Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
""Telah dibuat perangkat dose calibrator untuk
mengukur aktivitas radioisotop I-131 atau Tc-99m yang akan diberikan ke pasien pada
pemeriksaan renograf. Alat ini dibuat dengan dimensi yang kompak dan praktis untuk digunakan di rumahsakit atau klinik yang mengoperasikan perangkat renograf. Alat ini terdiri dari subsistem deteksi radiasi, subsistem elektronik pengolah sinyal, subsistem pengolah data antar muka serta subsistem penampil hasil pengukuran. Diperoleh hasil pengujian melalui Uji kestabilan chitest 18,87 pada tingkat kepercayaan 95% dengan 20 data pengukuran, dan dengan rentang chitest yang diijinkan adalah10,117 < Chitest <30,144. Jika dibandingkan dengan alat standar, penyimpangan rata-rata hasil pengujian prototip yang dibuat sebesar 0,99% untuk tombol isotop I-131 dan 0,60% untuk tombol isotop Tc-99m. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja alat telah sesuai Tec-Doc IAEA 602 tahun 1991 tentang uji kualitas peralatan kedokteran nuklir.""
JPN 8:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
""Telah dibuat perangkat dose calibrator untuk
mengukur aktivitas radioisotop I-131 atau Tc-99m yang akan diberikan ke pasien pada
pemeriksaan renograf. Alat ini dibuat dengan dimensi yang kompak dan praktis untuk digunakan di rumahsakit atau klinik yang mengoperasikan perangkat renograf. Alat ini terdiri dari subsistem deteksi radiasi, subsistem elektronik pengolah sinyal, subsistem pengolah data antar muka serta subsistem penampil hasil pengukuran. Diperoleh hasil pengujian melalui Uji kestabilan chitest 18,87 pada tingkat kepercayaan 95% dengan 20 data pengukuran, dan dengan rentang chitest yang diijinkan adalah10,117 < Chitest <30,144. Jika dibandingkan dengan alat standar, penyimpangan rata-rata hasil pengujian prototip yang dibuat sebesar 0,99% untuk tombol isotop I-131 dan 0,60% untuk tombol isotop Tc-99m. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja alat telah sesuai Tec-Doc IAEA 602 tahun 1991 tentang uji kualitas peralatan kedokteran nuklir.""
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramlah
"Prediksi dengan model mesin learning regresi telah banyak digunakan untuk penelitian. Salah satu model mesin learning yang digunakan untuk prediksi adalah random forest regressor. Mesin learning membutuhkan data training untuk mempelajari pola dan hubungan antar data. Model regressor yang sedangkan dikembangkan dalam bidang medis saat ini adalah model yang dapat memprediksi dosis pada perencanaan IMRT. Data perencanaan dalam format DICOM (format asli data) dieksport ke bentuk CVS (Comma Separated Values). Kemudian data dibagi menjadi data training dan testing yang dipilih secara random. Algoritma yang digunakan untuk memprediksi adalah random forest yang akan di training menggunakan 7-fold validation dan kemudian model akan di uji dengan data baru yaitu data testing yang belum pernah dilihat oleh model. Data yang dievaluasi yaitu parameter untuk mendapat HI (Homogenety Index) untuk organ target, dan dosis mean dan max untuk OAR (Organ At Risk). Random forest mampu memprediksi nilai sebenarnya dengan kesalahan dievaluasi menggunakan MAE pada fitur PTV D2 (0,012), D50 (0,015) dan D98 (0,018) serta pada fitur OAR (mean dan  max) paru kanan (0,104 dan 0,228), paru kiri (0,094 dan 0,27), jantung (0,088 dan 0,267), spinal cord (0,069 dan 0,121) dan (V95) Body (0,094).

Predictions with machine learning regression models have been widely used for research. One of the machine learning models used for prediction is the random forest regressor. Machine learning requires training data to determine patterns and relationships between data. Nowadays, the regressor model that being developed in the medical field is able to predict dose in IMRT planning. Planning data in DICOM format (original data format) was exported to CVS (Comma Separated Values) format. Then, the data was divided into training and testing data which were selected randomly. The algorithm used to predict is a random forest that was trained using 7-fold validation and the model was evaluated with new data, namely testing data that have not been seen by the model. The evaluated data are parameters to obtain HI (Homogenety Index) for target organs, and mean and max doses for OAR (Organ At Risk). Random forest was able to predict the true value with errors and it was evaluated using MAE for PTV D2 (0,012), D50 (0,015) and D98 (0,018), for OAR (mean and  max) right lung (0,104 and 0,228), left lung (0,094 and 0,27), heart (0,088 and 0,267), spinal cord (0,069 and 0,121) and (V95) Body (0,094).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Karyanta
"ABSTRAK
Produk pangan Indonesia yang melimpah sangat dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat dan tujuan ekspor. Pendistribusian hasil pangan memerlukan waktu
yang cukup lama. Sering dijumpai produk pangan telah rusak atau membusuk
setelah sampai di tujuan. Pengawetan makanan secara konvensional belum
mampu mengatasi hal tersebut. Bahan pengawet makanan juga bercampur dan
masih berada dalam produk pangan tersebut. Pengawetan bahan pangan dengan teknik iradiasi diharapkan dapat mengatasi masalah pengawetan makanan yang lebih baik. Indonesia telah bergegas menerapkan teknologi iradiator gamma dengan langkah awal membuat suatu desain fasilitas iradiator gamma. Suatu hal penting dalam desain pengoperasian fasilitas iradiator adalah bagaimana membuat dosis radiasi pada produk secara seragam. Apabila produk menerima dosis radiasi rendah maka tujuan iradiasi tidak akan tercapai dan apabila produk menerima dosis radiasi lebih tinggi dapat mengakibatkan kerusakan produk. Keseragaman dosis radiasi disebut Dose Uniformity Ratio (DUR) yang merupakan perbandingan dosis serap maksimum dibanding dosis serap minimum yang diterima oleh produk di dalam wadah produk iradiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai DUR pada fasilitas iradiator gamma ?merah putih? berkapasitas 300 kCi yang sedang dibangun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan nilai DUR pada proses iradiasi dengan pengosongan produk bagian tengah.

ABSTRACT
Indonesia abundant food products is needed by the whole community and for
export purposes. Distribution of food products requires quite a long time. Often some food products has been damaged or decayed after arriving at the
destination. Conventional food preservation has not been able to overcome it.
Food preservatives are also mixed and still be in the food product. Preserving
food with irradiation techniques are expected to solve the problem better food
preservation. Indonesia should immediately implement the gamma irradiator
technology with the first step to create a design of gamma irradiators facility. An important point in the operation design of the irradiators facility is how to make the radiation dose on the product uniformly. Irradiation purpose can not be achieved if the product receives a lower radiation dose and the product will be damaged if it receives a higher radiation dose. The uniformity of the radiation dose is called Dose Uniformity Ratio (DUR), which is a comparison of absorbed dose received by the product in a container product that maximum rather than the minimum absorbed dose. This study aims to estimate the value of DUR in gamma irradiators facility with a capacity of 300 kCi. Results of this study are expected to be used for operational design considerations on gamma irradiator "merah putih" are being built in Indonesia. The results showed DUR better with irradiation by emptying the product in the central part of the container products"
2016
T46177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Fitriani
"Pasien dengan gangguan fungsi ginjal rentan mengalami akumulasi obat dalam tubuh yang dapat berisiko toksik sehingga diperlukan penyesuaian dosis obat. Akan tetapi, masih banyak kasus obat yang tidak disesuaikan dosisnya pada pasien PGK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan praktik apoteker Indonesia terhadap penyesuaian dosis obat pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Desain observasional-cross sectional dipilih dalam penelitian ini dengan metode pengambilan data melalui survei daring. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah apoteker rumah sakit yang masih aktif bertugas di bagian pelayanan pasien pada periode Januari 2023-Juni 2024. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat. Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 139 apoteker rumah sakit dari seluruh Indonesia sebagai responden, yang mayoritas berasal dari Pulau Jawa (71,9%). Frekuensi melayani pasien gangguan ginjal merupakan faktor yang mempengaruhi ketiga aspek pengetahuan, sikap, dan praktik. Dapat disimpulkan bahwa apoteker Indonesia telah memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang baik terkait penyesuaian dosis pada gangguan ginjal dengan jumlah sebanyak 96,4%, 98,6%, 65,1% secara berturut-turut. Perlu ditingkatkan lagi pengetahuan terkait cara menghitung eGFR, obat yang memerlukan penyesuaian dosis, cara memperoleh rekomendasi dosis dari literatur, dan penyesuaian dosis pada pasien dialisis. Praktik yang perlu ditingkatkan adalah pemberian rekomendasi alternatif obat, edukasi obat kepada tenaga kesehatan lain, serta pemantauan terapi disertai pemeriksaan fungsi ginjal pasien. Kendala terbesar yang dihadapi apoteker adalah keterbatasan waktu akibat beban kerja yang tinggi. Responden mengharapkan adanya program praktik apoteker tingkat lanjut serta sistem digital yang dapat mendeteksi kesalahan peresepan.

Patients with renal function impairment are at risk for drug accumulation, which can be toxic, necessitating dose adjustment. However, in Indonesia, many cases still lack appropriate dose adjustment for chronic kidney disease (CKD) patients. This study aimed to evaluate the knowledge, attitude, and practice of Indonesian pharmacists regarding dose adjustment in patients with renal impairment. An observational cross-sectional design was used, with data collected through an online survey. The sample consisted of hospital pharmacists actively serving in patient care from January 2023 to June 2024. Data were analyzed using univariate and bivariate tests. A total of 139 hospital pharmacists from across Indonesia participated, with the majority from Java (71.9%). Frequency of serving patients with renal impairment influenced all three aspects of knowledge, attitude, and practice. Results showed that pharmacists had good knowledge, attitude, and practice with percentages of 96.4%, 98.6%, and 65.1%, respectively. Knowledge need to be improved regarding how to calculate eGFR, drugs that require dose adjustment, how to obtain dose recommendations from the literature, and dose adjustment for dialysis patients. Practice that required improvement included providing alternative drug recommendations, educating other healthcare professionals, and monitoring therapy with renal function evaluation. The main barrier identified was limited time due to a high workload. Respondents expect advanced pharmacist practice programs and a digital system capable of detecting prescription errors."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mirnawaty
"ABSTRAK
RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta adalahrumahsakitpemerintah yang
menjadipusatrujukannasionalGedung A merupakansalahsatu unit kerja yang adadi
RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta, melayanipasienrawatinap.
Dalammelaksanakanpelayanankesehatan, obatmenyerapdanalebihkurangsekitar 36
milyardalamkurunwaktuhanya 6 bulanyaitubulanJulisampaiDesember
2010Pengelolaan perbekalanfarmasimemegangperanan yang
pentingdalampelayanandirumahsakitGedung A RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo
Jakarta sudahmelaksanakansistemdistribusiobatrawatinapdenganunit dose dispensing
systemsejaktahun 2008. Tujuanpenelitianiniuntukmemperolehgambaranpenerapanunit
dose dispensing systemdigedungA.Metodepenelitian yang
dilakukansecaradeskriptifkualitatifdengan data primer, data sekunder,
pengamatandanwawancaramendalamHasilpenelitianmenunjukkanbahwapengelolaanp
erbekalanfarmasisecarakeseluruhan ,khususnyadalampenerapanunit dose dispensing
systemdapatmenghematbiayaobatrawatinapdandisarankan agar unit dose dispensing
systemdapatditeruskansebagaikebijaksanaanmanajemen RSUPN. Dr.
CiptoMangunkusumo Jakarta di unit kerja yang lain. Disarankanjuga agar
dilakukanpenelitianlanjutanuntukmengetahuidarisisimanajemenrumahsakit

ABSTRACT
Building A is one unit that is in RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta, serving
inpatients. In implementing health services, drug absorbs funds from approximately
36 billion within a period of only six months from July to December
2010Management of pharmaceuticals play an important role in service at the
hospitalBuilding A RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta has implemented
inpatient drug distribution system with a unit dose dispensing system since 2008.The
purpose of this study to obtain a picture of the implementation of unit dose dispensing
system in building A.Research methods to be descriptive qualitative primary data,
secondary data, observation and in-depth interviewsThe results showed that the
overall management of pharmaceuticals, particularly in the implementation of unit
dose dispensing system can save the cost of inpatient drug and recommended that the
unit dose dispensing system can be forwarded as RSUPN management policy. Dr.
CiptoMangunkusumo Jakarta in other work units. Also recommended that further
research to find out from the side of the hospital management"
2012
T31728
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa’u Farhatin
"Distribusi dosis yang optimal dalam treatment planning system (TPS) sangat penting sebelum diterapkan pada pasien radioterapi. Namun, TPS masih menggunakan metode optimisasi yang memakan waktu dan bergantung pada pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi model estimasi dosis otomatis, support vector regression (SVR), dan membandingkannya dengan dosis pasien kanker paru hasil perencanaan klinik. Enam puluh pasien yang terapi dengan teknik intensity modulated radiation therapy (IMRT) digunakan dalam penelitian ini. Distribusi dosis target dievaluasi berdasarkan nilai conformity index (CI), homogenitas dosis dievaluasi dengan homogeneity index (HI), sedangkan dosis rata-rata dan dosis maximum digunakan untuk mengevaluasi organ at risk (paru kanan, paru kiri, jantung, dan spinal cord). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Nilai p < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kedua dataset. Rata-rata CI model SVR dan klinik masing-masing adalah dan Rata-rata HI untuk SVR dan klinik adalah dan . Uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara kedua hasil. Dosis maximum paru kanan menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik (p=0,032), sedangkan dosis rata-rata dan dosis maximum OAR lain tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua strategi tersebut, kecuali pada dosis maximum paru kanan. Model tersebut dapat diimplementasikan secara klinik untuk menghasilkan distribusi dosis yang dapat digunakan sebagai acuan untuk memastikan rencana idealis yang digunakan

Optimal dose distribution in the treatment planning system (TPS) is crucial before being applied to radiotherapy patients. However, TPS still uses optimization methods that are time-consuming and user-dependent. This study aimed to evaluate the automatic dose estimation model, support vector regression (SVR), and compare it with the clinically planned dose of lung cancer patients. Sixty patients treated with intensity-modulated radiation therapy (IMRT) were used as the objects in this study. The target dose distribution was evaluated based on the conformity index (CI), and dose homogeneity was evaluated with the homogeneity index (HI), while the mean and maximum doses were used to evaluate organs at risk (right lung, left lung, heart, and spinal cord). Statistical analysis was performed using the Wilcoxon test. A p-value of <0,05 indicates a significant difference between the two datasets. The mean CI of the SVR and clinical are and The mean HI for SVR and clinical was adalah and 0,083±0,030. the Wilcoxon test showed no statistically significant difference between the two results. The maximum right lung dose showed a statistically significant difference (p=0,032), while the mean dose and maximum dose of other OARs did not show a statistically significant difference. The results of the study showed no significant difference between the two strategies, except for the maximum right lung dose. The model can be implemented clinically to produce a dose distribution that can be used as a reference to ensure the idealistic plan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiz Yusaryahya
"Penyakit infeksi masih menjadi sepuluh besar penyebab kematian di Indonesia. Antibiotik merupakan salah satu obat yang paling banyak diresepkan oleh dokter untuk mengatasi penyakit infeksi. Namun, penggunaan antibiotik sering tidak tepat sasaran dan tidak dibutuhkan. Data tentang evaluasi penggunaan antibiotik di Departemen Bedah RSCM masih minim. Metode defined daily dose (DDD) dapat digunakan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif pada orang dewasa
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode pengambilan data secara cross sectional. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari rekam medis pasien dewasa yang dirawat di lantai 4 zona B gedung A RSCM dari bulan Januari hingga Maret 2015. Penggunaan antibiotik pasien dihitung menggunakan metode defined daily dose (DDD) dengan DDD/1000 patient-days sebagai unit pengukuran. Sampel penelitian ini berjumlah 307 orang. Diagnosis terbanyak pada sampel penelitian adalah jenis neoplasma (104 kasus), nefrourologi (49 kasus), dan trauma (42 kasus). Antibiotik lebih sering diberikan lewat jalur parenteral (5316.5 vial) dibandingkan oral (1182 vial/tablet). Antibiotik dengan DDD/1000 patient-days tertinggi adalah sulbactam (231.3 DDD/1000 patient-days), seftriakson (166 DDD/1000 patient-days), dan sefiksim (96.5 DDD/1000 patient-days). Untuk penelitian selanjutnya, perlu dihubungkan DDD/1000 patient-days antibiotik dengan diagnosis atau prosedur pembedahan untuk mengetahui ketepatan penggunaan antbiotik.

Infectious disease still becoming top ten cause of death in Indonesia. Antibiotic is one of the most common prescribed drug to treat infectious disease. However, the use of antibiotics often mistargeted and unnecessarily needed. Evaluation of antibiotics usage in Surgical Department of RSCM is still few. Defined daily dose (DDD) method could be used to quantitatively evaluate the usage of antibiotic in adult patient.
This study is an observational descriptive study. Data collected cross-sectionally from medical record of adult inpatient in B zone, 4th floor of building A RSCM for January until March 2015 period. Patient’s antibiotics usage were calculated using defined daily dose method with DDD/1000 patient-days as a unit measurement. The number of patients whose medical record were extracted is 307 person. The most common diagnosis of the patients were neoplasm (104 cases), nephrourology (49 cases), and trauma (42 cases). Antibiotics were more frequently administered parenterally (5316.5 vial) rather than orally (1182 tablet). Antibiotics with the highest DDD/1000 patient day are sulbactam (231.3 DDD/1000 patient-days), ceftriaxone (166 DDD/1000 patient-days), dan cefixime (96.5 DDD/1000 patient-days). For further research, DDD/1000 patient-days need to be correlated with the diagnosis or surgical procedure to know the appropriate use of antibiotics."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Ananda Fikri
"Latar Belakang: Desa Perokonda merupakan desa di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar penduduknya memiliki perilaku yang tidak higienis buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan , kesulitan mengakses air bersih, dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Masalah-masalah tersebut merupakan faktor risiko infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah soil-transmitted helminths, yaitu A. lumbricoides, T. trichiura, dan cacing tambang. Studi kuasi eksperimental tanpa kelompok kontrol ini bertujuan untuk menilai efektivitas dari mebendazol yang diberikan 2x500 mg terhadap infeksi STH pada anak-anak di Desa Perokonda usia 2-15 tahun.
Metode: Efektivitas dinilai dari angka kesembuhan cure rate/CR dan angka penurunan jumlah telur egg reduction rate/ERR . Pengambilan sampel feses dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah pemberian mebendazol 2 x 500 mg double dose. Sampel feses diperiksa secara mikroskopis untuk mendeteksi telur cacing serta dilakukan penghitungan jumlah telur pada sampel yang positif terinfeksi menggunakan metode Kato-Katz.
Hasil: Dari 71 dari 89 80 subjek yang positif terinfeksi STH, pemberian mebendazol double dose berhasil menurunkan prevalensi infeksi STH menjadi 39. Tidak ada sampel positif infeksi cacing tambang di penelitian ini. Pada infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura, mebendazol double dose memberikan CR berturut-turut sebesar 95 dan 49 , dan ERR berturut-turut sebesar 97,98 dan 69,73.
Kesimpulan: Dengan merujuk pada kriteria antihelmintik yang efektif menurut WHO, mebendazol double dose efektif terhadap infeksi A. lumbricoides, tetapi tidak efektif terhadap infeksi T. trichiura.

Background: Perokonda is one of the villages located in the district of Southwest Sumba, East Nusa Tenggara. Most of its inhabitants are accustomed to unsanitary behaviors, such as open defecation and not washing hands neither before nor after eating, having difficult access to improved water source and they also have low socioeconomic status, all of which are risk factors for soil transmitted helminths STH infection. The purpose of this quasi experimental study without control group is to determine the effectiveness of 2x500 mg double dose mebendazole to eradicate STH infection in children aged 2 15 years old in the village of Perokonda.
Method: Effectiveness of mebendazole is measured by cure rate and egg reduction rate of STH on stool. Stool samples were collected before and after the administration of mebendazole. Stool samples were then examined using microscopes to detect eggs. The worm egg counting was performed using Kato Katz method.
Results: 71 in total of 89 subjects were positive for STH infections 80 and administration of double dose mebendazole succeeded to lower the prevalence to 39. McNemar tests on prevalence of STH infections in general, A. lumbricoides CR 95 ERR 97,98, and T. trichiura infections CR 49 ERR 69,73 before and after treatment gave the result of p 0,001. No hookworm infection was found on this study.
Conclusion: Based on the standard of anthelmintic effectiveness made by WHO, double dose mebendazole is considered effective for A. lumbricoides infection, whereas it is not considered effective for T. trichiura infections.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>