Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sony Ikhwanuddin
"[PCC (Precipitated Calcium Carbonate) adalah serbuk kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian tinggi. PCC banyak digunakan dalam industri farmasi dan makanan. Saat ini, Indonesia masih mengimpor PCC. Padahal, Indonesia memiliki potensi bahan baku PCC yaitu dolomit. Asam format mampu bereaksi secara selektif dengan kalsium karbonat sebagai komponen dominan (77%) dalam dolomit. Kemurnian kalsium hasil selektif leaching mencapai 98%. Kondisi optimum untuk selektif leaching adalah konsentrasi asam 0,05M; rasio solid/liquid (10g/50ml); waktu leaching selama 60 menit dan tanpa pengadukan. Larutan hasil leaching ditambahkan amonium hidroksida hingga pH 12. Selanjutnya, mengalirkan gas CO2 untuk menghasilkan endapan CaCO3 (PCC)., PCC (Precipitated Calcium Carbonate ) is a high purity of calcium carbonate (CaCO3) powder. PCC is widely used in the pharmaceutical and food industries. Now, Indonesia still imports for PCC. Indonesia has raw material for PCC that is dolomite. Formic acid can react selectively with calcium carbonate that is a dominant component (77%) in dolomite. The purity of calcium from selective leaching reach 98%. The optimum conditions for selective leaching is acid concentration (0,05M); the solid / liquid (10g /50ml); leaching time (60 minutes) and without stirring. The solution from leaching is added ammonium hydroxide to pH 12. Then , CO2 is added to produce a precipitate CaCO3 ( PCC ) .]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Alexander Sumartoni
"Asam formiat adalah bahan baku produk kimia yang sangat dibutuhkan bagi industri farmasi dan karet. Sebesar 81 % kebutuhan asam formiat dengan yield yang tinggi dipenuhi oleh proses hidrolisis metil formiat. Akan tetapi, proses ini membutuhkan konsumsi energi yang tinggi dan kinetika reaksinya yang lambat. Oleh karena itu, penelitian elektrolisis plasma ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari variabel proses daya, jarak elektroda, penambahan laju alir injeksi udara, dan fungsi katoda yang optimum dalam menyintesis asam formiat dengan ramah lingkungan. Penelitian ini menguji pengaruh variasi daya pada tegangan yang sama (Daya 400; 500; dan 600 Watt), variasi jarak katoda terhadap anoda (0,5 cm; 1 cm; dan 1,5 cm), variasi penambahan laju alir injeksi udara (0; 0,8 lpm), dan fungsi katoda, yaitu sebagai katoda sebagai injektor U Hollow dan katoda terpisah. Pengujian dilakukan dengan desain injeksi udara terbaru, yaitu injektor U Hollow untuk mengatasi permasalahan operasional pada desain injeksi udara generasi sebelumnya. Pada penelitian ini, kondisi operasi optimum untuk membentuk asam formiat dicapai dengan daya 600 Watt, jarak katoda terhadap anoda sebesar 1 cm, laju alir injeksi udara 0,8 lpm selama 45 menit, yaitu sebesar 8,96 mmol. Selain itu, dihasilkan juga produk samping terbanyak kedua, yaitu produksi nitrat sebesar 1,5 mmol.

Formic acid is a highly demanded raw material in the pharmaceutical and rubber industries. Approximately 81% of the demand for high-yield formic acid is met through the hydrolysis of methyl formate. However, this process is energy-intensive and characterized by slow reaction kinetics. Therefore, research into plasma electrolysis is necessary to explore the optimal process variables, such as power, electrode distance, air injection flow rate, and cathode function, for synthesizing formic acid in a more environmentally friendly manner. This study examines the effects of varying power at the same voltage (400, 500, and 600 Watts), the distance between the cathode and anode (0.5 cm, 1 cm, and 1.5 cm), air injection flow rate (0 and 0.8 lpm), and the cathode function, including bifunctional and separate cathodes. Testing was conducted using a new air injection design, the U Hollow injector, to address operational issues found in previous air injection designs. In this study, the optimal operating conditions for formic acid synthesis were achieved at 600 Watts of power, a 1 cm distance between the cathode and anode, an air injection flow rate of 0.8 lpm over 45 minutes, resulting in 8.96 mmol of formic acid. Additionally, nitrate, the second most abundant byproduct, was produced at 1.5 mmol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Rachmasari
"ABSTRAK
PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan fine chemical dari kapur (CaCO3) yang banyak digunakan dalam berbagai industri. Indonesia memiliki potensi bahan baku PCC yang melimpah yaitu dolomit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan PCC dari dolomit dengan menggunakan metode selective acid leaching dolomit menggunakan asam lemah tunggal dan kombinasinya. Dalam metode ini digunakan asam lemah sebagai pelarut karena asam lemah akan bereaksi secara selektif dengan ion Ca dan membentuk suatu ikatan yang lebih stabil. Asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam format, asam asetat, asam propanoat dan kombinasinya. Kondisi optimum leaching dengan asam format yang diperoleh adalah ukuran partikel dolomit 0,075 ? 0,149 mm, waktu kontak 60 menit, kecepatan pengadukan 5 rpm, rasio cairan padatan 5/1 dan suhu 45oC, konsentrasi optimum 0,1 M dengan %kemurnian Ca larut dan %yield sebesar 99,14% dan yield 4,5%. Pengkombinasian asam lemah menyebabkan selektifitas terhadap ion Ca menurun dibandingkan penggunaan asam tunggal. Data kinetika menunjukkan hambatan penentu laju reaksi selective acid leaching dolomit menggunakan asam format dikontrol oleh lapisan zat inert. Persamaan kinetika selective acid leaching dolomit pada kondisi optimum adalah (1-3((1-X)^(2/3))+(1-X))=2,0829x(10^-5)t

ABSTRACT
PCC (precipitated Calcium Carbonate) is a fine chemical of limestone (CaCO3) which is widely used in various industries. Indonesia has the potential of PCC abundant raw material which is dolomite. This study proposes to obtain PCC from dolomite by selective acid leaching of dolomite using single and combination of weak acid. In this method a weak acid used as a solvent because of the weak acid will react selectively with Ca ions and form a bond that is more stable. The acid used in this study is formic acid, acetic acid, propanoic acid and its combinations. The optimum leaching conditions with formic acid is obtained dolomite particle size of 0.075 to 0.149 mm, the contact time of 60 minutes, stirring speed 5 rpm, solid liquid ratio of 5/1 and a temperature of 45oC, the optimum concentration of 0.1 M with% purity soluble Ca and% a yield of 99.14% and a yield of 4.5%. The combination of a weak acid causes the ion selectivity of Ca decreased compared to the single acid use. Kinetics data showed the reaction rate limiting for selective acid leaching of dolomite using formic acid is controlled by diffusion through ash layer. Kinetic equation selective acid leaching of dolomite in optimum condition is (1-3((1-X)^(2/3))+(1-X))=2,0829x(10^-5)t
"
2016
T45607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanto
"PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan bahan baku industri yang berasal dari batuan dolomit. Jumlah dolomit yang terdapat di Indonesia sebanyak 600 jt ton dan pemanfaatannya masih belum menguntungkan karena hanya masih digunakan sebagai bahan dasar pupuk. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, penelitian sebelumnya menggunakan leaching untuk memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 murni untuk digunakan industri.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada metode leaching yaitu penambahan cosolvent HCl pada asam asetat untuk meningkatkan kemampuan leaching. Penambahan cosolvent ini diberikan dengan variasi volume agar diketahui berapa volume cosolvent (2, 3, 4, 5 %) optimum. Tujuan dari penambahan cosolvent adalah untuk meningkatkan kemurnian CaCO3 yang dihasilkan dengan menggunakan beberapa kondisi pada penelitian ini seperti (0,1 M, rasio massa/volume solven 10/100, waktu reaksi 50 menit dan ukura partikel <=100 Mesh) dan menghasilkan kemurnian CaCO3 95,74%.

PCC (Precipitated Calcium Carbonate) are materials from dolomite that used for several industries. The amount of dolomite found in Indonesia are around 600 billions tons and the usage of it still not profitable since it was only used as materials for fertilizers. Today,in the attempt of dolomite?s enhancement, there are some research about leaching technology to separate CaCO3 from dolomite to make high purity CaCO3 that could be use in industry.
In this research, we add cosolvent into the leaching method to enhance the leaching. The amount of HCl as cosolvent that would be added was given variation (2, 3, 4, 5 %) to find the optimum volume of cosolvent. The objective of adding cosolvent is to enhance the purity of CaCO3 with the optimum condition without cosolvent are 0.1 M of acetic acid concetration and ratio dolomite?s mass/volume and the output of the test of cosolvent is at 95,74% of purity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Nur Aulia Afiff
"ABSTRAK
Kebutuhan CaCO3 murni (>98%) baik di dunia maupun di Indonesia terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini Indonesia mengimpor CaCO3 murni dalam jumlah yang cukup besar tiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia adalah batuan dolomit. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, perlu dilakukan kajian teknologi yang dapat diaplikasikan secara tepat dalam mengolah mineral dolomit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 dengan tingkat kemurnian yang tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi proses leaching yaitu berupa selective leaching dimana pada metode ini digunakan HCl dalam konsentrasi yang sangat rendah sehingga hanya ion Ca yang larut dalam HCl. Karakterisasi yang dilakukan meliputi komposisi dolomit dan produk CaCO3 menggunakan XRF dan metode penimbangan. Selective leaching dengan menggunakan HCl dilakukan pada variasi konsentrasi, waktu, rasio, dan kecepatan pengadukan. Kondisi optimum untuk menghasilkan CaCO3 dengan kemurnian diatas 98% didapat dengan menggunakan HCl 0.05M sebanyak 100mL selama 1 jam dan dilakukan tanpa pengadukan.

ABSTRACT
The needs of pure CaCO3 (>98%) both in the world and in Indonesia continues to increase every year. To meet this need, Indonesia imports CaCO3 in large quantities each year. This is very unfortunate because Indonesia has abundant natural resources, and one of them is dolomite. In an effort to increase the value of dolomites in Indonesia, it is necessary to study technologies that can be applied appropriately in processing the dolomites. This study aims to produce pure CaCO3 from dolomites in order to fulfill the needs in Indonesia. In this research, leaching process is modified into selective leaching. In this method, the concentrations of HCl that being used is very low that only Ca ion is dissolved in HCl. Characterization of dolomites composition is conducted by using XRF. Selective leaching using HCl performed at various concentrations, times, ratios, and stirring speeds. The optimum conditions to produse CaCO3 with a purity above 98% is obtained by using 100mL of 0.05M HCl for 1 hour and is done without stirring.
"
2015
S59778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Yogaswara Sulistyawan
"Tailing dari limbah penambangan bauxite daerah Wacopek di pulau Bintan ternyata memiliki kandungan logam lantanida yang bernilai ekonomi sangat tinggi, yaitu lantanum oksida La2O3 dan yytrium oksida Y2O3 masing-masing sebesar 0,0041 dan 0,0052. Data tersebut memberikan informasi potensi yang sangat prospektif untuk memperoleh nilai tambah yang besar melalui ekstraksi logam-logam berharga dari limbah tailing bauxite. Dengan demikian, pemisahan lantanida dari limbah tailing bauxite tersebut menjadi solusi baik bagi lingkungan dan perekonomian karena dapat mengurangi limbah hasil pertambangan dan mengolahnya menjadi material yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pemisahan ion yttrium dari tailing bauxite mula-mula menggunakan ekstraksi padat cair, karena sifat fisik dari tailing bauxite sendiri, metode ekstraksi padat cair yang murah dan praktis dapat menggunakan metode heap leaching karena jauh lebih murah, praktis, karena tidak perlu destruksi, pemisahan padatan dengan cairan, dan preparasi yang tidak rumit.
Hasil dari ekstraksi heap leaching diperoleh pada konsentrasi optimum asam sulfat 0,1M dengan tingkat keberhasilan 24,39 untuk melarutkan lantanum, dan berhasil melarutkan 34,03 yttrium dari tailing bauxite. Setelah dilakukan pemisahan dengan ekstraksi padat cair dengan H2SO4 kemudian dilakukan juga pemisahan kembali dengan melakukan pengendapan menggunakan trisodium fosfat dan asam fitat untuk kemudian diperoleh hasil yttrium yang tidak terkontaminasi apapun. Dan proses 2 kali pengendapan berhasil meningkatkan kadar lantanum sebesar 83,6 menjadi 0,04411 ppm dan meningkatkan kadar yttrium sebesar 89,20 menjadi 0,28431 ppmKata.

Tailing from the bauxite mining waste from the area of Wacopek in Bintan Island evidently has a high economic value in the content of lanthanide metal. There are lantanum oxide La2O3 and yttrium oxide Y2O3 each of them have a weight of 0,0041 and 0,0052. These data provide potentially highly prospective information to obtain the great added value through the extraction of valuable metals from bauxite tailings waste. There has been no discovery of lanthanide elements from bauxite tailings so far, so the separation of lanthanides from the tailing bauxite waste becomes a solution for both the environment and also the economy because it can reduces the waste of mining products and processes them into materials that could have a high economic value. Therefore, the efforts to extract it through the enrichment methods is the exact and efficient separation that is proposed for this research. The separation of yttrium ion from tailing bauxite first uses liquid solid extraction because the physical properties of tailing bauxite itself. A cheap and practical liquid solid extraction method can use the heap leaching method because it is much cheaper and practical, there is no need for destruction separation of solids with liquids and the prepaparation is also uncomplicated.
The results from the heap leaching extraction were obtained at the optimum concentration of 0,1M sulfuric acid with a success rate of 24,39 to dissolve the lanthanum, and successfully dissolved 34,03 yttrium from the bauxite. After the separation between liquid solid extraction with the H2SO4, then it re separated again by precipitation using trisodium phosphate and phytic acid to obtain the uncontaminated results. Last, the twice sedimentation process successfully increased the lanthanum level from 83,6 to 0,04411 ppm and the yttrium levels from 89,20 to 0,28431 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryadipa Rachmana
"Salah satu unsur logam tanah jarang adalah lantanum. Lanthanum dapat dipisahkan dengan beberapa teknik seperti ekstraksi solven, pertukaran ion, dan metode pengendapan fraksional. Salah satu sumber lantanum adalah mineral pasir silika, dan Indonesia memiliki jumlah pasir silika yang cukup berlimpah sehingga dapat dijadikan potensi produksi lantanum yang tinggi.Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi lanthanum dari mineral pasir silika. Pemisahan logam lantanum dari pasir silika menggunakan ekstraksi padat cair, karena sifat fisik dari pasir silikanya sendiri.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode Heap Leaching menggunakan H2SO4, metode ini digunakan karena merupakan metode yang murah, praktis, tidak perlu destruksi, dan preparasi yang tidak rumit.Metode pengendapan menggunakan natrium sulfat kemudian dilakukan untuk memisahkan logam-logam maupun pengotor yang terdapat dalam larutan. Selanjutnya dilakukan pemisahan kembali darilogam pengotor menggunakan asam fitat untuk kemudian diperoleh hasil ion lantanum yang lebih murni. Didapatkan hasil lantanum yang berhasil didapat.

One of rare earth metal element is lanthanum. Lanthanum can be separated by several techniques such as solvent extraction, ion exchange, and fractional precipitation methods. One of many source of lanthanum is the silica sand mineral, and Indonesia has a considerable amount of silica sand that can be used as a high lanthanum production potential. In this research, the extraction of lanthanum from silica sand mineral will be done. Separation of lanthanum metal from silica sand using liquid solid extraction is done due to the physical properties of the silica sand itself.
The extraction method that is used in this research is Heap Leaching method using H2SO4. This method is used because it is a cheap, practical method, no need for destruction, and the preparation is not complicated. The precipitation method using sodium sulfate is then carried out to separate the metals and impurities present in the solution. Furthermore, the separation of the impurity metal using phytic acid is then obtained to produce purer lanthanum ions. The result of lanthanum obtained by this method ide 0.709 ppm with percent extraction is 11.3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafizh Rizal
"Light rare earth metals (LREM) banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku katalis, keramik dan gelas mutakhir, paduan logam, material poles, dan lain-lain. Terak dari hasil samping pengecoran gold crude bullion memiliki kandungan LREM dalam jumlah yang signifikan. Dengan demikian terak gold crude bullion dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku LREM. Kandungan LREM dalam terak gold crude bullion dapat ditingkatkan dengan proses pencucian air dan dilanjutkan dengan proses pelindian asam. Proses pencucian air dilakukan untuk meningkatkan kandungan LREM, menghilangkan kandungan Na, dan menurunkan nilai pH terak. Proses pencucian air mampu meningkatkan kandungan LREM hingga 55 kali dari kandungan sebelumnya, serta menurunkan nilai pH terak dari pH 13 menjadi pH 10 yang akan bermanfaat pada proses pelindian asam. Proses pelindian asam dilakukan dengan menggunakan asam klorida (HCl) sebagai larutan pelindi. Proses pelindian asam dilakukan pada rentang konsentrasi HCl 0,5 – 2,0 M, suhu proses 25 – 70°C, waktu pelindian 15 – 120 menit, serta rasio solid-liquid 1/10, ukuran partikel -74 μm, dan kecepatan pengadukan 300 rpm. Hasil dari proses pelindian asam memberikan persen ekstraksi hingga 76,62% untuk La, 76,56% untuk Ce, 76,77% untuk Pr, dan 76,66% untuk Nd pada konsentrasi HCl 1,5 M, suhu proses 55°C, serta waktu pelindian 120 menit.

Light rare earth metals (LREM) are widely used as raw materials for catalysts, advanced ceramics and glasses, metal alloys, polishing materials, and others. Slag as a by-product from gold crude bullion casting process contains a significant LREM composition. Thus, gold crude bullion slag could be used as LREM raw materials. The LREM composition in gold crude bullion slag can be increased by water washing process followed by an acid leaching process. The water washing process is carried out to increase the LREM content, removing Na content, and reduce the pH value of the slag. The water washing process could increase the LREM content up to 55 times from the previous content and reduce the pH value of the slag from pH 13 to pH 10 which will be useful in the acid leaching process. The acid leaching process is carried out using hydrochloric acid (HCl) as the leachate solution. The acid leaching process is carried out in a HCl concentration of 0.5 - 2.0 M HCl, a process temperature of 25 - 70 ° C, a leaching time of 15 - 120 minutes, a solid-liquid ratio of 1/10, a particle size of -74 μm, and the stirring speed. 300 rpm. The results from the acid leaching process gave an extraction percentage of up to 76,62% for La, 76,56% for Ce, 76,77% for Pr, and 76,66% for Nd at a concentration of 1.5 M HCl, a process temperature of 55 ° C, and a leaching time of 120 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Prihatno
"Laterit mengandung klorit, piroksen, talc, kuarsa, olivin dan amfibol. Laterit memiliki kadar Ni2 . Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi ion Ni2 dari laterit menggunakan heap leaching asam sulfat. Setelah dilakukan heap leaching 25 gram laterit menggunakan 500 mL variasi asam sulfat, didapatkan konsentrasi asam sulfat optimum Hasil heap leaching berwarna hijau kekuningan karena adanya [Fe H2O 6]3 dan [Ni H2O 6]2 . Kadar Fe3 dipisahkan dengan penambahan asam fitat. Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair dengan penambahan salisilaldoksim.

Laterite containing chlorite, pyroxene, talc, quartz, olivine and amphibole. Laterite content Ni2 . In this research, Ni2 extraction of laterite heap leaching using sulfuric acid. After 25 grams of laterite heap leaching using variation of 500 mL sulfuric acid, obtained optimum sulfuric acid concentration. Results heap leaching has yellowish green color because solution contain Fe H2O 6 3 and Ni H2O 6 2 . Number of Fe3 separated by addition of phytic acid. Then did liquid liquid extraction by salicylaldoxime addition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretha Putri Ayu
"Seiring dengan berkembangan teknologi di bidang automotif, penggunaan katalis logam merupakan salah satu hal yang penting karena dapat mempercepat reaksi dan dapat membantu memacu reaksi siklohidrogenasi serta reaksi lainnya seperti pembentukan aromatik. Akibat dari penggunaan katalis tersebut maka limbah katalis hasil proses Catalytic Continuous Reforming sangat banyak ditemukan.
Salah satu logam yang banyak digunakan sebagai katalis dalam proses CCR adalah logam kobalt dengan penambahan logam palladium sebagai promotor. Logam kobalt sebagai bahan dasar utama yang terkandung dalam katalis CCR bila dibiarkan dibuang menjadi limbah akan sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk meminimalisir bahaya tersebut maka diperlukan perolehan kembali logam kobalt dari limbah katalis CCR dengan metode leaching.
Dalam penelitian ini digunakan asam sitrat 0,8 M dengan 2% H2O2 pada kondisi operasi 75oC selama 1,5 jam dapat menghasilkan logam Co 77,78%. Setelah proses leaching dilakukan, untuk mendapatkan logam kobalt dengan kemurnian yang lebih baik maka dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan pH 3,5 dan konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,1 M diperoleh logam Co sebesar 77,80% dari total kobalt hasil leaching.

The usage of metal catalyst is important alongside with recent technology development on automotive sector. Metal catalyst is used to fasten any reaction, such as triggering cyclohydrigenation reaction and aromatics forming. These process, which known as catalytic continous reforming (CCR), produce a lot of catalysts waste.
One of metal catalyst that used in large amount on CCR process is cobalt added by palladium as a promotor. Cobalt, which is used as the main component in CCR catalyst, will be dangerous for health and environment if directly thrown away as a waste. For reducing those danger, cobalt is reused by recovering it from CCR catalyst using leaching method.
In this research, 0.8 M citric acid with 2% H2O2 is used at temperature 75°C within 1.5 hours. This methods could recover 77.78% cobalt from CCR. Purification process is done by liquid-liquid extraction with Cyanex 272 0,1 M at pH 3,5 to gain cobalt with higher purity up to 77.80% of total cobalt from leaching.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>