Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Rumah tradisional melayu (RTM) di Kabupaten Langkat masih terlihat eksistensinya walaupun sudah banyak mengalami perubahan. Bangunan tradisional memiliki kearifan lokal yang baik dari segi arsitektur dan structural yang merupakan wujud dari respon ekologi, sosial, dan ekonomi lokal. Kajian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi tipologi arsitektur RTM. Hasil kajian memperlihatkan bahwa tipologi RTM dibedakan menjadi tiga yaitu: rakyat vernacular, bangsawan vernacular, dan modern vernacular. Ketiga tipologi tersebut masih ditemukan di Kecamatan Hinai sedangkan di Kecamatan Tanjung Pura dan Stabat tidak dijumpai RTM Bangsawan. RTM rakyat paling banyak ditemukan di Stabat. Perubahan wujud dan ruang pada RTM merupakan bentuk upaya penghuni untuk mempertahankan eksistensi RTM namun terdapat keterbatasan dalam penggantian elemen seperti aslinya dan dipengaruhi pula oleh pola hidup yang menuntut adanya fungsi ruang baru."
JURPEM 8:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Larasati
"ABSTRAK
Kantor Graha Putra Mandiri adalah sebuah kantor yang mengadaptasi bangunan rumah Melayu di Medan, yang mendapat penghargaan dibidang pelestarian oleh IAI Awards 2018. Kantor ini banyak menambah intervensi baru yang terlihat kontras dengan kehadiran rumah Melayunya sehingga skripsi ini ingin mengkaji kembali bagaimana pelestarian yang dilakukan, apakah sudah tepat ataukah belum. Pelestarian merupakan upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya. Penghargaan bangunan kantor dikategori pelestarian ini pun membuat analisa bisa menggunakan parameter otentisitas atau keaslian Bangunan Cagar Budaya. Parameter tersebut juga bisa untuk menilai elemen-elemen bangunan jika menganggapnya sebagai Benda Cagar Budaya. Dari kedua parameter ini dan dengan hasil analisa secara statis dari dokumentasi dan informasi bangunan yang ada, menunjukkan bahwa bangunan hanya melestarikan elemen-elemennya atau Benda Cagar Budayanya saja. Adanya penambahan intervensi baru tersebut telah menghilangkan keaslian desain seara keseluruhan, sehingga kurang tepat jika disebut sebagai bentuk pelestarian bangunan.

ABSTRACT
Graha Putra Mandiri is an office in Medan that adapting its building from Malay traditional house, and received an award from IAI Awards 2018 in the field of conservation. The conservation were done by adding new interventions which is massive and contrast from the origin of Malay house. This thesis revisits how the conservation was done, is it right or not. Conservation is an effort to protect, develop and utilize cultural heritage buildings. The award for this office in the conservation category also makes the future analysis possible using parameter of authenticity of cultural heritage buildings. This parameter can also be used to assess the authenticity of building elements if we consider them as cultural heritage objects. From these two parameters and with the results of static analysis of the documentation and information on existing buildings, it shows that the building only conserves its elements or only the heritage object. The addition of the new intervention has eliminated the authenticity of the design as a whole, making it less appropriate to be called a form of building conservation.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Arsitektur rumah adat Lipo Kirek bagi masyarakat di desa Hewokloang dirancang bukan saja sebagai satu konstruksi fisik, tempat berdiam atau tempat tinggal, tetapi bermakna sebagai sosio cultural yang merangkum pelbagai dimensi hidup manusia, sebagai mahluk sosio religious yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan social dan kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kehidupan masyarakat arsitektur rumah adat memiliki fungsi dan peran ganda selain berfungsi sebagai tempat pertemuan untuk bermusyawarah, sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan wujud tertinggi yang bersifat misteri dan tidak dapat dijangkau oleh manusia. Rumah adat dibangun berdasarkan norma-norma tertentu yang dilandasi oleh kondisi lingkungan, pengetahuan, kepercayaan dan tradisi. Penelitian arsitektur rumah adat Lipokirck meliputi struktur, teknik pembangunan, persiapan serta pelaksanaan upacara yang menyertainya."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Sukamto
"Tesis ini membahas tentang penghuni dan ruang hunian dengan kasus bahasan penggunaan ruang hunian di rumah susun Kemayoran. Tulisan ini mendefinisikan kebudayaan sebagai blue print. Kebudayaan digunakan sebagai acuan bertindak untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara universal yang meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, kebutuhan integratif. Setiap tindakan memerlukan ruang yang wujudnya bisa fixed feature space, semi fixed feature space, dan informal space sesuai dengan kebudayaannya.
Secara sadar maupun tidak sadar manusia sering menciptakan dan mengubah ruang. Salah satu cara penciptaan ruang dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat perkotaan golongan ekonomi lemah dilakukan dengan peremajaan kampung dengan rumah susun. Tindakan ini merupakan tindakan perubahan ruang dan lingkungan secara menyeluruh dan mendadak yang menyebabkan pudarnya pedoman penggunaan ruang, dan memerlukan pedoman baru. Masalahnya adalah bahwa ruang-ruang dirumah susun tidak cocok dengan kebudayaan warga, hal ini terlihat pada sebagian besar penghuni meninggalkan rumah susun barunya dan yang bertahan mengubah fungsi ruangnya.
Bertahannya sebagian penghuni di rumah susun menunjukkan ada sebagian warga yang bisa merubah lingkungan fisik menjadi lingkungan budaya. Lingkungan rumah susun dirubah menjadi lingkungan tempat tinggalnya sehingga ruang ruang menjadi cocok dengan kehidupannya. Dengan demikian penataan dan penggunaan ruang di rumah susun merupakan cermin model acuan interpretasi dan model tindakan pemenuhan kebutuhan yang dikembangkan oleh penghuni dalam menghadapi kondisi lingkungan rumah susunnya. Apa yang dibahas dalam tesis ini adalah bersumber pada pertanyaan pokok bagaimana penghuni menggunakan ruangnya dan seperti apa bentuk-bentuk ruangnya.
Pendekatan metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Dengan metoda tersebut saya mencari informasi mengenai prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan hubungan penghuni dan ruang huniannya. Hipotesa saya terbukti bahwa rumah susun tidak cocok. Hal ini terlihat pada penggunaan ruang dengan fungsi majemuk dan banyaknya klaim ruang publik menjadi ruang sosial. Tindakan klaim ruang publik menjadi ruang sosial terjadi diberbagai tempat mulai dari tempat parkir, halaman, dan hampir semua ruang tangga sehingga menjadi gejala umum. Karena umum sifatnya dan diterima sebagai solusi ruang secara meluas maka bisa saya nyatakan gejela ini sebagai kebudayaan baru di rumah susun."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sisva Maryadi
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
610 SIS b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo Supardi
"WHO me1alui resolusi tahun 1977 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak dapat merata sampai tahun 2000 tanpa mengikut sertakan sistem pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional antara lain menggunakan obat tradisional, yang terdiri dari simplizia, jamu gendong, jamu berbungkus dan obat fitoterapi. Dalam upaya pembinaan dan pemanfaatan obat tradisional agar dapat digunakan oleh masyarakat desa, diperlukan intormasi tentang penggunaan obat tradisional dan faktor?faktor yang berhubungan dengannya. Untuk mendapakan informasi tersebut dilakukan survai secara cross sectional terhadap 27 ibu rumah tangga di desa Tapos, Bogor yang dipilih secara multistage random sampling. Data dikumpulkan deagan cara mewawancarai responden di rumahnya menggunakan kuesioner. Untuk analisis data dilakukan uji Chi-square dan uji Phi atau Cramer -s V. Dari hasil dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari karakteristik ibu rumah tangga yang berupa umur, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan, hanya hubungan pendidikan dan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pengetahuan tentang obat tradisional yang bermakna.
2. Hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga tentang obat tradisional, sikap terhadap obat tradisional, kepercayaan terhadap khasiat obat tradisional dan ketersediaan obat tradisional dengan penggunaan obat tradisional secara statistik bermakna. Keeratan hubungan utama pada ketersediaan, lalu kepercayaan terhadap khasiat. pengetahuan dan terakhir sikap.
3. Ibu rumah tangga di desa Tapos yang menggunakan obat tradisional selama satu bulan sebesar 37,6%.
4. Penggunaan obat tradisional oleh ibu rumah tangga di desa Tapos kebanyakan : berupa simplisia nabati, digunakan untuk pengobatan sariawan pegel linu dan menjaga kesehatan beralasan karena manjur/cocok 1-4 kali sebulan, mendapat secara gratis/tidak membayar dan mengetahui manfaatnya dari orang tua.
5. Ibu rumah tangga di desa Tapos kebanyakan lebih mengenal simplisia nabati darapada jamu berbungkus maupun jamu gendong."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hikmawati W.P.
"Pada era modern ini perkembangan dunia arsitektur cukup peset seiring dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan manusia. Perancangan arsiteklur tidak terlepas dari perancangan Ianskap yang memiliki persamaan daiam memperhatikan hubungan antara ruang, manusia dan alam. Bila dilinjau dalam skala yang lebih kecil, hubungan kedua bidang tersebut dapat dianatogikan sebagai hubungan antara rumah dengan taman.
Dalam kehidupan sehari~hari, manusia memerlukan ruang yang dapat memenuhi kebutuhan akan kehangatan, keamanan dan kenyamanan. Keberadaan rumah sangat membantu manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan tersebut Oleh karena itu, perancangan suatu rumah harus memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi jiwa dan nsik manusia, antara Iain iklim, site dan elemen-elemen pernbentuk ruang. Keharmonlsan dan kesatuan rumah dengan site mencerminkan suatu konsep integrasi dengan Iingkungan sekitar, khususnya Ianskap atau alam. Usaha integrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, Salah satunya adalah menciptakan suatu ruang alam dengan perancangan Ianskap yang terencana, yaitu taman. Taman dalam perancangan rumah dapat memberi nilai tambah bila dikaitkan dengan berbagai efek yang timbul ketika terjadi interaksi antara manusia dan alam, balk secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menegaskan bahwa konsep integrasi perancangan mmah-taman cukup penting dalam menciptakan karya arsitektur dan lanskap yang berkualitas tinggi dengan dasar pemikiran yang matang dan prinsip desain yang jeias.
Perkembangan arsitektur dan lanskap di Asia sangat dipengaruhi oleh sejarah, kebudayaan dan religi. Ha! ini dapat dilihat pada perancangan rumah-taman yang menerapkan prinsip arsitektur tradisional, dengan tetap memperhaiikan Ianskap setempat (misalnya alam tropis). Peradaban manusia di Asia melahirkan berbagai hlsafat atau Hlosoti hidup yang mencerminkan kebudayaan. Dalam proses perancangan, kebudayaan itu membentuk suatu ciri khas pada gaya arsitektur tradisional yang beradaptasi sesuai dengan perkembangan jaman. Berbagai teori yang mendukung konsep integrasi tersebut dan studi kasus pada berbagai arsrtek di Asia akan turut disertakan untuk melengkapi penulisan skripsi ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lestari Juwono
"ABSTRAK
Penggunaan material alami pada arsitektur tradisional memiliki kelebihan yaitu sumber alaminya dimiliki secara bersama-sama, jarak yang tidak terlalu jauh, sehingga ekstraksinya tidak banyak menghabiskan energi, lebih ramah lingkungan karena mudah terurai dan kembali ke alam. Material alami sebagai elemen arsitektur tradisional ini menjadi penting sebagai bagian dari penelitian arsitektur, selain untuk melestarikan bentuk, juga harus mewariskan pengetahuan lokal mengenai proses konstruksi arsitektur tradisional ini. Salah satu dari material yang dominan pada atap bangunan di pulau-pulau kecil sepanjang tepian Samudera Hindia adalah material atap alang-alang yang berasal dari rerumputan tinggi berdaun tajam dengan nama latin Imperata Cylindrica. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri potensi material alang-alang sebagai identitas lokal dengan cara menelusuri teknik berbasis lokal/indigeneous pendayagunaan alang-alang pada arsitektur tradisional di Indonesia sehingga menemukan performa teknis yang membuat alang-alang ini berguna sebagai material bangunan yang bertahan selama ratusan tahun diketahui dari proses daur hidupnya. Metode yang digunakan dengan wawancara di pemukiman tradisional dan pengukuran performa material alang-alang pada tiap siklus daur hidup sehingga bisa mengungkap faktor-faktor penyebab pelapukan alang-alang. Dari metode ini akan diungkap agaimana pengaruh kelembaban pada tiap tahap siklus daur hidup mulai dari ekstraksi hingga pemeliharaan terhadap kekuatan alang-alang, perlakuan tradisional pada proses pemeliharaan alang-alang yang dilakukan sudah bisa mengurangi kelembaban dan memperpanjang umur atap alang-alang, dan pengaruh pengasapan pada performa mekanis alang-alang sehingga bisa berumur lebih panjang.

ABSTRACT
The use of natural materials in traditional architecture has the advantage that the natural resources are owned together by the people living around the resources, the distance is not too far away from the settlement, the extraction resource rsquo s process didn rsquo t spend a lot of energy, and it rsquo s more environmental friendly because easy to decompose and return to nature. Natural material as an element in traditional architecture become important as part of architectural research, not only to preserve the form, but also to pass on local knowledge about the traditional architectural construction process. One of the dominant materials for building rsquo s roof located on small islands along the banks of the Indian Ocean is reed roof. It is derived from tall grass shaped grasses with the latin name Imperata cylindrica. This study aims to explore the material rsquo s potential of reeds as a local identity by tracing local based techniques indigeneous utilization of reeds in traditional architecture in Indonesia. By tracing the way the reeds are utilized, we can find technical performance that makes the reeds useful as building materials that survive for hundreds of years which is also known of the life cycle process. The methods were by doing interviews at traditional settlements and by measuring the reeds rsquo performance in each cycle of life cycle so that we could identify the causes of reeds decay. From these methods it would be revealed how humidity influenced at each stage of the life cycle ranging from extraction to maintenance, and to the strength of reeds. The traditional treatment on the process of the reeds maintenance could reduce moisture and extend the life of the reed roof. Fumigation also influenced on the mechanical performance of reed roofs so that it would live longer. "
2018
T51108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Ratih Kusumaningrum
"Kawasan kumuh di Indonesia terjadi karena tingginya urbanisasi, namun tidak diimbangi oleh edukasi maupun skill para migran, disatu sisi, lapangan kerja yang terbatas, menyebabkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan begitu sulit, begitu pula dengan keuangan para migran dan akhirnya banyaknya migran yang datang, menyebabkan tingginya permintaan akan hunian, namun kemampuan keuangan migran tidak dapat menjangkaunya sehingga mereka menempati lokasi daerah marginal tanpa adanya pelayanan infrastruktur dasar yang memenuhi standart pelayanan minimum.
Pembangunan Rusunawa di Marunda, Jakarta Utara adalah salah satu solusi dalam penyediaan permukiman layak huni bagi pekerja kawasan industri, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan korban gusur serta kebakaran. Rumah susun dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui upaya peremajaan, pemugaran dan relokasi. Kegiatan pembangunan rumah susun ini dinilai positif dalam mengurangi kekumuhan perkotaan karena sangat menghemat lahan.
Ketepatan penerima manfaat subsidi, dapat dilihat dari penerima subsidi sudah tepat sasaran atau belum dengan menggunakan metode Benefit Incidence Analysis yang menggunakan data SUSENAS dan data primer, kemudian diperkuat dengan menganalisis permasalahan pergeseran penerima subsidi tersebut dengan menggunakan metode depth interview dan sistem sewa menyewa yang ada di dalamnya, serta komparasi fakta lapangan dengan kebijakan yang berlaku, yaitu UU no 16 tahun 1985.
Dari hasil analisis BIA, secara umum ditemukan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi target sasaran program ini masih kesulitan masuk ke rumah susun karena tingginya harga hunian dan utilitas yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka. Untuk penghuni yang mendapatkan sistem subsidi, masyarakat miskin (Q1) belum mendapatkan manfaat dari program pemerintah ini, penerima manfaat terbanyak merupakan masyarakat yang memiliki penghasilan lebih tinggi (Q4). Pergeseran penerima manfaat ini disebabkan karena tingginya biaya hidup yang sulit dipenuhi oleh penghuni, sulitnya aksesibilitas transportasi, desain yang kurang sesuai dengan kegiatan penghuni. Sedangkan untuk penghuni dengan sistem non subsidi, penerima manfaat hampir merata dan hampir tepat sasaran karena tidak ada perbedaan yang mencolok antara masyarakat miskin (Q1) dengan masyarakat terkaya (Q5).
Mengacu pada UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pemerintah berkewajiban untuk menyediakan layanan dasar kesehatan tersebut, namun agar program tersebut berkelanjutan, harus ada peran serta dari masyarakat, yaitu ikut menanggung biaya penyediaan layanan dasar, terutama layanan dasar air bersih yang sekarang ini belum tahu berapa besaran biaya yang harus ditanggung masyarakat. Penentuan besaran biaya air bersih tersebut, menggunakan metode willingness to pay dan menggunakan data primer. Besaran biaya air bersih ini perlu dilakukan untuk menghitung biaya service hunian, yang menurut UN Habitat tidak boleh melebihi 30% dari total pengeluaran rumah tangga, dan ketika masyarakat mengeluarkan pendapatannya lebih dari 30% untuk sewa rumah dan utilitasnya, maka hunian tersebut sudah tidak dapat terjangkau lagi oleh masyarakat dan akhirnya mereka akan kembali ke daerah marginal yang minim akan pelayanan dasar. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 51% sample penghuni, mengeluarkan pendapatannya melebihi batas yang dianjurkan oleh UN Habitat, yaitu >30% untuk hunian dan utilitasnya, sehingga rumah susun tersebut sudah tidak lagi terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah ini.

Slum areas in Indonesia occurred because of the high urbanization, but not matched by education and skills of migrants, on the one hand, employment is limited, causing the competition to get a job so difficult, so they accept law salary, high housing demand for working and less supply in housing, make they fit into the marginal areas without basic infrastructure services that meet minimum service standards.
Development for Flats in Marunda, North Jakarta is one of the solutions in the supply of habitable housing for industrial workers, low income people (MBR) and evicted the victims and fire. Development for flats with the aim of improving the quality of neighborhoods through the efforts of rejuvenation, restoration and relocation. Apartment construction activity was assessed positively in reducing urban squalor because it can conserve land, encourage green open space and efficiency for development basic infrastructure.
The accuracy of the beneficiaries of subsidies, subsidies can be seen from the receiver is on target or not by using a method that uses the Benefit Incidence Analysis. This analysis using data from SUSENAS and primary data, and then amplified by analyzing the problems of shifting the subsidy recipients by using the method of depth interviews and a lease system that is in therein, as well as comparative facts on the ground with the policies in force, UU Rumah Susun (UURS) No. 16 year 1985.
From the analysis of BIA, in general it was found that low-income people who become the target of this program is still difficult entry into the apartment because of the high price of housing and utilities that are not proportional to their income. For residents who get a subsidy system, the poor (Q1) has not benefited from this government program, most beneficiaries are the people who have higher incomes (Q4). Beneficiaries of this shift is caused due to the high cost of living is difficult to fulfill by the occupant, the difficulty of accessibility of transportation, lack of appropriate design with the activities. As for residents with non-subsidy system, beneficiaries almost evenly and almost right on target because there was no significant difference between the poor (Q1) with the richest (Q5). Referring to the Act No. 26 of 2007 on Spatial Planning, the government is obliged to provide basic services such health, but that the program is sustainable, there must be participation from the community, which helped underwrite the cost of providing basic services, especially basic services of clean water are not currently know how much amount of cost to be borne by society.
Determination of the amount of the cost of the clean water, using the method of willingness to pay and use the primary data. Cost of clean water is necessary to calculate the cost of residential service, which according to UN Habitat should not exceed 30% of total household expenditure, and when people spend more than 30% of their income for rent and utilities, then the occupancy is already out of reach again by the community and eventually they will return to marginal areas would be minimal basic services. From the result showed that as many as 51% sample of residents, to spend his income exceeds the limit recommended by the UN Habitat, which is> 30% for shelter and utilities, so the apartment is no longer affordable by low-income communities.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30283
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>