Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haswin Atmadi Hardjoprakoso Mangkoesoebroto
"Zaman kini banyak merek alat berat yang ditawarkan di Indonesia. Agar tetap bisa bersaing, para distributor harus memberikan kualitas produk terbaik dengan cara yang paling efisien biaya. Telah ditemukan bahwa pada excavator berkapasitas 20 ton, bagian yang paling sering mengalami kegagalan adalah bucket cylinder. Kegagalan menyebabkan berkurangnya efisiensi atau bahkan down time, yang akan mengakibatkan peningkatan biaya. Menyempurnakan program perawatan untuk bucket cylinder adalah salah satu cara untuk mengurangi biaya, sehingga tetap bisa bersaing. Dalam kasus ini, metode PMO2000 bisa digunakan untuk membuat program perawatan yang baru untuk bucket cylinder. Pertama, program perawatan saat ini beserta data kegagalan harus disusun terlebih dahulu. Lalu metode RCA digunakan untuk mencari sumber penyebab, yang nantinya akan digunakan untuk menentukan kegagalan apa saja yang belum ada di program perawatan saat ini. Analisa resiko lalu digunakan untuk menentukan prioritas kegagalan tersebut. Pada akhirnya, PMO2000 bisa menghasilkan program perawatan yang baru dimana semua masalah ditanggulangi, dan juga memberikan tugas perawatan untuk kemungkinan kegagalan dengan resiko tinggi.

Nowadays many heavy machineries brand in Indonesia are offered. In order to keep being competitive, distributor has to give the best possible quality of a product in a most cost efficient way. It is found that in a 20 ton capacity excavator, Bucket Cylinder is one of the parts that suffer frequently from failure. Failure causes loss of efficiency or even downtime, which increases overall cost. Improving the maintenance program of the bucket cylinder is one way to reduced overall cost, thus keeping in the competition. In this case, the PMO2000 can be used to design a new maintenance program for the Bucket Cylinder. To do this, first the current maintenance plan and the failure data has to be compiled. RCA is then used to look for the Root Cause, which in turn will be used in determining what failures are missing from the current maintenance plan. Risk analysis is then used to determine the priority of those failures. In the end, PMO2000 can give a new maintenance program that addresses all current problems, while also giving maintenance task to possible failures with high risk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Ferdi Rafly
"Tugas Akhir ini berisi tentang perancangan untuk pengembangan produk bucket standard yang merupakan produk yang diproduksi Caterpillar tipe 320C Hydraulic Excavator. Penuiis melakukan analisa terhadap gaya gaya pada saat penggalian saat produk tersebut beroperasi, perubahan profit dan cara pembuatan bucket. Dari pengembangan design bucket ini, penulis berkeyakinan akan menambah produktivitas kerja 320C Hydraulic Excavator menjadi 20% lebih baik dari design standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Widiyanto
"Permintaan akan mesin Hydraulic Excavator (HEX) dengan kapasitas kerja 20 ton sangat tinggi di pasar Asia, hampir sebagian besar produk alat berat dari PT ABC saat ini diarahkan ke pasar Indonesia. Saat ini, PT ABC membutuhkan proses perbaikan bisnis untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam rangka mendukung pertumbuhan pasar. Kemampuan terpasang di PT ABD adalah 660 mesin dalam satu tahun, sedangkan rencana alokasi dari pusat saat ini adalah 1080 mesin pada 2011 dan 1700 mesin pada 2012, melihat situasi yang ada PT ABC belum dapat memenuhi permintaan tersebut.
Setelah melihat proses kerja, disimpulkan bahwa ada banyak peluang perbaikan untuk meningkatkan kapasaitas produksi dengan cara menghilangkan prosesproses yang tidak perlu serta penerapan sistim lean manufacturing untuk mencapai target perbaikan sebesar 10 % di 2010. Setelah proses kerja maksimal, akan dilihat kebijakan untuk investasi serta kemungkinan bisnis di ASEAN. Sebuah kebijakan investasi yang tepat akan meyakinkan sebuah perusahaan hanya membuat investasi yang dibutuhkan memberikan dampak cost yang lebih murah dan bernilai pada saat penyaluran product ke pasar asia tenggara.

The requirement of Hydraulic Excavator (HEX) machines with the operating weight 20 tons very significant in Asia Market, while most of PT ABC products currently supplies only for Indonesia market. Currently, PT ABC required the business improvement process to support with the investment strategy identified which will provide production capacity to support the requirements of HEX 20 Ton growth. Current demonstrated capacity is 660 machines while the allocation production from corporate is 1080 per year on 2011 and 1700 per year on 2012, with this condition PT ABC production line does not capable meet with the customer demand.
After reviewed to the production process flows, found the opportunities to improve the current production capacity by eliminating waste, and implementing lean concepts to achieve targeted capacity improvement for 10% in 2010.The investment strategy reviewed after maximized the production capacity and looking the business opportunity in ASEAN. An intelligent investment strategy will insure that the company only makes the investment requirement that would delivered lowest product cost and made the benefit to supply South East Asia market."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28117
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aktika Chandra
"Pemilihan temperatur preheating yang dipakai dalam pengelasan adapter bucket excavator sangat penting untuk menentukan mampu las pada baja yang akan dilas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan preheating terhadap ketangguhan, kekerasan dan struktur mikro las dengan metode pengelasan GMAW menggunakan elektroda ER70S-6 diameter 1,4 mm. Penelitian ini menggunakan bahan baja paduan rendah cor yang mengandung komposisi kimia C = 0,19 %, Si = 0,541 %, Mn = 1,03 %, Mo=0,248%, P=0,011 %, Ni = 0,884 %, Cr=1,05%, V=0,004%. Bahan diberi perlakuan preheating dengan variasi temperatur yaitu temperatur ruang atau tanpa preheating, temperatur 150°C dan temperatur 3500C. Spesimen dilakukan pengamatan cacat las, pengujian impak, kekerasan dan foto mikro pada daerah logam dasar baja adapter, HAZ baja adapter, logam las, HAZ baja base edge dan logam dasar baja base edge. Sesuai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan variasi perlakuan preheating pada pengelasan adapter bucket excavator terjadi perubahan struktur mikro akibat laju pendinginan yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap ketangguhannya. Ketangguhan paling optimal pada pengelasan adapter bucket excavator adalah pada penggunaan preheating 150°C.

The selection of preheating temperature that use in a weld adapter bucket excavator it is important to determine weldability of steel that will be weld. This research aim to knowing effect of preheating temperature on thoughness and microstructure in welded adapter bucket excavator by GMAW process using welding electrode ER70S-6 with wire diameter 1.4mm. The research use low alloy steel casting with chemical composition C = 0,19 %, Si = 0,541 %, Mn = 1,03 %, Mo=0,248%, P=0,011 %, Ni = 0,884 %, Cr=1,05%, V=0,004%. The material is treated with preheating and the temperature is differentiate to room temperature or no preheating, preheating 150°C and preheating 350°C. Specimen analyze by visual inspection, impact test, hardness test and microscopic photo on adapter steel base metal, HAZ adapter steel, weld metal, HAZ base edge steel and base edge steel base metal. According to result of observation can be summarized that with variation of preheating temperature on weld adapter bucket excavator change the microstructure affected by different cooling rate, thus influence to the toughness of adapter. Optimal toughness in welded adapter bucket excavator is occur at preheating 150°C. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S702
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Detri Triyadi K. Samsi
"Industri alat berat di Indonesia mengalami pertumbuhan 900% dalam kurun waktu 10 tahun sejak tahun 1986, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari keseluruhan permintaan alat berat, 40% adalah jenis alat Hydraulic Excavator (HEX), dimana 70% berukuran 20 ton. Perusahaan Caterpillar Inc. sebagai perusahaan pembuat alat besar terbesar di dunia, merupakan salah satu pemain HEX 20 ton di pasar Indonesia.
Ketidakstabilan ekonomi, politik dan sosial sejak tahun 1997, menyebabkan permintaan terhadap alat berat, khususnya HEX mengalami penurunan tajam. Dilain pihak tekanan-tekanan tersebut dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Oleh karena itu perusahaan Caterpillar harus mengidentifikasi posisi perusahaan di pasar Indonesia, kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk persaingan di masa datang, sehingga dapat memformulasikan strategi pemasaran yang tepat.
Dengan menggunakan kerangka perencanaan pemasaran strategik, penelitian diawali dengan mengidentifikasi posisi perusahaan dengan menggunakan GE Matrik, yang penetuan derajat kepentingannya menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Dengan memprediksi posisi persaingan pada lima tahun mendatang, dan menentukan posisi yang diinginkan, maka dapat ditentukan strategi alternatif yang cocok untuk digunakan. Perencanaan strategi pemasaran ditentukan selaras dengan strategi alternatif yang dipilih.
Dari penelitian yang dilakukan, dihasilkan posisi perusahaan Caterpillar pada lima tahun mendatang pada posisi mempertahankan posisi. Berdasarkan hal tersebut, strategi alternatif yang cocok adalah penetrasi pasar, dan perusahaan dapat pula melakukan integrasi horisontal. Perencanaan strategi pemasaran dilakukan selaras dengan strategi alternatif tersebut.
Industri alat berat di Indonesia mengalami pertumbuhan 900% dalam kurun waktu 10 tahun sejak tahun 1986, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari keseluruhan permintaan alat berat, 40% adalah jenis alat Hydraulic Excavator (HEX), dimana 70% berukuran 20 ton. Perusahaan Caterpillar Inc. sebagai perusahaan pembuat alat besar terbesar di dunia, merupakan salah satu pemain HEX 20 ton di pasar Indonesia.
Ketidakstabilan ekonomi, politik dan sosial sejak tahun 1997, menyebabkan permintaan terhadap alat berat, khususnya HEX mengalami penurunan tajam. Dilain pihak tekanan-tekanan tersebut dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Oleh karena itu perusahaan Caterpillar harus mengidentifikasi posisi perusahaan di pasar Indonesia, kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk persaingan di masa datang, sehingga dapat memformulasikan strategi pemasaran yang tepat.
Dengan menggunakan kerangka perencanaan pemasaran strategik, penelitian diawali dengan mengidentifikasi posisi perusahaan dengan menggunakan GE Matrik, yang penetuan derajat kepentingannya menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Dengan memprediksi posisi persaingan pada lima tahun mendatang, dan menentukan posisi yang diinginkan, maka dapat ditentukan strategi alternatif yang cocok untuk digunakan. Perencanaan strategi pemasaran ditentukan selaras dengan strategi alternatif yang dipilih.
Dari penelitian yang dilakukan, dihasilkan posisi perusahaan Caterpillar pada lima tahun mendatang pada posisi mempertahankan posisi. Berdasarkan hal tersebut, strategi alternatif yang cocok adalah penetrasi pasar, dan perusahaan dapat pula melakukan integrasi horisontal. Perencanaan strategi pemasaran dilakukan selaras dengan strategi alternatif tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhimas Kirana Sainan
"Volume penumpukan sampah yang belum dapat ditangani di wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar ±405 m3, angka ini merupakan jumlah penumpukan sampah yang terdapat pada jalur air dan sungai-sungai di kawasan padat penduduk. Akses bagi kendaraan berat yang sulit, menyebabkan kebutuhan akan peralatan alternatif dengan mobilisasi yang tinggi, salah satu alternatifnya berupa excavator amfibi. Excavator amfibi yang dikembangkan memiliki batasan berupa lebar sungai yang merupakan daerah operasi kerja sebesar 5 m dan mampu menangani volume penumpukan sampah kurang dari jam kerja maksimal, yaitu 8 jam/hari. Berdasarkan batasan desain tersebut, dihasilkan sebuah pengembangan berupa excavator mini amfibi dengan kapasitas bucket 0.4 m3, yang memiliki ukuran pontoon dengan desain catamaran sebesar: LOA = 5.3 m; Lpp = 5 m; B = 3 m; H = 1.5 m; T = 1.2 m. Serta dihasilkan aspek-aspek desain berupa karakteristik lambung pontoon, material dan dimensi plat, spesifikasi pengelasan, mooring system, hambatan, dan daya main engine (propulsi).

The volume of trash accumulation which can’t be handled on DKI Jakarta is ±405 m3, this amount is the trash accumulation’s volume which is existed in water ways and rivers on the dense population. Difficulties for heavy equipment's access makes the need of alternative equipment with high mobility, and one of the alternatives is amphibious excavator. The amphibious excavator which is developed has constrains such as 5 m of the minimum river width and could handle the accumulation of trash within maximum working hour as 8 hour/day. Based on those constrains, developed a mini amphibious excavator design with bucket capacity 0.4 m3, which has a catamaran pontoon with the dimension: LOA = 5.3 m; Lpp = 5 m; B = 3 m; H = 1.5 m; T = 1.2 m. And also resulted another design aspects such as the characteristic of pontoon's hull, material and dimension of plate, welding specification, mooring system, drag, and main engine power (propulsion)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Muhammad Zain
"Injektor adalah komponen dalam mesin yang berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang pembakaran. Komponen-komponen di dalam injektor memeiliki toleransi yang kecil diantara mereka dan oleh karena itu bahan bakar yang masuk kedalam injektor harus bersih. Jika kontaminan masuk kedalam injektor masalah seperti aus dapat muncul. Untuk menjaga injektor dari kontaminan, filter bahan bakar dan tangki harus dipelihara secara berkala. Sebuah perusahaan mungkin telah menyusun rencana perawatan untuk filter bahan bakar dan tangki yang mereka gunakan. Namun pemeliharaan yang sebenarnya dilakukan tidak selalu sesuai dengan rencana perawatan yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada injektor secara berulang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keandalan injektor, selain pemeliharaan itu sendiri. Untuk mencegah terjadinya kembali masalah akar penyebab masalah harus ditemukan dan solusi harus dibuat untuk menghilangkannya. Sebuah tinjauan pemeliharaan juga dapat dilakukan untuk memeriksa kecocokan program pemeliharaan yang digunakan saat ini.

Injector is a component in an engine which serves to spray fuel into the combustion chambers. The components inside the injector are having small clearances between them and therefore the fuel which enters must be kept clean. If contaminants enter the injector, problem such as wear may appear. To keep the contaminants out, fuel filters and tank should be maintained periodically. A company may have built a maintenance plan for their fuel filters and tank. However the actual maintenance done is not necessarily in accordance with the maintenance plan set by the company. This causes re-occurring of problems in the injector. Many factors can affect the reliability of the injector, in addition to the maintenance itself. To prevent the re-occurrence of the problem the root causes must be found and solution must be made to eliminate them. A maintenance review may also be carried out to inspect the suitability of the current maintenance program used.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galpina Priohardono
"Terdapat serangkaian siklus penanaman di hutan, yakni siklus/fase penanaman, pemeliharaan hutan, eksploitasi, penebangan, pengangkutan hasil hutan dan penanaman kembali (reboisasi). Sejalan dengan siklus kehidupan tersebut diperlukan berbagai peralatan produksi dan eksploitasi. Peralatan-peralatan berat ini sering disebut utility logging heavy equipment. Peralatan tersebut harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang tinggi, selain harus memenuhi kriteria kekuatan, kecepatan kerja, produktivitas dan kriteria kebutuhan konsumen yang lain. Salah satu peralatan yang sangat diperlukan pada fase penebangan dan pengangkutan kayu adalah rotary log grapple (RLG). Peralatan ini beroperasi bersamaan dengan logging truck dan buldozer. Rotary log grapple yang mempunyai base machine berupa excavator, berfungsi untuk menumpuk kayu dan mengangkut (loading-unloading) kayu ke logging truck, tongkang dan kendaraan angkut lainnya. Desain peralatan RLG ini dibuat mengikuti tahapan-tahapan dan metode desain yang dikembangkan oleh Ulricht-Eppinger. Metode ini secara komprehensif memasukkan pertimbangan desain dari kebutuhan pasar, ergonomi dan manufakturing. Selain itu tahap-tahap desain dan proses pengambilan keputusan diperhitungkan dengan cermat. Rotary log grapple yang innovatif ini sebagai attachment pada excavator base machine mempunyai kapasitas gripping area 1,8 m2 di atas consument requirement 1,5 m2. Komponen utama RLG ini adalah hanger, rotator, box, claw in dan claw out. Dimana digunakan link type connetion diantara kedua claw untuk keseimbangan geraknya (synchronize claws motion). Pada thesis ini penulis membatasi lingkup pekerjaan pada desain Claw-in and Claw-out pada Rotary Log Grapple (Excavator klas 30 ton). Dimana komponen utama ini berfungsi untuk menjepit kayu pada operasi loading dan unloading.

There is a sequence of plantation operation in forest, which is plantation phase, maintenance forest, exploitation, cutting and transporting logging and re-plantation. Correlated with that sequence of forest life, people require various equipments. Those equipments are used for production and exploitation. That heavy equipment is usually called utility logging heavy equipment. The equipment should comply with highest safety regulation, speed of work, productivity and another customer criteria. One of the equipment that require in cutting and transporting logs is Rotary Log Grapple (RLG). This utility is operated concurrently with logging truck and bulldozer. RLG utilize base machine excavator model, have function to stacking logs and loading-unloading logs to trucks, phonton and another transporting utility and vice versa. Design of RLG equipment is made refer to step and design method, which developed, by Ulrich-Eppinger. This method is comprehensively inputting design consideration comes from market needs, ergonomics and manufacturing. Furthermore step of design and decision process is precisely considered. The innovative RLG is utility attachment of hydraulics excavator have gripping area 1.8 m2 is beyond customer requirement 1.5 m2. The main component of RLG is hanger, rotator, box, claw-in and claw-out. Which link type connection is used between claw pairs to synchronize claws move. In this thesis designer is define scope of work in Claw-in and Claw-out design of Rotary Log Grapple (Excavator 30 tonne class). The main claw function is gripping log in loading-unloading operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dino Adipradana Darwanto Haroen
"

High-strength low alloy steel atau biasa disebut baja HSLA merupakan material yang digunakan untuk komponen excavator bucket tooth pada industri alat berat. Komponen ini diproduksi di Indonesia tanpa adanya kegagalan pada produk, namun ketika diekspor ke luar negeri, produk mengalami retak yang diindikasikan sebagai delayed crack. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa delayed crack ini terjadi akibat hadirnya austenit sisa yang merupakan fasa metastabil dan dapat bertransformasi secara isotermal menjadi fasa lain serta menghasilkan tegangan sisa sehingga berujung pada inisiasi retak. Penelitian ini memfokuskan pada metode untuk mengurangi jumlah austenit sisa dengan memvariasikan waktu tempering pada perlakuan double tempering (QTT). Namun, nilai kekerasan akhir juga dipertimbangkan pada penelitian ini agar sesuai pada standar komponen industri alat berat. Temperatur tempering yang digunakan adalah 205°C dan waktu tempering yang digunakan adalah 68 menit x 2 (t1), 81 menit x 2 (t2), 94 menit x 2 (t3), dan 107 menit x 2 (t4). Perlakuan tempering dapat secara efektif menurunkan jumlah austenit sisa karena ketika tempering austenit sisa akan terdekomposisi menjadi fasa lain. Selama perlakuan tempering juga, martensit akan terdekomposisi menjadi tempered martensite sehingga kehilangan sebagian atom karbonnya (loss of tetragonality) dan menjadi lebih lunak. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah OM, SEM, Image-J (image analyzer), microvickers (kekerasan mikro), dan Rockwell C (kekerasan makro). Setelah dianalisis, penelitian ini mendapatkan hasil mikrostruktur berupa martensit (fresh martensite & tempered martensite), bainit (lower bainite), dan austenit sisa. Ditemukan pula karbida transisi pada bilah-bilah martensit. Ukuran fasa martensit (panjang bilah/jarum) tidak mengalami perubahan yang signifikan (cenderung seragam) seiring peningkatan waktu tempering. Peningkatan waktu tempering memengaruhi jumlah austenit sisa yang mengalami penurunan dan jumlah tempered martensite meningkat. Jumlah austenit sisa seiring peningkatan variabel waktu tempering mengalami penurunan dari 2.88%, 1.93%, 1.15%, dan 0.65%. Sementara itu, nilai kekerasan yang dihasilkan seiring meningkatnya waktu tempering adalah 49.43 HRC, 48.21 HRC, 47.78 HRC, dan 46.93 HRC dimana nilai kekerasan mengalami penurunan yang tidak signifikan. Maka, peningkatan waktu tempering dari 68 menit x 2 (t1), 81 menit x 2 (t2), 94 menit x 2 (t3), hingga 107 menit x 2 (t4) akan menurunkan potensi terjadinya delayed crack karena jumlah austenit sisa dapat berkurang, namun tetap memiliki nilai kekerasan yang baik.


The high-strength low alloy steel or commonly called HSLA steel is a material used for bucket tooth excavator components in the heavy equipment industry. This component was produced in Indonesia without product failure, but when exported abroad, the product experienced cracks which was indicated as delayed crack. Previous studies have suggested that this delayed crack occurred due to the presence of retained austenite which is a metastable phase and can be transformed isothermally into another phase and produces residual stress resulting in crack initiation. This study focuses on methods to reduce the amount of retained austenite by varying the tempering time in the double tempering (as-QTT) treatment. However, the final hardness value was also considered in this study to fit the heavy equipment industry component standard. The tempering temperature was 205°C and the tempering time was 68 minutes x 2 (t1), 81 minutes x 2 (t2), 94 minutes x 2 (t3), and 107 minutes x 2 (t4). The tempering treatment can effectively reduce the amount of residual austenite because when tempering the retained austenite will decompose into another phase. During tempering too, martensite will decompose into tempered martensite so that it loses some of its carbon atoms (loss of tetragonality) and becomes softer. The characterizations carried out in this study are OM, SEM, Image-J (image analyzer), microvickers (micro hardness), and Rockwell C (macro hardness). After being analyzed, this study obtained the results of microstructure in the form of martensite (fresh martensite & tempered martensite), bainite (lower bainite), and retained austenite. Also found transition carbides on martensite laths. The size of the martensitic phase (length of the lath/needle) does not change significantly (tends to be uniform) with increasing tempering time. An increase in tempering time affects the amount of retained austenite that has decreased and the amount of tempered martensite increases. The amount of retained austenite with increasing tempering time variables decreased from 2.88%, 1.93%, 1.15%, to 0.65%. Meanwhile, the value of hardness produced with increasing tempering time was 49.43 HRC, 48.21 HRC, 47.78 HRC, and 46.93 HRC where the value of hardness experienced an insignificant decrease. Thus, increasing the tempering time from 68 minutes x 2 (t1), 81 minutes x 2 (t2), 94 minutes x 2 (t3), until 107 minutes x 2 (t4) will reduce the potential for delayed cracks to occur because the amount of retained austenite can be reduced, but still has a good hardness value.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Syafar Pramudya
"Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Republik Indonesia mengajak para pelaku usaha memaksimalkan peluang ekspor yang kian terbuka. Dengan berlimpahnya hasil perikanan di perairan Indonesia harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai, salah satunya tersedianya cold storage yang menjaga kualitas produk hasil perikanan. Pada penelitian ini, dilakukan perancangan design cold storage dengan menentukan ukuran awal cold storage dan menggunakan rumus-rumus perhitungan, perhitungan beban pendinginan, perhitungan kapasitas pendinginan, perhitungan P-h diagram, dan estimasi biaya. Hasil penelitian didapatkan rancangan cold storage berdimensi 420 m³ dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi 15 m x 7 m x 4 m menggunakan insulasi material Polyurethan, Stainless dan Plaster. Data beban pendinginan cold storage dalam mendinginkan dan terisi ikan tuna sebesar 4844596,3 kJ/ 24 jam. Satu ton refrigerasi menyerap 12660 kJ per 24 jam menghasilkan 21,3 ton kapasitas refrigerasi yang diperlukan. Sedangkan, saat cold storage bekerja pada kondisi normal (Rata-rata kondisi lingkungan luar), total beban pendinginan sebesar 759427,6 kJ/ 24 jam. Kapasitas pendinginan cold storage sebesar 23,9 kW. Pada perhitungan P-h diagram didapatkan beban pendinginan kompresor sebesar 0,7 kW dan beban pendinginan keseluruhan yang diberikan evaporator untuk menjaga temperatur udara ruangan cold storage 0°C adalah sebesar 0,43 kW. Total estimasi biaya untuk peralatan pada rancangan cold storage yang di dapatkan dari perhitungan sebesar USD 128655.

The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia, urges economic stakeholders to maximize increasingly open export opportunities. With an abundance of fishery products in Indonesian waters, it must be supported by adequate facilities, one of which is the availability of cold storage, which maintains the quality of fishery products. In this study, the design of the cold storage was carried out by measuring the size of the cold storage and using calculation, the calculation of the cooling load, the calculation of cooling capacity, the calculation of the P-h diagram, and the cost estimate. The results of this study include cold storage design dimensions are 420 m3 with a long length and tall of 15 m x 7 m x 4 m using insulation materials of polyurethane, stainless steel, and Plaster. Cooling load data of cold storage when cooled and filled with Tuna of 4844596,3 kJ/24 h. A ton of refrigeration absorbs 12660 kJ per 24 hours equals 21,3 tons of required refrigeration capacity. Meanwhile, under normal operating conditions, the total cooling load is 759,427.588 kJ/24 h. The cooling capacity of cold storage 23,9 kW. P-h diagram calculation of compressor cooling load is 0,7 kW, and the cooling load total from the evaporator to keep air room temperature of cold storage 0°C is 0,43 kW. Estimated cost total for materials of cold storage design is USD 128655."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>