Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Irma Malyana Artha
"Salah satu anggota keluarga terinfeksi soil-transmitted helminthes (STH) merupakan faktor risiko infeksi STH terutama di daerah endemis. Penelitian pola infeksi STH pada keluarga belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola infeksi STH pada keluarga di Kalibaru, Jakarta Utara dan Batu Ampar, Jakarta Timur. Penelitian ini berdesain cross-sectional yang dilakukan di SD 07 Pagi Kalibaru dan SDI Al-Amin Batu Ampar pada Juni 2012- September 2014. Sampel penelitian sebanyak 118 keluarga (84 keluarga di Kalibaru dan 34 keluarga di Batu Ampar). Diagnosis STH dengan metode Kato-Katz. Data sosio-ekonomi keluarga diperoleh dengan kuesioner. Prevalensi A. lumbricoides pada siswa SD, ayah, dan ibu di Kalibaru berturut-turut 34,8%, 25,8%, dan 28,4%. Prevalensi T. trichiura berturut-turut 47%, 12,1%, dan 10,2%. Berbeda dengan di Batu Ampar, prevalensi A. lumbricoides berturut-turut 6,8%, 0%, dan 5,7%. Tidak ada infeksi T. trichiura di Batu Ampar. Intensitas infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura di Kalibaru tergolong ringan dan sedang. Intensitas infeksi A. lumbricoides di Batu Ampar tergolong ringan. Pola infeksi STH pada keluarga di Kalibaru lebih bervariasi dibandingkan di Batu Ampar. Secara statistik, terdapat perbedaan bermakna pola infeksi A. lumbricoides di Kalibaru dan Batu Ampar (p<0,05) dengan nilai OR 4,62 (95% CI 1,192-17,878). Lokasi penelitian merupakan faktor proteksi infeksi STH (OR = 0,75; 95% CI 0,582-0,966). Penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu anggota keluarga terinfeksi A. lumbricoides merupakan faktor risiko penularan A. lumbricoides di daerah endemis (Kalibaru).

An infected household is risk factor in STH infection, especially in endemic area. The research of STH infection in household has not been studied. The aim of research was to know STH infection pattern of household in Kalibaru, Jakarta Utara and Batu Ampar, Jakarta Timur. This cross-sectional study held in SD 07 Pagi Kalibaru and SDI Al-Amin Batu Ampar on Juny 2012- September 2014. This research includes 118 families (84 families from Kalibaru and 34 families from Batu Ampar). STH infection was diagnosed through Kato Katz method. Socio-economic data of family was collected through questionnaire. In Kalibaru, the prevalence of A.lumbricoides in students, father, and mother in order are 34.8%, 25.8%, 28.4%. The prevalence of T.trichiura in order are 47%, 12.1%, and 10.2%. In Batu Ampar, the prevalence of A.lumbricoides in order are 6.8%, 0%, and 5.7%. There is no T.trichiura infection in Batu Ampar. Intensity of infection of A.lumbricoides and T.trichiura in Kalibaru is mild and moderate. Intensity of infection of A.lumbricoides in Batu Ampar is mild. STH infection pattern in Kalibaru is more varies than in Batu Ampar. Statistically, there is significance result of STH infection pattern in Kalibaru and Batu Ampar (p<0.05) with OR=4.62 (95% CI 1.192-17.878). The location of this research is a protection factor of STH infection (OR=0.75; 95% CI 0.582-0.966). This research supports that A.lumbricoides infection in one of household member become risk factor of A.lumbricoides transmission in endemic area (Kalibaru)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maringga, Fredy Rodeardo
"Latar Belakang: Di Indonesia, angka prevalensi infeksi Soil-transmitted helminths masih cukup tinggi, terutama di populasi siswa sekolah dasar dan yang menjadi faktor risiko utama terjadinya infeksi adalah faktor sosioekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dan tingkat pendidikan orangtua terhadap infeksi STH di keluarga siswa Sekolah Dasar.
Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan desain potong-lintang (cross-sectional). Data pekerjaan dan pendidikan orangtua diperoleh melalui kuesioner. Status infeksi tinja diperoleh melalui pemeriksaan sampel tinja yang dikumpulkan oleh siswa SD Kalibaru (Jakarta Utara) dan MI Al Amin Batuampar (Jakarta Timur), serta keluarganya. Pemeriksaan sampel tinja menggunakan metode Kato-katz.
Hasil: Dari 207 keluarga yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan prevalensi STH pada keluarga siswa sekolah dasar di Kalibaru adalah sebesar 64,8% dan pada siwa sekolah dasar di Batuampar adalah sebesar 10,4%. Tidak didapatkan hubungan antara pekerjaan bapak dengan infeksi STH di keluarga (p=0,052; p>0,05) dengan OR=2,46, 95% CI = 0,97-6,20. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan infeksi STH di keluarga (p=0,512; p>0,05) dengan OR=1,041, 95% CI = 0,511-2,12. Tingkat pendidikan bapak yang rendah menjadi faktor risiko infeksi STH di keluarga (p=0,001; p<0,05) dengan OR=2,52, 95% CI = 1,42-4,44. Demikian juga dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah juga menjadi faktor risiko infeksi STH di keluarga (p=0,008; p<0,05) dengan OR=2,25, 95% CI = 1,234-4,105.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan bapak dan ibu dengan infeksi STH di keluarga. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan bapak dan ibu dengan infeksi STH di keluarga.

Background: High prevalence of soil-transmitted helminthes in Indonesia, especially in elementary school students is mainly affected by the socioeconomic factors. This research was aimed to find out the relationship between parental occupation and education level towards the prevalence of STH in elementary school student?s families.
Method: This research was conducted using cross-sectional design. Parental occupation and education level was obtained from the questionnaire. The STH infection status was obtained from the examination of fecal sample collected by the students of Kalibaru Primary School and Madrasah Ibtidaiyah Al Amin Batuampar and their families. The fecal sample examination was conducted using Kato-katz method.
Result: From 207 families which fulfilled the inclusion criterias, the prevalence of STH is 64.8% in Kalibaru Primary School and 10.4% in Madrasah Ibtidaiyah Al Amin. There was no direct effect from father?s occupation toward the prevalence of STH among families (p=0.052; p>0.05) with OR=2.46, 95% CI = 0.97-6.20. There was no significant relation between the mother?s occupation and the prevalence of STH among families (p=0.008; p<0.05) with OR=2.25, 95% CI=1.234-4.105. Low father?s educational level is risk factor for STH infection in families (p=0.001; p<0,05) with OR=2.52, 95% CI = 1.42-4.44. Low mother?s educational level is also a risk factor for STH infection in families (p=0.008; p<0.05) with OR=2.25, 95% CI = 1.234-4.105.
Conclusion: There is no relationship between parental occupation and prevalence of STH among families. There is significant relationship between both of mother's and father's level of education with prevalence of STH among families.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Irvin Rembrant Holleritz
"Latar Belakang: Infeksi Soil-transmitted helminths merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Faktor risiko infeksi STH adalah jumlah anggota keluarga dan kepadatan keluarga di daerah endemis STH. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga, luas rumah, dan kepadatan keluarga terhadap prevalensi STH pada keluarga anak Sekolah Dasar.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan kuesioner untuk memperoleh data demografi, dan pemeriksaan tinja untuk menilai infeksi STH di Kalibaru dan Batu Ampar pada tahun 2012 hingga 2014.
Hasil: Prevalensi STH keluarga di Kalibaru dan Batu Ampar secara berurutan sebesar 64,8% dan 10,4%. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara jumlah anggota keluarga dalam satu rumah dengan infeksi STH pada keluarga (p = 0,767), namun di Kalibaru, jumlah anggota keluarga sedikit merupakan faktor proteksi terhadap infeksi STH di keluarga (OR = 0,899, 95% CI = 0,445-1,817). Uji statistik menunjukkan hubungan bermakna antara luas rumah dengan infeksi STH pada keluarga (p = 0,038). Selain itu, kepadatan keluarga memiliki hubungan bermakna dengan infeksi STH pada keluarga (p = 0,003). Keluarga yang padat meningkatkan risiko terjadinya infeksi STH dalam keluarga (OR = 2,326, 95% CI = 1,332-4,062).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan infeksi STH di keluarga. Terdapat hubungan antara luas rumah dan kepadatan keluarga dengan infeksi STH di keluarga.

Background: Soil-transmitted helminths (STH) infection is a national health problem. The risk factors are number of family members and family density in endemic areas. This research was conducted to find the association between number of family members, house's area, and family density towards STH prevalence in school-age children?s families.
Methods: Cross-sectional method was used, with questionnaire to collect demographic data and fecal examination to gain STH infection status in Kalibaru and Batu Ampar from 2012 to 2014.
Results: Family?s STH prevalence in Kalibaru and Batu Ampar were 64.8% and 10.4%, respectively. There was no significant relation between the number of family members and STH infection in family (p = 0.767). However, in Kalibaru, lesser family member was protective against STH infection (OR = 0.899, 95% CI = 0.445-1.817). Statistics showed significant relationship between house?s area and STH infection in family (p = 0.038). There was significant relationship between family density and STH infection in family (p = 0.003). Dense family increases family?s STH infection risk (OR = 2.326, 95% CI = 1.332-4.062).
Conclussion: It is concluded that there is no relationship between the number of family members and STH infection within family. House's area and family density is associated with STH infection in family.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Istri Intan Yuniari
"Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) masih tinggi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang penting untuk penularan STH dan hubungan perilaku kesehatan dengan STH. Penelitian ini dilakukan di SDN 07 Kalibaru (Jakarta Utara) sebagai daerah kumuh dan MI Al-amin Batu Ampar (Jakarta Timur) sebagai daerah tak kumuh pada Juni hingga September 2012 dengan desain cross-sectional. Data demografi responden diperoleh dengan kuesioner. Infeksi STH dideteksi dengan teknik Kato-Kaz. Sebanyak 182 responden (Daerah kumuh=138 sampel dan Daerah tidak kumuh=44) didapatkan prevalensi STH di daerah kumuh sebesar 59,4% dan di daerah tidak kumuh sebesar 4,5%. Ketersediaan toilet di daerah kumuh memperoleh nilai OR = 0,80 (95% CI 0,31-2,10). Ketersediaan sumber air minum yang berasal bukan dari sumur di daerah kumuh kemungkinan sebesar 2,08 kali (95% CI 0,21-20,6) ditemukan infeksi STH dibandingkan dengan sumur, sedangkan di daerah tak kumuh kemungkinan sebesar 1,09 kali (95% CI 0,96-1,24) ditemukan infeksi STH dibandingkan dengan sumur. Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku, dan makan lalapan dengan infeksi STH. Infeksi STH lebih tinggi pada daerah kumuh, ketersediaan sumber air minum yang berasal bukan dari sumur berisiko terinfeksi STH, dan kebiasaan tidak memiliki hubungan bermakna dengan infeksi STH.

The infection of Soil Transmitted Helminths (STH) was high in elementary school students. The aim of this research was to know the risk factors of STH and the association between hygiene with STH. This research happened in SDN 07 Kalibaru (North Jakarta) as slums area and MI Al-amin Batu Ampar (East Jakarta) as non-slums area from June until September 2012 using cross sectional method. Demographic profile was collected by filling the questionnaire. The infection of STH was detected by Kato-Kaz method. This research includes 182 participants (slums area=138 samples, and non-slums area=44) found prevalence of STH in slums area was 59,4% and non-slums area was 4,5%. Household latrine in slums area got OR=0.80 (95% CI 0.31-2.10). Drinking water in slums area had risk 2.08 (95% CI 0.21-20.6) to find STH, meanwhile in non-slums area had risk 1.09 (95% CI 0.96-1.24) to find STH. Statistically, there was no significance association between washing hand, hygiene of nail, and eating fresh vegetables with STH infection. Infection of STH in slums area higher than in non-slums area, drinking water had risk factor for STH infection, and the hygiene among elementary school students had no significance association with STH infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patra Patiah
"ABSTRAK
Soil-transmitted heminths (STH) dapat menjangkiti anggota keluarga di daerah
endemis. Di Indonesia, prevalensi, intensitas infeksi dan faktor risiko STH pada
anggota keluarga belum diketahui. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
prevalensi, intensitas infeksi dan faktor risiko STH pada anak SD dan anggota
keluarga di Jakarta dan Cipanas. Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibaru 07 Jakarta
dan SDN Tarigu Cipanas Jawa Barat selama Januari-Juni 2012 dengan menggunakan
rancangan penelitian cross-sectional. Total sebanyak 841 sampel tinja (241 sampel
dari Jakarta dan 600 Cipanas) diperiksa dengan metode Kato-Katz. Ascaris
lumbricoides dan Trichiuris trichiura paling umum ditemukan dan dianalisis secara
terpisah. Di Jakarta, prevalensi A. lumbricoides dan T. trichiura pada anak SD, orang
tua murid dan anggota keluarga lain berturut-turut 37,5%, 36,5%, 30,4%, 10,1%,
30,5% dan 6,8%, sedangkan di Cipanas, 2,0%, 16,7%, 2,0%, 8,7%, 0,0% dan 4,7%.
Selain itu, di Jakarta, secara total, intensitas infeksi A. lumbricoides ringan
24,1%(58/241), sedang 9,1% (22/241) dan berat 0,4% (1/241), di Cipanas,
intensitas infeksi A. lumbricoides ringan 1,1% (7/600). Di Jakarta, secara total,
intensitas infeksi T. trichiura ringan 20,3% (49/241) dan sedang 0,8% (2/241),
sedangkan di Cipanas intensitas infeksi T. trichiura ringan 8,2% (49/600). Analisis
statistik memperlihatkan di SD Kalibaru 07 Jakarta , prevalensi dan intensitas infeksi
A. lumbricoides pada anak laki-laki berbeda bermakna dengan perempuan (p<0,05)
dan terdapat korelasi positif dan bermakna antara orang tua dan anak yang terinfeksi
A. lumbricoides. Di Kalibaru Jakarta merupakan tempat berisiko untuk infeksi A.
lumbricoides (OR 23,7 95%CI 6,42-87,6), sedangkan di Cipanas tempat yang
berisiko terinfeksi T. trichiura (OR 3,9, 95%CI 1,11-13,49). Jumlah anggota
keluarga terinfeksi STH (A. lumbricoides atau/dan T. trichiura) 1-5 orang di Jakarta
dan 1-4 orang di Cipanas. Analisis regresi logistik memperlihatkan bahwa
pendidikan ibu dan ketersediaan toilet merupakan faktor risiko infeksi A.
lumbricoides di Jakarta. Penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian
anthelmintik dan perbaikan sanitasi sangat diperlukan untuk menurunkan infeksi
STH di Jakarta dan Cipanas.

ABSTRACT
Soil-transmitted heminths (STH) may affect among family members in an endemic
area. In Indonesia, prevalence, intensity of infection and risk factors of STH
among household are known, so far. The aim of this study is to know intensity of
infection and risk factors of STH among school children and family members in
Jakarta and Cipanas. This study was conducted SDN Kalibaru 07 Jakarta and SDN
Tarigu Cipanas West Java, in January until June 2012, using cross-sectional design.
Overall, 841 stool samples (241 stool samples from Jakarta and 600 from Cipanas)
were examined by Kato-Katz method. Ascaris lumbricoides and Trichiuris trichiura
were common found and spatial analyzed in this study. In parent, and other family
members were 37,5%, 36,5%, 30,4%, 10,1%, 30,5% and 6,8% respectively, while in
Cipanas, 2,0%, 16,7%, 2,0%, 8,7%, 0,0% and 4,7% respectively. In addition, in
Jakarta, overall, intensities of A. lumbricoides infection were 24,1% (58/241) light,
9,1% (22/241) moderate, and 0,4% (1/241) heavy , while in Cipanas, they were
1,1% (7/600) light infections . In Jakarta, overall, intensities of T. trichiura infection
were 20,3% (49/241) light and 0,8% (2/241) moderat, while in Cipanas, it was
8,2% (49/600) light infection only. The statitistical analyses showed that both the
prevalence dan intensity of A. lumbricoides infection were significant different
among male and female school children of SDN Kalibaru 07 Jakarta (p<0,05) and
significant positive correlation (p<0,05) between both parent and school children
infected by A. lumbricoides. In Kalibaru Jakarta was a risk area to have A.
lumbricoides infections (OR 23,7 95%CI 6,42-87,6), while in Cipanas was T.
trichiura risk area (OR 3,9, 95%CI 1,11-13,49). The number of family members
infected by STH (A. lumbricoides or/and T. trichiura) was 1-5 persons in Jakarta
and 1-4 persons in Cipanas. Logistic regression analyses showed taht mothers’
education and toilet were risk factors of A. lumbricoides infection in Jakarta. This
study showed that anthelminthics and improvement of sanitation are considerable
required to reduce STH infections in Jakarta and Cipanas."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Widyasari
"ABSTRAK
Infeksi yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminthes (STH) yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura, saat ini cenderung meningkat dan menjadi masalah di masyarakat. Khususnya pada usia anak sekolah, prevalensi infeksi STH cukup tinggi salah satunya di daerah kumuh kota Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi kecacingan yang ditransmisikan melalui tanah dengan jumlah anggota keluarga pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode Cross-Sectional. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan feses terhadap 93 siswa dan kuesioner yang diisioleh orang tua siswa yang diambil pada tanggal 8-9 Desember 2010. Hasil penelitian ditemukan prevalensi infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban sebesar 11,8%, dengan infeksi Ascaris lumbricoides terbanyak yaitu 8,6%. Sebaran responden terbanyak berasal dari jumlah anggota keluarga kecil yaitu kurang dari empat orang sebesar 45,2%. Hasil uji Chi-Square diperoleh hubungan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan kelas (p=0,015), namun tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan jenis kelamin (p=0,439). Pada uji Fisher, tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah anggota keluarga dengan status infeksi kecacingan (p=0,536). Disimpulkan, bahwa jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan infeksi kecacingan yang ditransmisikan melalui tanah pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010.

ABSTRAK
Soil Transmitted Helminthes (STH) infection, such as Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, and Trichuris trichiura, has become a major problem in the society. These diseases prevalence is high among school aged children in the rural area at Jakarta. This study aim is to know the relationship between soil helminthes transmitted infection and the amount of family member among school aged children in the SDN 09 Pagi Paseban in the year 2010. This study uses Cross-Sectional method. We get the data from stool specimens from 93 students and filled questionnaire by their parents on 8-9th December 2010. The result is the number of STH infection prevalence among the students is 11,8%, with the highest prevalence on Ascaris lumbricoides infection, 8,6%. Almost our subjects are from small family (≤ 4 members), 45,2%. In the Chi Square test, we got a significant relationship between STH infection and the class of students (p=0,015), but doesn?t have a significant relationship between STH infection and the gender (p=0,439). In the Fisher Exact test, there was no significant relationship between the number STH infection among students and the number of family member (p=0,536). We concluded that there is no significant relationship between the number of family member and the STH infection among students in SDN 09 Pagi Paseban in the year 2010.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Damayanti Widyastuti
"Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) memiliki pravelensi yang cukup tinggi di wilayah Indonesia. Salah satu resiko paling tinggi infeksi menyerang anakanak sekolah. WHO telah mencanangkan program eliminasi infeksi STH di Dunia termasuk di Indonesia hingga tahun 2020 dengan mengembangkan metodemetode diagnosis infeksi STH. Metode diagnosis harus memiliki t ingkat sensit ifitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendeteksi keberadaan telur pada pemeriksaan sampel feses. Salah satu metode yang tengah dikembangkan yaitu Metode FLOTAC dan Mini FLOTAC. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode FLOTAC dan Mini FLOTAC dalam mendeteksi sampel feses.
Hasil penelitian menunjukkan analisis statistik metode Flotac dan Mini FLOTAC tidak memiliki perbedaan signifikan dalam hal sensitivitas, spesifisitas, hasil rerata positif maupun intensitas telur sehingga dalam implememtasinya, metode Mini FLOTAC dapat dijadikan alternatif untuk melakukan studi epidemiologi di lapangan karena lebih praktis dan minimnya biaya yang dibutuhkan.

Soil Transmitted Helminth (STH) Infect ions having the relat ively high prevalence in Indonesia. The highest rist of infect ion attacks School Aged Children. World Health Organization (WHO) has init iated eliminat ion and control programme of STH infect ions around the world including Indonesia by developing deiagnosis method of STH. A method should have the high level of sensit ivity and specificity which could detect the presence of STH?s eggs in sample examinat ions. There are new mult ivalent methods has been developed such as Flotac and Mini Flotac. This study aimed to compare both of method in detecting eggs inside the samples to get the which method has higher value of sensit ivity and specificity.
The results showed that Flotac and Mini Flotacd has no significant differences of sensit ivity, specificity, mean of positive results and intensity of eggs. So that, in implementation, Mini Flotac is a quiete realiable to use in epidemiology study and less cost to detect STH infections.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Asyuri Yasmin
"Infeksi kecacingan merupakan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan serta higiene perorangan. Sampai saat ini, prevalensi infeksi kecacingan di daerah tropis dan subtropis masih tinggi, salah satunya di Indonesia. Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah dasar, yaitu sekitar 70%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku jajan dan kondisi jajanan yang dikonsumsi siswa SD Negeri 09 Pagi Paseban dengan kejadian infeksi kecacingan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross-sectional. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 169 orang dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 114 orang yang berasal dari kelas I-VI. Data dikumpulkan melalui pengisian kuisioner. Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji fisher.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi kecacingan pada sekolah dasar ini adalah 11,4% dengan Ascaris lumbricoides sebagai penyebab utama (53,8%). Dilihat dari karakteristik responden, proporsi siswa yang suka membeli jajanan 95,6%. Proporsi siswa yang membeli jajanan tak berkemasan (di jajakan secara terbuka) 29,8%. Proporsi siswa yang membeli jajanan yang telah dihinggapi lalat 60,5%. Dari uji fisher, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi kecacingan dengan perilaku jajan (p=1), kebiasaan membeli jajanan yang dijajakan secara terbuka (p=0,203), dan kebiasaan membeli jajanan yang telah dihinggapi lalat (p=1) pada siswa SD Negeri 09 Pagi Paseban.

Helminthic infection is an environmental-based disease related to environmental sanitation and personal hygiene. Nowadays, prevalence of helminthic infections in tropic and subtropic area is still high, including in Indonesia. The highest prevalence of helminthic infections is found in school-aged children which is about 70%. This study is to determine the association of snacking behaviour and the hygiene of snacks with soil transmitted helminths (STH) infection among students of SDN 09 Pagi Paseban. This is an observational analytic study with cross-sectional method. The study population is 169; 114 are selected to be the samples for this study. The data are collected through questionnaire. Statistical analysis is carried out by using fisher exact test.
From the study we know that prevalence of STH infection in this school is 11.4%. Ascaris lumbricoides is the most frequent parasite in causing the infection (53.8%). Characteristics of respondents show the proportion of the students who like buying snacks (95.6%), students who buy snacks that are peddled openly (29.8%), and students who buy snacks which are already contaminated by flies (60.5%). The result of fisher exact test shows that there is no significant association between STH infection with the habit to buy snacks (p=1), habit to buy snacks that were peddled openly (p=0.203), and habit to buy snacks which are already contaminated by flies (p=1) among students in SDN 09 Pagi Paseban.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Wirastuti
"Cacingan merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan paling sering disebabkan oleh spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Cacingan dapat menyebabkan diare, anemia defisiensi besi (ADB), malnutrisi, dan berbagai gejala usus lainnya. ADB pada infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura karena cacing menyerap zat gizi yang berperan pada pembentukan Hb, sedangkan pada infeksi cacing tambang akibat perdarahan kronik di saluran cerna. Defisiensi besi dapat terjadi tanpa adanya anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data proporsi cacingan, profil hematologi , dan profil zat besi pada anak yang terinfeksi cacing usus di SD Panimbang Jaya, Pandeglang. Diperoleh 205 subjek penelitian yang memiliki data hematologi, profil besi, dan telur cacing. Proporsi cacingan di Pandeglang adalah 44,4% yang didominasi oleh infeksi cacing intensitas ringan (79,1%). Spesies cacing yang menginfeksi adalah A. lumbricoides, T. trichiura dan campuran keduanya. Didapatkan perbedaan bermakna kadar Hb (p = 0,001), RDW-CV (p = 0,038), retikulosit absolut (p = 0,002), retikulosit relatif (p = 0,007), dan feritin (p= <0,001) antara kelompok subjek yang terinfeksi cacing usus dan tidak terinfeksi. Didapatkan perbedaan bermakna kadar feritin (p = 0,018) dan TIBC (p = 0,001) antara subjek yang terinfeksi cacing intensitas ringan dan sedang. Didapatkan indeks Mentzer >13 pada kelompok subjek yang terinfeksi cacing usus dan tidak terinfeksi

Soil-Transmitted Helminth (STH) infection is a public health problem in the world and most often caused by species of Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworms (Ancylostoma duodenale and Necator americanus). STH infection can cause diarrhea, iron deficiency anemia (IDA), malnutrition, and various intestinal symptoms. IDA in A. lumbricoides and T. trichiura infections caused by absorption of nutrients that play a role in the formation of Hb, while in hookworm infections is due to chronic bleeding in the gastrointestinal tract. Iron deficiency can occur in the absence of anemia. This study aims to obtain the proportion of STH infection, hematological profiles, and iron profiles in children infected by STH at SD Panimbang Jaya, Pandeglang. Two hundred and five research subjects had data on hematology, iron profile and worm eggs. The proportion of STH infection in Pandeglang was 44.4% which was dominated by mild intensity STH infection (79.1%). The species of STH that infect are A. lumbricoides, T. trichiura and a mixture of both. There were significant differences in the levels of Hb (p = 0.001), RDW-CV (p = 0.038), absolute reticulocytes (p = 0.002), relative reticulocytes (p = 0.007), and ferritin (p = <0.001) between STH infected and not infected group. There was a difference in ferritin levels (p = 0.018) and TIBC levels (p = 0,001) between mild and moderate STH-infected subjects. Mentzer index was >13 in both groups of subjects infected with STH and not infected."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Putriheryanti
"Infeksi cacing usus yang ditransmisikan melalui tanah (Soil-transmitted helminthes, STH) menyebar luas pada daerah tropis, dan paling banyak ditemukan pada anak balita dan anak usia sekolah dasar. Angka infeksi ini berhubungan dengan kondisi ekonomi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan angka kejadian infeksi cacing usus STH di SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada 8-10 Desember 2010 dengan meneliti sampel feses 93 siswa SDN 09 Pagi Paseban yang telah mengisi kuesioner.
Hasil menunjukkan 11 orang (11,8%) siswa terinfeksi dan 82 orang (88,2%) siswa tidak terinfeksi. Responden perempuan lebih banyak (52,7%) daripada laki-laki (47,3%). Siswa dengan keluarga berpendapatan kecil berjumlah 27 orang (29%), berpendapatan sedang 51 orang (54,9%), dan berpendapatan besar 15 orang (16,1%). Responden terbanyak berasal dari kelas 3 SD (22,6%), dan hanya 7 responden (7,5%) yang berasal dari kelas 1 SD. Pada uji chi-square terdapat perbedaaan bermakna antara infeksi kecacingan dengan kelas responden (p=0,015), namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi kecacingan dengan jenis kelamin (p=0,439).
Uji Fisher menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi kecacingan dengan pendapatan keluarga (p=0,724). Disimpulkan status infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tergolong rendah dan tidak berhubungan dengan tingkat pendapatan keluarga mereka.

Soil-transmitted helminthes infection spreads widely in tropic area, and most found in toddlers and elementary school children. The number of infection is related to the socioeconomic status. The objective of this study was to identify the association between soil-transmitted helminthes (STH) infection and family income in students of elementary school 09 Pagi Paseban. This cross sectional study was performed on December 8-11, 2011 by taking questionnaire and identifying stool sample from 93 students.
The results shows 11 students (11,8%) were infected and 82 students (88,2%) were not infected. The number of female students (52,7%) were more than male students (47,3%). Most students come with mild family income (54,9%). The most respondents were in the third grade (22,6%), and only 7,5% were in the first grade. The chi-square test showed significant difference between STH infections and the students? grade (p=0,015), but not with the students? gender (p=0,439).
The Fisher test showed no significant difference between STH infections and family income (p=0724). The conclusion of this study was the number of STH infections in students of elementary school 09 Pagi Paseban was low and had no association with their family income.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>