression, and self-harm. Nursing students require good quality friendships as a coping resource to have effective stress management. The study’s purpose determined the correlation between friendship quality and academic stress levels in nursing student at Universitas Indonesia. The cross- sectional study of 242 participants used simple random sampling techniques using MFQ and SLSI as data collectors with Pearson correlation test. This study has passed the faculty ethics test with registration number SK-16/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021. The results showed no significant corellation between the quality of friendship and academic stress of undergraduate nursing students of Universitas Indonesia (p value= 0,702 r= 0,025). This study concludes that the ineffectiveness of the quality of friendship as a provider of emotional security in dealing with academic stress is due to a decrease in online interactions and communication media which have the potential to cause dissatisfaction and loneliness in friendships. Further research could find the satisfaction factor in friendships to academic stress in other populations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Pratama Kurniawan
"Latar Belakang: Stres dialami semua orang tidak terkecuali mahasiswa. Namun, mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada mahasiswa di fakultas lainnya. Stres dikhawatirkan dapat berdampak negatif seperti gangguan kesehatan, penurunan kemampuan kognitif, kecemasan, dan burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres mahasiswa tahap akademik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kaitannya dengan performa akademik.
Metode: Penelitian cross-sectional ini menggunakan instrumen PSS-10 yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia untuk mengukur tingkat stres mahasiswa dan performa akademik berupa nilai modul terakhir mahasiswa. Nilai dikelompokkan menjadi 3 yaitu nilai sangat memuaskan (A- dan A), memuaskan (B-, B dan B+), dan kurang memuaskan (
Hasil: Skor stres mahasiswa tingkat 1 paling tinggi dengan skor median 21,00±(6,721), tingkat 2 dengan skor median 18,50±(6,013), dan tingkat 3 dengan skor median 19,00±(6,543). Pada semua tingkat ditemukan kelompok mahasiswa dengan nilai sangat memuaskan memiliki median dan mean tingkat stres paling rendah dibanding dengan tingkat lainnya. Analisis tingkat stres antar kelompok nilai hanya bermakna secara statistik pada mahasiswa tingkat 3 (p<0,05).
Simpulan: Tidak ditemukan pengaruh yang pasti antara stres dengan performa akademik dikarenakan hubungan bermakna hanya ditemukan pada mahasiswa tingkat 3 fakultas kedokteran (nilai p <0,05).

Introduction: Everyone definitely has experienced stress in their daily life regardless. However, medical students experience a higher level of stress than other college students in other faculty. Stress could induce some negative impacts such as declining health, lowering cognitive skills, anxiety, and burnout. Therefore, this study aims to measure the stress level of preclinical medical students in University of Indonesia and its correlation with academic performance.
Method: This cross-sectional study used PSS-10 questionnaire that has been translated to Indonesia language as an instrument to measure stress level. Their academic performance is measured by students’ final grade in the last module. Final grades are divided to three groups, highly satisfactory with grades of A- and A, satisfactory with grades from B- to B+, and less satisfactory with grade below B-. Kruskal-wallis or ANOVA test is used to find a statistical significance between stress levels in groups.
Results: The result is first year students have the highest stress level with the median score of 21,00±(6.754), second year students with median score of 19,00±(6.029), and the third year students have the median score of 19,00±(6.543). In every year, the very satisfactory group has the lowest mean score and median stress score compared to other groups in the same year, with a statistical difference only appear in third year students (p<0.05).
Conclusion: There are not enough evidence to conclude a significance correlation between stress level and academic performance, since the statistical difference is only found in the third year medical students (p<0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Stress akademik mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal dan kadar interleukin-1 beta. Stres merupakan faktor risiko penyakit periodontal yang dapat meningkatkan kadar interleukin-1 dan berperan pada kerusakan jaringan periodontal. Tujuan: menganalisis hubungan antara stres akademik pada mahasiswa program studi spesialis dengan kondisi jaringan periodontal dan kadar interleukin-1 beta dari cairan krevikular gingiva. Metode: Tiga puluh delapan subjek penelitian mengisi kuesioner Graduate Dental Environtmental Stress (GDES),
pemeriksaan klinis periodontal, dan pengambilan sampel dari cairan sulkus gingiva dari delapan titik di regio anterior dan posterior serta pemeriksaan kadar interleukin-1 beta dengan Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara tingkatan stres akademik dengan kondisi jaringan periodontal yaitu tingkat kebersihan mulut (p=0,038), indeks perdarahan gingiva (p=0,02), namun tidak pada kedalaman poket
dan tingkat perlekatan klinis (p=0,972). Terdapat perbedaan bermakna (p=0,03) antara kadar interleukin-1 beta dengan tingkatan stres akademik. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara kadar interleukin-1 beta dengan kondisi jaringan periodontal yaitu tingkat kebersihan mulut (p=0,465), indeks perdarahan gingiva (p=0,826), kedalaman poket (p=0,968), tingkat perlekatan klinis (p=0,968). Simpulan: Stres akademik memiliki pengaruh terhadap risiko penyakit periodontal dengan peningkatan kadar interleukin-1 beta dalam cairan krevikular gingiva.

Stress is a risk factor for periodontal disease, causing increase levels of interleukin-1 beta that involve in periodontal destruction. Objective: To analyze the relationship between academic stress in residency program students conditions and levels of interleukin-1 beta in gingival crevicular fluid. Methods: Thirty eight subjects filled the questionnaire of Graduate Dental Environtmental Stress (GDES), periodontal examination and samples of gingival crevicular fluid were tested for interleukin-1 beta with the Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) test. Results: There were significant differences between academic stress to periodontal tissue in oral hygiene (p=0.038),
bleeding on probing index (p=0.02), but no significant differences in pocket depth and loss of attachment (p=0.972). There were significant differences between academic stress to levels of interleukin-1 beta (p=0.03), but no significant differences between levels of interleukin-1 beta to periodontal tissue in oral hygiene (p=0.465), bleeding on probing index (p=0.826), pocket depth (p=0.968), and loss of attachment (p=0.968). Conclusion: Academic stress influences the periodontal risk factor and level of interleukin-1 beta."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`Lu Nurrahiimah Assyahidah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara optimisme dan stres pada mahasiwa penerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia. Optimisme dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sebagai keyakinan umum bahwa akan terjadi sesuatu yang baik (Schieier & Carver, 1985). Stres dalam penelitian ini merupakan keadaan yang muncul ketika individu merasa bahwa ia tidak dapat secara memadai mengatasi tuntutan yang ditunjukkan pada dirinya atau merasakan adanya ancaman terhadap dirinya (Lazarus, 1966). Life Orientation Test-Revised (Carver & Scheier, 1988) dan Perceived Stress Scale (Scheier, Carver, & Bridges, 1994) digunakan untuk mengukur optimisme dan stres mahasiswa. Dalam penelitian ini mengambil sebanyak 258 mahasiswa Bidikmisi UI dari angkatan 2014 sampai 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan negatif antara optimisme dan stres pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.

This correlational research was conducted to find the correlation between optimism and stress in college students with Bidikmisi scholarship at University of Indonesia. Optimisme is defined as general belief that something good will happen (Schieier & Carver, 1985) and Stress in this study is defined as a condition that arises when an individual feels that they can not adequately cope with the demands indicated on them or feel any threat against themselves (Lazarus, 1966). Life Orientation Test-Revised (Scheier, Carver, & Bridges, 1994) and the Perceived Stress Scale (Cohen and williamson, 1988) was used to measure optimism and stress students. In this study as many as 258 students that received the Bidikmisi scholarsip in University of Indonesia was asked to partisipate. The results showed that there is a significant and negative correlation between optimism and stress on Bidikmisi scholarship recipients in UI.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Pendidikan jenjang profesi dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar untuk menjadi perawat yang profesional. Namun ditemukan banyak faktor yang dapat memicu stres selama proses pembelajaran praktik klinik, karena mahasiswa dituntut untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan akuntabel. Spiritualitas sebagai salah satu sumber koping yang memiliki aspek makna dan tujuan hidup serta keyakinan spiritual yang dikemukakan mampu mengurangi stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat stres mahasiswa reguler program profesi ners FIK UI tahun akademik 2018/2019. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dan pendekatan secara cross-sectional, Penelitian ini memiliki 99 responden mahasiswa reguler program profesi ners FIK UI dengan menggunakan metode total sampling. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa Spirituality Attitude and Involvement List (SAIL) dan Perceived Stress Scale (PSS). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat spiritualitas dan tingkat stres dengan arah korelasi negatif dan memiliki kekuatan sedang (p = 0,031; α = 0,05). Penelitian ini merekomendasikan agar mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan spiritualitasnya dengan menjalin hubungan baik dengan orang lain, lingkungan sekitar, dan dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi.

Professional level education is needed to improve the knowledge, skills and attitudes to become professional nurses. However, there are many factors that can overcome stress during the clinical practice learning process, because students are required to be able to provide nursing care directly and accountably. Spirituality as a source of coping that has aspects of the meaning and purpose of life and the beliefs expressed can help deal with stress. This study aims to determine the relationship between the level of spirituality and the stress level of regular student profession programs FIK UI academic year 2018/2019. The design of this study used a descriptive correlative and cross-sectional design. This study had 99 respondents of regular student profession programs FIK UI using the total sampling method. The questionnaires used in this study included a List of Attitudes and Engagement Spirituality (SAIL) and Perception Stress Scale (PSS). The results of this study indicate the relationship between spirituality level and stress level with negative direction and have moderate strength (p = 0.031; α = 0.05). This research increases so that nursing students can improve their spirituality by establishing good relations with other people, the environment, and with God or a higher power."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"Prestasi akademik sebagai salah satu prediktor kesuksesan siswa di sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Konstruk yang menjelaskan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi prestasi akademik ini adalah school well being, dikembangkan oleh Konu & Rimpelä (2002). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara school well-being dengan prestasi akademik bagi siswa berbakat akademik. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SMA program akselerasi di Jakarta. Sebanyak 52 siswa menjadi sampel penelitian ini. Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner untuk mengukur school well-being siswa dan tes prestasi akademik yang menggunakan soal Ujian Akhir Nasional pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa school well-being memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Hasil analisis tambahan, menunjukkan bahwa dimensi having memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan perbedaan yang signifikan pada prestasi akademik siswa berdasarkan latar belakang pendidikan ibu. Ditemukan pula perbedaan yang tidak signifikan antara school well-being dengan jenis kelamin, school well-being dengan latar belakang pendidikan orang tua, prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin, dan prestasi akademik berdasarkan latar belakang pendidikan ayah.

Academic achievement is predictor of student success in school, affected by internal and external factor. One construct that describes internal and external factor that affects academic achievement is a school well being by Konu & Rimpelä (2002). This research was conducted to examine the relationship between school well-being of academic achievement for students with academic gifted. The research was conducted on the students of class XI Acceleration Program in high school. Total sample comprised 52 students.
Result indicated that school well-being has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In comparison, it was found thas just only having dimension of school well-being that has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In addition, there was a significant difference in the academic achievement of students based on maternal education. Moreover, there are no significant differences between the school wellbeing by gender, school well-being based on parental education, academic achievement by gender, and academic achievement based on father's education.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi M.
"Kualitas tidur yang buruk dipercaya dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, dan kognitif. Penelitian ini membahas tentang hubungan kualitas tidur mahasiswa dengan tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Desain yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini melibatkan 220 mahasiswa keperawatan sebagai responden yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat kecemasan (p<0.001), tetapi tidak ada hubungan kualitas tidur dengan stres dan depresi (p=0,12; p=0,086). Akan tetapi, ditemukan bahwa mahasiswa berkualitas tidur buruk memiliki tingkat stres dan depresi yang lebih tinggi. Kegiatan untuk menurunkan tingkat kecemasan, stres, dan depresi yang tepat perlu diprogramkan secara terstruktur di program studi, dan perlu penelitian lebih lanjut tentang terapi yang tepat untuk meningkatkan kualitas tidur.

Poor sleep quality is believed can affect the physical, psychological, and cognition. This study aimed to determine the correlation between sleep quality and levels of stress, anxiety, and depression. Design of this study was analytical with cross sectional approach. This study used Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21) as instruments. There were 220 nursing students who participated and chosen by stratified random sampling technique. The results showed there were an association between sleep quality with levels of anxiety (p<0,001). Although, there were no correlation between sleep quality with stress and depression (p=0.12 and p=0.086), it was found that students which have bad sleep quality also have the higher level in stress and depression. The structured activities to reduce levels of anxiety, stress, and depression should be programmed by study program. Researcher suggested for next research to explore how to improve sleep quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Undang-Undang No.10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan Perundang-undangan tidak mengatur mengenai kebutuhan dibuatnya naskah akademik...."
INKABAP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>