Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryan Ramadhan
"Bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik sejalan dengan bertambahnya populasi penduduk, berkembangnya teknologi dan peningkatan infrastruktur. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tidak bisa secara langsung diatasi melalui penambahan jumlah pembangkit listrik. Produsen tenaga listrik harus mengelola pembangkitannya dengan bijak supaya semua beban masih dapat terpenuhi dengan biaya produksi seefisien mungkin.
Dengan bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka daya pada pembangkit pun akan semakin bertambah. Pada region barat sistem tenaga listrik Jawa-Bali mengalami kekurangan pembangkit dan mempunyai permintaan daya yang besar sehingga untuk menutupi kekurangan daya, pembangkit dari region timur mengirim daya sebesar ±2500 MW setiap hari. Hal ini memicu susut daya pada sisi penerima, untuk mengatasi susut daya ini dilakukan kajian terhadap tiga case pola pengoperasian pembangkit tenaga listrik yaitu case 1 pola pengoperasian pembangkit menggunakan merit order, case 2 pola pengoperasian pembangkit dengan merit order dan pengoptimalan pembangkit di bagian barat, dan case 3 pola pengoperasian pembangkit dengan membatasi transfer daya sebesar 2000 MW.
Perbandingan susut rata-rata selama seminggu didapat persentase terendah pada case ke-3 sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi pada case ke-1 yaitu sebesar 2.72%. Pada hari senin-minggu didapatkan BPP termurah pada case ke-1 sebesar Rp 858,10 /kWh.

Increasing the need for electric power in accordance with a population of the increase, the rise of the technology and infrastructure improvements. A rise in the needs of electric power not biased directly overcome through but the number of additional power plants. A manufacturer of electric power have to manage the power plant wisely so that the entire burden still could be met with the costs of production efficiently.
With increasing demand for electricity, the power plant will also be growing. In the Western region of electric power systems of Java-Bali suffered a shortage of power plants and has large demand so as to cover a shortage of power plants from the East send 2500 MW of power per day. This triggered power was reduced on the side of the receiver, to address this power shrink done three case study of pattern of operating power plants are generating operation pattern 1 case using merit order, case 2 a pattern of operation of generators with power optimization and order merit in the West, and case 3 pattern generation by limiting the operation of the power transfer of 2000 MW.
Comparison of average losses in one week, bottommost in case 3 2,57%, the highest is case 1 2,72. From Monday to Sunday the cheapest BPP is case 1 Rp 858,10 /kWh."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Ratnawandari
"Peningkatan kebutuhan masyarakat akan daya listrik perlu diikuti dengan pengembangan sistem tenaga listrik antara lain berupa penambahan pembangkit listrik baru. Jenis energi primer atau bahan bakar pembangkit listrik merupakan salah satu hal penting yang akan mempengaruhi biaya produksi pembangkit, dimana biaya bahan bakar merupakan bagian terbesar dari biaya produksi pembangkit. Sistem tenaga listrik Jawa Bali (STLJB) di tahun 2007 - 2011 akan melakukan penambahan pembangkit-pembangkit listrik non BBM, antara lain PLTU batubara dan PLTP, dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daya listrik dan mengurangi ketergantungan pada BBM yang harganya cenderung naik. Tesis ini akan mengkaji mengenai pengaruh penambahan pembangkit listrik STLJB di tahun 2007 - 2011 terhadap biaya produksi pembangkit, dengan bantuan perangkat lunak simulasi produksi.

To fulfill the increasingly society need on electric power, electric power system development in the form of additional power plants is required. The influence of power plants addition on electric generation cost is in connection to the kind of power plants, where its fuel cost takes the biggest part in electric generation cost. The Java Bali power system being the biggest interconnected power system in Indonesia have many oil fired power plants, while oil prices tend to increase. To reduce the electric generation cost and to fulfill the societies need on electric power, in the year 2007 - 2011 the Java Bali power system add new non oil fired power plants such as coal power plants and geothermal plants. This thesis will overview the development of Java Bali power system in the year 2007 - 2011 and its influence on the electric generation cost, with production simulation software as an aid tool."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Ari Kristianto
"Sistem Jawa Bali yang merupakan sistem interkoneksi tenaga listrik terbesar di negara Indonesia utiliti PLN yang memiliki salah satu permasalahan keandalan yaitu ketidakstabilan. Pengoperasian Sistem Interkoneksi Tenaga Listrik Jawa Bali juga saat ini masih mengoptimalkan keekonomian dengan transfer timur ke barat yang tinggi dikarenakan beban tertinggi berada di Jakarta dan Banten. Akan tetapi 40% dari total kapasitas pembangkit di Barat merupakan PLTG/GU berbahan bakar gas yang mahal. Beberapa tahun kedepan juga diperkirakan akan tetap mengandalkan transfer timur ke barat untuk keekonomian, dikarenakan perlu mengoptimalkan evakuasi PLTU batubara USC baru kelas 1000 MW yang murah yang banyak di bangun di wilayah tengah. Permasalahan ketidakstabilan tersebut terjadi ketika kontingensi N-2 yang saat ini sudah menjadi kredibel 2 tahun belakang dengan adanya beberapa kejadian gangguan meluas yang terjadi seperti 5 September 2018 (SUTET Paiton-Grati) dan 4 Agustus 2019 (SUTET Ungaran-Batang). Gangguan N-2 tersebut dapat menyebabkan ketidakstabilan atau ketidakserempakan osilasi sudut rotor di beberapa pembangkit sehingga dapat mengaktifkan relay power swing di ruas transmisi lain yang selanjutnya dapat mentripkan transmisi tersebut sehingga sistem interkoneksi barat dan timur akan menjadi terpisah. Ketidakseimbangan komposisi beban yang lebih besar daripada pembangkit di barat selanjutnya akan menyebabkan relai frekuensi rendah bekerja. Peralatan proteksi saat ini atau defence scheme dengan skema UFR dan OLS tahapan pelepasan beban statis tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Adaptive Defence Scheme merupakan aksi korektif yang ditempuh dengan jalan melepas pembangkitan dan beban secara dinamis adaptif dengan menyesuaikan data beban secara realtime sehingga terjadi keseimbangan dan mencegah terjadinya ketidakstabilan sistem jika terjadi gangguan kredibel. Ketika transfer ditingkatkan, maka selisih transfer saat itu dengan batasan transfer akan menjadi kuota target yang disimpan untuk mentripkan beberapa pembangkit dan beban jika terjadi kontingensi s.d. N-2 atau kondisi arming aktif. Dengan transfer dapat ditingkatkan dan telah terpasang ADS, maka untuk analisis keekonomian, skenario batasan stabilitas transfer, gas pipa konstrain, LNG lepas, dengan ADS lebih menguntungkan opportunity cost komponen C bahan bakar dibanding skenario tanpa ADS (tahun 2021 selisih Rp 3.5 T atau 16.42 Rp/kWh, tahun 2022 selisih Rp 1.1 T atau 5.21 Rp/kWh , tahun 2023 selisih Rp 9,2 M atau 0.04 Rp/kWh, dan tahun 2024 selisih Rp 18.6 M atau 0.07 Rp/kWh). Sedangkan untuk analisis keandalan, dengan meningkatkan transfer telah terpasang ADS, jika terdapat kontingensi N-2, sistem aman menuju titik kestabilan yang teredam jika dibandingkan dengan tidak terpasang ADS, dan cadangan putar fast frequency response terpenuhi untuk kriteria 1000 MW dalam 10 menit.

Java Bali Power System Operation is the biggest interconnection power system in PLN Indonesia which is have a reliability problem like instability. Nowadays, Java Bali Interconnection power system operation still optimize the economically aspect by energy transferring from east to west due to the highest loads in Jakarta as the capital and business central city and Banten, Karawang, Cikarang, as the industrial cities. However, 40% from the generation capacity in the west are the expensive gas turbine power plant. In the few years later, PLN predict that is still using energy transferring from east to west for the economical consideration and to optimizing the new ultra super critical 1000 MW class coal fired power plant evacuation which most of them still on going constructed in the central side.
That instability problems are happen when there is N-2 contingency that nowadays become credible contingency since 2 years ago with any blackout in September 5'th 2018 (Paiton-Grati 500 kV T/L) and August 4'th 2019 (Ungaran-Batang 500 kV T/L). That N-2 contingency caused the rotor angle instability or oscilation in the few power plant that caused the power swing relay in the other T/L circuit was actived and then can tripped other T/L so that can caused the west and east interconnection was separated. The imbalance composition of more loads than generations in the west, then caused the Under Frequency Relay is working. The defence scheme with the static load shedding allocation couldn't overcome that problems.
Adaptive Defence Scheme is the system protection action which is tripping the generator and load as adaptively by adjust from realtime data to get a balance and avoiding the instability due to credible contingensy. When the transfer is increased, that different with threshold will be the shedding allocation that was saved to tripping generation and or load if N-2 contingency happen or the arming was actived. By increasing the transfer and implementing the ADS, so in economical analysis, the scenario using transfer stability threshold, constraintly pipe gas, free LNG, with ADS more profitable in opportunity fuel cost or C component comparing to without ADS scenario (in 2021 the difference is Rp 3.5 Trillion or 16.42 Rp/kWh, in 2022 the difference is Rp 1.1 Trillion or 5.21 Rp/kWh, in 2023 the difference is Rp 9,2 Billion or 0.04 Rp/kWh, in 2024 the difference is Rp 18.6 Billion or 0.07 Rp/kWh). Moreever, in the reliability analysis, by increasing the transfer and implementing the ADS, if there are N-2 contingency, system still become stable comparing to without ADS, and fast frequency response reserve margins are fullfilled for 1000 MW during 10 minutes reliability criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langlang Gumilar
"Dalam rangka meningkatkan pasokan tenaga listrik di Pulau Jawa. Pemerintah dalam hal ini PT PLN, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pompa Cisokan Hulu yang terletak di Kabupaten Bandung Barat yang akan terhubung dengan saluran transmisi 500 kV Cibonong-Saguling. PLTA Pompa Cisokan ini memilki kapasitas terpasang 1040 MW ketika menjadi generator dan 1100 MW ketika menjadi pompa. PLTA pompa Cisokan diharapkan dapat menambah pasokan energi listrik pada saat beban puncak. Salah satu cara untuk mengurangi biaya pembangkitan ketika beban puncak adalah dengan menggantikan pengoperasian PLTG dan PLTGU dengan PLTA Pompa yang mempunyai biaya produksi lebih murah. Pada pengoperasian PLTA Pompa Cisokan perlu diperhatikan jadwal pemompaan dan jadwal ketika menjadi generator.
Pemompaan dilakukan pada waktu beban dasar, selanjutnya ketika beban puncak PLTA Pompa Cisokan berperan sebagai generator, sehingga PLTG dan PLTGU beroperasi pada batas aman minimum. Untuk pemompaan, energi listriknya diambil dari sistem dan biaya pemompaanya menggunakan biaya produksi sistem beban. Pada setiap skenario akan meminimalkan setiap PLTG dan PLTGU secara berurutan, dan selanjutnya dilakukan analisis perubahan biaya produksi sistem dan pengurangan biaya pembangkitan selama 24 jam. Ketika pengoperasian PLTA Pompa Cisokan dengan meminimalkan PLTG Muara Tawar, PLTG Grati, PLTG Gresik, dan PLTGU Muara Tawar didapat biaya produksi Cisokan sebesar 1.119,83 Rp/kWh, serta penghematan biaya pembangkitan selama 24 jam sebesar Rp 1.098.334.457,11.

In order to improve power supplies in Java. The government in this case PT PLN, build a Pump Storage Cisokan Hulu is located in West Bandung Regency that will be connected to the 500 kV transmission line Cibonong-Saguling. Cisokan Pump Storage has an installed capacity of 1040 MW when it becomes a generator and 1100 MW when it becomes the pump. Cisokan Pump Storage is expected to increase the supply of electricity during peak loads. One way to reduce the cost of generating when the peak load is to replace the operation of the gas power plant and steam gas power plant with pump storage that have cheaper cost of electricity. In the operation of Pump Storage Cisokan noteworthy pumping and generator schedule.
Pumping is done on the basis of load time, then when the peak load Pump Storage Cisokan acts as a generator, so that the gas power plant and steam gas power plant operates at minimum limits power. For pumping, electrical energy is taken from the system and the pumping cost using the system cost of electricity. In each scenario will minimize gas and steam gas power plant in sequence, and then performed the analysis of changes in the cost of electricity and cost reduction generation system for 24 hours. When operation Cisokan Pump Storage and than minimize Muara Tawar, Grati, and Gresik gas power plant and Muara Tawar steam gas power plant given Cisokan cost of electricity of 1.119,83 Rp / kWh, as well as generating cost savings of over 24 hours of Rp 1.098.334.457,11.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ramadhianto
"Di dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat suatu faktor yang dinamakan faktor rugi rugi atau penyusutan dari energi. Penyusutan ini dapat ditemui di berbagai tempat pada jaringan tenaga listrik, mulai dari pembangkitan, transmisi, sampai dengan kepada distribusi kepada konsumen.
Terdapat dua jenis penyusutan pada sistem tenaga listrik, yaitu penyusutan teknis dan non-teknis. Penyusutan teknis adalah penyusutan yang terjadi sebagai akibat adanya impedansi pada peralatan pembangkitan maupun peralatan penyaluran dalam transmisi dan distribusi sehingga terdapat daya yang hilang. Penyusutan secara non teknis adalah susut yang disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan alat ukur, kesalahan kalibrasi di alat ukur, dan kesalahan akibat pemakaian yang tidak sah (pencurian) atau kesalahan kesalahan yang bersifat administratif lainnya.
Penyusutan daya tidak mungkin dihindari karena pada peralatan tidak mungkin memiliki tingkat efisiensi 100%, namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah apakah penyusutan yang terjadi di dalam batas kewajaran. Sebagian besar penyusutan yang ada berada pada jaringan distribusi. Hal ini disebabkan karena pada jaringan distribusi, tegangan yang dipakai berada dalam rentang tegangan menengah dan tegangan rendah. Dimana untuk tegangan menengah dan tegangan rendah, arus yang mengalir pada jaringan nilainya besar untuk nilai daya yang sama, sehingga penyusutan energi juga akan besar.

On power ystem there is a factor known as losses factor of energy. These losses could be found in several places all over power network, from the power plant, transmission system, until the network end in distribution system.
Actually, there are two kinds of losses on power system network, which are technical losses and non-technica losses. Technical losses is losses that happen not only as an effect of impedance on power plant utilities,but also as an effect of impedance on equipment that used in transmission and distribution. In other side, the non-technical losses is a losses that caused by the mistake tha occurred when reading the measurement equipment, the mistake of equipment calibration, and a mistake that caused by illegal user or other administrative mistakes.
We can not avoid energy losses, because the equipment that we used can not possible have 100% efficiency, but there is one thng that should become our primary concern is the losses that occur are still in normal level or not. Mostly the energy losses happen on distribution network. Because on distribution network, the rate of voltage that being used is located in middle voltage and low voltage range. As we know, on middle voltage and low voltage, the amount of current that flow in the cable increasing for the same power. In the simple word, it will cause te energy losses bigger than before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40523
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kosasih
"Ketidakseimbangan kapasitas daya pembangkit dan daya beban pada sistem tenaga listrik terlihat dan perubahan frekuensi dari nilai nominal, berupa kenaikan atau penurunan. Penurunan frekuensi yang besar oleh lepasnya satu atau lebih unit pembangkit dari sistem bila tidak segera diatasi, akan menyebabkan lepasnya unit-unit pembangkit lain yang sensitif terhadap penurunan frekuensi seperti PLTU Suralaya dan PLTU Paiton pada sistem tenaga listrik Jawa-Bali. Bila terus tidak diatasi unit-unit pembangkit lain secara beruntun akan lepas dan sistem runtuh total. Untuk mencegah penurunan frekuensi yang besar, sejumlah beban perlu dilepas dengan menggunakan rele frekuensi kurang (under frequence relay) yang bekerja cepat.
Penerapan rele frekuensi kurang di sistem tenaga listrik Jawa-Bali adalah untuk melepas beban atau memisahkan jaringan subsistem, akibat adanya gangguan besar, dengan tujuan mengembalikan frekuensi ke normal serta menjaga keseimbangan kapasitas daya pembangkit dan daya beban.
Pelepasan beban bertahap akan dilakukan bila ada defisit daya besar secara mendadak sehingga frekuensi sistem turun dibawah batas tetapan rele frekuensi kurang. Mengingat dampak penurunan frekuensi akibat defisit daya tidak sama, maka pelepasan beban dibuat fleksibel dalam beberapa tahap. Dengan menurunnya frekuensi yang sangat cepat, koordinasi tetapan frekuensi untuk rele frekuensi kurang untuk masing masing area sangat menentukan agar sistem tidak tejadi gangguan total (black out). Program pelepasan beban ini dibuat dengan bahasa C builder versi 3.0.

The imbalance of generator power and load power capacity to the electric power system is shown by the changing of frequency from face value, in a form of increase or decrease. If this is not being overcome right away, a huge decrease in frequency by the release of one or more generator units from the system occurs and will cause the release of other generator unit, which are sensitive to the decrease of frequency such as PLTU Suralaya and PLTU Paiton to Java-Bali electric power system. If there is still no action in overcoming this problem, other generator units will release one after the other and the system will totally collapse. To avoid a huge decrease in frequency, some loads need to be shedding use under frequency relay which works fast.
The application of under frequency relay to Java-Bali electric power is to load shedding or to separate subsystem network, as a consequence of a big disruption existence, in order to return the frequency to normal, also to keep balance of generator power and load power capacity.
A gradual load shedding will be done if there is a sudden big power deficit so that the system decreases below under setting frequency relay. Considering the impact of the decrease of frequency because there is difference in power deficit, load shedding is made flexible in some stages. Program load shedding was made with C builder version 3.0.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weedy, B.M.
London : John Wiley & Sons, 1993
621.319 1 WEE e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Heru Kuncoro
"ABSTRAK
Krisis yang teijadi di
Indonesia (dengan pertumbuhan ekonomi tahun 1998 sebesar -15%) sangat mempengaruhi
segala aspek, termasuk dalam perencanaan pengembangan sistem kelistrikan. Keputusan
Presiden No. 39/1997 tentang penangguhan/pengkajian kembali proyek Pemerintah, BUMN
dan Swasta termasuk sektor pertambangan dan energi (listrik) merupakan dampak langsung
untuk mengantisipasi (menanggulangi) gejolak moneter tersebut. Sebagaimana diketahui,
salah satu sasaran pembangunan tenaga listrik dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II
menyebutkan bahwa pada Repelita VII (1999-2004) dilakukan pelaksanaan interkoneksi di
pulau Sumatera yang menghubungkan semua propinsi dari Daerah Istimewa Aceh sampai
Daerah Lampung. Selanjutnya akan sudah dibangun suatu kabel bawah laut untuk melakukan
interkoneksi sistem kelistrikan Jawa-Bali-Sumatera. Namun dengan adanya krisis, maka
jadwal instalasi kabel bawah laut tersebut diperkirakan oleh banyak pihak akan mengalami
kemunduran, yang diasumsikan penulis mundur sampai sekitar tahun 2010. Oleh karena itu
dalam tesis ini dilakukan suatu analisis strategi perencanaan pengembangan sistem
kelistrikan Jawa-Bali-Sumatera dengan mempertimbangkan dampak krisis moneter, dengan
menggunakan program DECADES (Databases and mEthodologies for Comparative
Assessment o f Different Energy Sources for electricity generation) dan WASP (Wien
Automatic System Planning) untuk berbagai skenario. Dari eksekusi program diperoleh hasil
yang optimum, yaitu Skenario-3. Skenario-3 ini merupakan strategi perencanaan
pengembangan sistem kelistrikan dengan melakukan penundaan proyek pembangkitan listrik
selama 7 tahun dan pengkajian ulang proyek pembangkitan dimana jadwal operasi proyek
tersebut mundur 9 tahun dari jadwal semula dan variabel pembangkit yang dikompetisikan
adalah Integrated Coal Gasificassion 400 MWe (IG4H), PLTU Batubara 600 MWe dengan
FGD (C600), PLT•Combined Cycle 600 MWe (CG6H), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
1500 MWe (N15H), PLT-Geotermal 55 MWe (GE55) dan PLTA 150 MWe (HYD1). Hasil
eksekusi Skenario-3 diperoleh nilai total biaya pengembangan sistem (cumuiative objective
function) adalah USS 174891.106 dan konfigurasi totol tambahan variabel kandidat
pembangkit di akhir tahun studi (tahun 2020) adalah IG4H: 20 unit (8.000 MWe), C600:
9 unit (5.400 MWe), CG6H: 41 unit (24.600 MWe), N15H: 11 unit (16.500 MWe), GE55:40
unit (2.200 MWe) dan HYD1: 12 unit (1.800 MWe)."
1999
T40700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Nicolas Arjuna
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya tegangan dan efisiensi produksi mesin drilling sorghum dalam rangka mendukung sistem ramah lingkungan. Sorghum, sebagai tanaman pangan yang tahan kekeringan, memiliki potensi besar dalam pertanian berkelanjutan. Studi ini menggunakan pendekatan eksperimental untuk mengukur daya tegangan mesin drilling pada berbagai kecepatan dan kedalaman pengeboran. Selain itu, efisiensi produksi dievaluasi dengan membandingkan output mesin terhadap konsumsi energi dan waktu operasional. Hasil menunjukkan bahwa optimalisasi parameter mesin dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan. Penemuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teknologi pertanian yang lebih berkelanjutan dan mendukung penerapan praktik pertanian ramah lingkungan. Penelitian ini juga ikut serta membandingkannya dengan mesin bor konvensional dalam konteks sistem ramah lingkungan. Sorghum, sebagai tanaman pangan yang tahan kekeringan, memiliki potensi besar dalam pertanian berkelanjutan. Mesin drilling sorghum dirancang dengan teknologi yang lebih efisien, menghasilkan daya tegangan yang lebih rendah dan meningkatkan produktivitas. Studi ini menggunakan pendekatan eksperimental untuk mengukur performa mesin pada berbagai kecepatan dan kedalaman pengeboran, serta mengevaluasi efisiensi produksi melalui analisis konsumsi energi dan waktu operasional. Hasil menunjukkan bahwa mesin drilling sorghum tidak hanya mengoptimalkan output dengan konsumsi energi yang lebih rendah, tetapi juga mengurangi jejak karbon dibandingkan dengan mesin bor konvensional. Temuan ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan teknologi pertanian berkelanjutan dan mendukung praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.

This study aims to analyse the tension force and production efficiency of a sorghum drilling machine to support eco-friendly systems. Sorghum, as a drought-resistant food crop, has significant potential in sustainable agriculture. The research employs an experimental approach to measure the tension force of the drilling machine at various speeds and drilling depths. Additionally, production efficiency is evaluated by comparing the machine's output to energy consumption and operational time. The results indicate that optimizing the machine parameters can enhance efficiency and reduce environmental impact. This finding is expected to contribute to the development of more sustainable agricultural technologies and support the implementation of eco-friendly farming practices. Furthermore, this research includes a comparison with conventional drilling machines in the context of eco-friendly systems. The sorghum drilling machine is designed with more efficient technology, resulting in lower tension force and increased productivity. The study measures the machine's performance across different speeds and drilling depths, while also assessing production efficiency through energy consumption and operational time analysis. The findings show that the sorghum drilling machine not only optimizes output with lower energy consumption but also reduces the carbon footprint compared to conventional drilling machines. These results make a significant contribution to the advancement of sustainable agricultural technology and support more eco-friendly farming practices. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>