Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Arifai Arrieta
"Bahasa seperti yang kita ketahui merupakan alat untuk berkomunikasi bagi manusia. Selama ini kita sering menggunakan istilah dalam bahasa asing untuk menunjukkan suatu konsep. Kita sendiri pun memahami bahwa suatu istilah bahasa asing tidak dapat diterjemahkan begitu saja karena adanya pergeseran konsep jika diartikan secara sembarangan. Di dalam denah rumah Perancis terdapat dua istilah yang memiliki makna setara, yaitu la salle dan le salon. Kedua ruangan tersebut dapat disetarakan dengan ruang keluarga dalam denah rumah di Indonesia. Dari kedua istilah tersebut, Le Corbusier memilih menggunakan istilah la salle dalam denah rumahnya yang dinamakan "Ma Maison". Dengan menggunakan ilmu bahasa sebagai dasar kajian, skripsi ini mencoba menelaah perbedaan konsep yang dimiliki oleh la salle dan le salon, dan juga pemilihan penggunaan kata la salle oleh Le Corbusier.

Language, as we know, is a tool to communicate among humans. We often use the term in a foreign language to denote a concept. We also understand that a foreign language terms can not be translated casually due to a friction concept if interpreted at random. In the French house plans there are two terms that have a similar meaning, namely la salle and le salon. Those terms are equivalent to ruang keluarga in Indonesian houses. From both terms, Le Corbusier house plan named "Ma Maison" that were designed in the modern era, preferred to use ?la salle? than le salon. Using linguistic as the base of this study, this paper attempts to examine different concepts owned by la salle and le salon, as well as use of the term la salle preferred by Le Corbusier.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfajri Rahmatullah
"Saat ini, nobar merupakan salah satu kegiatan komunitas yang semakin populer di kalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyak komunitas pendukung klub sepak bola yang bermunculan dan mengadakan kegiatan tersebut. Kegiatan nobar yang biasanya rutin dilakuan setiap minggunya tidak terlepas dari tempat yang mereka gunakan. Sebuah tempat nobar harus memiliki faktor yang menjawab kriteria komunitas terkait penggunaannya sebagai pangkalan nobar. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut tentang keterkaitan atau hubungan sebuah komuntas pendukung klub sepak bola dengan tempat nobarnya. Hal ini berkenaan dengan elemen fisik tempat nobar komunitas, aktivitas yang berupa penuansaan tempat nobar dengan identitas komunitas tersebut, serta pemaknaan peserta nobar terhadap komunitasnya dan tempat nobar sebagai pangkalan nobarnya.

These a day , nobar has become one of the most popular community activities in society. This fact can be proven by realizing that there are so many supporter comunities that appear and hold this activity. Nobar, regularly being held by supporter community every weekend can't be separated with the place they used as a venue. One place should have several factor that answer community criteria about the usage of that place as their nobar basecamp. This paper will be focused more about the connection between football community supporter with their nobar location. This paper is also talk about physical element of nobar's venue, community activity that create and change a neutral place into a place with their identity, and the meaning that member indivually feel towards community and also the place as their nobar basecamp.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bevani Cattleya
"Cahaya matahari adalah anugerah Tuhan yang sering kali kita take it for granted. Ilmu pengetahuan alam yang kita dapat semenjak sekolah dasar sudah menjabarkan bagaimana matahari adalah sumber energi pokok untuk kehidupan di atas bumi, namun belum banyak pengkajian mengenai sisi estetis dan puitis dari cahaya matahari. Salah satu sisi estetis dan puitis dari cahaya matahari adalah perubahannya yang menerus dan keragaman kualitasnya yang sering melukis alam menjadi begitu indah. Ketika berlibur ke alam terbuka, sering kita menikmati pemandangan alam yang memberi kita suasana yang berbeda dari pagi, siang dan sore, berbeda pula ketika cerah atau mendung. Apa yang membuat suasana pagi hingga sore itu berubah? Tentunya pohon-pohonan, laut, dli tidak banyak berubah, yang merubah pemandangan secara keseluruhan adalah posisi matahari dan kondisi langit_ Sebagai arsitek, yang idealnya tidak hanya merancang sesuatu yang berguna tetapi jugs indah, kita semestinya awas terhadap efek yang dapat ditimbulkan oleh cahaya matahari terhadap karya arsitektur kita. Bila matahari dan langit dapat merubah suasana alam di ruang Iuar, mengapa tidak dapat merubah suasana di dalam ruang arsitektur kita? Tentunya tidak mudah merancang ruang yang dapat menanggapi perubahan kualitas cahaya matahari menjadi perubahan kualitas ruang. Tulisan ilmiah ini mencoba mengamati dan belajar bagaimana suatu ruangan dapat berubah kualitasnya dengan mengapresiasi perubahan kualitas cahaya matahari dan kondisi langit serta mengamati perilakunya dalam ruang interior meialui kajian teoritis dan pengamatan studi kasus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofira Amanda Putri
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana kualitas aural hadir dalam luxury retail. Kualitas aural dalam setting interior terbentuk oleh sistem akustik yang menjadi salah satu aspek pembentuk sebuah pengalaman ruang. Luxury retail adalah salah satu contoh setting interior dengan kualitas aural yang hadir karena aspek-aspek suara dan akustik oleh merchants dengan maksud menjadikannya sebagai media informatif mengenai brand tersebut kepada pengunjung. Dari hasil studi yang dilakukan pada 3 luxury retail di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta ditemukan bahwa kualitas aural pada luxury retail terbentuk oleh kontrol akan distribusi suara dan elemen spasial yang ada. Distribusi suara berhubungan dengan sumber suara yang diinginkan (preferred) seperti sumber musik diputar dalam ruang (speaker) dan sumber suara yang tidak diinginkan (nonpreferred) seperti noise yang berasal dari utilitas dan interaksi manusia yang berlebihan. Elemen spasial berkaitan dengan batas fisik ruang (boundary) retail, seperti keberadaan akses dan shop front display dan komposisi material yang ada pada retail, baik material yang bersifat menyerap suara seperti fabric, dan material yang bersifat memantulkan suara seperti keramik. Kontrol akan distribusi suara dan batas fisik ruang dalam retail menjadi salah satu strategi luxury brands dalam menghadirkan kualitas aural dalam luxury retail. 

This thesis discusses how the presence of aural quality is experienced in a luxury retail. Aural quality in an interior setting is created by an acoustic system which will give a complete spatial experience. Luxury retail is an example of how aural quality exist as a result of the merchants attempt to use sound, as an auditory stimulation, as a media to communicate the brand to the visitors. By observing 3 luxury retails in Jakarta, this study discovers that aural quality of luxuty retails is created through the control of the sound distribution and the spatial elements within the interior. While sound distribution is related to how the preferred sound such as music and the non-preferred sound such as noise from the utilities exist in the interior, spatial elements correlate to the physical boundaries like partitions, shopfront window display, and the materials which can absorb or reflect sounds. Controlling both sound distribution and spatial elements in a luxury retail is one of many strategies of luxury brands in imposing their brand to their targeted market.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosiana Ambarwati
"Sejak dulu lingkungan kesehatan atau Rumah Sakit digambarkan sebagai suasana yang putih, steril, licin, dan bersih. Telah luas diketahui bahwa warna memainkan dan mempunyai pengaruh yang kuat pada emosi, suasana hati dan psikologi manusia. Warna dapat menjadikan tenang, menyegarkan atau menggairahkan, memberi semangat atau malah menimbulkan stress. Kesan hidup dan suasana suatu ruang sangat ditentukan oleh warna dan sebutan yang kita berikan pada ruang tersebut baik cerah, riang, meriah, nyaman, sedih, sejuk atau serius berdasarkan warna - warna yang menimbulkan kesan seperti di atas pada kita.
Penelitian ini merupakan survai analitik cross sectional dengan tujuan mengetahui gambaran deskriptif faktor-faktor yang diteliti dan hubungannya. Pengumpulan data primer dilakukan di dua buah Rumah Sakit yaitu di Rumah Sakit UKI Cawang yang menggunakan warna interior dinding putih dan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Jatinegara yang menggunakan warna interior dinding berwarna ( krem/kuning gading ). Sampel diambil dengan cara kuota dengan jumlah sampel 80 atau 40 setiap Rumah Sakit yaitu pasien rawat inap di kelas perawatan Super VIP, VIP dan I. Waktu pengambilan sampel yaitu pada bulan Juli - Agustus 2000. Hasil penelitian ini dianalisis secara statistik univariat dan bivariat menggunakan SPSS 10.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan univariat bahwa karakteristik responden dikedua Rumah Sakit ( hanya berbeda dalam hal pekerjaan yaitu persentase responden yang bekerja lebih banyak di Rumah Sakit UKI dan mayoritas dari responden usia produktifnya adalah bekerja. Kesimpulan bivariat adalah ada hubungan antara warna interior dinding dengan efek psikologis pada pasien, yaitu warna interior dinding yang berwarna ( krem / kuning gading) kurang meyebabkan stres dibandingkan warna interior dinding yang putih. Pendidikan dan pekerjaan juga ada hubungan dengan efek psikologis warna interior dinding.
Sebagai saran untuk Rumah Sakit UKI Cawang agar menggunakan warna interior dinding krem / kuning gading. Untuk Program Kajian Administrasi Rumah Sakit ( agar memberikan mata kuliah tentang Desain Interior agar mahasiswa mengetahui bahwa warna interior dinding memiliki aspek yang penting pada pasien.

The Correlation between Colors On Interior Walls And Their Psychological Effect On Patients Treated At UKI Cawang Hospital And Mitra Keluarga Jatinegara Hospital In The Year 2000Since long ago health environment or Hospital has been pictured as a white, sterile, smooth and clean atmosphere. It is widely known that colors play and have a strong influence on the emotion, feeling and psychology of mankind. Colors can calm down, refresh or stimulate, give encouragement or even cause stress. A lively impression and atmosphere of a room is very much determined by the colors and the reference we give to that room be bright, cheerful, joyful, pleasant, sad, cool or serious based on the colors creating the above impression upon ourselves.
A study such as this is an analytical cross sectional survey with the purpose to comprehend the descriptive illustration of the examined factors ad its correlation. Primary data collection was conducted in two Hospitals, both in UK1 Cawang Hospital which uses a white color for its interior walls and Mitra Keluarga Jatinegara Hospital which uses a crème/ ivory yellow. Samples were taken by the quota method with a total of 80 or 40 for each Hospital being treated in the Super VIP, VIP and 1' class. The samples were taken in the month of July and August 2000. The result of this research was univariat and bivariat statistically analyzed using SPSS 10.
The result of this research was the univariat conclusion that the characteristics of respondents at both Hospitals only differed in the employment factor, being that the UKI Cawang Hospital had a higher percentage of employed respondents and that the majority or respondents had job in the productive age. The bivarial conclusion was that a correlation does exist between the color of interior walls and its psychological effect on patient, which is that colored interior walls ( crème/ ivory yellow ) will caused less stress compared to white colored interior wall colors. Also a correlation does exist between education and the employment with psychological effect of stress of interior walls.
I would like to propose that UKI Cawang Hospital would use a crème/ ivory yellow color on its interior walls, For the Study Program on Hospital Administration lectures should be given on Interior Design so that students would understand that the color of interior walls is an important aspect to a patient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bano
New York : Loft Publications, 2003
747.78 BAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanny Febrina
"Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain interior untuk menerangi interior ruang komersil yang bergerak di bidang food & beverages. Dalam hal ini, pencahayaan buatan juga berperan penting untuk membentuk suasana interior dan suasana hati pengunjung, karena berkaitan dengan interaksi visual pengunjung dalam mengalami sebuah ruang ketika sedang menikmati makanan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria mendesain interior ruang komersil yang menjual western cake melalui pencahayaan buatan serta standar iluminasi yang dibutuhkan untuk sebuah kios di pasar dan kafe sehingga dapat mengetahui pengaruh pencahayaan buatan terhadap persepsi visual manusia. Penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan, studi kasus, wawancara dan kuisioner untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Studi kasus dilakukan dengan mengamati dan membandingkan karakteristik suasana yang terbentuk melalui pencahayaan buatan pada sebuah kios dan kafe yang masih tergolong baru. Pencahayaan buatan pada suasana interior di kedua tempat tersebut membentuk karakteristik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi visual manusia dalam menerima intensitas cahaya yang dibutuhkan ketika sedang menikmati kue, kawasan dimana kios dan kafe tersebut berada, dan target pengunjung yang datang untuk menikmati kue.
Artificial lighting is one aspect of interior design to illuminate the interior of commercial space engaged in food & beverages. In this case, artificial lighting also has an important roles to form the interior atmosphere and mood of visitors, because it related to the visual interaction of visitors in experiencing a space while enjoying the food. This thesis aims to determine the criteria for designing the interior of commercial space that sells western cake through artificial lighting and illumination standards required for a kiosk at the market and cafe so it can determine the effect of artificial lighting on human visual perception. The methods used literature studies, case studies, interviews and questionnaires to obtain the required data. Case studies conducted by observing and comparing the characteristics of the atmosphere that is formed through artificial lighting at a new kiosk and cafe. Artificial lighting on the interior atmosphere in both places forming different characteristics. It is influenced by human visual perception in receiving the required light intensity while enjoying cake, an area where the kiosk and cafe are located, and the targeted visitors who come to enjoy the cake."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayunda Putri
"Pengunjung kafe umumnya ingin merasakan suasana yang nyaman dan rileks, dan cahaya yang agak redup dan kekuningan dinilai dapat memberikan kesan rileks. Sedangkan sebuah kafe perpustakaan memiliki aktivitas membaca sebagai aktivitas tambahan, yang membutuhkan cahaya yang terang. Beberapa lembaga juga mengeluarkan rekomendasi tingkat iluminasi untuk sebuah ruang baca. Namun setelah dilakukan kajian teori dan studi kasus didapat bahwa pencahayaan yang dapat membuat rileks tidak hanya bergantung dari warna cahaya akan tetapi ada pengaruh dari penempatan sumber cahaya, arah cahaya dan elemen-elemen lain dalam sebuah ruang. Untuk aktivitas membaca tidak harus terang sesuai tingkat iluminasi yang direkomendasikan, namun tetap harus cukup untuk kenyamanan manusia ketika membaca.

Guests of cafe in general way want to feel relax ambience, generally dreary and warm light claimed can create impression of relax. While library cafes have reading as additional activity that require bright light. Some institute also published recommendation of illuminance for a reading room. However after did theory research and study case, found that lighting which can make relax not only depend by color of light but also effected by location of light source, direction of light and other elements of a room. For reading activity must not bright as recommendation of illuminance, but still must enough for human comfort when reading."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Fatma Annisa
"ABSTRAK
Desain industri berawal dari pemisahan proses desain menjadi mental dan manual pada tahun 1700-an. Pemisahan ini bertujuan untuk memudahkan produksi barang dalam jumlah banyak dan bentuk yang seragam. Seiring perkembangan teknologi manufaktur pada industri, penyediaan produk massa menjadi semakin mudah. Dengan industri manufaktur dan keinginan konsumsi masyarakat, Barcelona Chair sebagai sebuah karya otentik dan bernilai intelektual tidak luput dari produksi massa. Masyarakat sebagai konsumen memiliki peran penting dalam produksi massa Barcelona Chair karena keinginannya yang selalu ingin dipuaskan. Sementara, industri yang bertujuan meraih keuntungan komersial bertanggungjawab pada pengarahan preferensi masyarakat melalui metode individualisasi desain dan fetishization. Pengarahan preferensi ini dilakukan untuk membuat masyarakat mendambakan Barcelona Chair dan akhirnya melakukan konsumsi. Akibat produksi massa, nilai-nilai intelektual atau aura Barcelona Chair sebagai high art terstandardisasi dan terendahkan. Proses desain Mies van der Rohe, sejarah penggunaan material, dan seluruh elemen yang melatarbelakangi lahirnya Barcelona Chair sebagai high art menjadi disepelekan akibat penyesuaian produksi massa yang dilakukan industri. Pemisahan Barcelona Chair dari konteksnya hingga perubahan material membuat Barcelona Chair tidak lagi unik dan otentik, melainkan hanya menjadi sebuah komoditas yang dapat dinikmati siapa saja dan dalam kondisi apa saja.

ABSTRACT
Industrial design started from the separation of the design process into mental and manual processes in the 1700s. This separation aims to facilitate the production of goods in large quantities and a uniform form. Along with the development of manufacturing technology in the industry, the provision of mass products becomes easier. With the manufacturing industry and people 39 s consumption intentions, Barcelona Chair as an authentic and intellectually valued work did not escape the mass production. Society as a consumer has an important role in the mass production of Barcelona Chair because of their desire that always wants to be satisfied. Meanwhile, industries which aim at achieving commercial profit are responsible for the direction of community preference through the method of design individualization and fetishization. The direction of this preference is made to make people crave Barcelona Chair and finally do the consumption. Due to mass production, the intellectual values or aura of Barcelona Chair as a high art is standardized or degraded. Mies van der Rohe rsquo s design process, the history of material use, and all the elements behind the birth of Barcelona Chair as a high art become underestimated due to the adjustment of mass production by the industry. The separation of Barcelona Chair from its context to material change makes the Barcelona Chair no longer unique and authentic, but merely becomes a commodity that anyone under any circumstances can enjoy.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Taschen GmbH, 2000
747.491.26 SEA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>