Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"[Latar Belakang : Abortus merupakan salah satu masalah di Indonesia dengan prevalensi sebanyak 10-15%. Abortus juga berperan dalam kematian ibu sebanyak 5%. Namun pendataan prevalensi abortus tidak dilakukan secara rutin. Terdapat beberapa faktor resiko abortus, diantaranya anemia. Data Riskesdas 2013 didapatkan 37,1% itu hamil mengamai anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi abortus spontan dan hubungan dengan anemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional analitik. Data berupa data sekunder dari departemen Obstetrik dan Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011. Data tersebut kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan program SPSS versi 20.
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan prevalensi abortus sebanyak 8,1%. Prevalensi anemia pada kehamilan sebesar 29,9% dan pada kelompok abortus 32,5. Kategori anemia terbanyak adalah anemia ringan sebanyak 15,2%. Hasil uji analisis bivariat dengan Chi-Square didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kategori anemia dengan kejadian abortus (P=0,069).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kategori anemia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 2011., Background : Abortion is one of Indonesia’s mayor health problem which is found in 10-15% of women’s population. Abortion also contributes to 5% of total maternal mortality. However, the epidemiological data for abortion itself has not been routinely conducted. One of risk factor of miscarriage is anemia. Besed on Riskesdas 2013, 37,1% pregnant women experiences anemia. This study aim to find the correlation between prevalence of spontaneous abortion with anemia in Cipto Mangunkusumo Hospital 2011
Methods : The study is a analitical cross-sectional method was applied in this study by doing univariate and bivariat analysis on the data taken from medical records in Obstetrics and Gynecology Department of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, 2011. SPSS version 20 aids the statistical analysis process.
Results : This study found that prevalence of miscarriage is 8,1% and prevalence of Anemia is 29,9%. Prevalence anemia in abortion population is 32,5%. Majority is found to have mild anemia (15,2%). Result of bivariate analysis with Chi-Square, was no association between miscarriage and category of anemia (P=0,069).
Conclussion : There was no association between miscarriage and category of anemia in pregnant women in Cipto Mangunkusumo Hospital 2011]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang : Abortus merupakan suatu keadaan dimana kehamilan yang tidak dapat dipertahankan pada usia kandungan yang kurang dari 20 minggu atau berat janin yang masih kurang dari 500 gram. Abortus merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi abortus dan hubungannya dengan usia ibu hamil di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2011. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis sebanyak 2516 data ibu hamil di Departemen Obstetri dan Ginekologi dan Instalasi Gawat Darurat RS Cipto Mangunkusumo tahun 2011. Hasil : Prevalensi abortus di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 8,1%. Rerata usia ibu hamil yang mengalami abortus (n=203) adalah 29 tahun (16 tahun-46 tahun), sedangkan rerata usia ibu hamil yang tidak mengalami abortus (n=2313) adalah 29 tahun (14 tahun – 56 tahun). Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p = 0,061 Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata usia ibu antara kelompok yang mengalami abortus dengan kelompok yang tidak mengalami abortus., Background: Miscarriage is a condition in which pregnancy can not be maintained on the age of pregnancy less than 20 weeks or fetal weight is still less than 500 grams. It is one of the leading causes of death in pregnant women. The aim of this research was to know the prevalence of miscarriage and its relationship with maternal age at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2011. Methods: The study design used in this research was cross-sectional by using secondary data from medical records. These data including 2516 pregnant women in the Department of Obstetrics and Gynecology and the Emergency Room in Cipto Mangunkusumo Hospital in 2011. Results: The prevalence of miscarriage in Cipto Mangunkusumo Hospital was 8.1%. The average age of women with miscarriage (n = 203) was 29 years (16 years-46 years), while the average age of pregnant women who did not have miscarriage (n = 2313) was 29 years (14 years - 56 years). Mann-Whitney test results obtained value of p = 0.061 Conclusions: There was no significant difference between the mean age of mothers who experienced miscariage group with the group that did not endergo miscarriage.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang : Abortus spontan merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Prevalensi abortus yang terdeteksi di Indonesia pada tahun 2010 yaitu sebesar 4%. Hipertensi pada kehamilan diketahui menjadi salah satu faktor yang menyebabkan morbiditas maupun mortalitas ibu dan janin. Keadaan tekanan darah yang rendah pada kehamilan diduga berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan kejadian abortus terancam. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi abortus spontan dan hubungannya dengan tekanan darah sistolik dan diastolik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011.
Metode : Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah cross-sectional analitik dengan data sekunder yang didapatkan dari rekam medis pasien di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM tahun 2011. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS versi 20.
Hasil : Prevalensi abortus spontan di RSCM tahun 2011 yaitu sebesar 8,1%. Kejadian hipertensi pada abortus spontan diketahui sebesar 3,1%. Besar rerata ± simpangan baku untuk tekanan darah sistolik dan diastolik pada ibu yang mengalami abortus spontan (n=195) yaitu 112,06±11,365mmHg dan 73,24±7,953 mmHg. Sedangkan pada kelompok no-abortus (n=2278) yaitu 124,09±18,965 mmHg and 80±11,961 mmHg. Hasil analisis uji Mann-Whitney didapatkan adanya perbedaan rerata yang bermakna antara abortus spontan dengan tekanan darah sistolik (p<0,001) maupun diastolik (p<0,001).
Kesimpulan :
Terdapat perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang bermakna antara ibu hamil dengan abortus dan non-abortus., Background : Miscarriage is one of the cause of maternal death. In Indonesia, the prevalence of detected miscarriage in 2010 is 4%. Meanwhile, hypertension in pregnancy has been known as a contributing factor for both maternal and foetal mortality and morbidity. Hypotension in pregnancy also associated with increased morbidity and threatened miscarriage. This study conducted to determine the prevalence of miscarriage and knowing its association with systolic blood pressure (SBP) and diastolic blood pressure (DBP) in Cipto Mangunkusumo Teaching Hospital, Jakarta, Indonesia in a period of a year.
Methods : The study is a cross-sectional analytic using data obtained from medical records in Obstetrics and Gynecology Department of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, a tertiary national referral hospital, between January – December 2011. Blood pressure data within miscarriage women and non-miscarriage pregnant women were collected and analyzed using SPSS version 20.
Results : Of a total of 2518 pregnant women, the prevalence of miscarriage was 8,1% (203/2518 cases), 477 individuals (19,2%) were hypertensive and only 6 individuals (0,16%) were hypotension. Prevalence of hypertension within miscarriage group is 3,1%. The mean ± standard deviation values of the SBP and DBP in women with miscarriage (n=195) were 112,06±11,365mmHg and 73,24±7,953 mmHg. Meanwhile the mean SBP and DBP in non-miscarriage pregnant women (n=2278) were 124,09±18,965 mmHg and 80±11,961 mmHg. Based on Mann-Whitney U test, miscarriage was associated with SBP (p<0,001) and DBP (p<0,001).)
Conclussion : There were significant mean SBP and DBP difference between miscarriage women and non-miscarriage pregnant women.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Kusumawardhani
"ABSTRACT
Salah satu penyebab kematian pada ibu adalah abortus. Abortus spontan yang terjadi pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah riwayat abortus. Beberapa penelitian terkait dengan abortus spontan dan hubungannya dengan riwayat abortus telah dilakukan, namun memiliki hasil yang berbeda-beda. Di Rumah Sakit Cipto Mangkunkusumo (RSCM) sendiri belum terdapat penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara abortus spontan dan riwayat abortus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi abortus spontan di RSCM pada tahun 2011 dan hubungannya dengan riwayat abortus. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data yang digunakan ialah data sekunder berupa rekam medis pasien Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM pada tahun 2011. Pada penelitian ini terdapat 2518 data rekam medis yang sesuai. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square menggunakan program SPSS for windows version 11,5. untuk mengetahui hubungan antara abortus spontan dan riwayat abortus. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan prevalensi abortus spontan di RSCM pada tahun 2011 adalah sebesar 8,06% dan terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian abortus spontan pada ibu hamil yang memiliki riwayat abortus dan ibu hamil tanpa riwayat abortus di RSCM pada tahun 2011 (p=0,002).

ABSTRACT
One of the cause of death of mother is abortion. A spontaneous abortion occurs basically of some factors, one of them is the history of abortion. Some research have been made on spontaneous abortion and its relationship with the history of abortion, however it has different result. At the Cipto Mangunkusumo Hospital, there is no research made before regarding the spontaneous abortion and the history of abortion. The aim of this research is to know the prevalence of spontaneous abortion and its relation with the history of abortion. This research is using the cross-sectional design. The datas used is the secondary data in the form of medical record of patients at the Department of Obstetrics and Gynaecology Cipto Mangunkusumo Hospital in 2011. This research found 2518 medical record data appropriate. The analysis of the data is done with chi-square test using SPSS for windows version 11,5 program to find the relation between the spontaneous abortion and the history of abortion. Based on this research, the prevalence of spontaneous abortion is 8,06% and there is significant difference between spontaneous abortion and the abortion history of pregnant mother at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2011 (p=0,002)."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Nafisa Shahab
"Kelahiran preterm merupakan penyebab tertinggi kematian pada bayi. Angka preterm di negara berkembang masih tinggi dan terus meningkat. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian untuk mengetahui prevalensi kelahiran preterm di Indonesia beserta anemia pada ibu sebagai salah satu faktor risiko. Desain penelitian ini adalah potong lintang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011. Data diambil dengan jumlah sampel 2.184 ibu dan diuji dengan uji kai-kuadrat untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan kelahiran preterm dan anemia pada ibu.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada ibu melahirkan di RSCM tahun 2011 adalah 29,1% dan prevalensi kelahiran preterm di RSCM tahun 2011 adalah 26,9%. Pada uji kai-kuadrat, didapatkan terdapat perbedaan bermakna (nilai p<0,001) antara kelahiran preterm dengan anemia pada ibu melahirkan di RSCM tahun. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara anemia pada ibu dengan kelahiran preterm.

Preterm labor is one of the highest causes of babies’ mortality. Prevalence of preterm in developing countries is still high and keeps growing. Therefore, we need a research to find out prevalence of preterm labor in Indonesia with maternal anemia as one of the risk factors. Research design used is cross-section using secondary data from medical record of patients delivering in RSCM in year 2011. The data had been taken with 2184 mothers as the samples and was tested with chi-square test to reveal if there is association between preterm labor and maternal anemia.
Result of this research shows that prevalence of maternal anemia of patients delivering in RSCM in year 2011 is 29,1% while prevalence of preterm labor in RSCM in year 2011 is 26,9%. From chi-square test, there is significant difference (p<0,001) between preterm labor with maternal anemia of patients delivering in RSCM in year 2011. We conclude that there is significant difference between maternal anemia and preterm labor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar
"Anemia merupakan masalah yang sering ditemukan pada ibu hamil, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu melahirkan dengan APGAR score bayi yang dilahirkannya pada pasien ibu hamil di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2011. Metode penelitian yang dipakai adalah cross-sectional; data diambil dari rekam medis ibu seluruh ibu melahirkan di RSCM pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,7% ibu melahirkan di RSCM menderita anemia berdasarkan kriteria anemia pada ibu hamil menurut World Health Organization (WHO). Sedangkan persentase bayi dengan APGAR score yang buruk untuk menit ke-1 dan ke-5 masing-masing adalah 11,5% dan 3,6%. Uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) proporsi bayi dengan APGAR score buruk antara kelompok ibu anemia dengan tidak anemia, baik menit ke-1 maupun menit ke-5. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara anemia pada ibu dengan APGAR score baik menit pertama maupun menit kelima.

Anemia is a worldwide problem, including Indonesia, especially in pregnant women because of high prevalence among them. The goal of this study was to know the relationship between maternal anemia and APGAR score among Cipto Mangunkusumo Hospital`s patients in 2011. The study design was cross-sectional; data was gathered from all medical record of women whom give birth in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in 2011. From the study it was known that 28,7% of pregnant women in RSCM was anemic, according to the criterion of maternal anemia from WHO. Total numbers of baby born with poor APGAR score were 11,5% for the 1st minute and 3,6% for the 5th minute. Result of chi square test showed that there was not significant different in proportion of poor APGAR score between group of maternal with anemia and without anemia (p>0.05). In conclusion, Maternal anemia has not significant relation with the APGAR score both for the 1st minute and 5th minute.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Astrid
"Angka kematian ibu pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian ibu ialah abortus (5%). Abortus sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya jumlah paritas ibu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi abortus dan pengaruhnya dengan jumlah paritas ibu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena saat ini belum ada data mengenai hal tersebut. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data rekam medis pasien Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan 199 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel tersebut diolah dengan SPSS 19 dengan uji chi-square. Didapatkan bahwa prevalensi abortus sebanyak 8,1%. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan bermakna antara jumlah paritas rendah dan tinggi dengan kejadian abortus (p=0,983).

The number of maternal death in 2007 is 228 per 100.000 live birth. One of the causes of maternal death is miscarriage (5%). Miscarriage can be cause by the number of parity of the mother. The purpose of this research is to know the prevalence of miscarriage dan its association with the number of parity in Cipto Mangunkusomo Hospital. The deasin of this research is cross-sectional. The data were obtained from the Obstetric and Gynecology Department of Cipto Mangunkusomo Hospital medical record. This research uses 199 samples that has the inclusion criteria. The samples were processed by SPSS 19 using chi-square test. The result is the prevalence of miscarriage in Cipto Mangunkusomo Hospital is 8,1%. There is no association between the number of parity with miscarriage (p = 0,983).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Wijaya
"Anemia adalah masalah yang mempengaruhi seluruh dunia. Namun, sebagian besar negara di dunia tidak memberikan perhatian yang cukup untuk memecahkan masalah ini. Salah satu jenis yang paling umum dari anemia adalah anemia mikrositik hipokromik. Karakteristik dari anemia ini adalah sel-sel kecil dan sel pucat. Sampai sekarang, belum ada studi yang meneliti Proporsi dari anemia mikrositik hipokromik di rumah sakit, khususnya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian cross sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui proprosi hipokromik di RS Cipto Mangunkusumo dan korelasinya dengan usia dan jenis kelamin. Studi ini menggunakan data laboratorium pasien rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo pada Maret 2011.
Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahu Proporsi dari mikrositik hypokromik anemia. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara mikrositik hypokromik dengan usia dan jenis kelamin ; uji statistik chi-square digunakan untuk menguji hubungan dengan gender dan Mann-Whitney digunakan untuk menguji korelasi dengan usia.
Hasil dari penelitian ini adalah, Proporsi anemia mikrositik di RSCM adalah 8.4% di antara semua populasi sampel dan 14% di antara semua pasien anemia. Ada perbedaan yang signifikan antara usia penderita anemia mikrositik dan pasien anemia non-mikrositik. Perbedaan ini signifikan ditemukan di kedua analisis semua populasi sampel dan di antara pasien anemia saja.
Dari analisis dengan menggunakan uji statistik, jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi kejadian anemia mikrositik. Lebih perempuan yang menderita anemia mikrositik dibandingkan laki-laki, ketika kami menghitung di antara semua populasi sampel dan populasi anemia saja.

Anemia is a worldwide problem. However, most of the countries did not give a lot attention to solve this problem. One of the most prevalent types of anemia is microcytic hypochromic anemia. This anemia is characterized by small cells and pale cells. Up until now, there is no studies that examine the proportion of microcytic hypochromic anemia in a hospital setting, especially in Indonesia.
Therefore, in this cross sectional study, aims to find out the Proportion of microcytic hypochromic in Cipto Mangunkusumo Hospital and its correlation with age and gender. The study using the laboratory data of outpatients in Cipto Mangunkusumo in March 2011.
To determine the proportion, descriptive statistic was used. Furthermore, to establish the correlation with age and gender statistical test of chi-square was used to test the correlation with gender and chi-square was also used to test the correlation with age.
The result of the study are, The Proportion of microcytic anemia in RSCM is 8.4% among all of the sample population and 14% among all anemic patients. There is a significant difference between age in microcytic anemia patient and non-microcytic anemia patient. This significant difference is found in both analyses of all of sample population and between anemic patients only.
From analysis using statistical test, gender also significantly affects the occurrence of microcytic anemia. There are more female that suffer from microcytic anemia than male, when we calculate it between all sample population and in anemic population only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Savitri
"Anemia adalah masalah kesehatan yang mendunia. Salah satu jenis anemia adalah anemia makrositik, dimana ukuran sel darah merah lebih besar dari normal. Anemia makrositik diklasifikasikan menjadi anemia megaloblastik dan non-megaloblastik. Penyebab utama anemia megaloblastik adalah defisiensi folat dan vitamin B12. Hingga saat ini, prevalensi anemia makrositik di Indonesia belum diketahui.
Penelitian ini memiliki desain potong lintang dan bertujuan untuk mencari prevalensi anemia makrositik pada pasien anemia yang berobat rawat jalan dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Mei 2011 diambil dari laboratorium pusat RSCM. Proporsi anemia makrositik adalah 6.5% pada pasien rawat jalan dan 14% pada pasien rawat jalan yang anemia.
Terdapat perbedaan umur yang bermakna (p=0) antara pasien anemia makrositik dibandingkan dengan yang tidak anemia makrositik. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pria dan wanita (p=0.47), namun ketika analisis dilakukan pada pasien dengan anemia saja wanita memiliki risiko lebih rendah (p=0.004, OR wanita/pria 0.67, 95% CI 0.51-0.88).
Penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk penelitian lanjutan dengan metodologi dan analisis yang lebih akurat dan dapat memberikan data tentang gambaran hematologi bagi klinisi untuk diingat dan dipertimbangkan dalam menangani pasien dengan lebih komprehensif.

Anemia is a worldwide health problem. One of the subtype of anemia is macrocytic anemia, characterized by a large cell size. Macrocytic anemia can be divided into megaloblastic and non-megaloblastic anemia, with folate and vitamin B12 deficiency as the primary cause of megaloblastic anemia. To date, data regarding prevalence of macrocytic anemia is still lacking.
This is a cross-sectional study that aims to find out the prevalence of macrocytic anemia among anemic outpatients and its association with age and gender, using laboratory data of outpatients of Cipto Mangunkusumo Hospital coming in March 2011. Our result showed that macrocytic anemia account for 6.5% among all outpatients and 14% among anemic outpatients.
There is a significant difference of age between patients with and without macrocytic anemia. Among all outpatients, the proportion of macrocytic anemia did not differ significantly between male and female, however in the subgroup analysis of anemic patients, female had a significantly lower odds of macrocytic anemia (p=0.004, OR female/male 0.67, 95% CI 0.51-0.88).
We suggest that this study can be continued in the future with a more robust design. Our result provides a portrayal of hematologic profile for clinicians to take into account in order to improve the quality of care for the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Digjaya Utama
"Kenaikan prevalensi anemia berdampak buruk bagi kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan anemia berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder pasien rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama bulan Maret tahun 2011 (n=3,200) yang memiliki informasi mengenai umur, jenis kelamin, dan kadar Hemoglobin (Hb).
Hasil menunjukkan bahwa proporsi anemia di RSCM selama bulan Maret tahun 2011 sebesar 83.5%. Hubungan antara anemia dengan kelompok umur menunjukan hasil yang tidak bermakna (Chi-Square p = 0.167). Namun, hubungan antara prevalensi anemia dan median umur menunjukkan bahwa median umur populasi dengan anemia (47 tahun) lebih tinggi dibanding populasi yang tidak anemia (43 tahun) (Mann-Whitney p < 0.0001).
Tidak terdapat hubungan bermakna antara prevalensi anemia dengan jenis kelamin (Chi-Square p = 0.929). Walaupun hubungan antara jenis kelamin dan kadar Hb menunjukkan hasil yang bermakna dimana median kadar Hb pada perempuan lebih rendah (10,1 gr/dl) daripada laki-laki (10,3 gr/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), namun hasil tersebut tidak bermakna secara klinis.

The increasing prevalence of anemia has decreased the quality of life of the society. Some risk factors are associated with age and gender. This study is aimed to analyse the relation between anemia and age and gender. This research uses cross sectional study by taking the secondary data of patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in March 2011 (n=3,200) which has the information about age, gender, and Hemoglobin (Hb) level.
The result shows that the proportion of anemia at the in-patient ward RSCM in March 2011 was 83.5%. The association between anemia and age groups is not statistically significant (Chi-Square p = 0.167). The median age of people with anemia is higher (47 years) than people without anemia (43 years) (Mann-Whitney p < 0.0001).
There is also no association between anemia and gender (Chi-Square p = 0.929). Although the median of Hb level is lower in female (10.1 g/dl) than male population (10.3 g/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), the result is not clinically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>