Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97283 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Gabriella Zoelkarnain
"Dengan maraknya penggunaan material tembus pandang seperti kaca sebagai material yang membentuk dinding, keberadaan dinding semakin ?menghilang?. Keberadaannya tersamarkan, fungsi tunggalnya pun bercampur dengan fungsi dari unsur lain, yaitu jendela. Dengan menggunakan kajian teoritis, penulisan skripsi ini akan membahas jati diri dari dinding yang semakin ?menghilang? dengan cara menggali pemaknaan dari masing-masing unsur tersebut berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Gottfried Semper dan Otto Bollnow. Serta membahas bagaimana perkembangan teknologi struktur yang terjadi karena adanya revolusi industri pada abad ke-19, dan juga perubahan pemahaman ruang arsitektur modern pada abad ke-20 mempengaruhi terjadinya fenomena ini, pada studi kasus sebuah hunian modern.

As the use of transparent material, such as glass in modern building increases, the presence of wall is diminished. Its existence is becoming hazy. Its sole function is mixed with another function, specifically window?s. This undergraduate thesis will be discussing the diminishing existence of walls, through theoretical views by elaborating each element's function, walls and windows, based on Gottfried Semper and Otto Bollnow?s theories. Also by discussing how structural technology is advancing since the industrial revolution in 19th century, along with the changes in modern architecture?s space conception in regard of space in 20th century influences this phenomena, in a case studies of modern dwelling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Air sebagai substansi yang disediakan alam, ternyata tidak hanya memberi manfaat untuk keberlangsungan hidup manusia saja, tetapi juga menjadi wadah untuk manusia bertinggal. Hubungan yang terjalin antara air dengan manusia dan arsitektur mewujudkan suatu bentuk hunian di atas air. Munculnya hunian di atas air didasari baik faktor fisik lingkungan maupun faktor yang dibentuk oleh manusia itu sendiri, sejarah, budaya, dan kepercayaan misalnya. Skripsi ini memaparkan pentingnya peran air pada hunian di atas air menjadikannya sebagai orientasi berhidup ataupun berinteraksi dengan sesama. Akibatnya, pengaruh aktivitas yang ada di atasnya menentukan konsep hunian dan pembagian ruang - ruangnya. Dalam menjaga keberdirian dan memastikan hunian untuk tetap terapung, metode yang digunakan untuk keterbangunan hunian di atas air juga menjadi hal utama. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dilakukan, kehidupan di atas air tidak dapat lepas begitu saja dengan aktivitas yang terjadi di daratan. Maka dari itu, secara garis besar bahwa hidup di atas air menghapus batasan antara daratan dan air.

Water as a substance which is provided by nature, not only gives amelioration for human living, but also accommodates spaces for human dwelling. The relationship between water with human and architecture could form a kind of dwelling on the water. The presence of dwelling on the water may be affected by physical environment or the behaviour of human itself, such as history, culture, and belief. This paper is aimed to reveal the ability of water to create whether as life orientation or human interaction. The influence of human’s activity could establish the concept of dwelling and the diverse types of spaces. Construction method also has a main role to ensure the building keeps floating. Based on case study, dwelling on the water could not be separated from activities which occured on land. Therefore, generally that dwelling on the water wipes out the boundary between land and water."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
New York: Van Nostrand Reinhold, 1962
724.91 SIE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Wahyu Apriliriana
"Adanya Globalisasi dan perkembangan teknologi membuat manusia kini memiliki mobilitas tinggi dan mampu mengatasi masalah ruang, jarak, dan waktu. Meskipun memiliki mobilitas tinggi, manusia tetap memiliki kebutuhan untuk berhuni menetap. Kemudahan berpindah memicu sebagian manusia untuk melakukan berhuni sambil berpindah atau bertransformasi menjadi nomad modern. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang nomad modern sebagai produk dari perubahan zaman, klasifikasi nomad modern dan bagaimana pola berhuni sambil berpindah yang mereka lakukan yang kemudian dikaitkan dengan teori tentang berhuni dan tempat sebagai salah satu aspek penting dalam berhuni. Hasil penelitian menunjukan bahwa bila dikaitkan dengan konsep berhuni, pada pola berhuni berpindah yang dilakukan nomad modern terdapat anomali yang disebabkan naluri manusia untuk berhuni menetap dengan kebutuhan nomad untuk terus berada dalam perpindahan. Anomali yang dimaksud berupa dilema yang dirasakan nomad modern yang kemudian diselesaikan dengan adanya periode mooring (berhuni di suatu tempat dalam periode tertentu) yang dilakukan pada proses berhuni berpindah mereka. Mooring ini bertujuan sebagai pemulihan dari kelelahan selama perpindahan yang konstan sebelum melanjutkan kembali perjalanan mereka.

The existence of globalization and the development of technology makes people now have high mobility and capable of overcoming the problem of space, distance, and time. Despite having high mobility, people still have the need to settle. These facility trigger some people to do mobile dwelling or transformed into modern nomads. In this paper the author discusses about modern nomad as a product of the change of time, the classification of modern nomad and their mobile dwelling pattern then asscociated with the theory of dwelling and place as one of the important aspects of dwelling. The results showed that when associated with the concept of dwelling, there is anomaly in the pattern of mobile dwelling that done by modern nomad caused by the human nature to settle and the mobility of nomad that needs to continue moving. This anomaly is a form of dilemma perceived by modern nomad who later settled it with mooring period (dwelling in a particular place within a certain period of time) that done on the process of their mobile dwelling. This mooring period is to recover from fatigue during constant displacement before resuming their journey."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Ridayanti
"Arsitektur dan film di era modern ini tidak dapat dipisahkan dari segi generasi persepsi ruang Arsitektur dibangun di dan mengitari suatu ruang yang dapat menjadi setting untuk film sedangkan film adalah sebuah medium dua dimensi untuk mengeksplorasi dan menyajikan arsitektur sebagai kerangka sebuah narasi Arsitektur adalah komponen fundamental dalam rangka film dapat memberikan narasi Skripsi ini membahas bagaimana representasi arsitektur disampaikan sebagai kerangka narasi spasial film dan peran penting yang mereka pegang dalam menyampaikan pesan narasi yang mendasari dan pengalaman spasial dalam sebuah film.
Skripsi ini membahas pengerjaan dari real ke reel meminjam istilah Nezar AlSayyad yang merujuk realitas dan sinema menggunakan arsitektur modern di film Playtime Jacques Tati 1967 sebagai studi kasus Real dan reel adalah sebagai fokus utama skripsi ini Akhirnya skripsi ini mengamati konsep reel ke real bagaimana arsitektur dan film yang dapat mempengaruhi perspektif kita dalam hidup dan digunakan sebagai parameter untuk desain.

Architecture and film in this modern era are inseparable concerning the generation of perceptual spaces. Architecture is built in and around spaces, which may provide the setting for a film, whereas film stands as a two-dimensional medium to explore and present architecture as a narrative framework. Architecture is a fundamental component in order that film can deliver its narrative.
This thesis discusses how architectural representation is conveyed to encase the spatial narrative of a film and the important role they hold in conveying messages, underlying narratives, and the spatial experiences in a film. It discusses the workings of real to reel, borrowing Nezar AlSayyad's term in reference to the reality and the cinema, using the modern architecture in Jacques Tati's Playtime (1967) as a case in point. The real and reel stand as the main focuses of this thesis. Finally, it observes the concept of reel to real, how the architecture and film can affect our perspectives in life and be used as parameters for design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelangi Fitri
"Skripsi ini membahas tentang prinsip-prinsip dasar bangunan pada hunian terapung yang berada di perairan sungai, danau, dan laut terkait kondisi alam di masing-masing perairan tersebut. Berada di atas air, membuat kondisi alam di lingkungan perairan, terutama yang berpengaruh terhadap cara kerja struktur hunian terapung, penting untuk diperhatikan. Kondisi alam di sungai, danau, dan laut memiliki karakternya masing-masing. Sehingga, hunian terapung di masing-masing perairan tersebut memiliki caranya masing-masing dalam menangani kondisi tersebut. Penulisan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi literatur dan studi kasus dengan data yang berasal dari berbagai sumber cetak maupun elektronik.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hunian terapung harus berada di perairan dangkal yang terlindung dari arus dan gelombang besar, serta dekat dengan permukiman di daratan sekitar sebagai penunjang kehidupan. Bentuk bangunan di perairan sungai sebaiknya dibangun ramping dengan sisi terpendek menghadap arus, sebaliknya, di danau dan laut bentuk ramping dan terlalu tinggi sebaiknya dihindari. Tambatan sebaiknya mempertimbangkan pasang-surut, arah serta kecepatan pergerakan air. Tambatan untuk hunian terapung yang berada di sungai sebaiknya ditempatkan di ujung hulu dan hilir bangunan atau di ujung hulu saja. Tambatan untuk hunian terapung di laut sebaiknya lebih erat dalam memegang bangunan dibanding hunian terapung di danau atau sungai. Material yang digunakan pada hunian terapung harus tahan terhadap air, terutama untuk hunian terapung yang berada di laut dengan tingginya salinitas.

The focus of this study is about the basic principles of floating home in the river, lake, and sea that are related to their nature conditions.Being on the water, makes the nature conditions in each body of water, which could give some effect to floating home?s structure, are important to be considered in constructing the floating home. River, lake, and sea have their own nature?s characters. That makes floating home in each place has its own way to deal with the conditions. This study uses descriptive-qualitative method.
The result shows that floating home should be placed in shallow water area that is protected from large waves and currents, and near the settlements of nearby land. The river-floating home should be costructed as thin building whose smallest side faces the currents. On the other hand, neither lake-floating home nor sea-floating home should be constructed as thin building. It?s better to consider tidal?s effect, water movement direction and velocity in constructing mooring. The mooring at river-floating home should be placed at the upstream and downstream part of the building. The mooring at sea-floating home should hold the building more tightly than those at river and lake ones. The materials are used in floating home should have high endurance to water, especially for those which are used in sea.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
": Street space, as a form of public space, accommodates various activities. Jenderal Sudirman Street in Salatiga is an example of a main street downgraded to a lesser classification because it has to accommodate accumulating function and activities. This condition has a direct bearing on the development of the physical Setting of formal activities on the street space. Informal act ivities emerge as a response of space user to the existence of establish formal activity Setting. Predominant commercial function, especially traditional markets, give rise to informal activities in the form of street vendors and its internodes. Limited high-value street space causes conflict among its users. The aim of this research is to formulate types of relationship among formal and informal activity in the street space than describe element which interconnected based on type of relationship . This can be achieved by identifying factors influencing the relationship between behavior of informal activities and formal physical Setting. The method applied by this research is behavioral mapping. This method applies a mapping technique called Placed Centered Map to identify the pattern of various activities happening at an activity node and another mapping technique, Person Centered Map, which identifies the pattern of a street user character dynamically along the street space which function as public space. This method can be used to describe specific human needs at the physical Setting depending on local behavior. Relationship between growing informal an formal activities developing in the same street space will be interconnected an mutually influencing, especially in character, intensity an the physical Setting of street vendors as informal activity. This research has found different types of relationship, interconnected elements and relational pattern between formal and informal activities at Jenderal Sudirman Street, Salatiga. The research focuses on the relationship between traded commodities and the street vendors motivation. In conclusion, four types of relationship were established : same commodity relationship, complementary commodity relationship, neutral commodity relationship and no relation with no street vendors in the area. Elements which interconnected from each type of relationship are fixed element that are pedestrian ways, building character and building set front ; semi fixed elements that are display and drop off area ; and non fixed elements that are pedestrian intensity, speed of vehicle and internodes. This research also found various factors which influence the relationship that are concentric commercial area such as traditional market as main activity nodes, linier commercial area such as shop matters will be attract ed people to walk along the street, access to the building block area, operational time of formal activity, various street users, building physical character and achievable distance for pedestrian."
2008
720 JAP 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Tjahjono
Jakarta: UI-Press, 2002
PGB 0408
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Meydina Putri
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh kebudayaan pada pembentukan pola ruang rumah tinggal yang telah pindah keluar daerah asalnya. Pembahasan dilihat melalui perspektif arsitektur interior yang menitikberatkan pada pengaturan pola tatanan ruang dalam rumah. Pola tersebut ditinjau berdasarkan tingkatan intervensi penghuni terhadap rumahnya, organisasi ruang, tata letak elemen interior, dan pemanfaatan ruang. Studi kasus dilakukan pada dua rumah orang Betawi yang berada di Cimahi, Jawa Barat.
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa keduanya masih mencerminkan pola kebudayaan dari daerah asal mereka, meskipun lokasinya sudah berada di luar daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam subconscious mind penghuni masih tertanam pola ruang tertentu yang berasal dari kebudayaan asal dan terus terbawa sehingga mereka cenderung membentuk rumahnya sesuai dengan pola tadi.

This study discusses the influence of culture on the configuration of house’s spatial pattern that had moved outside its origin place. This discussion is observed from the interior architecture perspective that focuses on the arrangement of space order pattern in the house. The pattern review based on the level of residents’ intervention toward their house, the space organization, the layout of the interior elements, and the space utilization. The case study was carried out in two Betawis’ houses in Cimahi, West Java.
The result showed that both of them are still representing its origin pattern, although the location is not in its origin place anymore. It indicates that the specific pattern which comes from its origin culture is still embedded and involved in the residents’ subconscious mind, so that they will configure their house accordance with that pattern.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>