Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Muliawati Putri
"ABSTRAK
Mahasiswa kedokteran sering terpapar formalin akibat penggunaannya sebagai bahan pengawet utama sediaan praktikum anatomi. Kegiatan pembelajaran di laboratorium anatomi juga diketahui mempengaruhi kondisi psikologis mahasiswa, seperti menimbulkan rasa takut, ansietas, tidak tega, dan stress/tertekan. Penelitian Kawamata dan Kodera (2004) menunjukkan bahwa kadar formalin di udara dan pada kadaver dapat dikurangi dengan menggunakan amonium karbonat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kondisi psikologis mahasiswa selama mengikuti praktikum anatomi dengan menggunakan ammonium karbonat 10% dan 20%. Segera setelah perlakuan kondisi psikologis positif dan negatif mahasiswa dinilai melalui modifikasi kuesioner Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), dengan hasil output berupa perhitungan skor. Pada perlakuan pertama, sediaan praktikum anatomi disemprot dengan ammonium karbonat 10%, sedangkan pada perlakuan kedua sediaan praktikum anatomi disemprot dengan ammonium karbonat 20%. Sebanyak 62 mahasiswa laki-laki dan 119 mahasiswa perempuan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dilibatkan dalam studi kuasi eksperimental ini. Responden rata-rata berusia 18,6±0,7 tahun. Berdasarkan uji Wilcoxon tidak ditemukan perbedaan rerata bermakna antara skor kondisi psikologis positif mahasiswa selama mengikuti praktikum anatomi dengan menggunakan ammonium karbonat 10% maupun 20% (p>0,05). Sementara skor kondisi psikologis negatif mahasiswa menunjukkan perbedaan rerata yang bermakna (p=0,003). Skor kondisi psikologis mahasiswa ini tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan usia (p>0,005).

ABSTRACT
Medical students are often exposed to formaldehyde due to its use as the primary preservative solution for anatomy preparation. Learning activities in the anatomy lab is also known to affect the psychological
condition of students, such as fear, anxiety, guilty, and stress. A study by Kawamata and Kodera (2004) showed that the level of formaldehyde in the air and on cadavers can be reduced by using ammonium carbonate. This study aimed to determine the differences in the psychological condition of the students during practical anatomy using 10% and 20% ammonium carbonate. Immediately after intervention, students positive and negative psychological condition were assessed with a modified Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) questionnaire, with total score as the output. In the first intervention, anatomy preparations were sprayed with 10% ammonium carbonate, while in the second intervention the anatomy preparations were sprayed with 20% ammonium carbonate. A total of 62 male students and 119 female students of the Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) were involved in this quasi-experimental study. Respondents had age average of 18.6 ± 0.7 years. Based on the Wilcoxon test, there was no significant mean difference between the scores of students’ positive psychological condition during the practical anatomy using 10% and 20% ammonium carbonate (p> 0.05). While the negative psychological condition score of students showed a significant mean difference (p = 0.003). This scores is not related to gender and age (p> 0.005)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Agung Asari
"ABSTRAK
Formalin merupakan larutan fiksasi utama cadaver untuk praktikum anatomi. Karena mudah menguap, formalin dapat menimbulkan beberapa keluhan subjektif seperti iritasi mata, bau yang menyengat, hidung berair, dan keluhan di tenggorokan. Amonium karbonat, zat tidak berwarna yang beraroma amoniak, diketahui dapat menetralisir formalin dan mengurangi keluhan-keluhan subjektif mahasiswa selama mengikuti praktikum anatomi. Namun, dalam aplikasinya dengan cara menyemprotkan pada sediaan anatomi berformalin belum diketahui berapa kadar yang tepat. Penelitian ini merupakan studi quasi-eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada jumlah mahasiswa yang mempunyai keluhan subjektif dan tingkatan keluhannya selama mengikuti praktikum anatomi dengan menggunakan sediaan anatomi (cadaver) berformalin yang telah disemprot dengan amonium karbonat kadar 10% dan 20%. Keluhan subjektif didata dengan kuisioner, dikumpulkan dan diolah dengan SPSS versi 20. Dari 147 responden, 95(64,6%) adalah perempuan dan 52(35,4%) adalah laki-laki; 111(75,5%) berasal dari kelas reguler dan 36(24,5%) dari kelas khusus internasional, yang berusia 16-20 tahun. Terdapat penurunan keluhan subjektif total (jumlah subyek dan derajat keluhannya) responden secara bermakna (p=0,013; McNemar) pada penggunaan ammonium karbonat kadar 20% dibandingkan kadar 10%. Disimpulkan bahwa 20% amonium karbonat dapat menurunkan keluhan subjektif mahasiwa lebih signifikan dibandingkan 10% amonium karbonat.

ABSTRACT
Formaldehyde is the main preservative solution for cadaver used in practical anatomy. Due to rapid evaporation, formaldehyde may cause several subjective complains, such as eye irritation, stingy odor, runny nose, and throat discomfort. Ammonium carbonate ((NH4) 2CO3,) a colorless substance with ammoniac odor, is known to neutralize the formaldehyde gas and subsequently students subjective complaints during practical anatomy. On the other hand, the concentration needed to neutralize the effect of formaldehyde is still unknown. This quasi-experimental study aimed to know the difference of medical students’ subjective complains during practical anatomy with 10% and 20% ammonium carbonate sprayed on the anatomy preparations. The subjective complains were assessed through questionnaire and processedwith SPSS ver 20. Among 95 female respondents (64,6%) and 52 male respondents (35,4%), 111 followed the regular class (75,5%), and aged 16-20 years. There was a significant decrease in students’ total subjective complaints, both event and degree of complain (p=0,013; McNemar). Thus, it is concluded that the use of 20% ammonium carbonate can lower the subjective complaints of students during practical anatomy greater than 10% ammonium carbonate."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Krisna
"ABSTRAK
Jenazah untuk pendidikan anatomi kedokteran (kadaver) umumnya diawetkan dengan formalin untuk mencegah proses pembusukan selama rentang waktu penggunaannya. Namun, karena formalin merupakan pengawet yang poten, tanpa netralisasi, setelah dikebumikan, kadaver akan sulit diuraikan sehingga berpotensi menjadi polutan. Larutan amonium karbonat telah diketahui dapat menetralkan larutan formalin, tetapi belum pernah dilaporkan apakah amonium karbonat dapat digunakan untuk menetralkan formalin dalam tubuh kadaver sehingga jasad dapat mengalami dekomposisi sempurna. Oleh karena itu, dilakukan percobaan dengan hewan coba mencit (Mus musculus) untuk mengetahui apakah berbagai organ mencit berformalin dapat dinetralkan dengan amonium karbonat dan mengalami dekomposisi setara dengan organ-organ mencit tanpa formalin. Pada penelitian eksperimental ini mencit (n=18) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tidak diawetkan (tanpa formalin; n=6), diawetkan dengan formalin (konsentrasi awal 10%, konsentrasi lanjut 4%; n=6), dan diawetkan formalin lalu dinetralkan dengan amonium karbonat (konsentrasi 25%; n=6). Agar menyerupai proses pemakaman pada manusia, sebelum dikebumikan mencit beserta organnya dimandikan dengan air dan dibungkus kain kafan. Pengamatan proses dekomposisi, yaitu skor tahapan dekomposisi dan persentase penurunan berat organ (usus, hati, otot, jantung, paru, dan otak) dilakukan setiap minggu. Dari total enam minggu pengamatan, diketahui bahwa skor tahapan dekomposisi dan persentase penurunan berat organ-organ mencit kelompok amonium karbonat lebih besar dari kelompok formalin, tetapi lebih kecil dari kelompok tanpa formalin. Disimpulkan bahwa penetralan berbagai organ mencit berformalin dengan 25% amonium karbonat mampu meningkatkan proses dekomposisi organ-organ tersebut, walaupun belum setara dengan jasad mencit tanpa formalin (tanpa diawetkan).

ABSTRACT
Corpse for medical anatomy education (cadaver) is generally preserved by formalin to prevent the decay process during the period of its use. However, because formalin is a potent preservative, without neutralization, after being buried, cadavers will be difficult to decompose and potentially become pollutants. Ammoniumcarbonate solutions have been known to neutralize formalin solutions, but it has never beenreported whether ammoniumcarbonate can be used to neutralize formalin in cadaveric bodies so that the body can experience perfect decomposition. Therefore, experiments with mice (Mus musculus) were conducted to determine whether the organ of formalin mice can be neutralized with ammoniumcarbonate and experience decomposition equivalent to the organs of mice without formalin. In this experimental study mice (n = 18) were divided into three groups, namely not preserved (without formalin n = 6), preserved with formalin (initial concentration 10%, following concentration 4%; n = 6), and preserved formalin then neutralized with ammoniumcarbonate (25% concentration; n = 6). In order to resemble the process of funeral in humans, before being buried miceswith their organs are bathed with water and wrapped in kafan cloth. Observation of the decomposition process, which is decomposition stage score and weight loss percentageof organs(intestine, liver, muscle, heart, lung, and brain) is carried out every week. From a total of six weeks ofobservation, it was found that the decomposition stage scores and the weight losspercentage of the ammoniumcarbonate group were greater than the formalin group, but smaller than the formalin-free group. It was concluded that neutralizing the organs of formalin mice with 25% ammoniumcarbonate was able to improve the decomposition process of those organs, although not equivalent to the organsof mice without formalin (without preserving)."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Depok, Depok]: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T39972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doria Putri Anny
"ABSTRAK
Masalah efek paparan formalin terhadap kesehatan manusia masih belum mendapat perhatian khusus di Indonesia terutama terhadap para individu yang terpapar formalin akibat kerja seperti mahasiswa kedokteran yang terpapar formalin dari kadaver praktikum. Hal ini terlihat dari kurangnya penelitian mengenai keluhan subjektif yang timbul akibat penggunaan formalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan timbulnya keluhan subjektif menggunakan preparat kering (tanpa formalin) dan preparat basah (berformalin). Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan subjek penelitian yaitu semua mahasiswa (total sampling; n=154). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan keluhan subjektif mahasiswa secara bermakna ( Marginal Homogenity test; p<0,05) antara penggunaan preparat kering (82/154 atau 53,2%) dan penggunaan preparat basah (130/154 atau 84,4%). Keluhan subjektif terbanyak (81,2%) terjadi selama praktikum dengan preparat basah. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan proporsi mahasiswa yang mengeluhkan adanya keluhan subjektif pada penggunaan preparat basah.

ABSTRACT
Until now, the effects of formaldehyde exposure on human still become coexistence occupational health problem in Indonesia, especially for medical student who frequently exposed to formaldehyde used in anatomy laboratory for cadaver embalming. Lack of research on subjective complaints arising from the use of formaldehyde shown that special attention has not given on this problem. The aim of this research was to know the different effects of wet (with formaldehyde) and dry (without formaldehyde) preparations to student’s subjective complaints during work in anatomy laboratory. The method was cross-sectional study included all medical students (total sampling; n=154) who were working in anatomy laboratory during musculosceletal module in 2012. The result of this study showed that there was significance difference (Marginal homogenity test; p<0,05) of subjective complaining between using wet (130/154 or 84,4%) and dry (82/154 or 53,2%) preparations. Furthermore, it showed that most of subjective complaint of wet preparation is in a mild degree 81,2%. From this study, it concluded that there was an increase proportion of students who have subjective complaint from using wet preparation."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Nurlaila Shoffa
"ABSTRACT
Kondisi psikis mahasiswa selama mengikuti praktikum anatomi dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Kondisi psikis dapat dipengaruhi oleh efek formalin yang digunakan sebagai pengawet kadaver, pengalaman dengan kadaver, suasana laboratorium, serta faktor lain. Sebuah studi cross-sectional dilakukan untuk mengetahui perbedaan kondisi psikis antara mahasiswa lama dengan mahasiswa baru. Kondisi psikis positif dan negatif dinilai menggunakan kuesioner Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) yang telah dimodifikasi. Data mahasiswa baru diambil pada sesi praktikum anatomi pertama, sedangkan data mahasiswa lama diambil pada sesi praktikum ketujuh. Sebanyak 151 mahasiswa laki-laki dan 222 mahasiswa perempuan berpartisipasi dalam penelitian, terdiri dari 206 mahasiswa baru dan 167 mahasiswa lama. Psikis positif terbanyak pada mahasiswa lama adalah tertarik, sedangkan pada mahasiswa baru adalah fokus. Psikis negatif terbanyak pada kedua kelompok adalah rasa tidak nyaman. Dengan uji chi square didapatkan hubungan yang bermakna antara rasa bangga dengan status mahasiswa (p=0,002), sementara psikis negatif dan psikis positif lainnya tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (p>0,05).

ABSTRACT
Students’ psychical condition during anatomy laboratory session could affect learning process. These psychical conditions are influenced by effects of formaldehyde used on cadaver, the experience of seeing cadaver, laboratory condition, and other factors. A cross-sectional study was done to seek the differences of psychical conditions between old and new students during anatomy laboratory session. Students’ positive and negative psychical conditions were examined by using modified Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) questionnaire. The data of new students were obtained on the first anatomy laboratory session, while those of old students on the seventh session. A total of 151 male and 222 female students participated in this study, which consisted of 206 new students and 167 old students. The most common positive psychical condition found in old students was interested, while in new students was focus. On the other hand, the most common negative psyhical condition in both old and new students were uncomfortable. The chi square test showed that there was a relationship between proud feeling with students’ status (p=0.002). On the contrary, no relationship was found between negative psychical and other positive psychical conditions with students’ status (p>0.05)."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Ramadhani
"ABSTRACT
Formalin merupakan larutan yang mengandung 37-50% formaldehid yang digunakan dalam pembalseman kadaver.1,2 Mahasiswa kedokteran secara rutin mengikuti praktikum anatomi dan akan terpapar oleh formaldehid yang memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan.3-6 Paparan terus menerus dapat membuat tubuh beradaptasi sehingga jika terjadi paparan formalin yang berlebihan bisa terabaikan.7,8 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya keluhan pada mahasiswa akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi dan ada tidaknya perbedaan keluhan fisik secara subjektif antara mahasiswa yang baru pertama kali dan mahasiswa lama yang sudah berulang kali terpapar formaldehid selama mengikuti praktikum anatomi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Data diambil di Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Mei-Juni 2012 dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai keluhan subjektif yang dirasakan responden selama mengikuti praktikum anatomi. Kuesioner dibagikan kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2010 yang sedang mengikuti praktikum anatomi Modul Kardiovaskular dan angkatan 2011 yang sedang mengikuti praktikum anatomi Modul Neurosains. Hasilnya menunjukkan 96.3% mahasiswa mengeluhkan keluhan mata, 86.5% mengeluhkan keluhan hidung, 67.3% mengeluhkan keluhan tenggorokan dan 98% mengeluhkan keluhan lainnya.Hasil uji analisis dengan chi square keluhan subjektif antara mahasiswa lama dan baru yang muncul akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi menunjukkan nilai p>0.05 pada keluhan subjektif mata, hidung, tenggorokan dan keluhan lainnya. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna keluhan subjektif yang muncul akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi antara mahasiswa lama dan baru.

ABSTRACT
Formalin is a solution containing 37-50% of formaldehyde used in embalming cadavers.1,2 Medical students routinely follows the anatomy lab and will be exposed to formaldehyde in cadavers. Exposure to formaldehyde has the effect of short-term and long-term subjective complaints which hazardous for one's health3-6. Continuous exposure can make the body adapt so that the body will neglect and no longer able to responds to excessive exposure to formalin.7,8 The purpose of this study was to determine whether there is a complaint from the students as a result of exposure to formaldehyde during the anatomy lab session. This study also monitored the presence or absence of differences in subjective physical complaints between first-time students, who had never been exposed to formaldehyde before, and senior students, who have been repeatedly exposed to formaldehyde during the anatomy lab session. This study used a cross-sectional study design. Data was taken at the Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia(FMUI) in May-June 2012 with distributing a questionnaire containing questions about subjective complaints that respondents felt during the anatomy lab session. Questionnaires were distributed to FMUI’s students 2010 who were following the Cardiovascular anatomy lab module and class of 2011 who were following the Neuroscience anatomy lab module. The results showed 96.3% of the students complained of eye complaints, 86.5% complained of nasal complaints, 67.3% complained of throat complaints and 98% complained of other types of complaints. The chi square test analysis with subjective complaints between senior and new students arising from exposure to formaldehyde during the anatomy showed p > 0.05 on the subjective complaints of the eyes, nose, throat and other complaints. It was concluded that there was no significant differences in subjective complaints arising from exposure to formaldehyde between the senior and new students during the anatomy lab session"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Gunawan
"Stres merupakan salah satu reaksi psikologis yang menyertai mahasiswa selama pandemic COVID-19. Tingkat stres dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa. Terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan hubungan antara regulasi emosi dengan stres maupun kesejahteraan psikologis, dimana tingkat stress yang tinggi akan menurunkan kesejahteraan psikologis dan regulasi emosi mampu mengurangi stress serta menjaga kesejahteraan psikologis individu. Strategi regulasi emosi expressive suppression dan cognitive reappraisal diartikan sebagai cara individu dalam mempengaruhi, merasakan, serta mengekspresikan emosi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek strategi regulasi emosi expressive suppression dan cognitive reappraisal sebagai moderator antara stres dan kesejahteraan psikologis. Sebanyak 119 mahasiswa baru Universitas Indonesia 2020 terlibat dalam penelitian ini. Stres diukur menggunakan Perceived Stres Scale-10 for COVID-19 (PSS-10-C); strategi regulasi emosi diukur menggunakan Emotion Regulation Questionnaire (ERQ); dan kesejahteraan psikologis diukur menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-being (RPWB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) stres dapat menjadi prediktor kesejahteraan psikologis secara signifikan; (2) strategi regulasi emosi expressive suppression signifikan dalam memperkuat hubungan negatif antara stres dan kesejahteraan psikologis; (3) strategi regulasi emosi cognitive reappraisal signifikan dalam memperlemah hubungan negatif antara stres dan kesejahteraan psikologis.

Stress is one of psychological reactions that has been experienced by college students during the COVID-19 pandemic. The level of stress can be affecting their psychological well-being. Previous studies show there is a significant relationship between emotional regulation and stress, also psychological well-being. A high level of stress will be declining psychological well-being. On the other hand, emotional regulation has proven to be reducing stress level as well as maintaining the condition of psychological well-being. Emotional regulation strategies are defined as the way individuals influence, feel, and express their emotions. The strategies divided into two which are cognitive reappraisal and expressive suppression. This study aims to examine the effects of expressive suppression and cognitive reappraisal regulatory strategies as a moderator between stres and psychological well-being. A total of 119 first-year students of Universitas Indonesia in 2020 were involved in this research. Stres was measured using the Perceived Stress Scale-10 for COVID-19 (PSS-10-C); Emotion regulation strategies were measured using the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ); and psychological well-being was measured using Ryff's Scales of Psychological Well-being (RPWB). The results showed that (1) stress can be a significant predictor of psychological well-being; (2) expressive suppression as an emotional regulatory strategy is significant in strengthening the negative relationship between stress and psychological well-being; (3) on the other side, cognitive reappraisal strategy is significant in weakening the negative relationship between stress and psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Aziz
"ABSTRAK
Mengalami peristiwa slressful merupakan hal yang pernah dialami oleh
seseorang dalam rentang kehidupan, termasuk kehidupan mahasiswa. Banyak
peristiwa stressful yang dapat menjadi potenlial slressor dan bila tidak diatasi
dengan baik dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Menghadapi
deadline skripsi bisa menjadi peristiwa yang stressful bagi mahasiswa bila tidak
mempersiapkan diri dengan baik saat mengerjakan tugas skripsi yang sewaktuwaktu
dapat menjadikan dirinya keadaan stres. Banyak cara untuk mengatasi
stres, salah satunya adalah coping religius yang merupakan bagian dari emotionfocused
coping.
Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan teknik event
& incidental sampling dengan jumlah sampel 73 orang pada mahasiswa yang
sedang menghadapi deadline skripsi di Universitas Indonesia, Depok.
Alat ukur yang digunakan merupakan adaptasi dari RCOPE berupa skala
Likert. Validitasnya diuji dengan melalui expert judgement, Pearson Product
Moment Correlation dan reliabilitasnya dengan C.oefficient Alpha. Dalam
pengadaptasian alat tes temvata terdapat satu faktor dan beberapa item yang harus
dibuang karena nilai reliabilitasnya dan validitasnya kurang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara
mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita dalam menggunakan coping religius
bentuk positif dan negatif. Namun terdapat perbedaan antara coping religius
bentuk positif dengan coping religius bentuk negatif pada mahasiswa yang sedang
menghadapi deadline skripsi. Ternyata coping religius bentuk positif lebih banyak
digunakan bila dibandingkan dengan bentuk negatif. Coping religius bentuk
positif cukup sering digunakan, sedangkan bentuk negatif kurang sering
digunakan pada mahasiswa yang sedang menghadapi deadline skripsi.
Saran yang diberikan adalah perlunya meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan coping dengan emotion-focused maupun problem focused dan
perlunya menggunakan kedua tipe coping tersebut secara bersamaan agar lebih
berguna dan efektif dalam menghadapi peristiwa yang stressful pada mahasiswa
yang sedang menghadapi deadline skripsi."
2004
S3461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eyleny Meisyah Fitri
"ABSTRAK
Latar belakang: Xerosis kutis sering ditemukan pada lanjut usia lansia . Aplikasi pelembap merupakan tatalaksana utama. Pelembap mengandung humektan, misalnya laktat dan urea, dapat memperbaiki hidrasi dan disfungsi sawar kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi dan keamanan antara krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 dan urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dengan subjek kelompok berpasangan dilakukan pada 40 orang penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , dan efek samping dilakukan pada awal terapi, minggu kedua dan keempat terapi, serta minggu kelima seminggu setelah terapi dihentikan. Hasil: Penurunan nilai SRRC dan TEWL, peningkatan nilai SCap, setelah empat minggu tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok terapi dengan nilai p masing-masing 1,000; 0,636; dan 0,601. Pada minggu kelima, terjadi peningkatan nilai SRRC dan TEWL serta penurunan nilai SCap minggu keempat pada kedua kelompok, namun masih lebih baik daripada nilai dasar dan minggu kedua terapi. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan objektif pada kedua kelompok. Kesimpulan: Efikasi dan keamanan krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 sama baiknya dengan krim pelembap yang mengandung urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Kata kunci: amonium laktat 12 ; lanjut usia; urea 10 ; xerosis kutis

ABSTRACT
Background Xerosis cutis is widely known in geriatric population. Application of moisturizer is the treatment.. Moisturizer with humectant property, e.g lactate and urea, could restore skin hydration and barrier dysfunction. This study aims to compare the efficacy and safety between moisturizing cream containing 12 ammonium lactate and 10 urea in geriatric population with xerosis cutis. Methods A double blind randomized controlled trial with matching paired subject was conducted on 40 residents of a nursing home in Jakarta. Evaluation of specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , and side effects were measured at baseline, week 2 and week 4 after therapy, and week 5 one week after therapy cessation. Results The decrease of SRRC and TEWL score, increase of SCap score after four weeks of therapy between two group yield no statistical different p 1.000 p 0.636 p 0.601 respectively . On the fifth week, SRRC and TEWL score were increased and SCap score was decreased compared to the fourth week, but they are still better than the score on baseline and the second week. No objective and subjective side effects were found. Conclusions The efficacy and safety of moisturizing cream containing 12 ammonium lactate are the same as 10 urea in treating xerosis cutis of geriatric population. Keywords 12 ammonium lactate 10 urea geriatric xerosis cutis"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>