Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Peran audit intern pada sektor publik di INdonesia dilakukan olehinspektorat/Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas APIP, baik berdasarkan penilai pimpinan APIP maupun pimpinan instansi. Sedangkan tujuan kedua penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat sudut pandang antara pimpinan APIP dengn pimpinan instansi terhadap risiko yang dihadapi instansi. Metode penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif yang menggunakan metode pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner. Studi literatur dan wawancara dilakukan untuk mendukung hasil survei. Hasil penelitian terhadap 33 pimpinan APIP menyimpulkan bahwa APIP telah berperan cukup efektif walaupun masih bersifat tradisional (audit ketaatan dan operasional), belum menerapkan risk-based audit serta lemahnya manajemen sumber daya manusia, begitu pula persepsi atas 29 pimpinan instansi yang menilai bahwa peran APIP cukup sesuai harapan walaupun ditemukan minimnya perbedaan sudut pandang antara 26 pimpinan APIP dan pimpinan instansinya yang disebabkan belum diterpkannya risk-based audit. "
PPEM 1:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Duval Pratama
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pengawasan fungsional, legislatif, dan masyarakat terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia pada Tahun 2012-2013. Kinerja pemerintah daerah diukur dengan menggunakan skor EKPPD yang dikeluarkan oleh Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. Pengawasan fungsional diukur dengan jumlah frekuensi audit kinerja dan operasional BPKP, serta monitoring dan evaluasi (monev) BPKP. Pengawasan legislatif diukur dengan ukuran legislatif (jumlah anggota DPRD). Dan pengawasan masyarakat diukur dengan jumlah pers atau media massa di daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit kinerja dan operasional, ukuran legislatif, serta jumlah pers berpengaruh positif terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Di lain sisi, monitoring dan evaluasi BPKP tidak berpengaruh terhadap kinerja pemda.

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the effect of functional, legislative, and public
monitoring to the performance of local government in Indonesia for the year of 2012-
2013. The local government performance is measured by Local Government
Performance Index released by Ministry of Internal Affairs of Indonesia. Functional
monitoring is measured by the number of frequency of Performance and Operational
Audits by BPKP, and the number of frequency of monitoring and evaluation by
BPKP. Legislative monitoring is measured by the size of parliament (the number of
parliament?s member). And the public monitoring is measured by the number of press
or mass media in local district. The results reveal that performance and operational
audits by BPKP, size of parliament, and the number of press positively affects the
local government performance. On the other hand monitoring and evaluation by
BPKP do not affect the local government performance"
2016
S62995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Pramesthi Nurulita
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist, serta teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Analisis dipaparkan dalam bentuk deskriptif. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penerapan SIMDA Keuangan di Kabupaten Purworejo diantaranya faktor karakteristik organisasi mencakup struktur organisasi dan teknologi organisasi, dimana desentralisasi, spesialisasi pekerja, dan sistem telah sesuai fungsi dan aturan, namun masih terdapat keterbatasan sumber daya manusia. Selanjutnya faktor karakteristik lingkungan secara eksternal ditemukan perubahan kebijakan, teknologi dan peraturan yang dapat dihadapi pemimpin yang menjaga kestabilan organisasi serta koordinasi berjenjang oleh OPD, namun masih ditemukan masalah pada lingkungan internal seperti operator yang tidak menjaga kerahasiaan data. Kemudian faktor karakteristik pekerja yang menunjukkan keterikatan yang baik karena terdapat reward dan punishment, namun masih terdapat kendala dalam pemenuhan kebutuhan dan tujuan organisasi. Lalu faktor kebijakan dan praktik manajemen yang berjalan dengan baik, dimana komunikasi dilakukan secara top-down, terukur, dan diawasi.

This study discusses the factors that influence the effectiveness of implementing the Financial Regional Management Information System (SIMDA) in the Purworejo Regency. This study uses a post-positivist approach and qualitative data collection techniques, namely indepth interviews and literature studies. The analysis is presented in a descriptive form. Factors that influence the effectiveness of SIMDA Finance implementation in Purworejo Regency include distinguishing organizational factors, including organizational structure and organizational technology, where decentralization, worker specialization, and systems follow functions and rules, but there are still limited human resources. Furthermore, external environmental characteristic factors found changes in policies, technology, and regulations that can be faced by leaders who maintain organizational stability and tiered coordination by OPD. However, problems still need to be solved in the internal environment, such as operators who need to maintain data confidentiality. Then the characteristic factors of workers show good engagement because there are rewards and punishments, but there are still obstacles in fulfilling organizational needs and goals. Then there are policies and management practices going well, where communication is carried out top-down, measurable, and supervised."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alis Sofiatun
"ABSTRAK
Salah satu kebijakan yang dilakukan dalam rangka melaksanakan otonomi daerah adalah penataan daerah. Kebijakan penataan daerah dapat berupa pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah. Pembentukan daerah menghasilkan daerah otonomi baru DOB. Dalam rangka menjalankan pemerintahannya, DOB sebagai subjek hukum yang memiliki aset tersendiri juga harus mampu mengelola keuangannya secara adil, proporsional, demokratis, transparan dan bertanggung jawab. Hal tersebut tidak menjadikan peran pemerintah pusat menjadi pasif, karena pemerintah pusat tetap memiliki hubungan keuangan dengan DOB melalui instrumen dana perimbangan. Selain dana perimbangan, pemerintah pusat juga harus menjamin keberlangsungan DOB melalui sebuah kebijakan berupa hibah dan/atau bantuan pendanaan yang harus diberikan daerah induk dan provinsi terhadap DOB untuk menyelenggarakan pemerintahannya dan mengadakan pilkada pertama kali. Kebijakan berupa hibah dan/atau bantuan pendanaan ini diatur dalam undang-undang pembentukan DOB yang memuat mengenai waktu dan besaran jumlahnya. Seiring berjalannya waktu, beberapa DOB yang sudah terbentuk tidak mendapatkan hibah atau bantuan pendanaan dari daerah induk dan provinsi. Hal ini menjadi masalah karena seharusnya daerah induk dan provinsi membayarkan hibah dan/atau bantuan pendanaan terhadap DOB sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun mengenai metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan bahan kepustakaan serta wawancara. Penyelesaian terkait dengan permasalahan pembayaran hibah dan/atau bantuan pendanaan oleh daerah induk dan provinsi terhadap DOB diselesaikan dengan regulasi yaitu PMK No. 215 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemotongan DAU dan/atau DBH Daerah Induk Terhadap DOB. Implementasi pembayaran hibah dan/atau bantuan pendanaan melalui regulasi tersebut dapat dipaksakan karena sifatnya wajib, yakni berupa kebijakan dari pemerintah pusat.

ABSTRACT
One of the policies undertaken in order to implement regional autonomy is territorial reform. Territorial reform policy can be proliferation, deletion and amalgamation region. Proliferation region produce new autonomous region DOB . In order to implement government, DOB as in legal subject has own assets also must manage finances fairly, propotional, democratic, transparent and responsible. This doesnt make the central government 39s role are passive, because central government retains financial relation with the new autonomous region through the instrument of balanced budget. In addition to the balanced budget, central government must also ensure the sustainability of the new autonomous region through a policy of grants and or funding assistance to be provided by the main region and provincial region to the new autonomous region to organize their administrations and conduct pilkada for the first time. Grant and or funding assistance policy is governed by the formation of new autonomous region regulation which contains the amount of time and quantity. As time passes, some newly established autonomous region dont receive grant or funding assistance from main region and provincial region. This is become a problem because main region and provincial region should pay grant and or funding assistance to the new autonomous region within the specified time period. Research method used is normative juridical writing with qualitative approach from library materials and interview. The settlement related with the problem of grant payment and or financing assistance by main region and provincial region to the new autonomous region is solved by regulation of PMK Number 215 Year 2015 about the Procedures for Cutting of DAU and or DBH of main region to DOB. Implementation of grant payment and or funding assistance through the regulation can be enforced because it is mandatory, as in the policy of the central government."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Adrian
"Banyak pemerintah daerah menyalurkan belanja yang bersifat diskresi (seperti hibah) kepada lembaga yudikatif seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan tinggi. Pemberian hibah tersebut berpotensi menimbulkan kedekatan antara pemerintah daerah dengan lembaga yudikatif, mengurangi objektifitas penegakan hukum, sehingga bisa mengurangi ketataan pemerintah daerah terhadap aturan. Studi ini bertujuan mengidentifikasi apakah pemberian hibah kepada lembaga yudikatif berhubungan dengan ketaatan pemulihan kerugian keuangan daerah. Dengan menggunakan 2.426 observasi dari 508 kabupaten/kota di Indonesia selama periode 2014-2018, studi ini menemukan belanja hibah kepada lembaga yudikatif berhubungan negatif dengan ketaatan pemerintah daerah dalam memulihkan kerugian keuangan daerah. Studi ini menghimbau perbaikan regulasi pemberian hibah untuk meningkatkan tatakelola penggunaan anggaran pemerintah daerah.

Many local governments have discretionary spending (such as grants) on judicatory institutions such as police, attorney, and court. The grant potentially creates a bond between local government and judicatory institutions, reduces the objectivity of law enforcement, and hence affects regulatory compliance. This study attempts to identify whether or not grants on regional judicatory institutions are correlated with local government compliance in recovering regional finance loss. Using 2,426 observations from 508 districts in Indonesia from 2014-2018, we find that grants on judicatory institutions are negatively correlated with local government compliance in recovering the regional financial loss. This study calls for improvement in regulations in grant spending to improve the governance of the local government budget."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachrul Elmi
Jakarta: UI-Press, 2002
352.4 BAC k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Keuangan, 1980
351.713 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlatifah
"Pada tahun 2015, pemerintah Indonesia meluncurkan program Dana Desa dan memberikan skema ‘1-Desa-1-Miliar’ untuk setiap desa di Indonesia. Sebagai salah satu transfer antar pemerintah terbesar di dunia, Dana Desa bertujuan untuk mempercepat pembangunan pedesaan, mengurangi kemiskinan, dan mengatasi ketimpangan regional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak Dana Desa terhadap kesejahteraan pedesaan dan ketimpangan wilayah di Indonesia. Studi ini menggunakan data cahaya malam sebagai proksi kesejahteraan pedesaan dan selanjutnya digunakan untuk mengukur ketimpangan regional. Dengan menggunakan Difference in Difference (DiD) kami menemukan dampak positif dana desa terhadap pertumbuhan ekonomi di desa dalam jangka pendek. Dengan menggunakan Regression Discontinuity Design in Time (RDiT), kami menemukan dampak positif transfer Dana Desa terhadap pertumbuhan ekonomi di  desa dalam jangka menengah. Pengaruh dana desa yang paling besar terungkap di desa tertinggal, di mana desa tertinggal tumbuh lebih cepat daripada desa maju. Hal ini menunjukkan indikasi awal konvergensi di level desa yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

In 2015, the government of Indonesia launched the Village Fund (VF) program and provided the ‘1-Village-1-Billion’ scheme for each village in Indonesia. As one of the largest intergovernmental transfers in the world, the VF aims to accelerate rural development, reduce poverty, and overcome regional inequality. This study aims to identify the impact of the VF on rural welfare in Indonesia. Due to the lack of rural welfare data, we use the monthly night-time light dataset as a proxy for rural welfare in around 75.000 villages from 2014 to 2019. By using Difference in Difference (DiD), we found the short-run positive impact of village funds on rural economic growth. Using Regression Discontinuity Design in Time (RDiT), we found a positive impact of village fund transfer on rural economic growth in the medium run. The most considerable influence of village funds reveals in underdeveloped villages,  where poor villages grow faster than developed villages. This unexpected finding could be an initial convergence at the village level that requires further investigation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prastiyo
"ABSTRAK
Pemerintah daerah adalah ujung tombak pembangunan daerah dan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, sehingga kinerja pemerintah
daerah mempengaruhi kinerja nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
efisiensi relatif kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan koridor ekonomi
indonesia pada tahun 2015 dan 2016 serta faktor yang memepengaruhi efisiensi.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data 489 pemerintah daerah kabupaten/kota
tahun 2015 dan 2016, dengan metode analisa data adalah Data Envelopment Analysis
untuk mengukur skor efisiensi dan metode Ordinary Least Square mengetahui pengaruh
variabel eksogen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pemerintah kabupaten/kota
di wilayah Kalimantan cenderung lebih merata, sedangkan tingkat efisiensi pemerintah
kabupaten/kota di wilayah Bali-NT dan Papua-Maluku terjadi ketimpangan dibanding
wilayah lain. Selain itu, capaian skor efisiensi pemerintah kabupaten/kota menurun di
beberapa wilayah pada tahun 2016. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
kabupaten/kota tidak dapat meningkatkan skor efisiensinya secara signifikan dalam
waktu yang singkat. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa angka harapan hidup dan
rata-rata lama sekolah menjadi variabel yang dominan terhadap pencapaian skor efisiensi
di Indonesia. Pada sisi input, pemerintah daerah dengan pengeluaran daerah yang kecil
cenderung memiliki skor efisiensi lebih besar sedangkan jumlah pegawai berpendidikan
tinggi tidak memiliki kaitan dengan skor efisiensi. Dari analisis faktor eksogen yang
berada diluar kendali pemerintah kabupaten/kota, diketahui bahwa makin luas
kabupaten/kota di wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan berpengaruh signifikan
terhadap penurunan tingkat efisiensi. Hal yang sama terjadi pada dominasi partai politik
pada kabupaten/kota di wilayah Jawa dan Papua-Maluku.

ABSTRACT
Local government is the spearhead of regional development and an integral part
that can not be separated from national development. This study aims to analyze the
relative efficiency of local goverment based on the economic regions of Indonesia in 2015
and 2016 as well as factors that affect efficiency. The research was conducted by using
data of 489 local goverment in 2015 and 2016, using Data Envelopment Analysis method
to measure efficiency score and Ordinary Least Square method to know exogenous
variables influence.
The results show that relative efficiency district/city in Kalimantan is well
distributed, while district/city in Bali-NT and Papua-Maluku worse than other regions. In
addition, achievement relative efficiency score decreased in some areas in 2016. Another
results show that local goverment can not increase the score significantly in a short time.
From this study, we can know that life expectancy and the mean years school becomes
the dominant variable to distrct/city efficiency score in Indonesia. On the input side, the
government with the smaller expenditure has a larger efficiency score while the number
of highly educated civil servant does not have relation with an efficiency score. The
exogenous factor analysis shows that wider local goverment area in Sumatra, Java and
Kalimantan are significant to the decrease in efficiency levels. The same thing happened
to the domination of political parties in Java and Papua-Maluku."
2018
T50050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Warman Putra
"Dana Desa merupakan hak setiap desa dan merupakan kewajiban dari Pemerintah Pusat yang dialokasikan dalam APBN kemudian ditransfer ke Rekening Kas Desa (RKD). Sebagian besar wilayah Desa di Kabupaten Serdang Bedagai termasuk dalam wilayah perkebunan. Dengan adanya SILPA pada desa-desa yang berada dalam wilayah perke-bunan maka dapat dipastikan bahwa penggunaan dana desa tidak maksimal di wilayah perkebunan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya wewenang aparatur desa dalam penggunaan dana desa untuk melakukan pembangunan infrastruktur. Fokus penelitian ini adalah tentang penggunaan dana desa pada desa yang berada dalam wila-yah perkebunan di Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi kebijakan dalam penggunaan dana desa pada desa yang be-rada dalam wilayah perkebunan di Kabupaten Serdang Bedagai dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivis dengan jenis penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasilnya adalah Pemerintah Desa tidak dapat melakukan pem-bangunan infrastruktur menggunakan dana desa secara langsung tanpa izin dari pihak perusahaan perkebunan selaku pemegang Hak Guna Usaha (HGU) atas tanah perke-bunan tersebut. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi penggunaan dana desa yang tidak maksimal seperti sebagian besar aparatur desa yang juga merupakan karya-wan aktif di perkebunan sehingga sebagian besar waktunya tersita untuk bekerja sebagai karyawan. Saran yang dapat diberikan dari penelitian adalah Pemerintah Pusat perlu mengatur kebijakan mengenai desa yang berada dalam wilayah perkebunan, karena desa yang berada dalam wilayah perkebunan juga berada dalam kawasan HGU yang dikuasai langsung oleh Negara.

The Village Fund is the right of every village and is an obligation of the Central Gov-ernment which is allocated in the State Budget and then transferred to the Village Treasury Account. Most of the village area in Serdang Bedagai Regency is included in the plantation area. With the existence of unspent funds at end of fiscal year in villages located in plantation areas, it can be ascertained that the use of village funds is not op-timal in the plantation area. One of the causes is the lack of authority of village officials in using village funds to carry out infrastructure development. The focus of this research is about the use of village funds in villages located in the plantation area in Serdang Bedagai Regency. The purpose of this study was to analyze the implementation of poli-cies in the use of village funds in villages located in the plantation area in Serdang Bedagai Regency and the factors that influence it. This study uses a post-positivist ap-proach with descriptive research type. Data were collected using in-depth interviews and literature studies. The result is that the Village Government cannot carry out infra-structure development using village funds directly without permission from the planta-tion company as the holder of the cultivation rights title on the plantation land. In addi-tion, there are other factors that affect the use of village funds that are not optimal, such as most village officials who are also active employees on plantations, so most of their time is spent working as employeesThe suggestion that can be given from the research is that the Central Government needs to regulate policies regarding villages that are in plantation areas, because villages that are in plantation areas are also in the cultivation rights title areas which are directly controlled by the State."
Jakarta: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>