Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190417 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Gudang obat Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kefarmasian yang perlu diperhatikan dalam upaya penyimpanan obat untuk menjamin mutu obat. Tulisan ini bertujuan untuk Keseha ketersediaan dan kelayakan gudang menganalisis obat Puskesmas di Indonesia, berdasarkan lokasi puskesmas secara geografi dan topografi. Metode Buletin Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder 2014 Riset Fasilitas Kesehatan(Rifaskes) tahun 2011 yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas di 33 Propinsi di diba Indonesia Hasil: Ketersediaan gudang obat pada Puskesmas di Indonesia berdasarkan geografi dan topografi sudah diatas 90%, kecuali Puskesmas pada daerah sangat terpencil (89,7%). Komponen Met fasilitas gudang obat di Indonesia, yang paling tinggi adalah fasilitas pencatatan dan ketersediaannya penataan obat yaitu catatan keluar masuk obat tahun 2010, dan paling rendah adalah fasilitas pendukung di 3 Ketersediaan narkotikapsikotropik. berupa lemari sarana tersebut semakin rendah pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Kelayakan dan gudang obat Puskesmas di Indonesia, menunjukkan sebagian besar dalam kategori layak, dan proporsinya semakin rendah pada daerah terpencil, perbatasan dala tena dan kepulauan. Hasil uji statistik(Mann Whitney dan menunjukkan, kelayakan gudang dala korelasi (Spearman) obat berhubungan signifikan dengan geografi dan yang topografi kepulauan dan keterpencilan Kesimpulan Ketersediaan dan kelayakan gudang obat Puskesmas di Indonesia, sebagian besar sudah tersedia dalam Peke kategori layak, dan proporsinya semakin rendah Pen pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. saran: Pemerintah Daerah dan Pusat wajib untuk pusk meningkatkan sarana dan prasarana gudang obat melalui peningkatan anggaran kesehatan, untuk menjamin penyimpanan yang tepat dan sesuai standar."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Pengelolaan obat LASA penting dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan risiko tingkat kesalahan pengambilan obat. Dalam melakukan penyimpanan terhadap obat-obat LASA, dapat digunakan Tall Man lettering untuk menekankan perbedaan pada obat yang memililki nama atau pengucapan suara yang sama. Tall Man lettering digunakan pada penulisan nama obat untuk menyoroti bagian perbedaan utamanya dan membantu membedakan nama-nama yang mirip. Sistem penyimpanan obat di Puskesmas Ciracas sudah memenuhi ketentuan penyimpanan obat LASA sesuai dengan Permenkes RI dan menerapkan metode Tall Man lettering pada obat LASA dengan baik.

Management of LASA drugs is important as an effort to reduce the risk of drug taking errors. In storing LASA drugs, Tall Man lettering can be used to emphasize differences in drugs that have the same name or sound pronunciation. Tall Man lettering is used in writing drug names to highlight their main differences and help distinguish similar names. The drug storage system at the Ciracas Health Center complies with the provisions for storing LASA drugs in accordance with the Indonesian Minister of Health and applies the Tall Man lettering method to LASA drugs properly."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nur Fathiya
"Penyimpanan obat bertujuan untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, mengendalikan persediaan, dan memudahkan pencarian serta pengawasan. Studi ini membahas mengenai manajemen penyimpanan obat di Unit Farmasi Klinik Satelit Universitas Indonesia Makara Depok tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran manajemen penyimpanan obat di klinik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif melalui observasi langsung, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa unsur input dan proses telah dijalankan dengan cukup baik, namun masih terdapat beberapa ketidaksesuaian pengaturan penyimpanan obat berdasarkan ketentuan. Studi ini menyarankan untuk mengadakan pelatihan bagi SDM dan pengaturan penyimpanan obat perlu diperbaiki.\

Drug storage aims to maintain the quality of drugs, avoid irresponsible use, control supplies, and facilitate search and supervision. This study discusses the management of drug storage at Klinik Satelit Universitas Indonesia Makara Depok in 2019. The purpose of this research is to know the overview of drug storage management in clinics. This research is a qualitative study with descriptive design through direct observation, in-depth interviews, and document study. The results found that the input and process elements had been executed quite well, but found some inconsistency in the drug storage arrangement based on provisions. This study suggests to conduct training for human resources and drug storage arrangements need to be repaired."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Putri Krisandy
"Dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien di Apotek, seorang apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan harus mampu menjamin bahwa pasien memperoleh pengobatan yang aman, bermutu, dan berkhasiat sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Salah satu upaya untuk menerapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek, seorang farmasis diharapkan mampu memperkecil potensi terjadinya medication error dalam melakukan praktik kefarmasian. Medication error didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang bisa dicegah, yang bisa menyebabkan atau mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat atau harm pada pasien ketika obat itu berada dalam pengendalian profesional pelayanan kesehatan, pasien, atau konsumen. Salah satu bentuk medication error yang mungkin terjadi yaitu kesalahan seorang farmasis dalam penyimpanan dan peletakan obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirim) yaitu obat-obatan yang memiliki bentuk, rupa, dan penguacapan yang mirip dengan obat lainnya. Dalam laporan tugas khusus ini, akan dilakukan observasi langsung dan evaluasi penyimpanan obat LASA untuk obat golongan antibiotik, antihistamin, kortikosteroid, antidiabetes, dan obat gangguan kardiovaskuler di Apotek Kimia Farma M. Kahfi 2 dengan pedoman yang berlaku. Hasil observasi didokumentasikan dan dilakukan tindakan perbaikan apabila terdapat ketidaksesuaian pada penyimpanan obat LASA. Berdasarkan hasil evaluasi penyimpanan obat LASA, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa penyimpanan obat LASA yang masih belum sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan telah dilakukan tindakan perbaikan dengan menyetak ulang label obat, menyusun ulang penyimpanan obat LASA, dan penambahan stiker LASA pada kotak penyimpanan obat.

providing pharmaceutical services to patients in pharmacies, a pharmacist as one of the health workers must be able to ensure that patients obtain safe, quality and efficacious treatment in accordance with the mandate stated in Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009. One of the efforts to implement pharmaceutical service is the pharmacists are expected to be able to minimize the potential for medication errors in carrying out pharmaceutical practices. Medication error is defined as any preventable event that can cause or lead to inappropriate use of medication or harm to a patient when the medication is in the control of a health care professional, patient, or consumer. One form of medication error that may occur is a pharmacist's error in the storage and placement of LASA (Look Alike Sound Alike) or NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirim) drugs, which are drugs that have a shape, appearance, and pronunciation that are similar to other drugs. In this article, direct observation and evaluation of LASA drug storage for antibiotics, antihistamines, corticosteroids, antidiabetics, and cardiovascular disorders drugs at Apotek Kimia Farma M. Kahfi 2 will be carried out with applicable guidelines. The results of the observations are documented and corrective action is taken if there are discrepancies in the storage of LASA drugs. Based on the results of the evaluation of LASA drug storage, it can be concluded that there are still some LASA drug storage that is still not in accordance with the Guidelines of Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies and corrective action has been taken by reprinting drug labels, rearranging LASA drug storage, and adding LASA stickers to drug storage boxes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Putri Krisandy
"Dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien di Apotek, seorang apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan harus mampu menjamin bahwa pasien memperoleh pengobatan yang aman, bermutu, dan berkhasiat sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Salah satu upaya untuk menerapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek, seorang farmasis diharapkan mampu memperkecil potensi terjadinya medication error dalam melakukan praktik kefarmasian. Medication error didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang bisa dicegah, yang bisa menyebabkan atau mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat atau harm pada pasien ketika obat itu berada dalam pengendalian profesional pelayanan kesehatan, pasien, atau konsumen. Salah satu bentuk medication error yang mungkin terjadi yaitu kesalahan seorang farmasis dalam penyimpanan dan peletakan obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirim) yaitu obat-obatan yang memiliki bentuk, rupa, dan penguacapan yang mirip dengan obat lainnya. Dalam laporan tugas khusus ini, akan dilakukan observasi langsung dan evaluasi penyimpanan obat LASA untuk obat golongan antibiotik, antihistamin, kortikosteroid, antidiabetes, dan obat gangguan kardiovaskuler di Apotek Kimia Farma M. Kahfi 2 dengan pedoman yang berlaku. Hasil observasi didokumentasikan dan dilakukan tindakan perbaikan apabila terdapat ketidaksesuaian pada penyimpanan obat LASA. Berdasarkan hasil evaluasi penyimpanan obat LASA, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa penyimpanan obat LASA yang masih belum sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan telah dilakukan tindakan perbaikan dengan menyetak ulang label obat, menyusun ulang penyimpanan obat LASA, dan penambahan stiker LASA pada kotak penyimpanan obat.

providing pharmaceutical services to patients in pharmacies, a pharmacist as one of the health workers must be able to ensure that patients obtain safe, quality and efficacious treatment in accordance with the mandate stated in Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009. One of the efforts to implement pharmaceutical service is the pharmacists are expected to be able to minimize the potential for medication errors in carrying out pharmaceutical practices. Medication error is defined as any preventable event that can cause or lead to inappropriate use of medication or harm to a patient when the medication is in the control of a health care professional, patient, or consumer. One form of medication error that may occur is a pharmacist's error in the storage and placement of LASA (Look Alike Sound Alike) or NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirim) drugs, which are drugs that have a shape, appearance, and pronunciation that are similar to other drugs. In this article, direct observation and evaluation of LASA drug storage for antibiotics, antihistamines, corticosteroids, antidiabetics, and cardiovascular disorders drugs at Apotek Kimia Farma M. Kahfi 2 will be carried out with applicable guidelines. The results of the observations are documented and corrective action is taken if there are discrepancies in the storage of LASA drugs. Based on the results of the evaluation of LASA drug storage, it can be concluded that there are still some LASA drug storage that is still not in accordance with the Guidelines of Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies and corrective action has been taken by reprinting drug labels, rearranging LASA drug storage, and adding LASA stickers to drug storage boxes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Majority of health service rooms available at health centers were generally clinics (inpatients = 97,4%, outpatient = 95,8%), whereas the most eligible was dental clinics. The eligible of service rooms, majority in the common areas (64,5-85,5%) than remote (25,3-66%) or very remote areas (24-56,6%), in non-island areas (37,2%), than in island areas (29,3-67,5%) and in non-neighboring areas (36,8-81,5%) compared to the neighboring areas, in area with population of >30.000 people (45,3-90,4%) compared to <30.000 people (31,6-74,6%) and urban (46,6-89,3%) than in rural areas (33.2-79%). There were significant associations between eligibility of health service related to topography, demography, and geography."
BULHSR 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Sejak tahun 2004 sampai 2010 Badan Litbang Kesehatan mengadakan rangkaian survei harga dan ketersediaan obat. Hasilnya adalah lebih dari 90% obat yang ada di Indonesia harganya masih di atas International Reference Price. Ketersediaan obat di sektor swasta lebih baik dari sektor publik dan masih cukup banyak obat generik & esensial pada fasilitas kesehatan yang ketersediaanya lebih kurang 3 bulan. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui harga dan ketersediaan obat terkini di rumah sakit, puskesmas dan apotek. Studi dilakukan di enam (6) wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Metode: Studi mengikuti metode baku dari World Health Organization dan Health Action International. Sampel adalah 22 jenis obat esential dan lokasi pengumpunan sampel di rumah sakit, puskesmas dan apotek. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur yang tertera pada kuesioner. Analisis data secara statistik deskriptif. Hasil: secara umum harga obat di Indonesia masih lebih tinggi dari International Reference Price dan beberapa diantaranya dapat mencapai > 100 kali. Belum banyak perubahan pola harga obat jika dibandingkan dengan hasil studi tahun 2010 dan 2004. Kesimpulan: Terdapat variasi harga yang cukup lebar antara harga obat antar puskesmas, antar RS pemerintah, yaitu 83,3% vs 80,6% (swasta) vs 57% (puskesmas). Saran: Pemerintah perlu melakukan pengaturan harga obat agar lebih rasional dan terjangkau serta meningkatkan ketersediaan obat di puskesmas. "
BULHSR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ghina Salma Fadhila
"Puskesmas merupakan salah satu bentuk unit pelayanan kesehatan. Persediaan obatobatan di puskesmas butuh pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang baik. Hal ini bertujuan untuk melindungi persediaan obat-obatan dari resiko kehilangan ataupun kerusakan. Ketersediaan obat di puskesmas penting karena persediaan obat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan puskesmas. evaluasi ketersediaan item obat dan Inventory Turn Over Ratio sebagai bentuk pengendalian stok obat dalam pelayananan kefarmasian. Tingkat ketersediaan item obat di Puskesmas Cakung terdapat 31 item obat dengan ketersediaan <1 bulan (stok kosong), 48 item obat dengan ketersediaan 2-11 bulan (stok kurang), 115 item obat dengan ketersediaan 12-18 bulan (stok aman), dan 61 item obat dengan ketersediaan > 18 bulan. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) obat di Puskesmas Cakung terdapat 21 obat dengan nilai perputaran yang baik / sesuai standar, 154 obat dengan perputaran yang rendah, dan 44 obat dengan perputaran yang tinggi.

Puskesmas is a form of health service unit. The supply of medicines at community health centers requires good management, supervision and control. This aims to protect medicine supplies from the risk of loss or damage. The availability of medicines at community health centers is important because drug supplies are one of the factors that influence the quality of health center services. evaluate the availability of drug items and Inventory Turn Over Ratio as a form of drug stock control in pharmaceutical services. The level of availability of drug items at the Cakung Community Health Center is 31 drug items with availability < 1 month (out of stock), 48 drug items with availability 2-11 months (low stock), 115 drug items with availability 12-18 months (safe stock), and 61 drug items with availability > 18 months. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) for drugs at the Cakung Community Health Center there are 21 drugs with good turnover values / according to standards, 154 drugs with low turnover, and 44 drugs with high turnover."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>