Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119685 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvina Johanna Yunasan
"ABSTRAK
Infeksi protozoa usus dapat mengakibatkan terjadinya absorpsi nutrisi defisiensi vitamin dan mineral sehingga mengakibatkan penderita rentan mengalami penyakit serius Faktor higenitas sanitasi yang buruk meningkatkan risiko terjadinya infeksi parasit usus Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk membandingkan status infeksi protozoa usus antara penduduk yang tinggal di TPA dan penduduk di luar TPA Dilakukan penelitian cross sectional pada bulan Juli 2014 Penelitian ini melibatkan 55 responden penduduk yang tinggal di sekitar TPA dan 43 responden penduduk di luar TPA yang diambil berdasarkan consecutive sampling Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik didapatkan sebesar 40 responden tinggal di sekitar TPA 72 7 dan 10 penduduk yang tinggal di luar TPA 27 3 positif mengalami infeksi protozoa usus Spesies yang ditemukan pada penelitian ini adalah Blastocystis hominis Entamoeba coli dan Giardia lamblia Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p 0 00 p

ABSTRACT
Intestinal protozoan infection may alter nutrition absorption in the small intestines causing vitamin and mineral deficiency As a result people with untreated intestinal protozoan infection are prone to have serious diseases Poor personal hygiene and sanitation will increase the risk of intestinal protozoan infection Therefore a research is needed to compare intestinal protozoan infection between people living near Bantar Gebang landfill and people living outside the landfill The research was conducted on July 2014 using cross sectional method There were 55 respondents who live near Bantar Gebang landfill and 43 respondents live outside the landfill The samples were taken by consecutive sampling From the research using microscopic examination we found 72 7 respondents living near Bantar Gebang landfill and 27 3 respondents living outside the landfill were positive for protozoan intestinal infection There were three species found in this research Blastocystis hominis Giardia lamblia and Entamoeba coli Based on chi square analysis there was a significant difference of Blastocystis hominis infection between people living near Bantar Gebang and people living outside the landfill p 0 00 p"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdanti Rahma Putri
"Infeksi parasit usus banyak dijumpai di negara berkembang dan erat kaitannya dengan kebersihan diri dan lingkungan. Faktor lingkungan yang diduga ikut berperan dalam transmisi parasit adalah keadaan lantai rumah. Penelitian dengan desain crosssectional ini bertujuan untuk mengetahui angka infeksi parasit usus dan hubungannya dengan keadaan lantai rumah pada anak-anak di TPA Bantar Gebang. Data diambil bulan Maret 2012 dengan subjek penelitian berjumlah 122, diolah menggunakan program SPSS versi 16.00, dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan angka infeksi parasit usus sebesar 73% dan berhubungan bermakna dengan infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang Bekasi (p=0,047), di mana lantai rumah yang terbuat dari tanah meningkatkan risiko penularan infeksi parasit usus.

Intestinal parasitic infections are found in many developing countries and is closely related to personal and environmental hygiene. One of the environmental factors suspected responsible for the intestinal parasite transmission is the house floor condition. This study with cross-sectional design was aimed to determine the infection rate of intestinal parasites and its relationship with the house floor condition in children in Bantar Gebang. Data was taken in March 2012 with 122 consecutive sampling, processed using SPSS version 16, and was analyzed by chi square test. The results showed intestinal parasitic infection rate by 73% and was significantly associated with intestinal parasitic infections (p = 0.047), in which floor made of soil increases the transmission risk of intestinal parasitic infections."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Transmisi infeksi protozoa usus dapat diminimalisir melalui memperhatikan pola hidup bersih dengan baik. Pola hidup bersih terdiri dari status sanitasi dasar, kebersihan pribadi, dan kebersihan konsumsi. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati hubungan antara pola hidup bersih dan temuan protozoa usus dengan menggunakan desain penelitian potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada Juli 2014 terhadap 94 penduduk dewasa sebagai subyek penelitian di DKI Jakarta dan TPA Bantar Gebang. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, status pola hidup bersih yang baik dan pola hidup bersih yang tidak baik. Hasil penelitian didapatkan pada 53 subyek dengan status sanitasi dasar yang baik ditemukan hanya 41,5% temuan protozoa usus positif. Pada 70 subyek dengan kebersihan pribadi yang baik, hanya 48,6% temuan protozoa usus positif. Pada 56 subyek dengan kebersihan konsumsi yang baik, hanya 39,3% temuan protozoa usus positif. Pada penelitian ini, didapatkan p:0,035; 0,409;0,006, berurutan.Rasio prevalensi pada kebersihan konsumsi yang didapatkan yakni 3 (IK 95% 1,4-7,9)., Transmission of the intestinal protozoan infection can be minimized by focusing on hygienic lifestyle. Hygienic lifestyle consists of basic hygiene, personal hygiene, and food hygiene. This research was made to observe the correlation between hygiene lifestyle and the finding of intestinal protozoan, using cross sectional design. The data collection was held in July 2014 to the 94 adult people as the research subjects in Jakarta and Bantar Gebang landfill. The research subjects were divided into two groups, good hygienic lifestyle and poor hygienic lifestyle. Result of this research was known that 53 subjects as good basic hygienic, positive finding of intestinal protozoan was only 41,5%. In 70 subjects as good personal hygiene, positive finding of intestinal protozoan was only 48,6%. In 56 subjects as good food hygiene, positive finding of intestinal protozoan was only 39,3%. In this research, p: 0,035; 0,409; 0,006, respectively. Prevalence ratio of food hygiene was 3 (CI 95% 1,4-7,9).]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patria Wardana Yuswar
"ABSTRAK
Infeksi parasit usus masih menjadi masalah besar di Indonesia. Warga di TPA Bantar Gebang, Bekasi memiliki faktor risiko yang besar untuk terinfeksi, terutama populasi anak-anak. Higienitas makanan memegang peranan penting dalam proses infeksi ini. Penelitian ini mencari hubungan higienitas makanan dengan infeksi parasit usus. Pemilihan responden dilakukan melalui metode consecutive. Kuesioner dan deteksi spesimen feses dilakukan. Didapatkan data dari responden sebanyak 122 orang. Sebanyak 73% responden terinfeksi oleh parasit usus, yaitu Blastocystis hominis (51,6%), Giardia lamblia (32%), Trichuris trichiura (25,4%), Ascaris lumbricoides (4,9%), dan Entamoeba histolytica (1,6%). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara higienitas makanan dengan angka infeksi parasit usus, namun angka infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang, Bekasi yang didapat tinggi membutuhkan perhatian dinas kesehatan setempat.

ABSTRACT
Intestinal parasites infection still pose as problem in Indonesia. Residents of Bantar Gebang landfill, Bekasi have high risk factors to get infected, especially children. Food hygiene holds key role in the process. This study aims to find the relationship between food hygiene and intestinal parasites infection. Sampling was done through consecutive method. Questionnaire and stool speciment detection was done. Data was obtained from 122 samples. Among the samples, 73% were infected by intestinal parasites, which are Blastocystis hominis (51,6%), Giardia lamblia (32%), Trichuris trichiura (25,4%), Ascaris lumbricoides (4,9%), dan Entamoeba histolytica (1,6%). Statistically unsignificant relationship was found between food hygiene and intestinal parasites infection. However, high number of intestinal parasites infection among children in Bantar Gebang landfill requires attention from local public health services."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Themy Kendra Putra
"ABSTRAK
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer telah meningkatkan suhu permukaan bumi sehingga terjadi pemanasan global yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan terjadinya perubahan iklim yang berdampak merugikan terhadap manusia dan lingkungan.
Pada hakekatnya keberadaan GRK di atmosfer tidak selalu merugikan. Dalam UNEP (1992), ditegaskan bahwa peranan konsentrasi GRK yang stabil di atmosfer mempunyai arti sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan di bumi. Konsentrasi karbon dioksida dan metan yang berlebihan dapat meningkatkan panas bumi dan perubahan iklim yang drastis dan berbahaya bagi kehidupan.
Tahun 1988, WMO dan UNEP membentuk suatu panel untuk mengkaji perubahan iklim global, yaitu International Panel an Climate Change (IPCC). Berdasarkan penelitian IPCC dan World Climate Program (WCP) tahun 1990, disimpulkan bahwa akan terjadi peningkatan temperatur bumi sekitar 2 - 5 °C dalam waktu satu abad mendatang pada tingkat laju emisi GRK sekarang.
Jumlah ernisi metan global dari berbagai sumber, dalam Bolin et al. (1986), menurut Sheppard et al. adalah 1210 Tg Khalil & Rasmussen, 553 T& Blake 500-1160 Tg; Critter', 400 Tg dan menurut Seiler adalah 300-550 Tg. Sedangkan jumlah emisi metan global yang bersumber dari tempat pembuangan akhir sampah (TPA), menurut Bingemer & Crutzeu (1987), adalah 30-70 Tg metan per tahun yang berarti 7% dari seluruh emisi metan global atau kira-kira 14% dari emisi metan akibat kegiatan manusia (anthropogenic emissions). Jumlah emisi metan dari TPA ini, berbeda dengan hasil seminar IPCC tahun 1990, yang berkisar antara 25-40 Tg per tahun. Emisi berasal dari berbagai negara dan wilayah, seperti Kanada 1 Tg per tahun, Jepang 0.17 Tg, Oseania 1.25 Tg, Amerika Serikat 8-18 Tg, Rusia dan Eropa Timur 5-8 Tg, dan negara negara berkembang 4-7 Tg per tahun. World Resources dalam Suharsono et al. (1996), menyatakan bahwa Indonesia mengemisikan metan sebesar 480 Tg per tahun. Sedangkan Jakarta menghasilkan 76.61 Tg metan pada tahun 1991.
Untuk mengetahui besar emisi dan memprediksi kecendenmgan emisi metan di TPA, dilakukan penelitian dengan metode penelitian Ex Post Facto di TPA Bantar Gebang. Estimasi emisi metan dilakukan dengan metode IPCC yang dikombinasikan dengan metode statistic. Tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui karakteristik sampah di TPA Bantar Gebang, (2) mengestimasi emisi metan dan memprediksi kecenderungan emisi metan, (3) mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan metan dan (4) mengusulkan alternative mitigasi untuk mengantisipasi peningkatan laju emisi metan di TPA Bantar Gebang.
Guna mencapai tujuan penelitian tersebut, diperlukan berbagai asumsi bahwa (1) jumlah produksi sampah per orang per hari relatif tetap, (2) komposisi dan kepadatan sampah yang dibuang ke TPA Bantar Gebang relatif tetap, (3) metan dilepaskan (released) sepanjang tahun sejak sampah dibuang ke TPA Bantar Gebang, (4) kondisi iklim relatif tetap, dan (5) nilai kesalahan (default value) dan rasio konversi (coversion ratio) biogas terhadap metan dalam metode IPCC dapat diterima sejauh tidak terdapat nilai kesalahan dan rasio konversi yang lebih spesifik.
Daftar Pustaka : 44 (1971-1996)

ABSTRACT
Estimation and Trend Prediction of Methane Emission in Sanitary Landfill (a Case Study at Bantar Gebang Sanitary Landfill)In the ascendant of the concentration of the greenhouse gases at the atmosphere has raised the earth surface temperature impacted global warming which caused sea level raise and climate change which have negative impact to human being and environment.
Basically, the existing of greenhouse gasses at the atmosphere does not always have negative impact. In UNEP (1992), it was stressed that the function of greenhouse gasses concentration if they were stable at the atmosphere had a very important meaning for the continue of living on the earth. Carbon dioxide and methane concentration could raise global warming as well as drastic climate change that dangerous for living.
In 1988, WMO and UNEP created the panel to analyze the global climate change, namely International Panel on Climate Change (IPCC). Based on the research done by IPCC and WCP (World Climate Program) in 1990, it was concluded that there would be raised of earth temperature about 2-5 °C in next coming century at the current level of greenhouse gasses emissions.
Number of global methane emissions from some resources in Bolin et al (1986), mentioned that according to Sheppard et al. was 1210 Tg, Khalil & Rasmussen was 553 Tg, Blake was 500-1160 Tg, Crutzen was 400 Tg and according to Seiler was 300-500 Tg. Whereas, according to Bingemer & Crutzen (1987), the number afglobal methane emission from sanitary landfill was 30-70 Tg per year which meant 7% of all global methane emission or approximately 14% out of methane emission caused by anthropogenic emission. The total number of methane emission had been estimated by Bingemer & Crutzen (1987) was different from the result of IPCC seminar in 1990 which stated that global emission of methane from sanitary landfill was 25-40 Tg per year which produced by many countries or regions such as: Canada 1 Tg per year, Japan 0.17 Tg, Oceania 1.25 Tg, USA 8-18 Tg, Russia & East Europe 5-8 Tg, and developing countries 4-7 Tg per year. According to World Resources in Suharsono et al. (1996), Indonesia had emitted 480 Gg methane per year while Jakarta bred 76.61 Gg per year.
To estimate how much the emission was and to predict the trend of methane emission at Banter Gebang sanitary landfill, the estimation of methane emission has gotten by using )PCC method which combined with statistic method. The objectives of this study are (1) to perceive the characteristic of municipal solid waste at Banter Gebang sanitary landfill, (2) to estimate the methane emission and to predict the tendency of methane emission, (3) to find out the factors which influence the methane emission , and (4) to propose the mitigation options in order to anticipate methane emission growth.
To achieve those research objectives, some assumptions are needed such as (1) amount of daily individual solid waste production is relatively constant, (2) composition and density of solid waste disposed to Banter Gebang sanitary landfill is relatively constant, (3) methane released since the solid waste has been being disposed to Banter Gebang sanitary landfill, (4) climate condition is relatively constant, and (5) default value as well as conversion ratio of biogas to methane in IPCC method can be accepted as long as no default value and conversion ratio which are more specific.
Bibliography: 44 (1971-1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew John Widya Sieman
"ABSTRAK
Infeksi parasit intestinal masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang sering ditemui di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Di lingkungan dengan tingkat sanitasi yang rendah, seperti di pemukiman dekat tempat pembuangan akhir sampah (TPA), infeksi ini akan lebih mudah terjadi. Pada penelitian ini, akan diteliti mengenai tingkat infeksi parasit intestinal dan hubungannya dengan kebiasaan anak-anak di TPA Bantar Gebang, Bekasi dalam menjaga kebersihan kuku. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2012, dan didapatkan subyek penelitian sebanyak 100 anak. Data diolah menggunakan program SPSS 21.0, menggunakan uji Chi-square. Dari data yang terkumpul, didapatkan angka infeksi parasit intestinal pada anak-anak di TPA Bantar Gebang sebesar 80,0%, dengan rincian berikut: Blastocystis hominis (59,0%), Giardia lamblia (34,0%), Trichuris trichiura (30,0%), Ascaris lumbricoides (4,0%), dan Entamoeba histolytica (1,0%). Didapatkan pula bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi menggunting kuku, sebagai parameter kebersihan kuku, dan infeksi parasit intestinal (P > 0,05).

ABSTRACT
Intestinal parasites infection is currently still a commonly found infectious disease worldwide, especially in developing countries, including Indonesia. In areas with relatively low sanitation levels, such as residential areas near Tempat Pembuangan Akhir (TPA), this infection is more likely to happen. This study aims to observe the association of intestinal parasite infection and nail hygiene in children living in TPA Bantar Gebang, Bekasi. The design used in this study was cross-sectional. Data was collected in May 2012, with a total of 100 children as subjects. The data was then processed using SPSS 21.0 with Chi-square test. It is found that the infection rate of intestinal parasites infection in children living in TPA Bantar Gebang was 80,0%, which consisted of Blastocystis hominis (59,0%), Giardia lamblia (34,0%), Trichuris trichiura (30,0%), Ascaris lumbricoides (4,0%), and Entamoeba histolytica (1,0%). The result showed that there was no association between the frequency of nail trimming, as a parameter of nail hygiene, and intestinal parasites infection (P > 0,05)."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Ngurah Surya Adi Witama
"Prevalensi parasit usus menjadi masalah di dunia khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka infeksi terutama terjadi pada anak-anak diakibatkan kurangnya pola hidup bersih dan sehat serta kurangnya pengetahuan akan infeksi parasit usus. Pemukiman kumuh, seperti pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan juga menjadi faktor tingginya angka infeksi parasit usus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka infeksi parasit usus dan hubungannya antara jenis kelamin dan kelompok umur pada anak-anak di TPA Bantar Gebang. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang pada bulan Mei 2012 dengan menggunakan subjek penelitian sebanyak 139 anak. Pengolahan data penelitian menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji chi-square, Fischer's exact, dan Kolmogorov-Smirnov.
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 72,7% anak mengalami infeksi parasit usus dengan infeksi tertinggi yaitu Blastoycstis hominis (52,5%). Infeksi lain berupa Giardia lamblia 30,9%, Trichuris trichiura 20,9%, Ascaris lumbricoides 4,3%, dan Entamoeba histolytica 1,4%. Hasil lain penelitian juga menunjukan hubungan yang tidak bermakna antar infeksi parasit usus dengan jenis kelamin (p>0,05) dan kelompok umur (p>0,05). Secara proporsi, didapatkan infeksi parasit usus lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan dan kelompok umur 6-9 tahun. Perlu adanya intervensi berupa pencegahan seperti penyuluhan pada keluarga dan pada anak di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan mereka akan infeksi parasit usus dan pola hidup bersih sehat untuk mengurangi angka infeksi penyakit ini.

The prevalence of intestinal parasites is one big problem in the world, especially in developing countries like Indonesia. The high numbers of infections mainly occur in children due to a lack of a clean and healthy lifestyle as well as a lack of knowledge of intestinal parasitic infections. Slums, such as the Garbage Final Disposal, Bantar Gebang, and daily activities are performed also be a factor in the high rate of intestinal parasitic infections. The purpose of this study was to determine the infection rate of intestinal parasites and the relationship between gender and age groups of children at Bantar Gebang. This study used a cross-sectional in May 2012 using 139 children as research subjects. Processing of research data using SPSS 17.0 program with chi-square test, Fischer's exact, and the Kolmogorov-Smirnov.
The result showed as much as 72.7% of children suffered intestinal parasitic infections with the highest infection Blastoycstis hominis (52.5%). Other infections such as Giardia lamblia 30.9%, Trichuris trichiura 20.9%, Ascaris lumbricoides 4,3%, and Entamoeba histolytica 1.4%. Other results of the study also show no significant relationship between intestinal parasitic infection by gender (p> 0.05) and age groups (p> 0.05). In proportion, obtained intestinal parasitic infections are more prevalent in the female gender and age group of 6-9 years. There needs to be prevention interventions such as counseling to families and children in schools to improve their knowledge of intestinal parasitic infections and a clean healthy lifestyle to reduce the infection rate of this disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi karakteristik Air Tanah Dangkal Sekitar TPA Bantar Gebang, Bekasi, dengan Metode Sumur Tunggal dan Ganda. Teknik perunut radioaktif dengan menggunakan metode sumur tunggal dan ganda untuk menentukan karakteristik akuifer air tanah dangkal telah dilakukan di tiga desa sekitar tempat pembuangan air (TPA) Bantar gebang, Bekasi. Penentuan arah dan kecepatan filtrasi dilaksanakan dengan metode sumur tunggal, dan parameter akuifer lainnya dilaksanakan dengan metode sumur ganda. Aplikasi kedua metode dapat dipakai untuk mengevaluasi arah gerakan dan kecepatan air tanah serta parameter lain yang akan memberikan informasi yang bermanfaat terhadap manajemen sumberdaya air tanah dan lingkungan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pada musim hujan air tanah dangkal di daerah TPA bergerak ke sekeliling lokasi, sedangkan pada musim kemarau bergerak dari TPA pada desa Ciketing udik dan untuk desa Sumur Batu dan Cikiwul dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan topografi lokasi. Hasil dari parameter lainnya memperlihatkan bahwa desa Ciketing Udik adalah daerah yang mempunyai potensi sumberdaya air tanah dangkal yang lebih baik dibandingkan dengan desa di sebelah utara TPA."
AIDR 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febrine Rahmalia
"ABSTRAK
Latar belakang. Prevalensi infeksi protozoa usus di Indonesia masih tergolong tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi infeksi protozoa usus, salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat terutama dalam hal sanitasi dan higienitas. Faktor perilaku masyarakat tersebut diduga tercermin dari tingkat pendidikan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian infeksi protozoa usus pada penduduk di TPA Bantar Gebang.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan di TPA Bantar Gebang pada bulan Mei 2013. Tingkat pendidikan diperoleh dari pengisian kuesioner. Angka infeksi protozoa usus diperoleh dari pemeriksaan tinja.
Hasil. Dari 41 responden (30 kelompok pendidikan rendah dan 11 kelompok pendidikan tinggi) diperoleh prevalensi infeksi protozoa usus sebesar 85,4%. Dalam 41 sampel ditemukan Blastocystis spp (78%), Giardia lamblia (19,5%), dan Entamoeba coli (14,6%). Angka kejadian infeksi protozoa usus pada kelompok pendidikan rendah 86,7%, sementara pada kelompok pendidikan tinggi 54,5%. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan infeksi protozoa usus (p= 0,003). Terdapat pula hubungan antara tingkat pendidikan dengan infeksi Blastocystis spp (p= 0,042). Dua spesies lainnya tidak memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan, Entamoeba coli (p= 0,167) dan Giardia lamblia (p= 0,412).
Kesimpulan. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan infeksi protozoa usus. Prevalensi infeksi protozoa usus lebih banyak pada kelompok berpendidikan rendah.

ABSTRACT
Background. The prevalence of intestinal protozoan infection in Indonesia is still high. There are many factors that influence intestinal protozoan infection, one of which is people’s sanitary habit. The people’s sanitary habit is believed to be reflected by their level of education. The purpose of this study is to know the association between the level of education and intestinal protozoan infection in TPA Bantar Gebang.
Methodology. This cross sectional study took place at TPA Bantar Gebang on May 2013. The level of education was taken by questionnaire. The intestinal protozoan infection was taken by stool examination.
Result. From 41 respondents (30 respondents from lower educational level and 11 respondents from higher educational level), the prevalence of intestinal protozoan infection was approximately 85,54%. In those 41 samples, Blastocystis spp (78%), Giardia lamblia (19,5%), and Entamoeba coli (14,6%) was found. The prevalence of intestinal protozoan infection was 86,7% and 54,5% in respondents with lower educational level and higher educational level respectively. There was an association between level of education and intestinal protozoan infection (p= 0,003). There was also an association between level of education and Blastocystis spp infection (p= 0,042), but there was no association between level of education and Entamoeba coli (p= 0,167) or Giardia lamblia (p= 0,412).
Conclusion. There was a correlation between level of education and Intestinal Protozoan Infection. The prevalence of intestinal protozoan infection was higher in people with lower level of education."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Lutfiana Yaktiani
"Prevalensi parasit usus tinggi di negara berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia terutama menyerang anak-anak. Hal ini mendorong peneliti mencari tahu faktor risiko yang berperan dalam infeksi parasit usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar gebang, Bekasi tahun 2012 dan hubungannya dengan tingkat pendidikan mereka sebagai salah satu faktor risiko infeksi parasit usus. Desain penelitian adalah cross sectional dengan metode analitik. Pengambilan data dilakukan pada Maret 2012, terdiri dari kuesioner dan pemeriksaan mikroskopik feses. Data diproses menggunakan SPSS versi 16.0 kemudian dianalisis dengan uji chi-square. Subjek penelitian adalah anak-anak yang telah bersekolah minimal di tingkat PAUD dengan total subjek sebanyak 114 anak, diantaranya 53 siswa PAUD, 39 siswa SD kelas 1-3, dan 22 siswa SD kelas 4-6.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 91 anak (79,8%) terinfeksi parasit usus. Prevalensi infeksi parasit usus pada setiap tingkat pendidikan adalah PAUD 79,2%, SD kelas 1-3 79,5%, dan SD kelas 4-6 81,8%. Pada uji Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan (p>0,05) antara prevalensi infeksi parasit usus dengan tingkat pendidikan. Dengan demikian terdapat faktor selain tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap infeksi parasit usus, seperti lingkungan tempat tinggal, tingkat pengawasan orang tua, kebiasaan sehari-hari, dan ketersediaan fasilitas kesehatan di sekolah.

Prevalence of intestinal parasite infection is high in tropical developing country such as Indonesia, especially among school aged children. This situation makes the researcher has interest to find out which risk factors give influence in intestinal parasite infections among children. The aims of this research are to find out the prevalence of intestinal parasite infection among children in TPA Bantar Gebang, Bekasi in 2012 and its relation to their education level. This paper is an analytical research designed as a cross sectional study. The data have been taken on March, 2012 using questioner and microscopic examination of feces. Then, it has been processed using SPSS version 16.0 and has been analyzed using chi-square test. The subjects of this research are 114 children who have studied at least in playgroup, consist of 53 students of playgroup or kindergarten, 39 students of first until third year of elementary school, and 22 students of fourth until sixth year of elementary school.
The result of this study shows that 91 children infected intestinal parasites. The prevalence of intestinal parasite infection at each education levels are 79,2% in playgroup or kindergarten, 79,5% in students of first until third year of elementary school, and 81,8% in students of fourth until sixth year of elementary school. The result of the analysis using chi-square shows that there was no relation (p>0,05) between prevalence of intestinal parasite infection and education level. It can be conclude that there were another factors besides education level that contribute to intestinal parasite infections among children, such as the environment of their living, parents’ surveillance, daily activities, and health facilities in the schools.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>