Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162974 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ioflokulan DYT merupakan flokulan polimer alami yang berasal dari salah satu tanaman tropis Indonesia yang mengandung beberapa gugus fungsi diantaranya –OH dan –NH2. Bioflokulan DYT diisolasi menggunakan metanol sebagai pelarut. Kristal DYT yang dihasilkan direaksikan dengan larutan ion logam Co2+ kemudian direkristalisasi. Karakterisasi terhadap kristal bioflokulan DYT dan kompleks Kobalt (II) bioflokulan DYT meliputi konduktivitas pada berbagai variasi konsentrasi untuk mengetahui nilai hantaran molar, analisis spektrofotometer UV-VIS dilakukan untuk mengetahui panjang gelombang maksimum serapan bioflokulan DYT dan kompleks Kobalt (II) bioflokulan DYT. Analisis termal gravimetri (Thermogravimetri Analysis, TGA) dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kestabilan kristal bioflokulan DYT dan kompleks Kobalt(II) bioflokulan DYT. Hasil analisis konduktivitas menunjukkan adanya kenaikan nilai hantaran molar untuk konsentrasi rendah pada konsentrasi 250 ppm dan 500 ppm, dan terjadi penurunan nilai hantaran molar pada konsentrasi 750 ppm sampai 2000 ppm. Hasil analisis spektrofotometer UV-VIS panjang gelombang maksimum untuk bioflokulan DYT pada 284 nm sedangkan kompleks Kobalt (II) bioflokulan DYT adalah 506 nm. Analisis TGA, memperlihatkan adanya perbedaan suhu penguraian kedua Kristal. Dimana, bioflokulan DYT mengurai pada suhu 657,440C sedangkan kristal kompleks Kobalt (II) bioflokulan DYT pada suhu 619,410C. Berdasarkan analisis tersebut kristal bioflokulan DYT dapat berperan sebagai ligan untuk senyawa kompleks."
JSTK 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"ABSTRAK
Untuk mendapatkan hasil analisis yang valid/absah maka metode yang digunakan untuk menganalisis suatu parameter haruslah divalidasi. Pada laporan ini, metode yang divalidasi adalah metode analisis klorida dari APHA (American Public Health Association). Parameter-parameter yang digunakan untuk memvalidasi metode klorida adalah IDL (Instrument Detection Limit), MDL (Method Detection Limit), presisi, dan akurasi.
Dari hasil pengamatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) didapat, uji IDL mendapatkan hasil sebesar 0.15 ppm. Uji MDL yang dilakukan mendapatkan hasil sebesar 0.15 ppm. Hasil ini dapat diterima karena hasil yang diperoleh lebih kecil dari konsentrasi analit yang ditambahkan (0.5 ppm) tetapi lebih besar dari 10% konsentrasi analit yang ditambahkan (0.05 ppm). Hasil uji Presisi diperoleh % RSD untuk presisi bawah sebesar 11.64 % dan % RSD untuk presisi atas sebesar 0.62 %. Hasil % RSD ini dapat diterima karena % RSD yang diperoleh ≤ 15 %. Hasil uji akurasi diperoleh rata-rata % Recovery sebesar 101.4 %, % RSD sebesar 9.1 %, dan % bias yang didapat sebesar 1.4 %. Nilai tersebut dapat diterima karena nilai tersebut masih sesuai dengan persyaratan, dimana nilai % Recovery antara 85% - 115%, % RSD ≤ 15%, dan memiliki % bias yang mendekati nol."
2009
TA1367
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Susanti R.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yunita Rahmawati
"Mikroalga merupakan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah kekurangan gizi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein dan asam amino pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp. Kadar protein diukur menggunakan metode Biuret dan kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin) yang diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Hasil pengukuran kadar protein dengan metode Biuret didapatkan persentase proteinnya yaitu 4.16 % untuk mikroalga Scenedesmus sp dan 1.64 % untuk mikroalga Coelastrum sp. Penentuan kandungan asam amino dilakukan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Hasil analisis kandungan asam amino menunjukkan hasil bahwa asam amino esensial leusin merupakan asam amino esensial yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Coelastrum sp dan pada mikroalga Scenedesmus sp asam amino esensial lisin merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak. Sedangkan untuk kandungan asam amino non esensial diperoleh hasil bahwa asam amino glutamat merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp.
Pada penelitian ini dilakukan juga perhitungan jumlah sel alga dengan metode kapasitansi dimana hasil perhitungan dibandingkan dengan perhitungan jumlah sel menggunakan Counting chamber dan nilai absorbansi dengan spektrofotometer, dan didapatkan perbandingan yang sama dari besar kapasitansi, jumlah sel, dan absorbansi.

Microalgae is an alternative solution to solve the problem of the lack of nutrient in Indonesia. The aims of this research is to determine protein concentration and amino acids in the microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp. Measurument of protein concentration using the Biuret method with a standard curve of BSA (Bovine Serum Albumin) is measured at a wavelength of 540 nm.
The results of protein obtained with Biuret method is 4.16% to microalgae Scenedesmus sp. and 1.64% for microalgae Coelastrum sp. Determination of the amino acid is done using HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Results of the analysis of amino acid content shows that the highest essential amino acid of microalgae coelastrum sp is leucine, and lysine is the highest essential amino acid of microalgae scenedesmus sp. And glutamic is the highest non-essential amino acid of microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp.
In this research, we also calculate the number of algal cells with a capacitance method in which the calculation results as compared with the calculation of the number of cells using the Counting chamber and absorbance values with a spectrophotometer, and obtained the same proportion of large capacitance, the number of cells, and absorbance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rahmawati
"Mikroalga merupakan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah kekurangan gizi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein dan asam amino pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp. Kadar protein diukur menggunakan metode Biuret dan kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin) yang diukur pada panjang gelombang 540 nm. Hasil pengukuran kadar protein dengan metode Biuret didapatkan persentase proteinnya yaitu 4.16 % untuk mikroalga Scenedesmus sp dan 1.64 % untuk mikroalga Coelastrum sp. Penentuan kandungan asam amino dilakukan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Hasil analisis kandungan asam amino menunjukkan hasil bahwa asam amino esensial leusin merupakan asam amino esensial yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Coelastrum sp dan pada mikroalga Scenedesmus sp asam amino esensial lisin merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak. Sedangkan untuk kandungan asam amino non esensial diperoleh hasil bahwa asam amino glutamat merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp.
Pada penelitian ini dilakukan juga perhitungan jumlah sel alga dengan metode kapasitansi dimana hasil perhitungan dibandingkan dengan perhitungan jumlah sel menggunakan Counting chamber dan nilai absorbansi dengan spektrofotometer, dan didapatkan perbandingan yang sama dari besar kapasitansi, jumlah sel, dan absorbansi

Microalgae is an alternative solution to solve the problem of the lack of nutrient in Indonesia. The aims of this research is to determine protein concentration and amino acids in the microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp. Measurument of protein concentration using the Biuret method with a standard curve of BSA (Bovine Serum Albumin) is measured at a wavelength of 540 nm. The results of protein obtained with Biuret method is 4.16% to microalgae Scenedesmus sp. and 1.64% for microalgae Coelastrum sp. Determination of the amino acid is done using HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Results of the analysis of amino acid content shows that the highest essential amino acid of microalgae coelastrum sp is leucine, and lysine is the highest essential amino acid of microalgae scenedesmus sp. And glutamic is the highest non-essential amino acid of microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp.
In this research, we also calculate the number of algal cells with a capacitance method in which the calculation results as compared with the calculation of the number of cells using the Counting chamber and absorbance values with a spectrophotometer, and obtained the same proportion of large capacitance, the number of cells, and absorbance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal
"Disertasi ini membahas karakterisasi produk blending antara monomer kristal cair kolesteril akrilat dengan monomer kristal cair metilfenilbenzoil akrilat yang difotopolimerisasi dengan teknik UV curing. Produk blending dan fotopolimerisasi hasil penelitian ini kemudian di uji serapannya dengan spektrofotometer ultraviolet-visibel. Monomer kristal cair kolesteril akrilat hasil dari reaksi esterifikasi Steglich antara kolesterol dengan prekursor akrilat menggunakan katalis N,N’-disikloheksilkarbodiimida (DCC) dan N,Ndimetilpiridin- 4-amina (DMAP). Monomer kristal cair metilfenilbenzoil akrilat merupakan hasil dari reaksi esterifikasi Steglich antara prekursor akrilat dan prekursor (S)-(+)-p-hidroksifenil-2-metil butanoat atau disebut juga (S)-(+)-2- HFM. Kedua monomer hasil esterifikasi tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR, 1H-NMR, dan 13C-NMR untuk penentuan struktur molekul; DSC untuk analisis termal, POM untuk tekstur kristal cair, dan XRD untuk kristalinitas. Oleh karena kedua monomer termasuk dalam kelompok kristal cair akrilat, maka hasil karakteriasi kedua monomer dengan FTIR menunjukkan puncak khas yang sama pada daerah 3000-2850 cm-1 yang merupakan daerah vibrasi rantai alifatik dan puncak pada daerah 1600,43 cm-1 yang menunjukkan gugus C=C dari akrilat. Selain itu terdapat juga puncak-puncak lainnya yang menjadi ciri khas masing-masing monomer. Tekstur monomer kristal cair kolesteril akrilat memperlihatkan tekstur oily streak pada suhu 81,28˚C sementara monomer kristal cair metilfenilbenzoil akrilat memperlihatkan tekstur schlieren pada 54,36oC. Proses blending kedua monomer menggunakan metode casting pelarut dan fotopolimerisasi menggunakan fotoinitiator 2-hidroksi-2-metil-1-fenilpropana (HMPP). Hasil GPC proses uv curing pada radiasi selama 15 dan 30 menit memberikan berat molekul (Mw) masing-masing 487.457 gram dan 463.279 gram. Struktur mikro produk fotopolimerisasi dengan SEM menunjukkan pola rantai polimer tipe side chain liquid crystalline polymers (SCLCPs). Serapan produk fotopolimerisasi dengan spektrofotometer ultraviolet-visibel menunjukkan bahwa fotopolimerisasi yang diradiasi selama 15 dan 30 menit memberikan serapan 0,116 dan 0,254 pada daerah panjang gelombang 363 nm dan 350 nm. Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan demikian produk blending dan fotopolimerisasi kedua monomer menyerap pada panjang gelombang ultraviolet A (UVA).

The dissertation discusses the characterizations of blending product from monomer liquid crystal cholesteryl acrylate and monomer liquid crystal of methylphenylbenzoyl acrylate photopolymerized by UV curing technique. The absorption of blending and photopolymerization products of this work was tested by using UV-Vis spectrophotometer. Cholesteryl acrylate was synthesized through Steglich esterification reaction between cholesterol with acrylic precursor with catalyst of N, N'-dicyclohexylcarbodiimide (DCC) and N, N-dimetilpiridin- 4-amine (DMAP). Monomer liquid crystal of methylphenylbenzoyl acrylate was synthesized by Steglich esterification reaction between acrylic precursors and precursors (S) - (+)-p-hydroxyphenyl-2-methyl butanoat or also known as (S) - (+)-2-HFM. The characterization of monomers was performed by using FTIR, 1HNMR and 13C-NMR for molecular structure; DSC for thermal analysis; POM for textures analysis; and XRD for crsytalinity. FTIR spectrum of the two monomers show typical peaks at 3000-2850 cm-1 for the aliphatic chain vibration, 1720 cm-1 for carbonyl group, and 1600.43 cm-1 for the group of acrylate C=C. The texture of cholesteryl acrylate shows an oily streak at temperature 81.28 ˚C and monomer methylphenylbenzoyl acrylate shows a schlieren texture at 54.36 0C. The blending process of the two monomers was performed by using solvent casting method and photopolymeirzation with UV curing technique by using photoinitiator of 2- hydroxy-2-methyl-1-phenyl-propan (HMPP). The molecular weight from the photopolymerization process with the radiation for 15 and 30 minutes Mw give the result of 487.457 and 463.279, respectively. Microstructure from SEM shows a type of side chain liquid crystalline polymers (SCLCPs). The photopolymerization product characterized by using UV-Vis spectrophotometer for 15 and 30 min of radiation gives wavelength at 363 nm and 350 nm, respectively. Based on the result of this research, it can be concluded that the blending product of the two monomers absorps a wavelength at ultraviolet A (UVA).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
D1418
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fransiskus Devy Harsono
"Formalin sering disalahgunakan sebagai pengawet produk makanan tertentu supaya lebih tahan lama, karena itu kebutuhan akan suatu pereaksi kimia untuk pengujian formalin dalam makanan sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memilih suatu pereaksi warna spesifik untuk analisis formalin. Pemilihan pereaksi didasarkan pada beberapa kriteria yaitu, spesifik, reaksinya stabil, memiliki sensitivitas tinggi, dan mudah untuk digunakan. Larutan standar formalin yang telah diencerkan ditambahkan dengan pereaksi warna tertentu (pereaksi Nash atau pereaksi asam kromatropat atau pereaksi Schryver), lalu diukur pada panjang gelombang maksimumnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Hasil analisis kualitatif formalin menunjukkan bahwa pereaksi Schryver merupakan pereaksi warna terbaik dengan intensitas warna paling kuat hingga konsentrasi terendah 0,2 mg/L. Sedangkan pereaksi Nash merupakan pereaksi warna terbaik untuk analisis kuantitatif formalin didasarkan atas stabilitas reaksi dengan formalin dan batas kuantitasi terendah yang didapat. Stabilitas pereaksi Nash yang disimpan dalam berbagai kondisi penyimpanan bertahan selama tiga hari, dan batas kuantitasi yang dicapai 0,0467 mg/L.
Formalin is often misused on certain food product as a preservative so that more durable, therefore requirement of a chemical reagent for the examination of formalin in food is very needed. This research was aim to choose a specific colour reagent for analysis of formalin. Selection of reagent relied on some criteria which is, specific, its reaction stable, having high sensitivity in measurement and easy to be used. Formalin standard solution which have been diluted, added with specific colour reagent (Nash reagent or chromotropic acid reagent or Schryver reagent), then measured at their maximum wavelength by using an UV-Vis Spectrophotometer.
The results of qualitative analysis indicated that Schryver reagent showed the best colour reagent with strongest colour intensity, with limit of visual detection 0,2 mg/L. While Nash reagent showed the best colour reagent for quantitative analysis of formalin based on stability of reaction and its lowest limit of quantitation. Stability of entire Nash reagent which were stored in various storage condition could stable for three day, and limit of quantitation reached was 0,0467 mg/L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>