Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Hidayat
"ABSTRAK
Tinggi rendahnya nilai suhu permukaan tanah dipengaruhi oleh sesuatu diatas permukaan bumi, yaitu penutup lahan, wilayah penelitian ini dalam skala regional, yaitu pulau Jawa. Suhu permukaan tanah secara spasial dapat diketahui menggunakan data penginderaan jauh dengan kanal thermal pada citra MODIS. Dari pengolahan citra ini didapatkan sebaran suhu permukaan tanah baik siang dan malam hari yang kemudian dihubungkan dengan penutup lahan. Hasilnya adalah rata-rata suhu permukaan tanah baik siang maupun malam hari pada bagian utara memiliki nilai tertinggi dibandingkan bagian tengah dan bagian selatan. Selanjutnya nilai rata-rata suhu permukaan tanah dari tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu bagian selatan dan bagian tengah. Adapun hubungan suhu permukaan tanah dengan penutup lahan menggunakan uji statistik ANOVA yaitu rata-rata suhu permukaan tanah tertinngi pada siang hari adalah lahan terbangun (36.43℃) selanjutnya diikuti oleh tegalan/ladang (34.74℃), sawah (33.75℃), kebun/perkebunan (33.44℃), semak belukar (30.95℃), dan hutan (23.43℃) tetapi antara kebun/perkebunan, sawah, dan tegalan/ladang tidak mempunyai perbedaan rata-rata secara nyata, sedangkan rata-rata suhu permukaan tanah tertinggi pada malam hari adalah lahan terbangun (22.78℃) selanjutnya diikuti oleh sawah (22.50℃), tegalan/ladang (21.32℃), kebun/perkebunan (21.19℃), semak belukar (20.28℃), dan hutan (15.16℃) tetapi antara kebun/perkebunan dan tegalan/ladang tidak mempunyai perbedaan rata-rata secara nyata begitupun antara sawah dan lahan terbangun. Sehingga sebaran dan pola suhu permukaan tanah mengikuti pola penutup lahan.

ABSTRAK
High and low value of land surface temperature (LST) is influenced by a matter above the surface of the earth, ie land cover. The area of research is regional, the Island of Java. Spatially, LST can be obtained by using remote sensing data with thermal channel on MODIS imagery. This image is processed to obtain LST distribution both day and night, then correlated with land cover. The result is an average LST both day and night in the north have the highest value compared to the middle and southern parts. Furthermore, the second highest average value of LST is the southern, followed by the middle part as the lowest. The relationship between LST and land cover (is analysed/obtained by) using ANOVA statistical test. From the test, the highest average LST during the day is built-up land (36.43℃), followed by cropland (34.74℃), paddy field (33.75℃), plantations (33.44℃), underbrush (30.95℃) and forest (23.43℃). There is no significant average difference between plantations, paddyfield and cropland. Meanwhile, the highest average LST at night is built-up land (22.78℃), paddy field (22.50℃), cropland (21.32℃), plantations (21.19℃), underbrush (20.28℃), forest (15.16℃). There is no significant average difference between plantation and cropland as well as paddy field and built-up land. In conclusion, the distribution of LST follows the pattern of land cover.
"
2015
S60426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didin Sahidin
"Aktivitas manusia selalu dipengaruhi oleh kondisi alam dan hal sebaliknya berlaku bahwa kondisi alam dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Penelitian-penelitian mengenai kondisi alam yang akan mempengaruhi kehidupan manusia sangat penting karenanya. Dinamika suhu sebagai salah satu parameter kondisi alam mempunyai kaitan langsung dengan jenis penggunaan tanah, di mana jenis penggunaan tanah tersebut merupakan hasil dari aktivitas manusia.
Tiap-tiap jenis penggunaan tanah memiliki dinamika suhu harian tersendiri sesuai dengan karakter ruang dan aktivitas social tiap jenis penggunaan tanahnya. Perubahan penggunaan tanah diduga akan menyebabkan pula perubahan-perubahan pada dinamika suhu hariannya, sehingga pengetahuan mengenai dinamika suhu harian masing-masing tipe penggunaan sangat penting.
Jalur Cipanas - Puncak merupakan salah satu daerah tujuan utama pariwisata di Propoinsi Jawa Barat, oleh karenanya aktivitas manusia semakin lama semakin tinggi di daerah tersebut. Selain itu daerah ini juga merupakan bagian dari kawasan konservasi BOPUNJUR (Bogor-Puncak-Cianjur) yang antara lain berfungsi sebagai daerah resapan air. Dengan adanya tekanan aktivitas manusia di Jalur Puncak - Cipanas akan menyebabkan perubahan jenis penggunaan tanah yang ada di daerah tersebut. Implikasi yang timbul dari perubahan penggunaan tanah tersebut diduga akan mempengaruhi fluktuasi suhu hariannya. Hal ini akan mempengaruhi kondisi meteorologis laical yang baik secara langung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kenyamanan suasana wisata dan ekologi daerah yang bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Kelompok Studi Geografi (KSG) Universitas Indonesia bermaksud mengadakan penelitian ini. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat diperoleh gambaran dan kaitan antara karakteristik fisik dan sosial ruang dengan kondisi meteorologis, yang nantinya dapat bermanfaat untuk kajian lebih lanjut.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi suhu harian pada masing-masing jenis penggunaan tanah di jalur Puncak-Cipanas.
1.3 Masalah
Bagaimana fluktuasi suhu harian masing-masing jenis penggunaan tanah di jalur Puncak-Cipanas?
Bagaimana pola fluktuasi suhu harian pada masing-masing jenis penggunaan tanah di Jalur Puncak-Cipanas?
1.4 Hipotesa
Fluktuasi suhu harian dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan, semakin terbuka lahan tersebut akan semakin besar fluktuasi suhu hariannya. Perbedaan dan persamaan jenis tutupan lahan akan membentuk pola fluktuasi suhu harian yang beragam sesuai dengan faktor-faktor yang membedakan dan yang menyamakannya."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Listyo Bimantoro
"Obyek wisata yang ada di Magelang memberikan dampak perubahan terhadap penggunaan tanah dan fungsi bangunan di sekitar obyek wisata. Tidak hanya penggunaan tanah dan fungsi bangunan tetapi juga berdampak pada perubahan jumlah dan mata pencaharian penduduknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan tanah dan fungsi bangunan di sekitar obyek wisata di Magelang meliputi obyek wisata Candi Borobudur dan Taman Kyai Langgeng. Penggunaan tanah dan fungsi bangunan yang diteliti adalah penggunaan tanah dan fungsi bangunan di sekitar obyek wisata Candi Borobudur dan Taman Kyai Langgeng. Variabel pendukung lain yang digunakan adalah jumlah dan mata pencaharian penduduk di sekitar obyek wisata. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan penggunaan tanah dan fungsi bangunan semakin besar apabila mendekati obyek wisata dan pusat kegiatan ekonomi. Perubahan jumlah dan mata pencaharian penduduk semakin besar seiring dengan perubahan penggunaan tanah dan fungsi bangunan di sekitar obyek wisata.

Abstract
Vacation place in Magelang gives the impact for the landuse and function of building change around that vacation place. Not only it but also gives the impact for changing of population and livelihood. The aim of this research is to know the landuse and function of building change in the Magelang as the vacation place. The places which are the object of research are in the Candi Borobudur and Taman Kyai Langgeng area. The variables that are used in this research are the population and the livelihood of the people there. The analysis method that is used in this research is descriptive analysis method with the spatial approach. The result of this research is the landuse and the function of building change will be bigger if the area is closer with the vacation area and the economical centre. The changing of population and livelihood are equal with the landuse and the function of building change in the vacation area."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S1661
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yacinta Susita Dewi
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Santoso
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simandjuntak, Sahat Hasudungan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukian Mulyadi
"Hakekatnya pola penggunaan tanah merupakan gambaran di atas ruang daiipada gabungan basil jenis usaha manusia, tingkat teknologi dan jwnlahnya. Adanya penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata dan seimbang akan mengakibatkan perbedaan perkembangan penggunaan tanah yang ada. Perkembangan penggunaan tanah yang dijumpai di setiap wilayah akan mencapai suatu tahapan perkembangan tertentu, sebagaimana yang dikemukakan Prof. I Made Sandy dan skema A sampai dengan skema I.
Kabupaten Sleman path tahun 1994 terdiri dan 17 kecamatan dengan luas 57.482 ha dan berpenduduk 788.340jiwa. Dan Kabupaten Kulonprogo path tahun 1994 terdiri dan 12 kecamatan dengan luas 58.628 ha dan berpenduduk 424.75 1 jiwa. Kabupaten Sleman memiliki wilayah dataran rendah sampai wilayah pegunungan dan diantara wilayah tersebut terdapat lereng 0% sampai lereng lebih dan 40%. Kabupaten Kulonprogo memiliki juga wilayah dataran rendah sampai wilayah dataran tinggi, namun dibandingkan dengan Kabupaten Sleman, lereng di Kabupaten Kulonprogo relatiflebih terjal.
Masalah: 1. Perkembangan penggunaan tanah path tahun 1994 di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo sudah mencapai tahap apa berdasarkan skema yang dikemukakan oleh Prof I Made Sandy? 2. Dimanakah letak perbedaan penggunaan tanah path Wilayah Tanah Usaha tertentu di kedua kabupaten tersebut ? 3. Bagaimanakah kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah?
Kesimpulan:
1. Pola penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo berbeda, yakni setelah perkainpungan, terdapat sawah, kebun campuran, tegalan dan terakhir hutan. Perbedaannya path Kabupaten Kulonprogo setelah perkampungan terdapat sawah, kebun campuran, lalu perkebunan, tegalan dan terakhir hutan.
2. Path Kabupaten Sleman keathan pemanfaatan untuk lahan persawahan sudah berkembang ke arah pegunungan, akan tetapi luas persawahan yang dibuat ke arah pegunungan relatif kedil luasnya, sehingga tahapan penggunaan tanah di kabupaten mi telah berada path skema G. Pada Kabupaten Kulonprogo wilayah yang lebih tinggi terdapat kebun campuran dan tegalan sedangkan pemanfäatan tanah untuk lahan persawahan dan perkampungan sudah terthpat path wilayah sekitar pantai, sehingga tahapan penggunaan tanah di kabupaten mi telah berada path skema H.
3. Pengusahaan tanah di Kabupaten Sleman didominasi oleh pengusahaan tanah intensif yang berupa lahan persawahan, sedangkan pengusahaan tanah di Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh pengusahaan tanah kurang intensif yang berupa kehun campuran.
4. Penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo tahun 1994 sudah tidak sesuai lagi dengan konsepsi Wilayah Tanah Usaha.
5. Perbedaan penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo 'dipengaruhi oleh faktor ketinggian, lereng dan kepathtan penduduk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Jati Utomo
"Kota Jakarta Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi DKI Jakarta memiliki karakteristik wilayah yang khas sebagai wilayah pesisir dengan fungsi penggunaan lahan yang bervariatif. Perkembangan kota yang terjadi beriringan dengan pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan meningkatkan permintaan terhadap lahan. Padahal kota dirancang secara planologis sesuai dengan jenis peruntukan dan penggunaan lahan yang telah ditentukan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyimpangan pemanfaatan lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan (spasial dan temporal), besaran penyimpangan ketidaksesuaian, implikasi ketidaksesuaian dan bagaimana pendekatan untuk mengatasinya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis peta dengan overlay (tumpang susun) menggunakan Sistem Informasi Geografis, pengumpulan data kualitatif, serta deskriptif kuantitatif dengan mengidentifikasi serta melakukan observasi survei lapangan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan pola pemanfaatan ruang tahun 2008 sampai dengan 2018. Berdasarkan hasil analisis ditemukan besaran persentase kesesuaian penggunaan lahan terhadap RDTR, ketidaksesuaian, mendukung rencana tata ruang dan rencana yang belum disahkan. Selain itu didapatkan hasil berupa dampak dan faktor serta pendekatan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

North Jakarta City as part of the Special Capital Region of Jakarta Province has a region characteristic typically of coastal areas with varied land use functions. Urban development that occurs along with population growth and development activities increases the demand for land, though the city is designed in a planological manner according to the type of designation and land use that has been previously determined. This condition leads to the occurrence of land use deviation from the North Jakarta Regional Spatial Plan (RTRW) and Detailed Spatial Plan (RDTR). This study aims to determine the pattern of changes in land use and utilization (spatial and temporal), the magnitude of nonconformity deviation, to know the implications of the nonconformity of spatial use and what approach to manage it. The method used in this study was map analysis with overlay using Geographic Information System, qualitative data collection, and quantitative descriptive method by identifying and conducting field survey observations. The results showed a change in the pattern of spatial utilization in 2008 until 2018. Based on the results of the analysis, it was found the percentage of land use that had conformity with the Spatial Plan, supported the Spatial Plan, had no conformity with the Spatial Plan and had not approved yet. In addition, the results obtained in the form of impacts and factors approaches in overcoming these problems."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Suartawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan pelayanan pertanahan di daerah yang mempunyai Dinas Pertanahan dan Kantor Pertanahan. Pemilihan Kota Tangerang sebagai Iokasi penelitian karena kedekatannya dengan Ibukota negara sehingga menghemat biaya dan waktu.
Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif karena dianggap Iebih mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan perilaku organisasi yang dikaitkan dengan efektivitas kebijakan pemerintah yang sebelumnya tidak diduga. Analisa dilakukan terhadap aspek keiembagaan, SDM, dan sistim/prosedur pelayanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peiaksanaan pelayanan pertanahan di Kota Tangerang didominasi oleh BPN. Dinas Pertanahan yang dibentuk sejak tahun 2000, sampai saat ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini diindikasikan dengan tidak adanya Kantor Dinas dan belum diisinya personil sebagaimana yang ada pada struktur organisasi Aparat Pemda Kota Tangerang yang definitif sebagai aparat Dinas Pertanahan hanya berjumlah 6 (enam) orang dan tidak ada yang berkualifikasi teknis pertanahan.
Kondisi yang demikian menjadi masalah bagi aparat Pemda karena mereka berkantor di Kantor instansi pusat tetapi status adaiah pegawai daerah. Tidak ada kejelasan atas tugas dan fungsi yang harus dilakukan. Di samping itu, anggaran yang disediakan pada APBD untuk Dinas Pertanahan tidak pernah direalisasikan sehingga pelayanan pertanahan belum menghasilkan retribusi.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, pelayanan yang menjadi tugas BPN mengacu pada Instruksi Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1998 tentang Peningkatan Efisiensi dan Kualitas Pelayanan Masyarakat Di Bidang Pertanahan, sedangkan tugas Dinas Pertanahan (Pemda) mengacu pada Keppres Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan. Meski ada pembagian tugas, dalam pelaksanaannya seluruh pelayanan dilakukan aparat BPN.
Tidak diperoleh data tentang kegiatan yang telah dilakukan Dinas Pertanahan. Staf yang ada bersifat pasif dan hanya sebatas mengagendakan surat yang ditujukan kepada Dinas tanpa mengetahui tindak lanjutnya. Pelaksanaan pelayanan tetap berjalan dengan baik. Kinerja aparat BPN pada umumnya sudah baik, ditandai dengan adanya akuntabilitas dan responsibilitas serta pembinaan dari pimpinan secara rutin. Pelayanan sudah transparan, terbuka dan setiap informasi bisa diperoleh dengan mudah. Prosedur pelayanan sudah jelas dengan sistem Ioket. Tertib administrasi sudah sangat maju mengingat Kota Tangerang merupakan daerah percontohan pelayanan pertanahan, yang ditandai dengan adanya Mosaik Foto Udara.
Masalah yang dihadapi dalam pemberian pelayanan adalah kekurangan tenaga ukur. Hal ini terjadi karena profesi tenaga ukur membutuhkan keahlian tersendiri, tetapi penerimaan pegawai BPN sangat terbatas. Untuk mengatasinya, BPN Kota Tangerang memakai tenaga pengukur berlisensi. Masaiah Iain adalah kebiasaan masyarakat untuk menyuruh orang Iain (calo). Hal ini menyebabkan imej yang kurang baik bagi BPN. BPN sudah mempunyai kerangka waktu dan biaya yang pasti, namun calo sering memberikan Informasi seolah-olah pelayanan itu sulit. Untuk itu, sangat diharapkan kesadaran masyarakat untuk mau mengurus sendiri keperluannya dengan mendatangi Kantor Pertanahan.
Kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah Dinas Pertanahan belum melaksanakan tugasnya dan tugas-tugas tersebut dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan. Pelaksanaan pelayanan di KPKT cukup baik, transparan, prosedur yang jeias dan sederhana serta tertib administrasi. Sedangkan rekomendasi yang dapat disampaikan adalah perlunya Pemda Kota Tangerang untuk memberdayakan Dinas Pertanahan karena pelayanan pertanahan dapat dijadikan sumber pendapatan asli daerah (PAD).

This research aims to examine the implementation of land affair services in the local government which has District Office or Local Oflice of Land Affair. The selection of Tangerang as the location of the research is based on its location which is close to the capital city, hence it will reduce cost and time.
The method of research in the research is qualitative because easier to adapt in facing the problem of behaviour of organization relates to the etfectiveness of policies made previously. Analysis is examined on aspects of institutional, human resources, and procedure of services.
The result shows that the implementation of land affair services in the city of Tangerang from 2000, has not implemented well. It is indicated by the absence of Local Office of Land Affair and there is no staff positioned in the structure of the local govemrnent. The definitive functionaries in the local govemment are only 6 staffs and they do not have specific skill on land affair.
That condition generates problem for the local officers because they work in central office, but their status is local apparatus. There is no clear job description for them to do their job. Besides that, available budget for the services is never realized, hence the service has not generated retribution.
Base on the regulation, the services is managed by BPN based on the Instruction of Land Affair Minister/Head of BPN number 3 year 1998 on The Advancement of Efficiently and Quality of Public Service in Land Affair. The duty of Local Office is based on Keppres number 34 year 2003 on National Policy on Land Affair. Even there is a division of responsibility, the implementation of all services of land affairs are managed by BPN.
There is no data on activities done by the Local Office. The staffs are passive and their activities only make timetable and registered letters for the office without knowing how to respond it.
The services are running well. The performance of BPN is generally fine. It is proven by the accountability and responsibility and also routine supervision from the leader. The services are transparent, open and information can be acquired easily. The procedure of services has been clear using partial and specific service system. Administration is advance and orderly implemented because the city of Tangerang is a model for the land affair services proved by Air-Photograph Mosaic.
The problem faced in giving land affair services is lack of skilful labour for measuring. It is because the profession of land measuring needs special skill. To solve the problem, BPN Tangerang uses licensed worker. Other problem is the culture of the citizen to ask certain people to handle the process or broker. It generates bad image to the institution. The institution has its ovlm exact timeframe and cost, however the broker usually makes it complicated and time-consuming.
The conclusion of the research is that the Local Office of Land Affair has not implemented its duties and it is handled by District Office of Land Affair. The implementation of KPKT is fair, transparent, clear, simple and orderly administered. The recommendation that can propose here is that there is a need for the local government of Tangerang to empower the Local Office of Land Aifair because the services can be potential income. The citizen is also suggested not to use broker and come by themselves to the office."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triarko Nurlambang
"Air sebagai kebutuhan utama manusia tentunya harus dapat dilestarikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Secara alamiah sumber daya air ini merupakan komponen utama dari satuan ekosistem yang disebut DAS (Daerah Aliran Sungai). Ketidak seimbangan, serasiari dan selarasan dalam pengelolaan DAS dapat menyebabkan ekosistem daerah tersebut terganggu dan bahkan dapat menimbulkan sumber malapetaka bagi penduduk setempat. Salah satu malapetaka tersebut adalah banjir. Demikian pula banjir yang terjadi di Bandung Selatan yang terletak pada Daerah Aliran Ci Tarum Wilayah Hulu.
Atas dasar pemikiran di atas penelitian ini bertujuan membahas terjadinya perubahan luas areal banjir yang disebabkari oleh perubahan penggunaan tanab sebagai faktor dinamis Daerah Aliran Ci Tarum Hulu (DA Ci Tarum RH).
Adapun masalah yang akan dibahas yaitu :
- Bagaimana perubahan penggunaan tanah di DA Ci Tarum WH ?
- Bagaimana perubahan luas banjir di DA Ci Tarum WH ?
- Bagaimana pengaruh perubahan tanah terhadap perubahan luas banjir ?
Sebagal hipotesa untuk mengarah jawaban masalah di atas yaitu dengan menurunnya fungsi vegetatif-hidrologisnya yang tercermin dari pengguriaari tanah maka daerah yang relatif rendah dan datar dengan curah hujan rata-rata yang intensitasnya sama akan mudah terjadi banjir dan banjir bertambah luas.
Untuk dapat memecahkan masalah tersebut maka digunakan analisa geografi dan hidrologi serta. ditunjang analisa statistik sederhana melalui teknik scatter diagram untuk tahun pengamatan 1980 dan 1986."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>