Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This article discusses fan community of the boys love (BL) manga among young women in Indonesia. BL manga tells a romance between fellow men. It is a sub genre of shojo manga, the manga for girls and women readers in Japan. Both in Japan and outside Japan, the development of BL manga receives much attention from many researchers and observers of Japanese study. Using cultural-study perspective, they examine the phenomenon of BL manga and fujoshi community formed by BL construction of gender identity using a cultural-study perspective and gender performativity concepts by Judith Butler. By using its concepts we can see why and how the Indonesian female teens construct their gender identity through fandom of BL manga."
LINCUL 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yarra Rania Nurul Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif manga boys’ love (BL) dan bagaimana wacana tersebut memengaruhi popularitas BL di Indonesia. Penulis menggabungkan metode model analisis femininitas dan maskulinitas oleh Zhou, et al. (2018), analisis teks, dan interpretasi komposisi visual oleh Rose (2001) untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif dalam manga Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu dan metode analisis tematis oleh Clarke dan Braun (2013) untuk menganalisis tanggapan pembaca BL Indonesia di Twitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu merupakan BL dengan wacana heteronormatif dan pembaca BL Indonesia di Twitter juga lebih sering mengungkit aspek heteronormatif manga tersebut. Preferensi pembaca BL Indonesia yang memilih manga BL dengan karakter heteronormatif dapat dibaca sebagai bukti kuatnya internalisasi norma-norma heteronormatif di Indonesia yang didukung oleh nilai-nilai agama dan sosial.

This research discusses the existence of heteronormative themes in boys’ love (BL) manga and determines how they affect the popularity of BL in Indonesia. This research combines Zhou, et al. (2018)’s femininity and masculinity model, text analysis method, and compositional interpretation method by Rose (2001) to analyse the heteronormative themes in Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu and thematic analysis method to examine Indonesian BL readers’ comments on Twitter. Results have shown that Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu indeed has heteronormative themes and the comments on Twitter are mostly focused on heteronormative aspects of the manga. Indonesian BL readers’ tendency to prefer BL mangas with heteronormative themes can be seen as an evidence of the strong internalisation of heteronormative norms in Indonesia, which is also supported by the religious and social values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Munirul Abidin
"On interpretation of women in Indonesia from Islamic perspective."
Malang: UIN Maliki Press, 2011
297.122 6 MUN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Dunia motor di Indonesia identik dengan kaum laki-laki. Pada umumnya, keterlibatan perempuan di dalam dunia motor atau biasa dikenal dengan istilah Lady Biker mendapat label dari masyarakat sebagai perempuan maskulin yang memiliki sifat kelelakian, keberanian, kekuatan, kegarangan dalam berpakaian dan berpenampilan. Padahal seorang Lady Biker menunjukkan sisi feminin dan masih menjalankan kodratnya selayaknya seorang perempuan, seperti masih mengenakan rias wajah dan melakukan perawatan kecantikan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Lady Biker di dalam komunitas MotoLadies Indonesia maupun saat berada di jalan menampilkan identitas mereka melalui atribut keselamatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi yang mencakup wawancara mendalam dan observasi partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengenakan atribut keselamatan, membuat identitas gender mereka jadi tersamarkan. Ini berkaitan dengan cara pandang mereka mengenai tubuh dan penampilan berpakaian berdasarkan konsep gender feminin dan maskulin yang sudah tertanam di dalam diri mereka. Penelitian ini menemukan bahwa Lady Biker mengenakan helm sebagai “casing” atau tameng untuk menunjang performance mereka di masyarakat. Identitas mereka kemudian tidak terlepas dari tindakan performatif seperti yang dijelaskan Butler (1988), yang terus dilakukan secara berulang pada community stage dan daily stage.

The world of motorbikes in Indonesia is synonymous with men. In general, the involvement of women in the world of motorbikes or commonly known as Lady Biker is labeled by the community as masculine women who have male characteristics, courage, strength, ferocity in dress and appearance. Even though a Lady Biker shows her feminine side and still carries out her nature like a woman, like still wearing make- up and doing beauty treatments. This study aims to describe how Lady Biker in the Indonesian MotoLadies community as well as on the road displays their identity through safety attributes. This study uses a qualitative method with an ethnographic approach that includes in-depth interviews and participant observation. The results of this study indicate that wearing safety attributes will disguise their gender identity. This has to do with the way they look at their bodies and their appearance in clothes based on the concept of feminine and masculine gender that has been embedded in them. This study found that Lady Biker wore a helmet as a "casing" or shield to support performance theirin society. Their identity is then inseparable from performative actions as explained by Butler (1988), which continues to be repeated on the community stage and the daily stage."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Silvia Dale
"ABSTRAK
Identity Conflict adalah ketidaksesuaian yang dirasakan seseorang pada dua atau lebih identitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah positive gender identity dan female role model berpengaruh terhadap identity conflict dan berdampak pada emotional exhaustion dengan sampel pemimpin wanita (N=151) di Indonesia. Metode dalam penelitian ini menggunakan survey online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa female role model tidak berpengaruh terhadap identity conflict. Ditemukan bahwa positive gender identity berpengaruh negatif signifikan terhadap identity conflict dan identity conflict berpengaruh positif signifikan terhadap emotional exhaustion.

ABSTRACT
Identity conflict is an incongruence perceived by someone in two or more identities. This research is aimed to examine whether positive gender identity and female role model had any effect on identity conflict and in the end towards emotional exhaustion. Sample of this research are women leaders in Indonesia (N=151). The method used in the study is online survey. The results shows that there are no effect between female role model toward identity conflict. There are negatively significant effect of positive gender identity toward identity conflict and positively significant effect of identity conflict toward emotional exhaustion"
2017
T48579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Graham, Sharyn Leanne
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018
306.708 DAV kt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kal-El Dirgantara
"VTuber has become a part of virtual entertainment worldwide since the trend arose in 2020. By looking at the development of VTuber to date, this study seeks to discover the process of how Indonesian female VTubers construct their identity through various elements and the motives that they consider behind female VTubers choosing specific avatars and visual styles or characterizations to represent themselves. To answer such questions, various theories are used, such as semiotics, and avatar culture to be able to interpret the results of the elements that represent their identity. The study finds there are some influences of a certain culture and colors that represent their personality. Furthermore, their authenticity also gains engagement with the audience, which also supports their identity as a VTuber. However, there are some flaws and limitations in some circumstances whenever they consider themselves an independent VTuber or VTuber under an agency. This paper will also briefly compare three Indonesian VTubers in terms of character and personality that represents their virtual identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alimatus Sahrah
Yogyakarta : Yayasan Tadulakota, 2014
155.633 ALI p (1);155.633 ALI p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Engineer, Asghar Ali
"Wacana mengenai perjumpaan al-Qur’an, perempuan, dan kebudayaan kontemporer merupakan salah satu wacana utama dalam arus pemikiran Islam modern, dan Asghar Ali Engineer termasuk intelektual Muslim garda depan dalam wacana tersebut. Teorinya mengenai teologi pembebasan feminis cukup familiar bagi publik Indonesia. Melalui teorinya ini, ia berupaya mendekonstruksi fiqh perempuan yang diproduksi oleh ulama-ulama terdahulu yang pada era sekarang sudah tidak relevan lagi.
Di dalam buku ini, Asghar Ali Engineer dengan cukup tangkas membeberkan efek logis dari kebudayaan kontemporer terhadap peran dan serta perempuan di ruang publik. Kemudian, ia menawarkan metode penafsiran baru terhadap al-Qur’an yang sama sekali berbeda dari metode-metode penafsiran lama sehingga ‘fiqh perempuan’ baru yang ia tawarkan tidak melenceng dari koridor-koridor yang ditetapkan oleh nash, sekaligus sesuai dengan tren kehidupan yang dibawa oleh kebudayaan kontemporer.
Metode itu ia sebut sebagai metode arkeologi. Dengan metode ini, ia bukan saja menawarkan perspektif-perspektif baru mengenai relasi al-Qur’an, perempuan, dan kebudayaan kontemporer, melainkan juga sampai pada satu temuan pentingnya bahwa doktrin-doktrin lama yang misoginis, diskriminatif, dan menafikan eksistensi kaum perempuan merupakan salah satu megaskandal dominasi laki-laki terhadap doktrin Islam."
Yogyakarta: IRCiSoD, 2022
297.122 6 ENG t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Yektiningsih
"ABSTRAK
Peran jender merupakan peran yang dilaksanakan oleh Iakl-lakl dan
perempuan karena jenis kelamin mereka berbeda, peran ini tidak sama sesuai
mlai dan norma sosial-budaya yang mengkonstrukslkannya.
Kebutuhan praktls jender adalah kebutuhan yang muncul dalam keseharfan,
sedangkan kebutuhan strategis jender merupakan upaya jangka panjang dan
berkaltan dengan upa ya memperbaiki posisi sosial perempuan.
Saat pendapafzn keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar,
maka perempuan akan bekerja untuk menambah keuangan keiuarga.
Perempuan berpendidikan tinggi akan bekerja di sektor fomral, sedangkan
perempuan yang berpendidikan relalif rendah akan terserap di selctor
informal. Penelitian ini akan melihat upaya peningkatan tzaraf hidup
pembatik tulis melalui peran jender yang berlaku dalam komunitas tensebut,
dengan menggunakan metode Diskusi Kelompok Terarah (Focused Group
Discussion, FGD) dan Pnoses Hirarki Analitik (Analyticai Hierarchy Process,
AHP).
FGD
Dari Hasil FGD, diketahui bahwa mayontas pembatik berpendidikan
rendah dan memiliki suami yang bekerja sebagai tukang/ buluh. Jika
sedang bekerja, pendapatan suami adalah Rp. 20.000,- perharinya. Tapi
seringkali suami terpaksa tinggai dlmmah selama berbulan-bulan karena
tidak mendapat pekerjaan. Jika suami tidak bekerja, maka pendapatan
kaum pembatik yang menjadi bantalan ekonomi keluarga. Padahal
produktivitas mereka terbatzs 3 lembar kain (tapih) perbulan dan harga jual
Rp. 70.000 - Rp 120.000, dengan demikian keuntungan bersih yang dicapai
tidak iebih dari 150.000,-
Beberapa pembatik mulai melakukan spesialisasi dengan
menyerahkan tahap-tahap bertentu dalam pengolahan kain batik untuk
dikerjakan oleh rekan sesama pembatik. Hasilnya cukup menggembimkan,
produktivitas meningkat hingga 60%, yaitu S lembar tapih perbulan. Meski
demikian penambahan produktivims ini belum dibarengi dengan
peningkatan permintaan. Akibatnya pembatik kurang termotivasi untuk
menekuni pekerjaannya.
Kecilnya skala usaha membuat pembatik tidak memisahkan
manajemen keuangan usaha dengan keuangan keluarga. Akibatnya saat
keluarga menghadapi kebutuhan mendesak, produksi terhenti karena dana
yang tersedia dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Jika
kekurangan modal, pembatik akan meminjam dan rekan sesama pembatik
ataupun sanak famili. Pilihan int dirasakan Iebih praktis, tanpa mengikut
sertakan lembaga keuangan yang dianggapnya memniki prosedur berbellt.
Sebagai mata pencahanan, IKRT Batik Tegalan masih dipandang
sebelah mat:a. Penyebabnya antara Iain tidak jelasnya a1okasi waktu dan
produktivitas yang menurun saat pembatik memiliki anak balita. Meski
pembatik tidak merasakan adanya beban ganda akibat beragam peran yang hams dllakukan, sikap ini dlsebabkan sistem sosial yang beriaku
menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab urusan rumah
tangga. Sama halnya dengan pekerjaan rumah tangga lain, batik dianggap
sebagai umsan perempuan.
Hubungan antar pembatik juga kurang harmonis. Hal ini terutama
disebabkan keberadaan kelompok dalam komunitas batik yang tidak banyak
berfungsi. Padahal jlka dimanfaalkan secara malcimal, kelompok dapat
menjadi jembatan informasi antar pembatik, antara pembatik dengan
pemennlah (berkaitan dengan berbagai program/ kebijakannya) dan antara
pembatik dengan konsumen. Menilik sisi psikologis perempuan yang nelatif
Iebih mudah bersosialisasi, maka manajemen kelompok yang balk akan
membuat pembatik dapat sallng memotlvasi.
AHP
Tahap selanjutnya, hasil FGD yang diperbandingkan dengan berbagai
penelitlan serupa kemudian menjadi input bagi hirarki backward pmcess
dalam tahap AHP. Hirarki backward proces dari peningkatan taraf hidup
perempuan pembatik terdiri alas lima level. Level Pertama mempakan
tujuan utama (GOAL) yang lngln dlcapal, adalah Penlngkatan Taraf Hidup
Perempuan Pembatik Tulis Tegalan melalul Pelan Jender. Level 2 adalah
Skenasio, ada 3 (tiga) altematif skenarlo (berupa pendekatan-pendekatan
atas peran jender para pembatik) yang yang dapat dilakukan untuk
mencapai GOAL, yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga, (2)
Melestarikarl budaya Iokal, (3) Pemberdayaan perempuan. Level 3 adalah
Kendala, ada 4 (empat) kendala besar dalam melaksanakan skenario
untuk mencapai tujuan, yaitu: (1) Keterbatasan modal, (2) 'l'ldak adanya
informasi pasar yang lebih Iuas, (3) Beban ganda penempuan, (4)
Manajemen kelcmpok yang tidak berfungsi. Level 4 adalah Pelaku, secara
garis besar ada 4 pelaku yang terlibat dalam proses ini, yaitu: (1)
Pemerintah Kota Tegal, (2) Lembaga Keuangan atau perbankan, (3)
Pembatjk, (4) Masyarakat. Level 5 adalah Kebijakan, ada 5 alternatif
kebijakan yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Pelatihan Teknls, (2) Membuka
akses ke pasar yang lebih Iuas, (3) Kemudahan plnjaman modal, (4)
Pelatihan manajernen usaha berbasis pola usaha perempuan, (5) Kemitraan
dengan designer.
Kuesioner' AHP dibagikan kepada 13 orang expert yang dipercaya
mengetahui permasalahan yang berkaltan dengan upaya peningkatan taraf
hidup pembatik Kota Tegal. Dalam penghitungan persepsi skala Iokal, total
expert dibagi menjadi empat unsur. Keempatnya memberikan jawaban balk
dengan tlngkat lnkonsistensi dibawah 0,1, yaltu unsur Pemerintah (0,02),
unsur Pembatik (0.02), unsur Lembaga Keuangan/ Perbankan (0.03) dan
unsur Masyarakat (0.05).
Dalam skala priorltas Iokal, rnasing-masing unsur memberikan
persepsi yang bervariasi. Unsur Pemerintah memprionlaskan skenario:
peningkalan kesejahtelaan keluarga (0.561), kendalaz keterbatasan modal
(0.486), pelaku: Pemkot Tegal (0.463) dan kebijakan: kemudahan
pinjaman modal (O.2S6). Unsur Pembatik memprlonlaskan skenario:
peningkamn kesejahteraan keluarga (0.561), kendala: liclak adanya
informasl pasar yang lebih Iuas (0362), pelaku: Pemkot Tegal (O.522) dan
kebijakan: pelalihan manajemen dan pola usaha perempuan (0.242). Unsur Lembaga Keuangan/ Perbanksan memprioritaslcan skenarlo: pemberdayaan
perempuan (0.653), kendala: tidak adanya informasi pasar yang Iebih luas
(0.353), pelaku: Pemkot Tegal (0.350) dan kebijakan: pelaljhan teknis
(0.281). Unsur Masyarakat memprioriliaskan skenario: peningkalian
kaejahteraan keluarga (O.593), kendala: keterbatasan modal (0.499),
pelaku: Pemkot Tegal (0.461) dan kebljakan: kemudahan plnjaman modal
(0.333).
Sedangkan dalam priodtas global dimana pemenntah sebagai
pengambil kebijakan memiliki bobot 20%, maka persepsi yang dihasilkan
memprioritaskan skenario: peningkatan kesejahteraan keluarga (0.S23),
kendala: keterbatasan modal (0.458), pelakuz Pemkot Tegal (0,474) dan
kebijakan: kemudahan plnjaman modal (0253). Persepsi global ini memlliki
tingkat inkonslstensi 0.03.
Kesirnpulan Penelitian
Secara umum, keberadaan komunltas pembaljk bukan hanya untuk
melestarikan tradisi lokal, namun yang Iebih penting Iagi, membatik
merupakan altematif pekerjaan bagi para perempuan yang tidak memillki
kesempalan untuk bekerja di sektor formal. Stagnasl usaha batik Tegalan
sesungguhnya tirnbul kanena kebljakan yang dlbuat tidak tepat sasaran.
Bebefapa kesimpulan yang clapat: diambil setelah melakukan
penelitjan adalah:
1. Pemerintah masih mempunyai porsi terbesar sebagai pihak yang
bertanggung jawab dan dapat meningkatkan taraf hidup pembatik
Tegalan. Meski Lembaga Keuangan/ Bank juga dapat berperan
dalam pengembangan IKRT Batik, namun patut dlpertlmbangkan
kondisi psikologis pembatik yang tidak terblasa berhubungan
dengan Perbankan.
2. Ketidak sesuaian persepsi antara Pemerintah dan Masyarakat
menjadikan kebijakan yang diberikan tidak menyentuh akar
permasalahan. Pemerintah (clan institusi lain pendukungnya)
menganggap kendala terbesar adalah permodalan, maka
kebijakan yang muncul Iebih diprioritaskan pada pernberian modal
Pembatik justru menganggap kendala yang Iebih penting adalah
kurangnya lnformasi pasar, sehingga selain pelatihan manajemen
yang berbasis pola usaha perernpuan, kebijakan Iain yang
diharapkan adalah membuka pasar yang Iebih luas. Akibat ketidak
sesuaian ini, maka suntikan modal dari Pemerintah tidak
menambah output produksi. Penyebabnya, pembatik tidak
mengetahui pasar Iain untuk menyalurkan kelebihan produksinya.
Pemasaran terhenti, perputaran modalpun terhambat.
3. Prloritas kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Iebih difokuskan
pada sisi penawaran (supply side) akibatnya pembatik menjadi
obyek kebijakan karena skillnya dianggap kurang dan menjadi
penyebab tidak munculnya market clearing di pasar batik.
4. Sebaglan besar para pengrajin masih menganggap kegiatannya
hanya sebagai pengisi waktu luang, sehingga motlvasi untuk
mengembangkan usahanya sangat terbatas.
5. Apablla kebljakan yang ditempuh adalah bantuan/ kemudahan
permodalan, dalam-hal ini tentu saja pernberi kredit harus yakin bahwa membatik merupakan kegiatan yang bernilai ekonomis.
Aspek jender dalam pemenuhan kebutuhan ini adalah dengan
memperhatikan kesulitan yang ?khas" perempuan seperti
kepemilikan kolateral dan pola usaha yang khas} sehingga kredit
yang diberlkan dapat sesuai dengan kondisi pengusaha IKRT Inl.
y 6. Upaya peningkatan taraf hidup perempuan pembatik seharusnya
benar-benar merupakan kebijakan yang bersifat partisipatif. Untuk
itu karakter pembatik yang tidak dapat dilepaskan dari kultur Iokal
harus difahami oleh para pembuat kebijakan.
Saran dan Rekomendasi Kebijakan
1. Upaya melibatkan Lembaga Keuangan/ Bank sebaiknya difasilitasi
oleh Pemerlntah Kota Tegal, karena walau bagai mana pun
Perbankan tetap memillki orientasi keuntungan dalam menjalankan
usahanya. Dengan jaminan ataupun pengakuan pemerintah pada
Perbankan terhadap industri kerajinan batik, maka BUMD ini akan
dapat memberikan kredit Iunak yang sesual dengan karakteristik
sosial-budaya mereka.
2. Langkah awal menuju profesionalitas dapat dimulai dengan
pembukuan keuangan usaha yang terpisah dari keuangan keluarga.
Laporan ini dapat menjadi pertimbangan saat melakukan
perrnohonan kredit usaha kecil ke Perbankan. Sedangkan secara
umum beban ganda dapat dlatasi dengan kerja bersama dalam
kelompok.
3. Sisi penawaran yang selama ini menjadi fokus pengembangan IKRT
Batik sebaiknya juga diimbangi oleh sisi permintaannya (demand
side). Kerjasarna dengan designer dapat memecahkan masalah ini,
karena pembatik tidak hanya dapat mempelajari trend, tapi juga
mendapatkan pangsa pasar dan sarana promos! produk.
4. Bantuan modal, pelatihan teknls serta pelatihan manajemen yang
selama ini diadakan oleh Disperinclag Kota Tegal akan lebih baik
lagi jika mempertimbangkan pola usaha bersama/ kelompok,
dengan pertimbangan nllai budaya dan tradisi yang berlaku dalam
komunitas tersebut.
5. Membangun pengertian masyarakat di setiap kesempatan bahwa
batik rnemiliki misi budaya, sehingga tidak hanya menjadi
tanggung ja :ab perempuan saja.
6. Pendekatan pemberdayaan perempuan akan sangat bermanfaat
bagi pengembangan IKRT Batik karena masalah yang dihadapi
sangat spesifik dan kompleks. Langkah strategis yang perlu
dilakukan adalah melibatkan kaum perempuan dalam setiap proses
pengammtan kebijakan di Ilngkungan mereka, misalnya melalui
Musrenbangkel, bukan hanya sebagal wakll dari organisasi khas
perempuan seperti PKK, tapi sebagai pengusaha kecil yang
berpotensi.
7. Para pengambil kebijakan sebaiknya mengembangkan wawasan
dan pengetahuan mengenai pemberdayaan perempuan, khususnya
IKRT yang dijalankan oleh pengusaha perempuan. Pengembangan
wawasan bukan hanya bagi dinas atau kantor tertentu saja.

"
2006
T34542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>